Anda di halaman 1dari 19

TINJAUAN TEORI

BRONKITIS

A. Definisi

Bronkitis adalah suatu peradangan dari bronkioli, bronkus dan trakea oleh

berbagai sebab (Purnawan Junadi; 1982; 206).

Bronkitis akut adalah penyakit infeksi saluran nafas akut (inflamasi bronkus) yang

biasanya terjadi pada bayi dan anak yang biasanya juga disertai dengan trakeitis

(Ngastiyah; 1997; 36).

Bronkitis biasa juga disebut dengan laringotrakeobronkitis akut atau croup dan

paling sering menyerang anak usia 3 tahun (Ngastiyah; 1997; 37).

A. Etiologi

Bronkitis akut biasanya sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus,

Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan

coxsackie virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada anak yang sedang

menderita morbilli, pertusis dan infeksi mycoplasma pneumoniae (Ngastiyah;

1997; 37).

Penyebab lain dari bronkitis akut dapat juga oleh bakteri (staphylokokus,

streptokokus, pneumokokus, hemophylus influenzae). Bronkitis dapat juga

disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur (Purnawan Junadi; 1982;

206).

Penyebab non infeksi adalah akibat aspirassi terhadap bahan fisik atau kimia.

Faktor predisposisi terjadinya bronkitis akut adalah perubahan cuaca, alergi, polusi

udara dan infeksi saluran nafas atas kronik memudahkan terjadinya bronkitis

(Ngastiyah; 1997; 37).

B. Pathofisiologi
Virus dan kuman biasa masuk melalui “port de entry” mulut dan hidung “dropplet

infection” yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/ bakterimia dengan gejala

atau reaksi tubuh untuk melakukan perlawanan.

Alergen

Aktivasi IG.E

Peningkatan
pelepasan histamin

Edema mukosa sel goblet


memproduksi mukus

Infeksi sekunder oleh Virus/ bakteri memasuki


beberapa penyakit tubuh (bakterimia/ viremia)

Batuk kering, setelah 2-3


batuk mulai berdahak dan
timbul lendir. Demam
Ketidakefektifan
Mungkin dahak berwarna Hipertermia
bersihan jalan
kuning (infeksi sekunder)
nafas
Malaise
Peningkatan frekwensi
pernafasan Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Perubahan pola Penggunaan otot-otot bantu
nafas pernafasan.
Gangguan
keseimbangan
Nyeri pada retrosternal cairan

(Purnawan Junadi; 1982; 207).

C. Manifestasi klinik

1. Tanda toksemi : Malaise, demam, badan terasa lemah, banyak keringat

“Diaphoresis”, tachycardia, tachypnoe.

2. Tanda iritasi : Batuk, ekspektorasi/ peningkatan produksi sekret, rasa sakit

dibawah sternum

3. Tanda obstruksi : sesak nafas, rasa mau muntah.

D. Prognosis
Bila tidak ada komplikasi prognosis bronkitis akut pada anak umumnya baik. Pada

bronkitis akut yang berulang dan bila anak merokok (aktif atau pasif) maka dapat

terjadi kecenderungan untuk menjadi bronkitis kronik kelak pada usia dewasa

(Ngastiyah; 1997; 37).

B. Penatalaksanaan dan terapi

Untuk terapi disesuaikan dengan penyebab, karena bronkitis biasanya disebabkan

oleh virus maka belum ada obat kausal. Obat yang diberikan biasanya untuk

mengatasi gejala simptomatis (antipiretika, ekspektoran, antitusif, roburantia). Bila

ada unsur alergi maka bisa diberikan antihistamin. Bila terdapat bronkospasme

berikan bronkodilator.

Penatalaksanaannya adalah istirahat yang cukup, kurangi rokok (bila merokok),

minum lebih banyak daripada biasanya, dan tingkatkan intake nutrisi yang

adekuat.

Bila pengobatan sudah dilakukan selama 2 minggu tetapi tidak ada perbaikan

maka perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotik boleh

diberikan. Pemberian antibiotik adalah 7-10 hari, jika tidak ada perbaikan maka

perlu dilakukan thorak foto untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps paru

segmental dan lobaris, benda asing dalam saluran pernafasan dan tuberkulosis.

E. Pengkajian

1. Riwayat penyakit masa lalu

Faktor pencetus timbulnya bronkitis (infeksi saluran pernafasan atas, adanya

riwayat alergi, stress).

Frekwensi timbulnya wheezing, lama penggunaan obat-obat sebelumnya

(paling akhir), riwayat asthma, adanya faktor keturunan terhadap alergi.

2. Pemeriksaan fisik

Peningkatan usaha dan frekwensi pernafasan, penggunaan otot bantu

pernafasan (mungkin didapatkan adanya bentuk dada barrel/ tong), suara nafas

(rales, ronchi, wheezing), peningkatan tekanan darah dan denyut nadi,


menunjukkan tanda dari terjadinya “failure respiratory” seperti diaporesis,

kelelahan, penurunan kemampuan bereaksi “decreased responsiveness” dan

cyanosis. Turgor kulit, ubun-ubun besar.

Perubahan pada pemeriksaan gas darah, perubahan pada eosinopil (pada hitung

jenis darah), pemeriksaan pada foto thoraks.

3. Faktor pertumbuhan dan psikososial

Usia, seberapa jauh faktor pencetus mempengaruhi kehidupan sosial penderita,

tingkat pengetahuan keluarga dan klien terhadap regimen pengobatan yang

diberikan, mekanisme koping keluarga dan klien, kebiasaan yang dikaitkan

dengan kenyamanan klien (waktu tidur, waktu istirahat dan benda kesayangan).

Pengalaman dirawat di rumah sakit sebelumnya, kerabat keluarga dengan

riwayat asthma.

4. Pengetahuan klien dan keluarga

Pengetahuan keluarga tentang pengobatan yang diberikan (nama, cara kerja,

frekwensi, efek samping dan tanda-tanda terjadinya kelebihan dosis).

Pengobatan non farmakologis “non medicinal intervenstions” seperti olahraga

secara teratur serta mencegah kontak dengan alergen atau iritan (jika diketahui

penyebab alergi), support sistem, kemauan dan tingkat pengetahuan keluarga.

F. Diagnosa keperawatan dan intervensi

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronchospasme,

edema mukosa, akumulasi mukus.

Tujuan:

Jalan nafas bersih dan patent setelah mendapat tindakan keperawatan, dengan

kriteria:

Pada saat bernafas tidak menggunakan otot-otot bantu, frekwensi nafas dalam

batas normal, suara nafas bronchovesikuler.

Intervensi:
a. Jelaskan pada klien dan keluarga beberapa tindakan yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan proses pengeluaran sekret.

R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien kooperatif

dalam tindakan perawatan.

b. Anjurkan kepada klien dan keluarga agar memberikan minum lebih banyak

dan hangat kepada klien.

R/ Peningkatan hidrasi cairan akan mengencerkan sekret sehingga sekret

akan lebih mudah dikeluarkan.

c. Lakukan fisioterapi nafas dan latihan batuk efektif

R/ Fisoterapi nafas melepaskan sekret dari tempat perlekatan, postural

drainase memudahkan pengaliran sekret, batuk efektif mengeluarkan

sekret secara adekuat.

d. Kolaborasi dalam pemberian ekspektoran.

R/ Ekspektoran mengandung regimen yang berfungsi untuk mengencerkan

sekret agar lebih mudah dikeluarkan.

e. Observasi: Pernafasan (rate, pola, penggunaan otot bantu, irama, suara nafas,

cyanosis), tekanan darah, nadi, dan suhu.

R/ Tanda vital merupakan indikator yang dapat diukur untuk mengetahui

kecukupan suplai oksigen.

2. Resiko gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan

penurunan intake oral, dyspnoe, tacypnoe.

Tujuan:

Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan selama dalam masa perawatan

dengan kriteria:

Produksi urine dalam batas normal, tekanan darah dalam batas normal, denyut

nadi dalam batas normal dan teraba penuh, ubun-ubun besar datar, mata tidak

cowong.

Intervensi:
a. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat dari pemberian minum

yang adekuat.

R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien kooperatif

terhadap tindakan keperawatan.

b. Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan minum yang adekuat.

R/ Intake cairan yang adekuat mencegah timbulnya defisit cairan.

c. Kolaborasi dalam pemberian cairan perparenteral.

R/ anak yang mengalami dyspnoe akan mengalami kesulitan dalam asupan

perenteral/ per os.

d. Observasi intake dan output

R/ mengetahui sejak dini dengan menghitung secara tepat agar tidak terjadi

defisit cairan.

e. Observasi tanda vital dan produksi urine serta keadaan umum.

