Anda di halaman 1dari 23

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Oganisme pengganggu tanaman (OPT) dalam arti luas adalah semua bentuk
gangguan pada tanaman yang dapat mengganggu pertumbuhan dan hasil produksi.
Salah satu organisme pengganggu tanaman ini yaitu hama. Hama tanaman adalah
semua hewan yang karena aktivitas hidupnya merusak tanaman atau hasilnya,
sehingga menimbulkan kerugian secara ekonomi. Hama berdasarkan tempat
penyerangannya dibedakan menjadi dua yaitu hama lapang dan hama gudang.
Hama lapang adalah hama yang menyerang produk pertanian pada saat masih di
lapang, sedangkan hama gudang adalah hama yang merusak produk pertanian
saat berada di gudang atau pada masa penyimpanan. Contoh hama pada
pertanaman di lapangan adalah hama wereng (Nilaparvata lugens) yang
menyerang tanaman padi sehingga dapat menyebabkan puso. Kutu beras dan kutu
jagung (Sitophilus oryzae dan Sitophilus zeamays) merupakan hama pasca panen
yang dapat merusak gabah atau beras serta jagung di tempat penyimpanan
sehingga komoditas menjadi hancur dan rusak. Tikus merupakan salah satu
contoh hama yang merusak baik pada saat tanaman masih di lapangan maupun
pada saat komoditas sudah disimpan di gudang penyimpanan (Hidayat, 2013).
Serangan serangga hama pra panen atau hama lapang berbeda dengan
serangan serangga hama pasca panen atau hama gudang. Serangga pra panen
menyerang tanaman dalam kondisi tanaman tersebut masih melakukan proses
metabolisme atau pertumbuhan, yang biasanya melukai salah satu bagian
tanaman, pada beberapa jenis serangga mengandung virus, apabila bagian dari
tanaman terlukai maka virus tersebut akan cepat masuk ke dalam tubuh tanaman
dan mengganggu proses metabolismenya. Sedangkan hama pasca panen
umumnya sering dijumpai adalah dari golongan coleortera dan Lepidoptera.
Serangga hama gudang menyerang bahan-bahan pangan tertentu yang sesuai
dengan kebutuhan. Selain komoditi yang berbeda serangga hama gudang juga
mempunyai siklus hidup yang berbeda, dalam hal ini yaitu waktu yang diperlukan
untuk siklus hidupnya. Salah satu ciri spesifik dari serangga hama gudang adalah

1
mengalami metamorfosis yang sempurna, yaitu dari telur, larva, pupa, dan imago
(Rozik, 2014).
Manfaat dari mempelajari ordo serangga hama dan hama gudang yaitu dapat
mengetahui spesies hama yang berperan menjadi hama tanaman, mengetahui
macam-macam hama yang dapat menyerang produk pertanian dalam gudang,
dapat mengetahui morfologi, daur hidup, tipe perkembangbiakan serta mekanisme
serangan serangga hama dan hama gudang sehingga mendapatkan cara yang tepat
untuk pengendaliannya dan kerugian ekonomi akibat serangan hama dapat
diminimalisir.

1.2.Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman dengan materi
Pengenalan Ordo Serangga Hama dan Serangga hama Gudang yaitu:
1. Untuk pengenalan serangga hama dan ordo serangga hama, baik dari morfologi
tubuh, tipe mulut, daur hidup, dan tipe perkembangbiakan, siklus dan
mekanisme penyeranganya sehingga dapat diketahui cara yang tepat untuk
pengendalian serangan hama tersebut.
2. Mengetahui macam-macam serangga hama yang dapat menyerang produk
pertanian dalam gudang, mengenal bagian tubuh, mengetahui daur hidup, dan
mengetahui mekanisme serangan serangga hama tersebut.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Filum yang Berpotensi Sebagai Hama


Organisme penganggu tanaman merupakan faktor pembatas produksi
tanaman baik tanaman pangan, hortikultura, maupun perkebunan. Beberapa filum
yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama tanaman yaitu: a) Filum
Aschelminthes (nematoda), tidak semua anggota nematoda berperan sebagai hama
tanaman atau bersifat parasitik, namun ada juga yang bersifat saprofag yang tidak
merugikan tanaman. Cara nematoda menyerang tanaman bevariasi yaitu bersifat
ektoparasit (menyerang dari luar jaringan tanaman), endoparasit (menyerang dari
dalam jaringan tanaman, ektoendoparasit (setelah dewasa nematoda meletakkan
sebagian tubuhnya ke dalam tanaman), endoektoparasit (telur dan larva
berkembang dalam tubuh tanaman, kemudian sebagian tubuhnya keluar dari
jaringan tanaman); b) Filum Mollusca, kelas Gastropoda merupakan salah satu
kelas anggota filum Mollusca yang banyak berperan sebagai hama tanaman.
Tubuh anggota kelas Gastropoda ada yang dilindungi oleh cangkang (shell),
adapula yang tidak, sebagai contoh yaitu bekicot (Achatina fullica Bowd.).
Bekicot dan anggota Gastropoda yang lain menggunakan gigi parut (radula) untuk
menggigit dan mengunyah bagian tanaman yang berdaging tebal dan berair.
Biasanya menyerang tanaman pada malam hari; c) Filum Chordata, mempunyai
banyak anggota, namun tidak semuanya berperan sebagai hama tanaman. Anggota
filum ini yang banyak berperan sebagai hama adalah kelas Mamalia (hewan
menyusui) dan kelas Aves (burung); d) Filum Arthropoda, sebagian besar hama
tanaman merupakan anggota filum Arthropoda. Anggota filum Arthropoda yang
berperan sebagai hama berasal dari kelas Acharina dan Insecta (serangga). Kelas
Arachnida ada yang berperan sebagai hama tanaman, dan adapula yang berperan
sebagai predator hama tanaman. Salah satu contoh jenis yang berperan sebagai
hama tanaman adalah tungau merah (Tetranichus bimaculatus) yang menyerang
tanaman ketela pohon terutama pada musim kemarau. Kelas insecta disebut juga
hexapoda karena memiliki 6 kaki. Anggota kelas ini menempati peringkat paling
atas dalam hal peranannya sebagai hama tanaman. Ciri khas kelas insect yaitu

3
tubuh terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut
(abdomen) (Tomi, 2014).

2.2. Ordo Serangga Hama


Macam-macam ordo serangga hama yaitu: a) Ordo Orthoptera, berasal dari
kata orthos yang berarti lurus dan pteron artinya sayap. Alat mulut nimfa dan
imagonya penggigit-pengunyah. Perkembangan hidup hama ini termasuk tipe
paurometabola (telur-nimfa-imago). Stadium nimfa dan imago bersifat merusak
tanaman. Beberapa jenis serangga hama yang termasuk ke dalam ordo Orthoptera
adalah belalang kayu (Valanga nigricornis Burn.), belalang kembara (Locusta
migratoria manilensis Mayen), belalang pedang (Sexava spp.); b) Ordo
Hemiptera, Hemi berarti setengah dan pteron artinya sayap. Ordo ini mempunyai
sayap depan yang mengalami modifikasi sebagai hemelitron, yaitu setengah
bagian di daerah pangkal menebal, sedangkan sisanya berstruktur seperti selaput.
Tipe perkembangan hidup ordo Hemiptera adalah paurometabola (telur-nimfa-
imago). Tipe alat mulut baik nimfa maupun imago penusuk-pengisap, dan
keduanya hidup dalam habitat yang sama. Stadium serangga yang merusak
tanaman adalah nimfa dan imago. Jenis serangga yang termasuk ordo Hemiptera,
antara lain kepik buah lada (Dasynus piperis), kepik hijau (Nezara viridula),
Walang sangit (Leptocorisa acuta); c) Ordo Homoptera, Homo artinya sama dan
pteron berarti sayap. Serangga golongan ini mempunyai sayap depan berstruktur
sama, yaitu seperti selaput (membran). Sebagian dari serangga ordo Homoptera
ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap. Misalnya,
kutu daun Aphis sp. Tipe perkembangan hidup ordo Homoptera adalah
paurometabola (telur-nimfa-imago). Jenis serangga dari ordo Homoptera ini
antara lain wereng hijau (Nephotettix apicalis), wereng cokelat (Nilaparvata
lugens), kutu loncat (Heteropsylla sp.); d) Ordo Lepidoptera, Lepidos berarti sisik
dan pteron artinya sayap. Kedua pasang sayap ordo Lepidoptera mirip membran
yang penuh dengan sisik. Serangga dewasa dibedakan atas dua macam, yaitu
kupu-kupu dan ngengat. Kupu-kupu aktif pada siang hari, sedangkan ngengat
aktif pada malam hari. Perkembangbiakan serangga ordo Lepidoptera adalah

4
holometabola (telur-larva/ulat-pupa/kepompong-imago). Alat mulut larva tipe
penggigit-pengunyah, sedangkan alat mulut imagonya bertipe pengisap. Stadium
serangga yang sering merusak tanaman adalah larva, sedangkan imagonya hanya
mengisap nektar (madu) dari bunga-bungaan. Jenis serangga hama yang termasuk
ordo Lepidoptera, antara lain, ulat daun sawi (Plutella xylostella), penggerek
batang jagung (Ostrinia furnacalis Guenee), ulat penggulung daun melintang pada
teh (Catoptilia theivora Wls); e) Ordo Diptera, Di artinya dua dan pteron berarti
sayap. Diptera artinya serangga yang hanya mempunyai sepasang sayap depan
sebab sepasang sayap belakangnya telah berubah bentuk menjadi bulatan (halter).
Sayap ini berfungsi sebagi alat keseimbangan pada saat terbang, alat untuk
mengetahui arah angin, dan juga alat pendengaran. Perkembangan hidup ordo
Diptera adalah holometabola (telur-larva-pupa-imago). Tipe alat mulut larva
penggigit-pengunyah, sedang imagonya memiliki tipe alat mulut penjilat-
pengisap. Jenis serangga ordo Diptera yang sering merusak tanaman antara lain
adalah lalat bibit kedelai (Agromyza phaseoli Tryon), lalat buah (Bactrocera
spp.); f) Ordo Coleoptera, berasal dari kata coleos atau seludang dan pteron atau
sayap. Perkembangbiakan hidup serangga ordo Coleoptera adalah holometabola
(telur-larva-pupa-imago). Tipe alat mulut larva dan imago memiliki struktur yang
sama, yaitu penggigit-pengunyah. Coleoptera adalah ordo serangga yang paling
besar di antara ordo-ordo serangga hama. Oleh karena itu, ordo serangga ini
banyak bentuknya. Sifat hidup serangga ordo Coleoptera sebagian ada yang
merusak tanaman, namun adapula yang bersifat predator. Serangga ordo
Coleoptera yang berperan sebagai hama atau perusak tanaman, antara lain
kumbang kelapa atau kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.), penggerek buah
kopi (Stephanoderes hampei), penggerek batang cengkeh (Nothopeus
fasciatipennis Wat.) (Rio, 2013).

2.3. Hama Gudang


Hama gudang merupakan hama yang sering menyerang bahan-bahan
makanan manusia yang sudah dalam penyimpanan dan gejala yang ditimbulkan
sangat merugikan. Kerusakan bahan pakan akibat serangan serangga merupakan

5
kasus yang paling sering terjadi. Serangga mengambil dan memakan zat makanan
dari bahan baku dan menyebabkan kerusakan lapisan pelindung bahan. Selain
kerusakan secara fisik, karena sifat serangga yang suka bermigrasi, serangga juga
dapat memindahkan spora jamur perusak bahan pakan dan membuka jalan bagi
kontaminasi jamur atau kapang yang menghasilkan mikotoksin. Serangga perusak
bahan pakan antara lain ngengat, penggerek dan kumbang. Serangga hama gudang
mempunyai 4 tanda spesifik yaitu: tubuhnya terdiri dari 3 bagian (kepala, dada,
perut); tubuh tertutup kulit luar; serangga dewasa mempunyai 3 pasang kaki dan
mengalami perubahan bentuk (metamorfosis). Perbedaan antara yang betina
dengan yang jantan adalah ukuran tubuh, ukuran tubuh betina biasanya lebih besar
dari jantan (Suparjo, 2010).

6
III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman dengan materi Pengenalan
Ordo Serangga Hama dan Serangga Hama Gudang dilaksanakan pada hari Sabtu,
01 April 2017 pukul 13.00 - 14.40 WIB. Bertempat di Laboratorium Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu Belalang Kayu, Kepik, Walang
Sangit, Ulat Daun, Kutu Beras, Kutu Kacang Hijau, Kumbang Kelapa, Kutu
Daun, Lalat Buah, dan alkohol. Alat yang dipakai yaitu pinset, jarum pentul, lup
(kaca pembesar), sterofom, dan cutter.

3.3. Cara Kerja


a. Mengambil serangga yang akan diamati dengan menggunakan pinset, lalu
memasukkan serangga tersebut kedalam wadah yang berisi alkohol.
b. Mengangkat serangga tersebut setelah serangga tidak bergerak lagi keatas
media stereofom.
c. Menusuk bagian atas serangga tersebut dengan jarum pentul, kemudian
mengamati bagian tubuh serangga dari masing-masing spesimen ordo
serangga hama dan spesimen hama gudang.
d. Menggambar bentuk serangga secara keseluruhan per masing-masing bagian
yaitu sayap depan dan sayap belakang, kepala (caput), dada (thorax), perut
(abdoment), dan kaki.
e. Melakukan pengklasifikasikan (genus, spesies, ordo dan famili).

