POLITIK

SIAPA KAWAN SIAPA LAWAN

Menjelang datangnya pergelaran pemilu serentak 2019, hampir semua elemen
masyarakat turut mengambil bagian didalamnya. Mulai dari para elit politik pemerintahan,
para pengusaha, sampai pada masyarakat biasa, yang masing-masing berperan untuk
menyukseskan pergelaran tahun pilitik nanti. Inilah watak demokasi yang menggambarkan
wajah masyarakat indonesia dalam berpolitik. Politik dalam demokrasi menyentuh semua
elemen dalam masyarakat dan menaruh kepenting bersama didalamnya untuk mencapai
keharmonisan bersama dalam hidup bernegara. Di sini eksistensi setiap orang sebagai warga
negara menjadi pandangan utama dalam berpolitik.

Akhir-akhir ini menjelang pergelaran tahun politik, masyarakat indonesia mendapat

tensi yang kurang sehat dari berbagai pertentangan di kalangan elit politik serta sejumlah
isu yang beredar terkaitan kedua calon presiden yang diusung untuk pemilihan nanti. Tensi
ini menimbulkan gejolak perdebatan yang panas baik di kalangan elit politik maupun dalam
masyarakat yang mendukungnya. Efek langsung yang timbul dari tensi poltik ini yakni
retaknya kohesi sosial di masyarakat terutama masyarakat kalangan bawah. Orang lebih
memilih bersikap sosial hanya kepada pihak tertentu yang dipandang memiliki kepentingan
yang sama daripada lawan kepentingannya. Politik tidak lagi dilihat sebagai alat
kesejahteraan bersama, melainkan sarana bagi sebagian orang untuk mencapai kepentingan
pribadi. Bahkan ada yang rala mengorbankan sesamanya hanya karna kepentingan pribadi,
seperti kasus pembunuhan yang terjadi di Kabupaten Sampang hanya karena cekcok di
media sosial karena perbedaan pilihan politik. Politik membuat orang sulit membedakan
siapa kawan siapa lawan.

Fanatisme sempit yang dianut oleh sebagian orang dalam berpolitik menjadikan
ruang demokrasi di negara ini semakin sempit. Akar dari permasalahan ini yakni adanya
kepentingan identitas yang diutamakan oleh sebagian orang daripada eksistensi setiap
individu. Prinsip ini sangat keliru karana