R/ Gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh dapat mengakibatkan

perubahan pada tanda vital, produksi urine.

3. Hipertermi berhubungan dengan bakterimia, viremia

Tujuan:

Suhu tubuh dalam batas normal setelah mendapat tindakan keperawatan dengan

kriteria:

Suhu tubuh dalam batas normal, tekanan darah dalam batas normal, nadi dan

respirasi dalam batas normal.

Intervensi:

a. Jelaskan pada keluarga tindakan perawatan yang akan dilakukan.

R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga kooperatif

terhadap tindakan keperawatan.

b. Berikan kompres.

R/ Penurunan panas dapat dilakukan dengan cara konduksi melalui kompres.

c. Anjurkan kepada keluarga dan klien untuk minum lebih banyak.


R/ Hidrasi cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh.

d. Anjurkan kepada keluarga untuk memakaikan baju yang tipis dan menyerap

keringat untuk klien.

R/ Penurunan suhu dapat dilakukan dengan tehnik evaporasi.

e. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.

R/ Antipiretik mengandung regimen yang bekerja pada pusat pengatur suhu

di hipotalamus.

f. Observasi tanda-tanda vital.

R/ Peningkatan suhu tubuh mencerminkan masih adanya bakterimia, viremia

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa nausea,

vomiting, malaise.

Tujuan:

Nutrisi terpenuhi secara adekuat setelah mendapat tindakan keperawatan

dengan kriteria:

Berat badan dalam batas normal, terjadi peningkatan berat badan, klien mau

menghabiskan makanan yang disajikan.

Intervensi:

a. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat dari nutrisi yang adekuat.

R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga kooperatif

terhadap tindakan perawatan yang diberikan.

b. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik.

R/ Merangsang peningkatan nafsu makan pada fase sefal.

c. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering.

R/ Dilatasi lambung yang berlebihan merangsang rasa mual dan muntah.

d. Kolaborasi dalam pemberian vitamin/ roboransia.

R/ Roboransia memberikan efek dalam peningkatan nafsu makan.

e. Observasi kemampuan klien dalam menghabiskan makanan, berat badan.

R/ Deteksi dini terhadap perkembangan klien.


5. Kecemasan berhubungan dengan rasa sesak, penggunaan alat-alat medis yang

asing (tak dikenal).

Tujuan:

Rasa cemas berkurang setelah mendapat penjelasan dengan kriteria:

Klien mengungkapkan sudah tidak takut terhadap tindakan perawatan, klien

tampak tenang, klien kooperatif.

Interevensi:

a. Jelaskan pada klien setiap tindakan yang akan dilakukan.

R/ Penjelasan yang memadai memungkinkan klien kooperatif terhadap

tindakan yang akan dilakukan.

b. Berikan motivasi pada keluarga untuk ikut secara aktif dalam kegiatan

perawatan klien.

R/ Peran serta keluarga secara aktif dapat mengurangi rasa cemas klien.

c. Observasi tingkat kecemasan klien dan respon klien terhadap tindakan yang

telah dilakukan.

R/ Deteksi dini terhadap perkembangan klien.

6. Kurang pengetahuan (pengobatan asthma, olah raga, alergen) berhubungan

dengan terbatasnya informasi

Tujuan:

Keluarga memiliki pengetahuan yang cukup setelah mendapatkan penjelasan

dengan kriteria:

Keluarga mampu menjelaskan lagi tentang pengobatan dan penatalaksanaan

pada klien Bronchitis dengan menggunakan bahasanya sendiri.

Intervensi:

a. Jelaskan pada keluarga tentang pengobatan Bronchitis pada anak.


R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga mengerti

tujuan dilakukannya pemberian terapi/ pengobatan.

b. Jelaskan pada keluarga tentang olahraga yang dapat dilakukan.

R/ Olahraga ringan dapat membantu meningkatkan compliance paru.

c. Jelaskan pada keluarga tentang efek samping penggunaan obat-obatan.

R/ Mencegah terjadinya komplikasi akibat efek samping pengobatan.

d. Observasi pengetahuan keluarga tentang penjelasan yang diberikan oleh

petugas.

R/ Kemampuan keluarga dalam memberikan penjelasan mencerminkan

tingkat pemahaman keluarga.


KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN BRONKITIS ALERGIKA DI

POLI ANAK RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 April 2002 pukul 10.00 WIB di Poli Alergi

RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

a. Biodata

Nama : An. N

Tempat tanggal lahir : Surabaya, 3 Februari 1991

Usia : 11 tahun (anak pertama)

Jenis kelamin : perempuan.

Nama ayah/ ibu : Tn. S/ Ny. T

Pendidikan ayah/ ibu : SMA/ SMA

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa/ Indonesia

Alamat : Surabaya

No. DMK : 10135091

Sumber informasi : Ibu dan anak

Diagnosa medis : Bronkhitis alergika.

b. Keluhan utama

Ibu mengungkapkan An. N sejak minum es batuk terus menerus selama 2 hari, bila

untuk lari anak merasa sesak.

c. Riwayat penyakit sekarang

2 hari sebelum kunjungan ke poli alergi, klien minum es + ½ jam setelah klien

minum es klien batuk-batuk, diserta dengan riak dan rasa sesak. Sesak bertambah

berat saat anak lari-lari. Kemudian oleh ibu anak dibawa ke Poli Alergi RSUD Dr.

Soetomo surabaya.

d. Riwayat penyakit dahulu


Klien menderita alergi sejak usia 10 bulan dengan keluhan batuk disertai dengan

sesak kemudian berobat dan sembuh. Pada usia anak 2 tahun kambuh lagi

kemudian klien periksa dan rutin kontrol selama + ½ tahun. Pada usia 10 tahun

kambuh lagi setelah memakan buah melon. Klien bisa memenuhi kebutuhan

tidurnya, ibu mengungkapkan sulit mengontrol makanan yang dikonsumsi

anakanya terutama hal-hal yang dingin yang dapat menyebabkan alergi.

e. Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengungkapkan bahwa ayah klien alergi terhadap debu rumah dan buah

kelengkeng, tetapi didalam anggota keluarga tidak ada yang menderita asma.

f. Riwayat kehamilan dan persalinan

Klien lahir dengan berat badan lahir 3100 gram, lahir langsung menangis, menurut

ibu klien selama hamil ibu periksa ke bidan praktek. Klien minum ASI sampai usia

6 bulan, PASI dan bubur susu diberikan sampai anak berusia 5 tahun. Susu yang

diberikan adalah Lactogen.

g. Riwayat imunisasi

Klien telah mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap yaitu: BCG, Polio, DPT,

Campak dan hepatitis.

h. Riwayat nutrisi

Ibu mengungkapkan An. N diberikan ASI sampai usia 6 bulan, PASI dimulai pada

saat usia anak mencapai 4 bulan, makanan tambahan berupa bubur susu diberikan

pada saat anak berusia 4 bulan. Pada saat pengkajian BB 34 kg, TB 140 cm. Ibu

mengungkapkan anak sulit makan selam sakit ini, makanan yang disajikan tidak

pernah dihabiskan.

i. Riwayat tumbuh kembang


Pada saat ini anak memasuki masa Industri Vs Inferior. Pada saat ini bersekolah di

SD kelas 5. Selama sekolah ini klien tidak pernah tinggal kelas, anak sering

menghias kamarnya.

j. Data Psikososial

Ibu mengungkapkan bertempat tinggal di daerah yang penduduknya padat.

Pendapatan keluarga + 750.000,-/ bulan.

k. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Anak duduk di meja pemeriksaan kesadaran compomentis, anak tampak batuk-

batuk, tampak agak sesak, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 92 x/mnt, suhu

37OC, pernafasan 26 x/mnt teratur.

2) Kepala dan leher

Kepala berbentuk simetris, rambut bersih, hitam dan penyebarannya merata,

terpotong pendek.

Mata tidak ada anemi, ikterus tidak ada.

Telinga tidak ada serumen.

Hidung tidak terdapat pernafasan cuping hidung.

Mulut bersih, tidak terdapat karies gigi.

Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar, klien mampu menelan tanpa terasa

sakit/ nyeri, tidak ada kaku kuduk.

3) Dada dan thoraks

Pergerakan dada simetris, Wheezing +/+, Ronchi +/+, retraksi otot bantu

pernafasan ringan. Pemeriksaan jantung, ictus cordis terletak di midclavicula

sinistra ICS 4-5, S1S2 tunggal tidak ada bising/ murmur.