7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

No Nama serangga Ordo Bagian Tipe alat Tipe Gejala yang ditimbulkan Sayap
mulut perkembangan
1. Belalang Kayu Orthoptera Kepala (caput), Menggigit- Paurometabola Daun berlubang Sayap lurus
(Valanga dada (thorax), mengunyah
nigricornis) perut
(abdomen)kaki
2. Kumbang Coleoptera Caput, thorax, Menggigit- Holometabola rusaknya titik tumbuh Bersayap
Kelapa (Oryctes abdomen, kaki mengunyah tanaman kelapa ketika seludang
rhinoceros) daun membentuk
potongan simetris
3. Walang Sangit hemiptera Caput, thorax, Menusuk- paurometabola Menguning dan layu Bersayap
(Leptocoria abdomen, kaki menghisap setengah
acuta) penebalan dan
berselaput
4. Lalat Buah Diptera Caput, thorax, Menggigit- Holometabola Bintik berwarna coklat Bersayap dua
(Dancus sp) abdomen mengunyah kehitaman pada buah dan sayap
yang terinfeksi belakang
membentuk
halter
5. Kutu Beras Coleoptera Caput, thorax, Menggigit- Holometabola Patah-patah dan nantinya Seludang
(Sitophilus abdoment, kaki mengunyah akan berwarna kuning
oryzae)
6. Ulat Daun Lepidoptera Caput, thorax, Menggigit- Holometabola Daun sepat terpotong Tidak bersayap

8
(Plutela kaki mengunyah atau tulang dan
xilostela) adakotoran yang
tertinggal
7. Kepik Hemiptera Kepala, perut, Menusuk- Paurometabola Kehampaan pada polong Bersayap
(Riptortus sayap menghisap tanaman setengah dan
linearis Fabr) berselaput
8. Kutu Kacang Homoptera Perut, kepala, Menggigit- Paurometabola Berlubang-lubang pada Bersayap
Hijau kaki mengunyah bagian biji kacang seperti
(Callosobruchus membran atau
chinensis) bersayap
seludang
9. Kutu Daun Homoptera Perut, kepala, menghisap Paurometabola Bercak kuning pada Bersayap
(Aphis sp) kaki bagian bawah daun seperti
membran
9

9
4.2. Pembahasan
4.2.1. Belalang Kayu (Valanga nigricornis)

Gambar 1. Belalang Kayu (Valanga


Nigricornis)
Sumber: (www.kbiologi.com)

Termasuk ke dalam ordo Orthoptera memiliki, tipe perkembangan


paurometabola yaitu metamorfosisnya sederhana dengan perkembangan melalui
tiga stadia yaitu telur - nimfa - dewasa (imago), morfologinya memiliki bagian
kepala (caput), dada (thorax), perut (abdomen) kaki, tipe alat mulut menggigit dan
mengunyah. Siklus hidup belalang kayu sebagai berikut, telur belalang menetas
menjadi nimfa, dengan tampilan belalang dewasa versi mini tanpa sayap dan
organ reproduksi. Selama masa pertumbuhan, nimfa belalang akan mengalami
ganti kulit berkali kali (sekitar 4-6 kali) hingga menjadi belalang dewasa dengan
tambahan sayap fungsional. Masa hidup belalang sebagai nimfa adalah 25-40 hari.
Setelah melewati tahap nimfa, dibutuhkan 14 hari bagi mereka untuk menjadi
dewasa secara seksual (Erawati. 2013).
Gejala serangan yang diakibatkan belalang kayu ini yaitu daun yang
dimakan menjadi berlubang-lubang, tulang daun dan urat-urat daun tidak
dimakan.
Pengendalian populasi hama ini dapat dilakukan dengan menggunakan
ekstrak daun dan biji nimba (Azadirachta indica). Pengujian ekstrak ini terhadap
hambatan makan belalang, menunjukkan adanya kenaikan sejalan dengan
meningkatnya konsentrasi ekstrak nimba. Pengendalian secara mekanis dan fisik
dengan mengumpulkan kelompok-kelompok telur. Penangkapan belalang dewasa

10
serta nimfa-nimfanya dilakukan setelah musim penghujan pada malam hari atau
pagi hari dengan menggunakan jaring.

4.2.2. Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)

Gambar 2. Kumbang Kelapa (Oryctes


rhinoceros)
Sumber: (wikipedia.com)

Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) termasuk ke dalam ordo Coleoptera,


memiliki tipe perkembangan holometabola yaitu metamorfosis sempurna yang
perkembangannya melalui stadia telur-larva-kepompong (pupa)- dewasa (imago).
Tipe alat mulutnya menggigit dan mengunyah. Stadia telur lamanya 8-12 hari.
Larva yang keluar berwarna putih dengan mulut berwarna merah coklat, kepala
berwarna coklat dan memiliki tiga pasang kaki. Larva mengalami tiga instar
(pergantian kulit) dan membutuhkan waktu 2-4 bulan untuk perkembangannya.
Variasi waktu perkembangan larva dipengaruhi oleh jenis makanan dan iklim.
Tempat perkembangan larva adalah tunggul kelapa yang masih tegak maupun
telah mati, timbunan kulit buah kopi atau kakao, ampas tebu, timbunan limbah
penggilingan padi, timbunan pupuk kompos, pupuk kandang dan timbunan serbuk
gergaji. Larva instar terakhir masuk ke tanah sedalam ± 30 cm dan tidak aktif
selama 8-13 hari (masa prapupa). Lama stadia pupa 17-28 hari. Kumbang O.
rhinoceros berwarna hitam dengan bagian bawah berwarna coklat kemerahan.
Siklus hidup O. rhinoceros berkisar 3,5 – 6,5 bulan (Sulistyo, 2009).
Gejala serangan kumbang kelapa yaitu menyerang pucuk dan pangkal daun
muda yang belum membuka dengan cara menggerek dan memakan helaian daun

11
sehingga mengakibatkan daun terpotong-potong atau tergunting membentuk huruf
V bila telah membuka.
Pengendalian dari serangan kumbang kelapa ini dengan sanitasi atau
membersihkan tempat perkembangbiakan larvanya, seperti tanaman mati
membusuk, tunggul kelapa dipotong-potong kemudian dibakar agar tidak menjadi
sarang Rhinoceros, dapat pula dilakukan dengan pengendalian mekanis
mengumpulkan larva atau pupa kemudian dimusnahkan dan menebang serta
memusnahkan pohon yang telah mati.

4.2.3. Walang sangit (Leptocoria acuta)

Gambar 3. Walang Sangit Leptocoria


acuta)
Sumber: (wikipedia.com)
Termasuk ke dalam ordo hemiptera memiliki tipe perkembangan
paurometabola yaitu perkembangannya melalui stadia telur-nimfa-imago. Bentuk
nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari
dewasanya. Memiliki tipe alat mulut menusuk dan menghisap. Siklus hidup dari
walang sangit tersebut Kelompok telur biasanya terdiri dari 10 - 20 butir. Telur
biasanya diletakkan pada permukaan atas daun di dekat tulang daun. Telur akan
menetas 5–8 hari setelah diletakkan. Perkembangan dari telur sampai imago
adalah 25 hari dan satu generasi mencapai 46 hari, nimfa berwarna kekuningan,
kadang nimfa tidak terlihat karena warnanya sama dengan warna daun. Stadium
nimfa 17 – 27 hari yang terdiri dari 5 instar imago, imago walang sangit yang
hidup pada tanaman padi (Sulistyo, 2009).
Walang sangit menyerang tanaman padi terutama dengan merusak biji padi
yang sedang berkembang dengan cara menghisap cairan susu dari biji padi pada

12
waktu fase awal pembentukan biji. Alat pengisapnya ditusukkan di antara dua
kulit penutup biji padi (lemma dan palea) dan menghisap cairan susu dari biji
yang sedang berkembang. Nimfa lebih aktif daripada imago, tetapi imago dapat
merusak lebih hebat karena hidupnya yang lebih lama. Habibat walang sangit
biasanya berada direrumputan atau disekitar tanaman padi, dan pada saat tanman
padi berbunga walang sangit akan pindah pada tanaman padi yang berbunga
tersebut.
Untuk mengendalikan walang sangit dapat dilakukan dengan
pengendalian kultur teknik pengendalian ini dilaksanakan dengan mengatur pola
tanam padi. Untuk mengendalikan keberadaan walang sangit di lapangan,
hendaknya dilakukan penanaman padi secara serentak pada suatu daerah yang
luas sehingga walang sangit tidak terkonsentrasi di satu tempat, sekaligus
menghindari kerusakan yang berat.

