Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TUGAS KEISLAMAN

BIOETIKA KEISLAMAN, HUKUM, DAN HAM

“KEIMANAN DAN PRESTASI”

Disusun Oleh:

Rosita Sari 21701101006


Ilhamna Rizky Ramadhani 21701101010
Fio Rentia Apriliaza 21701101013
Yuanita Indra Pratiwi 21701101037
Tania Alifya Nuraidha 21701101027
Maryati 21701101052
Arif Riko Bachtiar 21701101077
Mylda Cahyana Putri 21701101071
Rodemoza Z.Z.G.D.R.R 21701101051
Gusti Tanjung Putra Rahayu 21601101002
Yuda
Perdana 21601101104

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


MALANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan


rahmat serta hidayah dan petunjuknya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
tugas makalah Tugas Keislaman ini dengan lancar. Tak lupa ucapan terimakasih
penyusun sampaikan kepada Pak Rio Risandriansyah, S.Ked, MP, PhD dan drg. Hj.
Helmin Elyani, M.Kes yang telah memberikan arahan dalam pembuatan makalah
ini sehingga makalah dapat selesai tepat pada waktunya.

Segala yang tercantum dalam makalah ini, akan penyusun uraikan secara
jelas. Hal ini bertujuan agar pembaca dapat memahami isi dari makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Selain itu,
dengan makalah ini semoga dapat memberikan pemahaman yang lebih mudah bagi
pembaca.

Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi dudunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu kritik dan saran untuk membangun kedepannya supaya lebih baik lagi sangat
penyusun harapkan dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.

Malang, 30 Oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................


1.2 Tujuan ................................................................................................................
1.3 Manfaat ..............................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sholat ................................................................................................................


2.2 Prestasi ..............................................................................................................
2.3 Disiplin ………………………………………………………………………...

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kondisi keimanan orang yang tidak mengerjakan sholat ...................................

3.2 Hubungan prestasi dengan sholat ........................................................................

3.3 Hubungan disiplin dengan prestasi .....................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Skenario
Nn. K, 19 tahun, seorang mahasiswi semester satu. Ia sedang heran, karena
sebagian besar teman-temannya shalatnya tidak lima waktu. Ia makin heran
manakala ia mengajak shalat, sebgaian besar mereka tidak bergeming. Salah
seorang temannya yaitu Nn. L berpendapat, tidak shalat tidak berpengaruh
pada prestasi sedangkan tidak pintar, tidak disiplin, dan tidak ramah akan
berpengaruh terhadap prestasi. Ia telah membuktikan pendapatnya tersebut,
yaitu ia selalu mendapat prestasi akademik meski tidak sholat 5 waktu.
1.2 Latar Belakang
Dewasa ini banyak sekali orang yang sering menyepelekan sholat. Seperti
yang kita tahu, sholat merupakan tiang agama. Iman kita dikatakan sempurna
apabila kita mampu melaksanakan sholat 5 waktu. Namun pada kenyataannya
banyak sekali yang menganggap shalat merupakan hal yang remeh. Sholat
merupakan rukun perbuatan yang paling penting diantara rukun Islam yang lain
sebab ia mempunyai pengaruh yang baik bagi kondisi akhlaq manusia.
Bagaimana cara kita menggunakan waktu tercermin di dalam cara kita
menunaikan ibadah shalat. Ketika sholat kita bisa tepat waktu, maka pembagian
waktu kita yang lain bisa baik. Namun sebaliknya, ketika sholat ita ini buruk,
maka imbasnya juga pada kehidupan kita. Pembagian waktupun jadi buruk.

