BAB 1
PENDAHULUAN
1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum pengujian prediksi erosi metode usle dan guest yaitu
agar praktikan dapat mengetahui proses terjadinya erosi dan mampu memprediksi
terjadinya erosi mengunakan metode usle dan guest
1.2.2 Tujuan
1. Praktikan dapat mengetahui proses terjadinya erosi.
2 Praktikan mampu memprediksikan erosi menggunakan metode usle dan guest.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A=R.K.L.S.C.P
Keterangan:
A: Banyaknya tanah tererosi dalam tahun-1;
R: Faktor curah hujan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan, yang merupakan
perkalian antara energi hujan total (E) dengan intensitas hujan maksimum 30
menit (130)
K: Faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per unit indeks erosi untuk suatu
tanah yang diperoleh dari petak homogen percobaan standar, dengan panjang
72,6 kaki (22m) terletak pada lereng 9% tanpa tanaman;
L: Faktor psnjsng lereng 9%, yaitu nisbah erosi dari tanah dengan panjang
lereng tertentu dan erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kaki (22 m)
di bawah keadaan yang identik;
S: Faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu tanah
dengan kecuraman lereng tertentu, terhadap besarnya erosi dari tanah dengan
lereng 9% di bawah keadaan yang identik;
C: Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman, yaitu nisbah antara
besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan
tanaman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identik tanpa
tanaman;
P: Faktor tindakan konservasi tanah, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari
tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi tanah seperti pengelolaan
menurut kontur, penanaman dalam strip atau teras terhadap bersarnya erosi
dari tanah yang diolah searah lereng dalam keadaan yang identik.
Dengan menggunakan kriteria erosi dapat diketahui tingkat bahaya erosi yang
terjadi di suatu daerah, dengan kriteria erosi. Data-data yang perlu dalam pendugaan
besarnya erosi menggunakan metode USLE ini adalah :
1. Data curah hujan
Data curah hujan dari stasiun pengamatan hujan terdekat dengan lokasi
penelitian, sekurang-kurangnya 10 tahun terakhir. Data curah hujan ini digunakan
untuk mengetahui faktor erosivitas hujan ( R) melalui persamaan Bols (1978) :
Dimana :
Rain = rerata curah hujan bulanan (cm)
R = (0.41 x H)1.09
R= 2,221 P 1,36
keterangan :
R : Indeks erosivitas
P : Curah Hujan Bulanan (cm)
Cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan yang terakhir ini lebih
sederhana karena hanya memanfaatkan data curah hujan bulanan.
Keterangan :
M : parameter ukuran butir diperoleh dari (% debu +
% pasir sangat halus)(100 - % liat)
a : % bahan organik (% C x 1,724)
b : kode struktur tanah
c : kode kelas permeabilitas penampang tanah
Untuk kadar bahan organik > 6% (agak tinggi-sangat tinggi), angka 6%
tersebut digunakan sebagai angka maksimum..
4. Faktor Panjang Lereng (L) dan Kemiringan Lereng (S)
Faktor lereng (LS) merupakan rasio antara tanah yang hilang dari suatu petak
dengan panjang dan curam lereng tertentu dengan petak baku (tanah
gundul,curamlereng 9%, panjang 22 meter, dan tanpa usaha pencegahan erosi) yang
dengan :
LS = faktor panjang dan kemiringan lahan;
S = kemiringan lahan (%);
L = panjang lereng (m)
Rumus tersebut berlaku untuk lahan dengan kemiringan <22%, sedangkan
untuk lahan dengan kemiringan lebih curam digunakan untuk rumus Gregory et al
(1977) sebagai berikut:
Dengan:
T = faktor topografi/ LS