4.2.4. Lalat buah (Dancus sp)

Gambar 4. (Lalat Buah Dancus sp)


Sumber: (wikipedia.com)

Lalat buah termasuk ke dalam ordo diptera memiliki tipe perkembangan


holometabola dengan stadia telur-larva-kepompong-dewasa. Larva tidak berkaki,
biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang
bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Siklus hidup lalat buah dengan
ovipositornya, lalat buah betina menusuk kulit buah atau sayur untuk meletakkan
telurnya. Jumlah telur sekitar 50-100 butir. Setelah 2-5 hari, telur akan menetas
dan menjadi larva. Larva tersebut akan membuat terowongan di dalam buah dan

13
memakan dagingnya selama lebih kurang 4-7 hari. Larva yang telah dewasa
meninggalkan buah dan jatuh di atas tanah, kemudian membuat terowongan
sedalam 2-5 cm dan berubah menjadi pupa. Lama masa pupa 3-5 hari. Lalat
dewasa keluar dari dalam pupa, dan kurang dari satu menit langsung bisa terbang.
Total daur hidupnya antara 23-34 hari, tergantung cuaca (Rio, 2013).
Gejala serangan lalat buah yaitu buah yang terserang ditandai oleh lubang
titik coklat kehitaman pada bagian pangkalnya, tempat serangga dewasa
memasukkan telur. Umumnya telur diletakkan pada buah yang agak tersembunyi
dan tidak terkena sinar matahari langsung. Serangan pada buah yang belum
matang akan mengakibatkan buah matang prematur dan tidak memenuhi standar
mutu.
Lalat buah dapat dikendalikan dengan pembungkusan buah saat masih
muda dapat membantu menangkal serangan hama lalat buah. Petani bisa
menggunakan kertas, kertas karbon, plastik hitam, daun pisang, daun jati, atau
kain untuk membungkus buah yang tidak terlalu besar seperti belimbing dan
jambu. Untuk buah yang berukuran besar, seperti nangka, petani biasa
menggunakan anyaman daun kelapa, karung plastik, atau kertas semen. Setiap
jenis pembungkus tentu memiliki kelebihan dan kekurangan.

4.2.5. Kutu beras (Sitophilus oryzae)

Gambar 5. Kutu Beras (Sitophilus


oryzae)
Sumber: (wikipedia.com)
Termasuk ke dalam ordo coleoptera, tipe perkembangan hidupnya
holometabola yaitu melalui stadia ulat-larva-pupa-imago. Tipe mulutnya

14
menggigit dan mengunyah. Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan
dapat menghasilkan telur sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir
beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut
sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan
bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur
berlangsung selama ± 7 hari (Sulistyo, 2009).
Gejala serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi
karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang
terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan
rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama.
Pengendalian hama ini menggunakan musuh alami. Musuh alami hama ini
antara lain Anisopteromalus calandrae How (parasit larva), semut merah dan
semut hitam yang berperan sebagai predator dari larva dan telur hama.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penjemuran
produk simpanan pada terik matahari, diharapkan dengan adanya penjemuran ini
hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan,
dan dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan.

4.2.6. Ulat Daun (Plutela xilostela)

Gambar 6. Ulat Daun (Plutela xilostela)


Sumber: (wikipedia.com)

Termasuk ke dalam ordo lepidoptera. Larva serangga ini memiliki tipe


mulut mengunyah dan menggigit. Serangga dewasa memiliki tipe mulut menusuk
menghisap, berupa ngengat (kupu-kupu) berukuran kecil, berbentuk ramping,
berwarna coklat-kelabu, sayap depan bagian dorsal memiliki corak khas yaitu tiga

15
titik kuning seperti berlian, sehingga hama ini terkenal dengan nama ngengat
punggung berlian (diamondback moth). Pupa berada di dalam gulungan daun,
berwarna kehijauan dan dilapisi lilin. Panjang pupa lebih kurang 6 cm dan
mempunyai belalai (probosis). Siklus hidup berkisar antara 5 – 6 minggu (Rio,
2013).
Stadium yang membahayakan adalah larva (ulat) karena menyerang
permukaan daun dan melubangi daging daun (epidermis). Gejala serangan yang
khas adalah daun berlubang-lubang seperti jendela yang menerawang dan tinggal
urat-urat daunnya saja.
Cara pengendalian, dapat melakukan pergiliran tanaman yang bukan famili
brassicaceae, tumpang sari tanaman kubis dengan tomat, daun bawang dan
jagung, serta penanaman tanaman perangkap seperti Rape di sekeliling kebun.
Lebih baik untuk menanam kubis dan brassica lain pada musim hujan, karena
populasi hama tersebut dapat dihambat oleh curah hujan.
Melepaskan musuh alami berupa predator (Paederus sp, Harpalus sp.) atau
parasitoid (Cotesia plutella, Diadegma eucerophaga, dan D. semiclausum), dan
patogen (Bacillus thuringiensis, Beauveria bassiana).

4.2.7. Kepik Coklat(Riptortus linearis Fabr)

Gambar 7. Kepik Coklat (Riptortus linearis Fabr)


Sumber: (wikipedia.com)
Kepik coklat termasuk ke dalam ordo hemiptera, merupakan serangga
hama berbadan lebar seperti perisai berbentuk segi lima. Kepik hitam mempunyai
karakteristik yaitu panjang tubuh 6-7 mm, tipe alat mulut menusuk menghisap,
antena terdiri dari 4 ruas dan warna tubuh didominasi warna hitam dengan sedikit

16
corak kuning keemasan. Telurnya berwarna kekuningan, kemudian berubah
menjadi kuning, tetapi menjelang menetas warnanya berubah menjadi kemerahan
(merah bata), telur berbentuk oval agak bulat seperti tong, periode telur 4-6 hari.
Perkembangan dari telur sampai menjadi serangga dewasa kurang lebih selama 4-
8 minggu (Rio, 2013).
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kepik hitam ini antara lain yaitu
beras menjadi coklat kehitaman, mudah hancur apabila digiling dan apabila
dimasak terasa pahit. Serangga cenderung mengisap bulir-bulir padi pada pagi
hari, sebagian didapatkan pada daun maupun batang. Serangga dapat ditemukan
pada tanaman muda sampai dengan tanaman menjelang panen.
Cara pengendalian hama kepik ini yaitu penanaman serempak dalam satu
wilayah administratif untuk menghindari terjadinya populasi tinggi, sistem tanam
legowo populasi ditemukan lebih rendah, pemanfaatan predator laba-laba. Hasil
kajian yang dilakukan di IP3OPT Luwu menunjukkan bahwa entomopatogen ini
cukup efektif mengendalikan kepik hitam ini.

4.2.8. Kutu Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis)

Gambar 8. Kutu Kacang Hijau (Callosobruchus


chinensis)
Sumber: (wikipedia.com)

Termasuk ke dalam ordo coleoptera. Tipe alat mulutnya menggigit


mengunyah. Tipe perkembangan holometabola. Ukuran tubuh kutu kacang hijau
(Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil
dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Warna tubuh kumbang kacang hijau
(Callosobruchus chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya berwarna

17
kekuning-kuningan. Kutu kacang hijau (Callosobruchus chinensis) mampu
bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus hidupnya. Telur diletakkan dalam pada
bahan yang merupakan pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena
memiliki 3 pasang kaki thorixal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak
6-11 kali, tidak jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6-7 kali,
ukuran larva dewasa dapat mencapai 8-11 mm. Menjelang terbentuknya pupa,
larva kumbang akan muncul di permukaan material (Suliatyo, 2009).
Gejala serangan kutu kacang hijau (Callosobruchus chinensis) tampak
lubang pada biji-biji kacang hijau yang mengakibatkan lama-kelaman biji tersebut
menjadi retak. Intensitas serangan akibat hama dalam produk simpanan termasuk
dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama dapat menyebabkan kerugian
yang nyata secara ekonomi.
Pengendalian hama ini yakni melalui pengaturan suhu, kelembaban dalam
tempat penyimpanan untuk menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi
perkembangan serangga, membangun tempat penyimpanan berbahan dasar pasir,
tanah liat dan kayu jati. Pemanfaatan musuh alami (predator dan parasitoid) pada
tempat penyimpanan, dan penggunaan genotipe tahan terhadap serangan hama
pasca panen.

4.2.9. Kutu Daun (Aphis sp)

Gambar 9. Kutu Daun (Aphis sp)


Sumber: (wikipedia.com)

Termasuk ke dalam ordo homoptera. Tipe perkembangannya


paurometabola yang melalui stadia telur-nimfa-imago. Baik nimfa maupun
dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman. Kutu daun hidup secara

18
berkelompok (koloni), berwarna hitam, coklat atau hijau. Siklus hidup kutu daun
reproduksi kutu ini terjadi dalam dua cara, yaitu seksual dan aseksual. Pada
kondisi udara dingin, proses reproduksi biasanya terjadi secara aseksual, serangga
betina mampu menghasilkan ribuan Aphis baru tanpa kawin dan terjadi dalam
waktu 4-6 minggu. Nimfa yang dihasilkan akan melewati empat fase sebelum
menjadi serangga dewasa dalam waktu 8-10 minggu. Serangga dewasa akan
bereproduksi dalam 2-3 hari kemudian. Serangga dewasa bersayap, sehingga
mampu berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain secara cepat, dan tentu akan
mempercepat kerusakan di area budidaya (Rio, 2013).
Gejala serangan awal berupa bercak kering pada daun dan menyebabkan
tanaman mengering, tumbuh kerdil, warna daun kekuningan, dan daun
menggulung. Pertumbuhan tunas, daun, dan bunga akan terganggu, sehingga
tanaman akan mengalami keterlambatan pertumbuhan. Kutu ini akan
mengeluarkan cairan kental manis, sehingga berpotensi menimbulkan serangan
cendawan di permukaan daun mengakibatkan proses fotosintesis terganggu.
Upaya pengendalian kutu ini harus dilakukan secara komprehensif, baik
secara mekanis, teknis budidaya, maupun kimiawi. Secara mekanis dapat
dilakukan dengan memusnahkan bagian tanaman yang sudah terserang parah.
Secara teknis budidaya dapat dilakukan dengan melakukan penanaman serempak
untuk memutus siklus perkembangan hama. Secara kimiawi, bisa dilakukan
dengan penyemprotan insektisida.

19
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Ordo yang bertindak sebagai hama sebanyak enam ordo yaitu orthoptera,
hemiptera, diptera, coleoptera, lepidoptera, dan homoptera, tipe alat mulut
menghisap, menggigit, menusuk, menguntah, perkembangbiakkan hama serangga
ada dua yaitu holometabola (telur-larva-pupa-imago) dan paurometabola (telur-
nimfa-imago), cara pengendalian hama serangga ada cara mekanik, kultur teknis,
kimiawi, fisik, biologi, dan musuh alami.
Macam-macam hama yang menyerang hasil produksi penyimpanan
digudang yaitu kumbang beras (Sitophilus oryzae), bagiann tubuhnya terdiri dari
mulut, kaki, badan, antenna, kaki, sayap depan, dan sayap belakang. Mekanisme
serangannya membuat beras menjadi kuning, dan lama-kelamaan akan hancur.
Kutu kacang hijau (Callosobruchus chinensis) warna tubuh kumbang kacang
hijau berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya berwarna kekuning-kuningan.
Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala (caput) agak meruncing,
pada elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna
cokelat agak kekuningan. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya
merobek bagian kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di
sekitar tempat telur diletakkan. Produk yang diserang akan tampak berlubang.

5.2. Saran
Untuk praktikum selanjutnya diharapkan agar praktikan dapat membawa
bahan-bahan yang akan digunakan dalam praktikum, sehingga dapat membedakan
ordo dari hama yang dapat menyerang tanaman budidaya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Erawati, Netty Virgo., Sih, Kahono. 2013. Keanekaragaman dan Kelimpahan


Belalang dan Kerabatnya (Orthoptera) pada Dua Ekosistem Pegunungan di
Taman Nasional Halimun-Salak. Jurnal entomologi. Vol. 7. No. 2. (100-115).

Hidayat, Sri Hendratuti., Hidayat, Purnama. 2013. Dasar-Dasar Perlindungan


Tanaman.(http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wpcontent/uploads/pdfmk/LUHT4310-
M1.pdf) (diakses pada tanggal 02 April 2017).

Rio. 2013. Organisme pengganggu Tanaman (OPT) dan Macam-macam OPT.


(http://www.pustaka.ac.id/lib /uploads.pdf). (diakses pada tanggal 03 April 2017).

Rozik. 2014. Hama Gudang. (http://www.fumigasikutuberas.com/tag/hama-


gudang-pdf/) (diakses pada tanggal 04 April 2017).

Suparjo. 2010. Pengendalian Serangga Hama Gudang.


(ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/pengelolaan.hama.gudang/20.pdf).

Sulistyo. 2009. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara: Jakarta

Tomi. 2014. Filum yang Berpotensi Sebagai Hama. (http://www.


Slideshare.net) (diakses pada tanggal 03 april 2017).

21
LAMPIRAN

. Belalang Kayu (Valanga Kumbang Kelapa (Oryctes


Nigricornis) rhinoceros)

Walang Sangit (Leptocoria acuta) Lalat Buah (Dancus sp.)

Kutu Beras (Sitophilus oryzae) Ulat Daun (Plutela xilostela)

22
Kepik Coklat (Riptortus linearis Kutu Kacang Hijau
Fabr) (Callosobruchus chinensis)

Kutu Daun (Aphis sp,)

23

Anda mungkin juga menyukai