Anda di halaman 1dari 2

Radikalisme Indonesia

Indonesia dikenal sebagai negara yang mampu menyatukan segala perbedaan seperti
semboyannya yang tertulis pada lambang negara Indonesia yaitu, Garuda Pancasila. “Bhenika
Tunggal Ika”. Yang diambil dari bahasa jawa kuno yang berarti “berbeda-beda tetap satu”. Itulah
sebabnya mengapa Indonesia bisa hidup dengan damai walaupun berdampingan hidup dengan
orang-orang yang berbeda seperti bahasa, budaya, adat istiadat, bahkan agama.
Agama dan kenegaraan adalah suatu hal yang terpenting di wilayah Indonesia. Namun
akhir-akhir ini, Indonesia digemparkan dengan adanya istilah terorisme, berdasarkan definisi
yang disepakati oleh pemerintah dan DPR adalah : Terorisme adalah perbuatan yang yang
menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa
takut yang meluas, yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal atau menimbulkan
kerusakan atau kehancuran terhadap objek objek vtal yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas
publik atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, atau politik, atau gangguan keamanan
negara.
Pada dasarnya, teroris di Indonesia dilakukan oleh kelompok militan jamaah islamiyah
yang berhubungan dengan al-qaedah ataupun kelompok militan yang menggunakan ideologi
serupa dengan mereka. Sejak tahun 2002, beberapa target mereka adalah negara bagian barat,
oleh inilah alasan mengapa teroris masuk ke Indonesia, karena terdapat banyak turis yang
menjadi korban. Teroris di Indonesia dimulai sejak tahun 2000 yang diawali dengan terjadinya
bom bursa efek jakarta, yang diikuti dengan empat serangan besar lainnya, dan yang paling
mematikan adalah peristiwa Bom Bali, yamg terjadi pada tehun 2002.
Pada pertengahan tahun 2018, tercatat pada bulan mei, terdapat 5 kasus terorisme. Kasus
5 teror bom terjadi di Indonesia. Tak hanya bom tetapi teror tersebut dapat juga berupa
penyerangan. Memasuki bulan suci Ramadhan. (17/5) lima kasus teror telah mengancam
Indonesia, yang terjadi mulai dari provinsi Jawa Barat, Jawa timur, dan Riau. Lima kasus ini
tercatat sebagai kasus yang cukup besar. Tidak hanya itu, polisi juga menangani kasus kasus
yang terjadi lainnya. Kasus ini sangat meresahkan warga Indonesia, dimana orang yang tak
bersalah dan tak tahu apa apa menjadi korban atas kasus teroris ini.
Sudah menjadi watak manusia menggunakan agama sebagai alasan agar dapat melakukan
segala tindakan ataupun kelompok, meskipun tindakan tersebut ditentang oleh akal sehat. Dan
begitulah gambaran yang dilakukan oleh para radikal terorisme. Mereka melakukan tindakan
tindakan radikal yang merugikan banyak orang dengan mengatas namakan “ijtihad” dengan
membawa nama Allah dan mengibarkan bendera tauhid, sampai membawa nama Islam. Sangat
tidak masuk akal sekali, ketika tujuan yang sangat mulia dilakukan dengan cara yang hina.
Lantas, apa yang menjadi motif teroris tersebut sehingga tega mengahabisi nyawa
manusia yang tak bersalah ?. sebagaimana yang sering kita dengar dan kita baca di media media
adalah “jihad” dan menegakkan panji panji Islam. Namun ketika kita pikirkan kembali, alasan
teroris sangatlah komplek dan saling terkait. Saling terkait dengan satu sektor dan sektor lainnya.
Setidaknya terdapat dua motif. Motif pertama adalah relegious. Karna setelah wafatnya
Rasulullah, otoritas untuk menafsirkan teks-teks agama sudah tidak terbataskan. Siapapun bisa
menafsirkan dengan segala sesuatu kebutuhan yang diinginkan. Maka oleh sebab itu, tak sedikit
orang yang menfsirkan kata “jihad” sebagai perang melawan orang kafir karena dianggap
menjajah negara islam. Padahal setelah perang badar, Rasulullah berkata, bahwa jihad di medan
perang adalah jihad sighor (jihad kecil), sedangkan jihad akbar (jihad paling besar) adalah jihad
melawan hawa nafsu. Berawal dari pemahaman yang sepotong sepotong inilah, teroris
berkembang dengan subur. Motif kedua adalah sosial-ekonomi-politik. Mau tidak mau inilah
salah satu motifnya, karna sekarang umat islam sedang mengalami keterpurukan, dimana dalam
hal ini, islam tertinggal jauh dengan negara bagian barat, sedangkan hampir sebagian besar
negara yang mayoritas islam sangat memprihatinkan tingkat politik dan ekonominya dan
menyebabkan terlalu banyak pengangguran. Pada posisi inilah jaringan islam radikal mulai
mengiming-imingi kepada siapa saja yang mau bergabung bersama mereka, dengan hidup
sejahtera, honor besar, anak istri kehidupannya terjamin, bahkan ketika mereka meninggal,
mereka yakin atas apa yang mereka lakukan adalah jihad dalam menegakkan agama Allah dan
langsung masuk syurga.
Dan sebenarnya islam tidak pernah mengajarkan umatnya agar berbuat demikian, bahkan
sampai membunuh orang-orang yang tidak bersalah, Islam adalah agama yang kaffah bahkan
Rasulullah tidak pernah memaksa umat agama lain untuk masuk ke islam dengan cara paksa,
apalagi sampai membunuh. Jika kita pikirkan secara logika, jika islam diajarkan kekerasan,
sudah pasti Indonesia sudah hancur lebur dan tak bersisa. Hanya karna segelintir orang
menyebabkan rusaknya nama baik Islam, hanya karna orang yang melakukan tindakan teroris
menggunakan pakaian bercadar, maka semua orang yang bercadar menjadi korbannya, dan karna
teroris berpakaian seperti kiyai maka kiyai juga diikut campurkan dalam masalah ini. Seharusnya
dalam posisi Islam yang seperti ini, Islam jangan dipojokkan, bahkan sesama Islampun ikut
memojokkan orang islam sendiri. Hanya karna bercadar, maka oranglain takut untuk berteman
dengannya dan bergaul dengannya, apakah ketika orang yang bercadar ia sudah pasti teroris,
bukankah Indonesia adalah negara yang menatukan perbedaan, jadi dengan cara perbedaan
berpakaian tidaklah menjadi permasalahan. Dari sini kita harus bersatu lebih kuat lagi, jangan
hanya karna segelintir orang yang ingin merusak Indonesia, kita malah terpengaruh, sehingga
terjadilah perpecahan antar sesama Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai