Anda di halaman 1dari 7

KEWIRAUSAHAAN DALAM KEBIDANAN

(MERITIS USAHA BARU DAN MODEL PENGEMBANGANNYA)

OLEH :

A. HIKMAPADAUNGA NURUL ANNISANI

FERA FEBRIANTI SEVIA YENI AZIMA

KHUSNUL AMIRAH WILDA HAERANI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

JURUSAN KEBIDANAN

2018
BAB I

PENDAHULUAN

BAB II

PEMBAHASAN

A. Cara Memasuki Dunia Usaha

Ada tiga cara untuk memulai suatu usaha atau memasuki dunia usaha, yaitu:

1. Merintis usaha baru (starting), yaitu membentuk dan

mendirikan usaha baru dengan menggunakan modal, ide, organisasi, dan

manajemen yang dirancang sendiri.


2. Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli

perusahaan yang telah didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh

orang lain dengan nama (goodwill) dan organisasi usaha yang sudah

ada.
3. Kerja sama manajemen (franchising), yaitu suatu kerja sama

antara entrepreneur (franchisee) dengan perusahaan yang besar

(franchisor / parent company) dalam persetujuan jual-beli hak monopoli

untuk menyelenggarakan usaha (waralaba).

Penjelasan lengkap :

1. Merintis Usaha Baru


Menurut Lambing ada dua pendekatan utama yang digunakan wirausaha

untuk mencari peluang dengan mendirikan usaha baru: Pertama, pendekatan

“inside-out” atau disebut dengan “idea generation”, yaitu pendekatan

berdasarkan gagasan sebagai kunci yang menentukan keberhasilan usaha.

Kedua, pendekatan “the out-side in” atau disebut dengan “opportunity

recognition”, yaitu pendekatan yang menekankan pada basis ide bahwa

suatu perusahaan akan berhasil apabila menanggapi atau menciptakan

suatu kebutuhan dipasar. Berita-berita peluang tersebut menurut Lambing

(2000:92) bersumber dari:

1. Surat kabar.

2. Laporan periodik tentang perubahan ekonomi.

3. Jurnal perdagangan dan pameran dagang.

4. Publikasi pemerintah.

5. Informasi lisensi produk yang disediakan oleh broker, universitas,

dan perusahaan lainnya.

Kemudian dalam memasuki industri ada beberapa hambatan yang

mungkin ditemukan, yakni :

1. Sikap dan kebiasaan pelanggan


Loyalitas kepada perusahaan yang sudah ada.
2. Biaya perubahan (switching cost)

Biaya-biaya yang diperlukan untuk melatih kembali para

karyawan.

3. Respon pesaing
Pesaing yang ada semakin agresif mempertahankan pangsa pasar

yang ada.

2. Membeli Perusahaan yang Sudah Didirikan

Seorang wirausaha yang akan membeli perusahaan selain harus

mempertimbangkan berbagai keterampilan, kemampuan, dan kepentingan

pembelian perusahaan tersebut, pembeli juga harus memperhatikan

sumber-sumber potensial perusahaan yang akan dibeli, di antaranya:

a. Pedagang perantara penjual perusahaan yang akan dibeli.


b. Bank investor yang melayani perusahaan.
c. Kontak-kontak perusahaan seperti pemasok, distributor,

pelanggan, dan yang lainnya erat kaitannya dengan kepentingan

perusahaan yang akan dibeli.


d. Jaringan kerja sama bisnis dan sosial perusahaan yang akan dibeli.
e. Daftar majalah dan jurnal perdagangan yang digunakan oleh

perusahaan yang dibeli.

3. Franchising (Kerja Sama Manajemen / Waralaba)

Franchising merupakan kerja sama manajemen yang biasanya

berkembang dalam perusahaan eceran. Seperti telah dikemukakan bahwa

franchise adalah suatu persetujuan lisensi menurut hukum antara suatu

perusahaan penyelenggara dengan penyalur atau perusahaan lain untuk

melaksanakan usaha. Perusahaan induk (franchisor) mengizinkan franchisee

untuk menggunakan nama, tempat / daerah, bimbingan, latihan karyawan,


periklanan, dan perbekalan material yang berlanjut. Dukungan awal

meliputi salah satu atau keseluruhan dari aspek-aspek berikut ini:

1. Pemilihan tempat.

2. Rencana bangunan.

3. Pembeliaan peralatan.

4. Pola arus kerja.

5. Pemilihan karyawan.

6. Periklanan

7. Grafik.

8. Bantuan pada acara pembukaan.

B. Profil Usaha Kecil dan Model Pengembangannya

Biro Pusat Statistik Indonesia (BPS) (1998) mendefinisikan usaha

kecil dengan ukuran tenaga kerja, yaitu 5 sampai dengan 19 orang yang terdiri

(termasuk) pekerja kasar yang dibayar, pekerja pemilik, dan pekerja

keluarga. Perusahaan industri yang memiliki tenaga kurang dari 5 orang

diklasifikasikan sebagai industri rumah tangga (home-industry).

Komisi untuk Perkembangan Ekonomi (Commity for Economic

Development- CED), mengemukakan kriteria usaha kecil sebagai berikut:

1. Manajemen berdiri sendiri, manajer adalah pemilik.


2. Modal disediakan oleh pemilik atau sekelompok kecil.
3. Daerah operasi bersifat lokal.
4. Ukuran dalam keseluruhan relatif kecil.

C. Kerangka Hipotesis Pengembangan Usaha Kecil


Menurut teori the design school, perusahaan harus mendesain strategi

perusahaan yang “fit” antara peluang dan ancaman esternal dengan kemampuan

internal yang memadai yang mendukung dengan menumbuhkan kapasitas inti

(core competency) dimana merupakan kompetensi khusus (distinctive

competency) dari pengelolaan sumber daya perusahaan, dalam konteks

persaingan bebas semakin dinamis, seperti sekarang ini menurut D’

Aveni (1987), perusahaan harus menekankan pada strategi pengembangan

kompetensi inti (building core competency), yaitu pengetahuan dan

keunikan untuk mencipatakan keunggulan seperti yang telah dikemukakan.

Keunggulan tersebut menurutnya diciptakan melalui “The New 7-S’ strategy

(The New 7-S’s)”, yaitu:

1. Superior stakeholder satisfaction, yaitu mengutamakan kepuasan

stakeholder.
2. Strategic sooth saying, yaitu merancang strategi yang membuat

kejutan atau yang mencegangkan.


3. Position for speed, yaitu posisi untuk mengutamakan kecepatan.
4. Position for surprise, yaitu posisi untuk membuat kejutan.
5. Shifting the role of the game, yaitu strategi untuk

mengadakan perubahan / pergeseran peran yang dimainkan.


6. Signaling strategic intent, yaitu mengindikasikan tujuan dari

strategi.
7. Simultanous and squential strategic thrusts, yaitu membuat

rangkaian penggerak / pendorong strategi secara simultan dan berurutan.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai