Bahan Karsinoma Nasofaring PDF Usu PDF
Bahan Karsinoma Nasofaring PDF Usu PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Etiologi
Karsinoma nasofaring disebabkan oleh multifaktor. Sampai sekarang
penyebab pastinya belum jelas. Faktor yang berperan untuk terjadinya karsinoma
nasofaring ini adalah faktor makanan seperti mengkonsumsi ikan asin, sedikit
memakan sayur dan buah segar. Faktor lain adalah non makanan seperti debu,
asap rokok, uap zat kimia, asap kayu bakar dan asap dupa (kemenyan). Faktor
genetik juga dapat mempengaruhi terjadinya karsinoma nasofaring. Selain itu
terbukti juga infeksi virus Epstein-Barr dapat menyebabkan karsinoma nasofaring
(Nasution,2007).
• Sindroma Parafaring
Gejala ini timbul akibat gangguan saraf kranial grup posterior (n. IX, X,
XI dan XII) karena penjalaran retroparotidean dimana tumor tumbuh ke belakang
masuk ke dalam foramen jugularis dan kanalis nervus hipoglosus. Manifestasi
kelumpuhan ialah : nervus IX : kesulitan menelan karena hemiparese.konstriktor
faringeus superior, nervus X : gangguan motorik berupa afoni, disfoni, disfagia
dan spasme esofagus. Gangguan sensorik berupa nyeri daerah laring dan faring,
dyspnoe dan hipersalivasi. nervus XI : kelumpuhan atau atrofi m. trapezius,
sternokleidomastoideus serta hemiparese palatum molle, nervus XII : hemiparese
dan atrofi sebelah lidah, nervus VII dan nervus VIII jarang terkena KNF karena
letaknya agak tinggi (Munir,2007).
2.4 Diagnosa
Pengetahuan mengenai epidemiologi dan gambaran klinis KNF sangat
diperlukan untuk meningkatkan kewaspadaan dokter terhadap pasien yang
mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya keganasan ini. Setelah dicurigai
kemungkinan adanya KNF,pemeriksa yang menyeluruh dan teliti harus segera
dilakukan untuk menegakkan diagnosis yang pasti dan stadium penyakit ini.
2.4.1 Anamnesis
Anamnesis dilakukan berdasarkan keluhan penderita KNF. Gejalanya
sangat bervariasi antara satu pasien dengan pasien yang lain (Munir, 2009).
Demikian pula dengan keluhan yang ditimbulkannya. Pada stadium dini, keluhan
yang ada erring tidak menimbukan kecurigan atas keberadan tumor ini. Jika ada
biasanya berupa keluhan telinga, hidung atau keduannya.
2.4.2 Pemeriksaan
Pada kasus KNF pemeriksaan yang teliti keseluruhan kepala dan leher
merupakan bagian yang terpenting dala menegakkan diagnosis. Nasofaring
merupakan daerah yang tersembunyi atau daerah yang paling sulit diperiksa
dengan cara konvensional.
2.5 Histopatologi
KNF merupakan kanker sel skuamus yang berasal dari epitel yang
melapisi nasofaring. Menurut WHO KNF diklasifikasikan dalam 3 tipe yaitu :
Tipe 1.karsinoma sel skuamosa berkeratin,ditandai dengan:
1. Adanya bentuk kromatin di dalam mutiara skuamosa atau sebaga sel
mengalami keratinisasi (diskratosis).
2. Adanya stratifikasi dari sel, terutama pada sel yng terletak di permukaan
atau suatu rongga kistik.
3. Adanya jembatan intersel (intercellular bridges). Jembatan intersel ini
mungkin disebabkan arena sel mengalami pegerutan akibat dehidrasi pada
waktu membuat sediaan.
2.6 Stadium
Dibeberapa daerah non-endemik menggunakan sistem stadium TNM
berdasarkan AJCC/UICC (American Joint Committee on Cancer/ International
Union Against Cancer). Cara penentuan stadium KNF menurut AJCC/UICC edisi
ke-7 tahun 2002, yaitu (Roezin,2007):
2.6.2 Nasofaring
T1 : tumor terbatas di nasofaring
T2 : tumor meluas ke jaringan lunak orofaring dan/atau kavum nasi
• T2a : tanpa perluasan ke parafaring
• T2b : dengan perluasan ke parafaring
semua T Semua N
2.8 Terapi
Terapi standar KNF adalah radioterapi. Keuntungan dengan memberikan
radioterapi sebagai regimen tunggal pada kanker stadium I dan II akan
memberikan harapan hidup 5 tahun 90-95%, namun kendala yang dihadapi adalah
sebagian besar penderita datang dengan stadium lanjut (stadium III dan IV),
bahkan sebagian datang dengan keadaan yang sudah jelek. Disamping itu KNF
dikenal sebagai tumor ganas yang berpotensi tinggi untuk mengadakan metastase
regional maupun jauh. Keberhasilan terapi sangat dipengaruhi oleh stadium.
2.8.2 Kemoterapi
Alternatif lain untuk mengobati penderita karsinoma sel skuamosa kepala
dan leher yang secara lokal berstadium lanjut adalah kemoterapi induksi diikuti
dengan kemoradioterapi sebagai terapi radikal, terutama pada penderita dengan
respon yang baik terhadap kemoterapi induksi.
Kombinasi kemoterapi dan radioterapi telah diterima oleh kebanyakan ahli
onkologi sebagai terapi standar terapi KNF stadium lanjut. Indikasi pemberian
kemoterapi adalah untuk KNF dengan penyebaran ke kelenjar getah bening leher,
metastase jauh, dan kasus-kasus residif.
Dari banyak laporan penelitian, ternyata kemoradioterapi konkuren
merupakan yang paling efektif dalam penanganan KNF. Dibandingkan dengan
kemoterapi induksi yang diikuti dengan radioterapi, kemoradioterapi konkomitan
lebih disukai.
Menurut Agulnik dan Siu (2005), dosis obat kemoterapi yang paling
optimal hanya dapat dicapai dengan kemoterapi neoadjuvan. (Munir,2007).
2.8.3 Imunoterapi
Imunoterapi dilakukan dengan memberikan vaksin anti virus Epstein-Barr
pada populasi yang rentan sebelum terinfeksi virus Epstein-Barr untuk mencegah
terjadinya KNF.
2.8.4 Pembedahan
a. Diseksi leher radikal
Hal ini dilakukan jika masih ada sisa kelenjar paska radiasi atau
adanya kekambuhan kelenjar, dengan syarat bahwa tumor primer sudah
dinyatakan bersih. Adanya fibrosis dan reaksi jaringan paska radiasi sering
2.9 Follow-Up
Tidak seperti keganasaan kepala leher yang lainnya,knf mempunyai resiko
terjadinya rekurensi dan follow-up jangka panjang diperlukan. Kekambuhan
tersering terjai kuran dari 5 tahun,5-15% kekambuhan seringkali terjadi antar 5-10
tahun. Sehingga pasien KNF perlu di follow-up setidaknya 10 tahun setelah terapi
(Roezin, dan Adam,2007).