1.3 Rumusan Masalah


1. Menjalankan kewajiban shalat adalah salah satu bukti keimanan.
Bagaimana keadaan iman seseorang yang tidak menjalankan kewajiban
(antara lain shalat)? Jelaskan dengan menggunakan dasar teori dalil Al-
Quran dan Hadist.
2. Banyak orang yang tidak menjalankan kewajiban agama memiliki prestasi
yang tinggi. Apakah prestasi dan shalat itu memiliki hubungan? Jelaskan
denga menggunakan teori yang risertai dalil Al-Quran dan Hadist.
3. Banyak oranf yang disiplin dan berusaha keras mendapat prestasi yang ia
inginkan tetapi ada juga yang gagal meraih prestasi meski sudah keras
berusaha. Apakah prestasi yang diraih dan disiplin memiliki hubungan?
Jelaskan dengan menggunakan teori yang disertai dalil Al-Quran dan
Hadist.
1.4 Tujuan
1. Mengetahui kondisi keimanan orang yang tidak mengerjakan sholat
2. Mengetahui hubungan prestasi dengan sholat
3. Mengetahui bagaimana hubungan disiplin dengan prestasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Sholat Dalam Islam

Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah
mukallaf. Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Barang siapa
mendirikan shalat ,maka ia mendirikan agama (Islam), dan barang siapa
meninggalkan shalat,maka ia meruntuhkan agama (Islam).
Secara etimologi shalat berarti do’a dan secara terminology atau istilah.
Secara istilah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah
menurut syarat – syarat yang telah ditentukan. Adapun secara hakikinya ialah
“berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya
serta menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-
Nya” atau “mendzahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah
dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua – duanya”.Dalam pengertian
lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya
sebagai bentuk ibadah yang didalamnya merupakan amalan yang tersusun dari

beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan
diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan
syara’.

Dalil – Dalil Tentang Kewajiban Sholat:

a. Surat Al-Baqarah : 43

Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta


orang-orang yang ruku.”
b. Surat Al-Baqarah : 110

Artinya: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa
saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada
sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”

c. Surat Al-Ankabut: 45

Artinya: “Kerjakanlah shalat, sesungguhnya sholat itu bisa mencegah


perbuatan keji dan mungkar.”

d. Surat An-Nur: 56

Artinya: “Dan kerjakanlah sholat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul,
agar supaya kalian semua diberi rahmat.”

Dari semua dalil Al-Qur’an di atas ada kata-kata perintah shalat dengan perkataan
“laksanakanlah” tetapi semuanya dengan perkataan “dirikanlah”. Dari unsur kata-
kata melaksanakan itu tidak mengandung unsur batiniah sehingga banyak mereka
yang Islam dan melaksanakan shalat, tetapi mereka masih berbuat keji dan
mungkar. Sementara kata mendirikan selain mengandung unsur lahir juga
mengandung unsur bathiniah sehingga apabila shalat telah mereka dirikan, maka
mereka tidak akan berbuat jahat.

Kedudukan Shalat dalam Islam


1. Shalat adalah rukun Islam yang kedua. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wasallam,“Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu syahadat (persaksian) bahwa
tidak ada Dzat yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah
utusan-Nya, mendirikan shalat.” (Muttafaqun ‘Alaih)
2. Shalat merupakan sebaik-baik amal. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wasallambersabda, “Sebaik-baik amal adalah shalat diawal waktu.” (HR.
Tirmidzi)
3. Shalat adalah batas pemisah antara keislaman dan kekufuran. Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wasallambersabda, “Sesungguhnya pemisahantara seseorang
dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shaalat.” (HR. Muslim)
4. Shalat adalah tiang agama. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam bersabda,
“Puncak segala urusan adalah Islam dan tiangnya adalah shalat.” (HR. Ahmad)

2.2. Konsep Prestasi Menurut Islam

Prestasi merupakan indikator penting dari hasil yang diperoleh selama


mengikuti pendidikan. Jika berdasarkan istilah atau tata bahasa yang benar menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai.
Sudah menjadi fitrah dalam kehidupan manusia untuk mendapatkan pretasi
sesuai yang diinginkan. Keinginan untuk menjadi manusia yang sukses dan
beruntung terus menerus dicari dan diburu sampai kapanpun karena manusia
merupakan makhluk yang tidak akan pernah puas. Naluri berprestasi ini dalam ilmu
Psikologi Islam temasuk dalam kategori “gharizatul Baqak”. Untuk meraih sebuah
prestasi dan kerberhasilan tersebut tentunya dilengkapi dengan ilmu pengetahuan
atau keterampilan tertentu. Hal ini berkaitan dengan fir
man Allah SWT dalam surat Al Mujadalah ayat 11 :
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,
"Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu,”
maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha
teliti apa yang kamu kerjakan.”
Prestasi yang hakiki dalam pandangan Islam adalah tidak hanya pada
puncak pencapaian (the end process of pipe) kesuksesan saja, tetapi juga diniatkan,
diproses dan didapatkan sesuai dengan akidah Islam sebab dalam konsep Islam
setiap amal perbuatan pasti dicatat dan kelak akan diminta pertanggung jawabannya
dan Allah akan memberikan pahala atas segala usahanya dan kerja kerasnya. Secara
tegas Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Najm ayat 39-40 yang artinya
“Dan bahwa manusia akan memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan
sesunggunya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)”.
2.3. Konsep Disiplin Menurut Islam
Kata disiplin berasal dari bahasa Latin “discipulus‟ yang berarti
“pembelajaran”. Jadi, disiplin itu sebenarnya difokuskan pada pengajaran. Menurut
Ariesandi arti disiplin sesungguhnya adalah proses melatih pikiran dan karakter
anak secara bertahap sehingga menjadi seseorang yang memiliki kontrol diri dan
berguna bagi masyarakat. The Liang Gie (1972) mendefinisikan disiplin adalah
suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi
tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati. Good’s
(1959) dalam Dictionary Of Education mengartikan disiplin sebagai berikut:
a. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan atau
kepentingan guna mencapai maksud atau untuk mencapai tindakan yang lebih
efektif.

b. Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan diarahkan sendiri,


meskipun menghadapi rintangan.

c. Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan hukuman atau


hadiah.

d. Pengekangan dorongan dengan cara yang tak nyaman dan bahkan


menyakitkan.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa disiplin


adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan
semestinya, serta ada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun
tidak langsung.

Kedisiplinan merupakan suatu hal yang sangat mutlak dalam kehidupan


manusia, karena seorang manusia tanpa disiplin yang kuat akan merusak sendi-
sendi kehidupannya, yang akan membahayakan dirinya dan manusia lainnya,
bahkan alam sekitarnya. Dalam Al-Qur’an diterangkan tentang disiplin dalam surat
Al-Ashr ayat 1-3 yang berbunyi:

Artinya:

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali


orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Surat ini menerangkan bahwa manusia yang tidak dapat menggunakan
masanya dengan sebaik-baiknya termasuk golongan yang merugi. Surat tersebut
telah jelas menunjukkan kepada kita bahwa Allah telah memerintahkan kepada
hamba-Nya untuk selalu hidup disiplin. Karena dengan kedisiplin kita dapat hidup
teratur, sedangkan bila hidup kita sedang tidak disiplin berarti kita tidak bisa hidup
teratur dan hidup kita akan hancur berantakan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kondisi keimanan orang yang tidak mengerjakan sholat

Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat
adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan
keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi.
Dari Abu Hurairah, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam
bersabda;
َ ‫ت فَقَدْ خ‬
‫َاب‬ َ َ‫ت فَقَدْ أَ ْفلَ َح َوأ َ ْن َج َح َوإِ ْن ف‬
ْ َ ‫سد‬ ْ ‫صلَ َح‬
َ ‫ص ََلتُهُ فَإ ِ ْن‬
َ ‫سبُ بِ ِه العَ ْبد ُ يَ ْو َم ال ِقيَا َم ِة ِم ْن َع َم ِل ِه‬ َ ‫إِ َّن أ َ َّو َل َما يُ َحا‬
‫ط ُّوعٍ ؟ فَيُ ْك َم ُل ِب َها َما‬َ َ ‫ظ ُر ْوا ه َْل ِل َع ْبدِي ِم ْن ت‬ َ َ‫ ان‬: ‫اركَ َوتَ َعالَى‬
َ ‫الربُّ ت َ َب‬َّ ‫ش ْي ٌء قَا َل‬ َ ‫ضتِ ِه‬ َ ‫ص ِم ْن فَ ِر ْي‬ َ َ‫س َر فَإ ِ ِن ا ْنتَق‬ َ ‫َو َخ‬
َ ُ ُ ُ َ ْ ُ َّ ُ
‫ ” ث َّم الزكَاة ِمث ُل ذلِكَ ث َّم تؤْ َخذ األ ْع َما ُل‬: ‫ َوفِي ِر َوايَ ٍة‬. ” َ‫على ذلِك‬ َ َ َ ‫سا ِئ ُر َع َم ِل ِه‬ ُ ُ
َ ُ‫ض ِة ث َّم يَك ْون‬ َ ‫ص ِمنَ الفَ ِر ْي‬ َ ‫ا ْنتَق‬
َ
َ‫ب ذَلِك‬
َ ‫س‬َ ‫َح‬
“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat
adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan
dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika
ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala
mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat
sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya
yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”
“Bilamana shalat seseorang itu baik maka baik pula amalnya, dan bilamana
shalat seseorang itu buruk maka buruk pula amalnya.” (HR. Ath-Thabarani)
Jadi tidak ada alasan kaum Muslim meninggalkan perintah shalat, apalagi
dengan berbagai macam alasan.Sayangnya, masih banyak kaum Muslim yang
tidak mau melaksanakan shalat karena alasan dalam perjalanan. Padahal, Allah
telah memberi keringanan (rukhsoh) kepada orang yang dalam perjalanan dengan
boleh menjamak atau menjamak qashar. Jika tak bisa berdiri, seperti kala di
dalam kereta atau bus, maka boleh menjamaknya dengan cara duduk tanpa harus
memaksakan diri menghadap kiblat sebagaimana kala kita dalam keadaan muqim.
Meskipun berusaha untuk menghadap kiblat adalah upaya yang sangat baik.
Artinya, shalat sama sekali tidak boleh ditinggalkan dalam situasi dan
kondisi apapun. Bahkan, jika tidak mampu duduk, berbaring pun boleh. Lebih
jauh lagi, hanya dengan gerakan mata pun, shalat itu boleh. Asalkan memang
benar-benar tidak mampu mendirikannya secara normal. Dengan kata lain,
sebenarnya, sama sekali tidak ada ruang, seorang Muslim meninggalkan shalat.
Mau dalam perjalanan, sakit, tidak bisa berdiri, pusing, bahkan lumpuh sekalipun.
Shalat tetap wajib. Dan, karena ibadah ini bersifat mutlak, keringanan yang Allah
berikan pun sangat-sangat memudahkan kita untuk tetap bisa mendirikannya
dengan baik dan benar.
Akan tetapi, masalah shalat bukan semata terletak pada kondisi fisik.
Tetapi jauh dari itu adalah masalah iman. Oleh karena itu, mereka yang berani
meninggalkan shalat, sudah bisa dipastikan, mereka tidak takut dengan kerugian
yang akan mereka terima. Padahal, kerugian meninggalkan shalat, sangatlah
menyengsarakan dunia-akhirat. Karena meninggalkan shalat, termasuk dosa besar.
Dan, Imam Adz-Dzahabi dalam kitabnya “Al-Kaba’ir” (Dosa-dosa Besar)
memasukkan orang-orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja sebagai jenis
perbuatan dosa besar yang dua9 dari tujuh puluh enam macam dosa besar yang
membinasakan.
 Dimasukkan Kedalam Neraka Saqar
Mereka yang tidak mendirikan shalat, tempatnya nanti adalah Neraka Saqar.

