ANALISA KASUS
59
60
dapat menyebabkan mual muntah proyektil. Pada kasus ini serangan stroke
disertai kejang, terdapat gangguan rasa pada sisi yang lumpuh, disertai rasa baal,
kesemutan dan nyeri. Kelemahan pada tungkai dan lengan kanan dirasakan tidak
sama berat. Adanya kejang, mengarahkan pada letak lesi kemungkinan terdapat
di korteks serebri, karena pada lesi yang terletak di korteks serebri biasanya
terdapat kejang. Terdapat gangguan rasa pada sisi yang lumpuh, disertai rasa
baal, kesemutan dan nyeri. Pada kasus ini kemungkinan lesi terletak di korteks
serebri. Lesi di kapsula interna tidak menunjukkan adanya defisit sensorik dan
lesi pada korteks serebri menunjukkan defisit sensorik karena pada korteks
terdapat bagian korteks sensorik yang berfungsi untuk mengenal,
menginterpretasi dan menyadari rangsang sensorik.9
Pada kasus kelemahan pada tungkai dan lengan kanan dirasakan tidak sama
berat, kemungkinan letak lesi pada kasus ini terletak di korteks serebri ataupun
di kapsula interna, karena di tingkat kapsula interna kawasan serabut
kortikospinal yang menyalurkan impuls untuk gerakan tungkai dan lengan
diperdarahi oleh satu arteri yang sama yaitu arteri lentikulostriata, sehingga
derajat kelumpuhan pada tungkai dan lengan sama berat.10
Sehari-hari penderita bekerja menggunakan tangan kanan. Penderita
kesulitan mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan dan isyarat.
Penderita tidak dapat mengerti isi pikiran orang lain yang diungkapan secara
lisan, tulisan dan isyarat. Hal ini menunjukan bahwa pada kasus ini lesi mengenai
hemisferium yang dominan dan kemungkinan letak lesi di korteks serebri dan
subkorteks, dan mengenai area Broca dan tidak mengenai area Wernicke. Area
Broca terdapat di hemisferium dominan dan apabila aliran darah ke area Broca
terganggu maka penderita akan mengalami afasia motorik.20
Saat serangan penderita mengalami jantung berdebar-debar disertai sesak
napas, hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan stroke pada kasus ini
disebabkan oleh hemorragia serebri, karena pada stroke hemorragia serebri
61
terjadi karena adanya gumpalan darah atau bekuan darah yang berasal dari
jantung, kemudian menyumbat aliran darah di otak. Bekuan darah yang dari
jantung ini biasanya terbentuk akibat denyut jantung yang tidak teratur (misalnya
fibrilasi atrium), kalainan jantung, infeksi di dalam jantung.2 Penderita sering
mengeluh sakit kepala bagian belakang yang timbul pada pagi hari dan berkurang
pada malam hari. Penderita belum tahu menderita hipertensi, pada saat serangan
tekanan darah penderita 180/100 mmHg. Penderita pada kasus ini menderita
hipertensi grade II, hipertensi merupakan faktor utama, baik pada stroke iskemik
maupun stroke hemorragik. Hal ini disebabkan hipertensi memicu proses
aterosklerosis yang dikarenakan tekanan darah tinggi. Akibatnya mendorong
Low Density Lipoprotein (LDL) kolestrol untuk lebih mudah masuk ke dalam
intima lumen pembuluh darah dan menurunkan elastisitas pembuluh darah.21
Penderita tidak pernah mengalami koreng dikemaluan yang tidak gatal, tidak
nyeri dan sembuh sendiri. Penderita tidak pernah mengalami bercak merah di
kulit yang tidak gatal, tidak nyeri dan sembuh sendiri, pada kasus ini
menyingkirkan kemungkinan faktor yang memperberat terjadinya stroke adalah
sifilis, karena manifestasi klinis sifilis tahap kedua merupakan tahap
spiroketemia yang dapat menimbulkan lesi vaskuler dan infeksi selaput otak.
Lesi vaskuler yang menimbulkan infark regional di otak disebabkan oleh oklusi
lumen arteri akibat reaksi proliferative terhadap Treponema pallidum yang
berada di saluaran darah.22 Penderita tidak pernah mengalami nyeri pada tulang
panjang, hal ini menyingkirkan kemungkinan kelumpuhan yang terjadi akibat
dari lesi di medula spinalis. Istri penderita tidak pernah mengalami keguguran
pada usia kehamilan lebih dari 16 minggu, tidak ada riwayat tersebut
menyingkirkan kemungkinan faktor risiko terjadinya defisit neurologis pada
kasus ini adalah karena infeksi Toxoplasma, pada Toxoplasmosis cerebri ditandai
dengan defisit neurologis yang biasanya terjadi adalah kelemahan motorik dan
gangguan bicara.22 Trauma tidak ada, menyingkirkan kemungkinan defisit
62
Pada pemeriksaan neurologi kekuatan otot lengan kanan belum bisa dinilai
disertai hipertonus, hiperefleks dan refleks patologis negatif pada lengan dan
tungkai yang mengalami kelemahan. Hal ini terjadi akibat kerusakan pada upper
motor neuron. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada stroke penurunan aliran
darah serebral mengakibatkan defisit neurologi sehingga mengakibatkan
kerusakan neuron motorik yaitu pada kasus ini upper motor neuron.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kesan dislipidemia. Dislipidemia
yaitu kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar
63
kolesterol total, trigliserida, kolestrol LDL dan penurunan kadar kolestrol HDL
dalam darah. Dislipidemia merupakan salah satu faktor resiko yang terpenting dari
penyakit serebrovaskular dan penyakit kardiovaskular. Faktor tersebut
diakibatkan adanya atherosklerosis dalam darah yang ditimbulkan dari disfungsi
endotelial yang akan menimbulkan gangguan peredaran darah. Dislipidemia
sering mengakibatkan stroke non-hemoragik (stroke iskemik) akibat trombosis
dan pembentukan embolus.21
terapi drip titrasi Nicardipine 2 amp dalam NaCl 100 ml dihentikan. Polifarmasi
antihipertensi ini sesuai dengan Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit
Kardiovaskular. Pada pasien hipertensi stage 2 tekanan darah ≥ 160/100 mmHg
diberikan kombinasi antihipertensi golongan CCB (Calcium Channel Blocker)
atau Thiazide + ACE-i (Angiotensin Converting Enzym-inhibitor) atau ARB
(Angiotensin Reseptor Blocker).18 Amplodipin merupakan dihidropyridine
calcium channel antagonist yang menghambat masuknya kalsium ekstraseluler
menuju otot polos pembuluh darah melalui blokade dari kalsium yang
menyebabkan relaksasi dari otot pembuluh darah yang menyebabkan penurunan
tekanan darah.8 Candesartan merupakan obat golongan angiotensin reseptor
bloker. Bekerja pada reseptor angiotensin sehingga dapat menghambat efek dari
angiotensin II yang mengakibatkan tekanan darah menjadi turun dan
meningkatkan pasokan oksigen ke jantung.8
Pada tuan H diberikan obat Fenotoin. Fenitoin merupakan obat dari
golongnan hidantoin yang mempunyai sinonim Difenilhidantoin (DPH). Fenitoin
berefek antiepileptik tetapi tidak menyebabkan depresi umum pada susunan saraf
pusat. Dosis toksiknya dapat menimbulkan gejala eksitasi, sedangkan dosis
letalis menimbulkan rigiditas decerebrate. Mampu membatasi perkembangan
aktifitas serangan maksimal dan menurunkan penyebaran proses serangan dari
fokus aktifnya. Dapat menimbulkan remisi sempurna pada serangan umum tonik
klonik dan serangan parsial tertentu. Tidak secara sempurna menghilangkan aura
sensorik atau gejala prodormal lainnya.
Tidak seperti fenobarbital, fenitoin tidak menaikkan nilai ambang
serangan yang ditimbulkan oleh obat konvulsan seperti striknin, pikrotoksin atau
pentil entetrazol. Hanya memiliki kemampuan yang terbatas untuk menaikkan
nilai ambang serangan electroshock. Fenitoin memulihkan ekstabilitas pola
serangan secara abnormal untuk kembali pada keadaan normal.Fenitoin mampu
memodifikasi pola serangan elekrtoshock maksimal. Fase tonik dapat
68
dihilangkan secara sempurna, akan tetapi sisa serangan yang klonik mungkin
ditingkatkan dan dapat diperpanjang.
Paracetamol diberikan pada hari ke tiga akibat adanya keluhan suhu tubuh
yang meningkat. Sesuai dengan teori, mekanisme kerja paracetamol yang utama
adalah menghambat sintesis prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan
menghambat 2 enzim cyclooksygenase yaitu cyclooksygenase-1 (COX-1) dan
cyclooksygenase-2 (COX-2). Namun efeknya lebih selektif terhadap COX-2
sehingga tidak menghambat pembentukan tromboksan yang bertanggung jawab
terhadap pembekuan darah. Selain itu, obat ini juga bekerja di sistem syaraf pusat
dengan mempengaruhi hipotalamus untuk menurunkan sensitifitas reseptor nyeri
dan termostat yang mengatur suhu tubuh.19
Prognosis ditentukan oleh beberapa kondisi yaitu derajat kesadaran, usia,
volume perdarahan. Pada umumnya stroke ICH dengan prognosis buruk dan
outcome fungsionalnya juga sangat buruk dengan tingkat mortalitas yang tinggi.