PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan
suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat
di dalam tubuh. Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin
yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh.
Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh
manusia seperti perasaan nyeri di daerah persendian dan sering disertai
timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Bahan pangan
yang tinggi kandungan purinnya dapat meningkatkan kadar urat dalam darah
antara 0,5 – 0,75 g/ml purin yang dikonsumsi. Konsumsi lemak atau makanan
tinggi minyak seperti makanan yang digoreng, santan, margarin atau mentega
dan buah-buahan yang mengandung tinggi purin seperti durian dan alpukat
juga berpengaruh terhadap peningkatan kadar asam urat (Krisnatuti, 2007).
Asam urat merupakan penyakit degeneratif. Salah satu tanda dari penyakit
asam urat adalah adanya kenaikan kadar asam urat dalam darah
(hiperurisemia). Berdasarkan penelitian Best Practice & Research Clinical
Rheumatology pada tahun 2010 terhadap 4683 orang dewasa menunjukkan
bahwa angka prevalensi gout dan hiperurisemia di Indonesia pada pria adalah
masing-masing 1,7% dan 24,3%, dimana rasio perbandingan laki-laki dan
perempuan adalah 34:1 untuk asam urat dan 2:1 untuk hiperurisemia (Smith,
2010). Kejadian tingginya asam urat baik di negara maju maupun negara
berkembang semakin meningkat terutama pada pria usia 40-50 tahun,
sedangkan pada perempuan persentase asam urat mulai didapati setelah
memasuki masa menopause. Jadi, kadar asam urat meningkat sejalan dengan
peningkatan usia seseorang (Soekanto, 2012).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 di
seluruh dunia penduduk lanjut usia (usia 60 tahun) berkembang dengan
sangat cepat bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya. Diperkirakan
1
2
mulai tahun 2010 akan terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Hasil
prediksi menunjukkan bahwa persentase penduduk lanjut usia akan mencapai
9,77 persen dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34 persen
pada tahun 2020 (DepKes, 2013). Angka harapan hidup tertinggi di dunia
menurut survey yang dilakukan Badan Pusat Statistik (2014) ada di negara
Jepang (83,5 tahun), Hongkong (83,3 tahun), dan diikuti Australia (82,4
tahun). Angka harapan hidup di Indonesia mencapai 70,1 tahun. Urutan
angka harapan hidup tertinggi di Indonesia sendiri tertinggi ada di provinsi DI
Yogyakarta (76,36 tahun), diikuti Jawa Tengah (75,7 tahun), dan DKI Jakarta
(74,4 tahun) (Badan Pusat Statistik, 2014).
Salah satu penyebab penyakit asam urat adalah gangguan pada indeks
masa tubuh, dimana seseorang dengan indeks masa tubuh (IMT) berlebih
(overweight) cenderung memiliki risiko lebih tinggi tinggi mengalami asam
urat meskipun seseorang dengan IMT kurang dan normal juga dapat memiliki
risiko tersebut. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya peningkatan asam
urat di dalam tubuh seseorang yang diakibatkan oleh bahan pangan tinggi
kandungan purin sehingga dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah
(Darmawan, 2008). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wang, Wong,
Xie, dkk pada tahun 2014, indek massa tubuh yang berlebihan atau obesitas
secara signifikan lebih mempengaruhi kadar asam urat dalam darah
dibandingkan pada orang dengan kekurangan berat badan atau indek masa
tubuh rendah.
Aktivitas yang dilakukan oleh manusia juga erat kaitannya dengan kadar
asam urat yang terdapat dalam darah. Aktivitas yang berat seperti kegiatan
fisik yang dilakukan secara terus menerus sampai meningkatkan denyut nadi
dan napas lebih cepat dari biasanya, dapat memperberat penyakit gout atau
penyakit asam urat yang ditandai dengan peningkatan kadar asam urat dalam
darah. Meningkatnya kadar asam laktat dalam darah mengakibatkan
penurunan pengeluaran asam urat di ginjal yang keluar tubuh mengalami
penurunan sehingga kandungan asam urat dalam tubuh meningkat (Wiliams,
2008).
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka perumusan
masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan IMT dan aktivitas
4
fisik dengan kadar asam urat pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Bantul, Yogyakarta ?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan IMT dan aktivitas fisik dengan kadar asam urat
pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Bantul,
Yogyakarta
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui IMT pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Bantul Yogyakarta
b. Mengetahui aktivitas fisik pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Bantul Yogyakarta
c. Mengetahui kadar asam urat pada lansia di Balai Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Bantul Yogyakarta
d. Mengetahui hubungan IMT dengan kadar asam urat pada lansia di Balai
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Bantul Yogyakarta
e. Mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kadar asam urat pada
lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Bantul
Yogyakarta
f. Mengetahui keeratan hubungan IMT dan aktivitas fisik dengan kadar
asam urat pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Bantul Yogyakarta
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitan ini diharapkan dapat berkontribusi dalam
mengembangkan keilmuan khususnya di bidang ilmu keperawatan tentang
hubungan IMT dengan aktivitas fisik dengan kadar asam urat pada lansia.
5
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Bantul,
Yogyakarta.
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan pengetahuan
bagi lansia mengenai kadar asam urat dan IMT serta diharapkan bagi
lansia yang memiliki asam urat agar melakukan pola hidup sehat
dengan melakukan aktivitas fisik yang seimbang.
b. Bagi Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Bantul, Yogyakarta.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pengelola
balai pelayanan sosial tentang hubungan IMT dan aktivitas fisik
dengan kadar asam urat pada lansia serta diharapkan dapat melakukan
kontrol rutin status kesehatan bagi lansia yang ada di panti.
c. Bagi STIKES Guna Bangsa Yogyakarta
Penelitian ini dapat dijadikan studi kepustakaan oleh mahasiswa
dan dosen mengenai hubungan IMT dengan aktivitas fisik dengan
kadar asam urat pada lansia.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai data awal akan melakukan penelitian serupa yang lebih
mendalam dengan beberapa variabel yang berbeda.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian sebelumnya yang serupa atau hampir sama sudah pernah
dilakukan antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nusilmi pada tahun 2013 dengan judul
“Hubungan pola konsumsi, status gizi, dan aktifitas fisik dengan kadar
asam urat lansia wanita peserta Posbindu Sinarsari”. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian desain cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah jumlah lansia yang hadir di Posbindu Desa Sinarsari
pada pemeriksaan kadar asam urat yaitu sebanyak 99 orang yang berusia
45-86 tahun. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia wanita yang terdiri
dari 48 orang dengan rentang usia 50-81 tahun dengan teknik purposive
6