َ ‫سقَرقَالُوا لَ ْم نَكُ ِمنَ ْال ُم‬


َ‫ص ِلين‬ َ ‫سلَ َك ُك ْم ِفي‬
َ ‫َما‬
“Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam (neraka) Saqar?” Mereka
menjawab, “Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan
shalat.” (QS: Al-Mudatstsir: 42-43).
Bahkan, Rasulullah bersabda, “Perjanjian antara kita dengan mereka (orang-
orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkannya, berarti ia telah
kafir.” (HR: Tirmidzi).
Kemudian, Ibn Hazm menegaskan bahwa, “Tidak ada setelah kejahatan dosa yang
lebih besar daripada dosa meninggalkan shalat sampai waktunya habis dan dosa
membunuh seorangmukmin dengan cara yang tidak dibenarkan”
 Dikumpulkan dengan Fir’aun
Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang tidak memelihara
shalat, maka ia tidak akan bercahaya, tidak mempunyai hujjah (alasan) dan tidak
akan diselamatkan. Di hari Kiamat kelak, ia akan dikumpulkan bersama Qarun,
Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khala.f” (HR. Ahmad).
Dengan demikian, tidak sepatutnya seorang Muslim meringankan apalagi
meninggalkan shalat, baik secara tidak sengaja atau sengaja. Karena hal itu tidak
akan mendatangkan, melainkan kerugian yang amat besar dalam hidup kita dunia-
akhirat.

3.2 Hubungan prestasi dengan sholat

Ibadah sholat dapat meningkatkan prestasi seorang muslim yang


mengistiqomahkannya dengan ikhlas, baik dan benar. Karena di dalam sholat
terdapat beberapa hal yang bersifat mendidik.

Berikut ini adalah beberapa unsur mendidik yang terdapat di dalam ibadah
sholat:

• Senantiasa mengajarkan kebaikan


Karena, seseorang yang telah mampu mendirikan dan
mengistiqomahkan sholat dengan baik dan benar, dengan khusyuk, maka ia
akan selalu mengingat Allah swt.
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar…” (QS. Al Ankabut : 45)

• Menanamkan kedisiplinan
“… Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisa : 103)
Dengan adanya aturan-aturan dalam sholat, tentu saja akan tertanam
kedisiplinan yang mantap dalam diri kita untuk senantiasa bertindak sesuai
dengan aturan yang ada.

• Menanamkan kebersihan
“Anak kunci kepada shalat itu adalah bersuci.” (HR. Abu Daud dan
Tirmidzi)
Dari sini jelaslah bahwa sholat mengajarkan umat muslim untuk senantiasa
menjaga dan memelihara kebersihan, yang tentunya harus diaplikasikan dalam
setiap aspek kehidupan, baik jiwa, raga, pakaian, makanan maupun tempat.

• Melatih konsentrasi
“Beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang yang khusyuk
dalam shalatnya dan yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan
yang tiada berguna.” (QS. Al Mukminun: 1-3)
Pelatihan di dalam sholat yang dilakukan berkali-kali dalam sehari tentu akan
membentuk pribadi yang memiliki tingkat konsentrasi yang baik dalam
kehidupannya.

• Membiasakan ucapan yang baik


Di dalam sholat terdapat bacaan-bacaan yang semuanya bernilai
kebaikan. Kalimat-kalimat yang mulia berupa pujian, doa, dan pernyataan
penghambaan. Tertanamnya bacaan-bacaan yang bernilai kebaikan dan
kemuilaan tersebut, akan menjadikannya sebagai sosok yang selalu berhati-hati
dalam berucap dan selalu menghindarkan diri dari sifat sombong, ujub, dan
riya.

• Mengajarkan kebersamaan dan persatuan


“Karena itu shalatlah dengan berjamaah, karena srigala itu hanya
menerkam kambing yang jauh terpencil dari kawan-kawannya
(jamaahnya).” (HR: Abu Daud).
Sholat berjamaah mengajarkan kepada kita untuk memperkuat tali
persaudaraan dan persatuan antar sesama umat muslim, tanpa memandang
suku, warna kulit, latar belakang pendidikan, dan lain-lain.