λ = panjang lereng, dalam meter
m = 0,5 untuk lereng 5% atau lebih;
0,4 untuk lereng 3,5% - 4,9%;
0,3 untuk lereng < 3,4%
C = 34,7046
α = sudut kemiringan lahan, dalam derajat.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
Pertama - tama praktikan menyediakan tanah, pasir dan kerikil yang ingin
digunakan pada percobaan prediksi erosi. Kemudian praktikan membuat replika
terjadinya erosi dengan memakai tiga faktor penyebab terjadinya erosi. Faktor yang
pertama yaitu hujan, pada percobaan ini praktikan membuat replika semacam lereng
–lereng. Kemudian praktikan menyemprotkan air tersebut ke replika lereng – lereng
tersebut hingga terjadinya proses erosi. Kemudian yang kedua praktikan membuat
replika terjadinya erosi akibat adanya angin. Dan yang terakhir praktikan membuat
replika gelombang laut dengan cara membuat replika tebing-tebing yang berada
disekitar laut hingga tebing –tebing tersebut mengalami erosi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Januari
48 + 70 + 28 + 52 + 50 = 49,6 mm = 4,96 cm
2. Februari
25,5 + 46,0 + 0 + 46,0 + 64,0 = 36,3 mm = 3,63 cm
3. Maret
33,9+ 59,3+ 0 + 34,3+ 60,0= 37,5 mm = 3,75 cm
4. April
12,5 + 60,0 + 66,9 + 45,0+ 45,0 =45,8 mm = 4,58 cm
5. Mei
50,0 + 75,0 + 32,2 + 43,0 + 67,0 = 53,4 mm = 5,34 cm
6. Juni
25,0 + 29,8 + 48,1+ 26,0 + 70,0 = 39,7 mm = 39,7 cm
7. Juli
23,0 + 40,0 + 18,0 + 12,0 + 64,0 = 31,4 mm = 3,14 cm
8. Agustus
0 + 25,5 + 30,6 + 24,0 + 59,0 = 27,8 mm = 2,78 cm
9. September
49,0 + 26,0 + 70,8 + 23,0 + 55,0 = 44,7 mm = 4,47 cm
10. Oktober
65,5 + 54,7 + 40,5 + 23,0 + 43,0 = 45,2 mm = 4,52 cm
11. November
32,0 + 34,0 + 5,7 + 43,0 + 50,0 = 32,9 mm = 3,29 cm
12. Desember
51,0 + 56,0 + 139,9 + 34,0 + 85,0 = 73,1 mm = 7,31 cm
R total = 197,0111642
A=R.K.L.S.C.P
100 K = 1,292 [2,1 ( 25 + 66) (100 - 151,14) (10-4) (12-5) + 3,25 (2 - 2) + 2,5 (1-3)]
37,8255788941
= = 0,3782557889
100
𝟐𝟎 𝟎,𝟓
L= ( ) = 0,9534625892
𝟐𝟐
Rumus mencari nilai S :
S = ( 0,43 + 0,30 x S + 0,043 x S2 )
6,613
= 1,16890972327
Jadi nilai A = R . K . L . S . C . P
A = 197,0111642 x 0,3782557889 x 0,9534625892 x 1,16890972327
x 0,345 x 0,1
= 2,865373219 Ton/h/Thn
A=R.K.L.S.C.P
100 K = 1,292 [2,1 ( 66 + 15) (100 - 151,14) (10-4) (12-6) + 3,25 (2 - 2) + 2,5
(3-3)]
38,622782249
= = 0,3862278225
100
𝒙 𝟎,𝟓
L = ( )
𝟐𝟐
𝟏𝟖 𝟎,𝟓
L= ( ) = 0,9045340337
𝟐𝟐
Rumus mencari nilai S :
S = ( 0,43 + 0,30 x S + 0,043 x S2 )
6,613
= 2,656887948
Jadi nilai A = R . K . L . S . C . P
A = 197,0111642 x 0,3862278225 x 0,9045340337 x 2,656887948
x 0,377 x 0,40
= 27,57616605 Ton/h/Thn
A=R.K.L.S.C.P
100 K = 1,292 [2,1 ( 35 + 20) (100 - 151,14) (10-4) (12-4) + 3,25 (2 - 2) + 2,5
(2-3)]
29,89247952
= = 0,29899247925
100
𝒙 𝟎,𝟓
L = ( )
𝟐𝟐
𝟏𝟕 𝟎,𝟓
L= ( ) = 0,879049073
𝟐𝟐
= 2,208528656
Jadi nilai A = R . K . L . S . C . P
A = 197,0111642 x 0,2989247925 x 0,879049073 x 2,208528656
x 0,498 x 0,15
= 8,540622641 Ton/h/Thn
4.2 Pembahasan
4.2.1 SPL 1
Seperti yang diketahui nilai erosi yang dapat dibiarkan untuk SPL 1 (T= 2
ton/ha/tahun). Berdasarkan tingkat kemiringan lereng dan prediksi erosi rata-rata,
SPL 1 termasuk kelas kemampuan lahan 1 ( sangat ringan). Konservasi dan prediksi
yang dapat dilakukan antara lain : tanah diolah seperlunya mengingat kemiringan
lereng yang cukup curam yakni 10%, membuat semacam saluran yang memotong
arah lereng atau counter cropping sehingga kecepatan air tersebut tidak melebihi 0,5
m/detik. Penggunahan lahan dengan menanam padi dan sorgum dengan pengelolaan
tanah mengunakan penutupan tanah rapat sehingga dapat menurunkan erosi rata-rata.
Metode konservasi yang bisa digunakan dalam kasus ini adalah metode konservasi
vegetatif. Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa-
sisanya untuk mengurangi daya rusak air hujan yang jatuh ke permukaan tanah,
sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya erosi.
4.2.2 SPL 2
Seperti yang diketahui nilai erosi yang dapat dibiarkan untuk SPL 2 (T= 27
ton/ha/tahun). Berdasarkan tingkat kemiringan lereng dan prediksi erosi rata-rata,
SPL 2 termasuk kelas kemampuan lahan II (sedang). Konservasi dan prediksi yang
dapat dilakukan antara lain : tanah diolah seperlunya mengingat kemiringan lereng
yang cukup curam yakni 17%, membuat semacam saluran yang memotong arah
lereng atau counter cropping sehingga kecepatan air tersebut tidak melebihi 0,5
m/detik. Penggunahan lahan dengan menanam kacang tanah dan mulsa jerami
dengan pengelolaan tanah mengunakan teras tradisional sehingga dapat menurunkan
erosi rata-rata. Metode konservasi yang bisa digunakan pada kasus ini adalah metode
konservasi mekanik. Metode mekanis adalah semua perlakuan fisik mekanis yang
diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran
permukaan dan erosi dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah.
4.2.3 SPL 3
Seperti yang diketahui nilai erosi yang dapat dibiarkan untuk SPL 3 (T=8
ton/ha/tahun). Berdasarkan tingkat kemiringan lereng dan prediksi erosi rata-rata,
SPL 2 termasuk kelas kemampuan lahan 1 ( sangat ringan). Konservasi dan prediksi
yang dapat dilakukan antara lain : tanah diolah seperlunya mengingat kemiringan
lereng yang cukup curam yakni 15%, membuat semacam saluran yang memotong
arah lereng atau counter cropping sehingga kecepatan air tersebut tidak melebihi 0,5
m/detik. Penggunahan lahan dengan pola berurutan dengan pengelolaan tanah
mengunakan teras bangku sedang sehingga dapat menurunkan erosi rata-rata.
Metode konservasi yang bisa digunakan pada kasus ini adalah metode konservasi
mekanik. Metode mekanis adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan
terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan
erosi dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan (detached) dan kemudian
dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, dan gravitasi (Hardjowigeno,
1995). Secara deskriptif, Arsyad (2000) menyatakan erosi merupakan akibat
interaksi dari faktor iklim, tanah, topografi, vegetasi dan aktifitas manusia terhadap
sumber daya alam
Proses terjadinya erosi tanah disebabkan oleh air meliputi 3 tahap
(Suripin,2004), yaitu Pengelupasan (detachment) merupakan tahap pelepasan partikel
tunggal dari massa tanah, Pengangkutan (transportation) yaitu tahap pengangkutan
oleh media yang erosive seperti aliran air dan angina, Pengendapan (sedimentation)
merupkan tahap pengendapan, pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak cukup
lagi untuk mengangkut partikel
USLE adalah model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-rata erosi
tanah dalam jangka waktu panjang dari suatu areal usaha tani dengan sistem
pertanaman dan pengelolaan tertentu (Wischmeier dan Smith, 1978).
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Pembrit. IPB/IPB Pros. Cetakanke
tiga. Dargama, Bogor.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Cetakan P
ertama. Gadjah Mada University Press, Bulaksumur,Yogyakarta.
Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1998. Pedoman Penyusunan
Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah
Aliran Sungai. Departemen Kehutanan RI. Jakarta.
Haerdjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.
Purwowidodo. 1999. Pokok-pokok Bahasan Konservasi Tanah di Kawasan
Hutan. Laboratorium Pengaruh Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
Vadari, et. al. 2011. Model Prediksi Erosi.(http//:www.berlereng.blog.com). Diakses
pada tanggal 10 Nopember 2013 pukul 20.00 WIB.