4) Abdomen
Bentuk supel, tidak ada meteorismus, bising usus + normal 5 x/ mnt, tidak ada

nyeri tekan, hepar dan limpa tidak teraba.

5) Ekstrimitas

Tidak ada kelainan dalam segi bentuk, uji kekuatan otot adalah 5 untuk masing-

masing ekstrimitas. Klien mampu menggerakkan ekstrimitas sesuai dengan arah

gerak sendi.

l. Pemeriksaan penunjang medis

DL:

Hb 13 gr %, LED14-28, leukosit 6800, diff. Count -/ -/ 2/ 61 / 35/ 2

Pemeriksaan alergi:

House dust 10,3 mm, tomat 12,7 mm, udang 12,5 mm, histamin 30,8 mm.

Foto thoraks:

Tidak didapatkan kelainan, sinus phrenicostalis tajam.


2. Analisa data

Data Etiologi Masalah


S: Ibu mengungkapkan anak batuk Alergen Bersihan jalan
disertai riak dengan sesak sejak 2 nafas
hari yang lalu. Aktivasi Ig. E
O: - Wheezing +/+.
- Rhonci +/+. Pengeluaran histamin
- RR 26 x/mnt, teratur.
- Retraksi intercosta ringan. Organ target (saluran
- Pergerakan dada simetris, irama pernafasan)
nafas teratur.
Edema mukosa

Peningkatan produksi mukus


S: - Ibu mengungkapkan sulit Alergi Penatalaksanaan
mengontrol makanan yang regimen tidak
dimakan oleh anak yang menjadi Membutuhkan pengetahuan efektif
sumber alergi. orang tua dan kepatuhan anak
- Klien menderita alergi sejak 10 untuk penghindaran alergen
bulan dan kambuh kembali pada
usia 2 dan 10 tahun. Tidak patuh
O: Klien batuk disertai sputum, agak
sesak, RR 26 x/mnt. Ketidakefektifan
penatalaksanaan regimen
pengobatan

3. Diagnosa keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi

sekret yang ditandai dengan Ibu mengungkapkan anak batuk disertai riak dengan

sesak sejak 2 hari yang lalu, Wheezing +/+, Rhonci +/+, RR 26 x/mnt, teratur,

Retraksi intercosta ringan.

b. Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen pengobatan berhubungan dengan

ketidakpatuhan yang ditandai dengan Ibu mengungkapkan sulit mengontrol

makanan yang dimakan oleh anak yang menjadi sumber alergi.


4. Rencana tindakan

No. Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Rencana tindakan Rasional


keperawatan
1. Ketidakefektifan Jalan nafas - Pada saat a. Jelaskan pada klien dan a. Pengetahuan yang memadai
bersihan jalan nafas bersih dan bernafas tidak keluarga beberapa tindakan memungkinkan keluarga dan klien
berhubungan dengan patent setelah menggunakan yang dapat dilakukan untuk kooperatif dalam tindakan perawatan.
peningkatan produksi mendapat otot-otot meningkatkan proses
sekret yang ditandai tindakan bantu. pengeluaran sekret.
dengan Ibu keperawatan. - frekwensi b. Anjurkan kepada klien dan b. Peningkatan hidrasi cairan akan
mengungkapkan anak nafas dalam keluarga agar memberikan mengencerkan sekret sehingga sekret
batuk disertai riak batas normal minum lebih banyak dan akan lebih mudah dikeluarkan.
dengan sesak sejak 2 15-30 x/mnt. hangat kepada klien.
hari yang lalu, - suara nafas c. Ajarkan pada keluarga c. Fisoterapi nafas melepaskan sekret dari
Wheezing +/+, broncho fisioterapi nafas dan latihan tempat perlekatan, postural drainase
Rhonci +/+, RR 26 vesikuler. batuk efektif memudahkan pengaliran sekret, batuk
x/mnt, teratur, efektif mengeluarkan sekret secara
Retraksi intercosta adekuat.
ringan.
No. Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Rencana tindakan Rasional
keperawatan
d. Kolaborasi dalam pemberian d. Ekspektoran mengandung regimen
ekspektoran. yang berfungsi untuk mengencerkan
sekret agar lebih mudah dikeluarkan.
e. Observasi: Pernafasan (rate, e. Tanda vital merupakan indikator yang
pola, penggunaan otot bantu, dapat diukur untuk mengetahui
irama, suara nafas, cyanosis), kecukupan suplai oksigen, suplai
tekanan darah, nadi, dan suhu. oksigen yang cukup merupakan tanda
jalan nafas sudah bebas dan patent.
No. Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Rencana tindakan Rasional
keperawatan
2. Ketidakefektifan Orang tua - Orang tua a. Berikan penyuluhan pada a. Pengetahuan yang memadai
penatalaksanaan menunjukkan mengetahui keluarga tentang bahan-bahan memungkinkan klien dan keluarga
regimen pengobatan keinginan faktor-faktor terutama makanan yang koopertif terhadap tindakan perawatan.
berhubungan dengan untuk yang mem menjadi bahan alergen bagi
ketidakpatuhan yang berperan aktif pengaruhi anak.
ditandai dengan Ibu dalam penata timbulnya b. Diskusikan dengan keluarga b. Alternatif cara yang dipilih oleh
mengungkapkan sulit laksanaan alergi. mengenai alternatif tindakan keluarga merupakan jalan keluar yang
mengontrol makanan pengobatan - Orang tua yang mungkin dilakukan sesuai dengan keadaan keluarga.
yang dimakan oleh dan perawatan mengetahui untuk menghindari kontak
anak yang menjadi agar efektif cara dan dengan alergen.
sumber alergi. setelah tindakan yang c. Berikan positif reinforcement c. Positif reinforcement meningkatkan
mendapat dilakukan pada orang tua dan anak jika rasa percaya diri dan motivasi keluarga
penjelasan untuk kooperatif. untuk berperan aktif dalam perawatan
dari petugas. menghindari klien.
kontak
dengan
alergen.
5. Pelaksanaan

Tgl/ Pukul No. DP Pelaksanaan tindakan


16 April 2002 1. a. Menjelaskan kepada ibu bahwa sekret dapat dikeluarkan
10.30 WIB dengan batuk, tetapi bila sekret kental akan mempersulit
pengeluaran sekret. Oleh karena itu sekret perlu diencerkan
dengan minum lebih banyak dan hangat, minum obat sesuai
dosis dan tepat waktu.
b. Menganjurkan kepada ibu agar memberikan minum yang
lebih banyak kepada anak dan yang hangat.
c. Mengajarkan kepada ibu dan klien cara batuk efektif yaitu
menghirup nafas dalam 2 kali kemudian dibatukkan dengan
keras sampai riak keluar.
d. Memberikan penjelasan tentang pengobatan (ECD) dan
perawatan klien dirumah.
e. Menganjurkan kepada ibu untuk mengulang kembali
penjelasan dari petugas sesuai dengan bahasa ibu sendiri.
16 April 2002 2. a. Memberikan penjelasan tentang faktor alergen yang
11.30 WIB seharusnya dihindari oleh anak.
b. Berdiskusi dengan keluarga tentang tindakan yang dapat
dilakukan untuk menghindari alergen yaitu:
- Membersihkan rumah.
- Tidak menyajikan makanan yang menjadi sumber alergen.
- Mengganti jenis makanan yang menjadi sumber alergen
dengan makanan yang lain.
- Memotivasi anak agar tidak mengkonsumsi makanan
yang menjadi sumber alergen.
c. Memberikan pujian dan dorongan terhadap rencana
tindakan keluarga yang positif.
5. Evaluasi

No. SOAP
1. S: Ibu mengungkapkan dapat memahami penjelasan yang diberikan oleh petugas
tentang tindakan yang mungkin dilakukan untuk memudahkan pengeluaran riak.
O: - Ibu mampu menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan petugas sesuai
dengan bahasa ibu sendiri.
- Ibu tampak menganggukkan kepala saat dijelaskan oleh petugas.
- Batuk (+), Wheezing +/+, ronchi +/+.
A: Masalah belum teratasi.
Ibu mengerti tentang penjelasan tentang tindakan untuk membantu pengeluaran
sekret.
P: Kontrol 3 minggu lagi.
2. S: Ibu mengungkapkan sudah mengerti penjelasan tentang faktor yang menjadi
penyebab batuk-batuk dan sesak pada anaknya dan cara untuk menghindarinya.
O: Ibu dapat menjelaskan kembali tentang alergen dan usaha untuk
menghindarinya.
A: Masalah teratasi.
P: Rencana perawatan dihentikan, kontrol 3 minggu lagi.

Anda mungkin juga menyukai