• Melatih kejujuran
Sholat yang rakaatnya telah ditetapkan dan sudah tidak dapat diutak-
atik tersebut ternyata secara tidak langsung telah mengajarkan seorang muslim
untuk senantiasa berlaku jujur, kapanpun dan dimanapun. Tidak ada seorang
muslim yang mengerjakan sholat ‘ashar sebanyak dua atau tiga rakaat karena
terburu-buru atau karena ia mengerjakannya ditempat yang tertutup. Dan
begitu pula sebaliknya.

• Menghilangkan sifat malas


Sholat fardhu yang dilakukan sebanyak lima kali dalam sehari, sholat
tahajud yang dilakukan di sepertiga malam manakala hampir setiap makhluk
Allah swt tertidur, keutamaan sholat berjamaah di masjid, semua itu
mengandung unsur-unsur yang mendidik karena untuk mengerjakan sholat-
sholat tersebut harus melawan satu jenis penyakit yang banyak hinggap dan
bersemayam dalam manusia, yaitu rasa malas.

3.3 Hubungan Disiplin dengan prestasi


Disiplin adalah sikap patuh terhadap peraturan yang berlaku, sikap disiplin
sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sikap tersebut dapat
menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif untuk belajar, dengan
bersikap disiplin siswa dapat mencapai tujuan belajar. Sardiman (2003:122)
mengatakan bahwa “Disiplin merupakan kunci keberhasilan bagi orang-orang yang
ingin sukses dan jembatan menuju cita-cita".

Sikap disiplin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi


prestasi belajar. Apabila seorang siswa memiliki sikap disiplin dalam kegiatan
belajarnya, maka kepatuhan dan ketekunan belajarnya akan terus meningkat
sehingga membuat prestasi belajar meningkat. Jadi apabila siswa memiliki sikap
disiplin yang tinggi dalam kegiatan belajar tentunya prestasi belajar yang diperoleh
menjadi baik. Sebaliknya jika siswa tidak memiliki sikap disiplin dalam belajar
maka kegiatan belajarnya tidak terencana dengan baik sehingga kegiatan belajarnya
tidak teratur dan membuat prestasi belajar akan menurun.
Dalam mencapai suatu prestasi, siswa harus memiliki rasa disiplin yang
tinggi khususnya disiplin individu yang dimulai dalam lingkungan kecil yaitu
keluarga dan dibawa ke lingkungan yang lebih besar yaitu sekolah. Disiplin
individu ini harus dilatih terus menerus yang pada akhirnya menjadi kebiasaan
bukan suatu paksaan sehingga dapat memperlancar dalam mencapai suatu prestasi
dan menuju kearah sikap yang lebih baik.

َ‫سلَّ َم بِ َم ْن ِكبِي فَقَا َل ُك ْن فِي الدُّ ْنيَا َكأ َنَّك‬ َّ ‫صلَّى‬


َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ع ْن ُه َما قَا َل أ َ َخذَ َر‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ِ ‫ع َم َر َر‬ َّ ‫َع ْن َع ْب ِد‬
ُ ‫َّللاِ ب ِْن‬
ْ‫سا َء َو ُخذ‬ َ ‫صبَحْ تَ فَ ََل تَ ْنت َِظ ْر ْال َم‬
ْ َ‫صبَا َح َو ِإذَا أ‬ َّ ‫سيْتَ فَ ََل ت َ ْنت َِظ ْر ال‬َ ‫س ِبي ٍل َو َكانَ ا ْبنُ ُع َم َر يَقُو ُل ِإذَا أ َ ْم‬
َ ‫غ َِريبٌ أ َ ْو َعا ِب ُر‬
َ‫ضكَ َو ِم ْن َح َياتِكَ ِل َم ْوتِك‬ ِ ‫ِم ْن‬
ِ ‫ص َّحتِكَ ِل َم َر‬

Dari Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu Alaihi


Wasallam memegang pundakku, lalu bersabda: Jadilah engkau di dunia ini seakan-
akan sebagai orang asing atau pengembara. Lalu Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma
berkata: “Jika engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi dan
jika engkau di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore dan pergunakanlah
waktu sehatmu sebelum kamu sakit dan waktu hidupmu sebelum kamu mati”. (HR.
Bukhari, Kitab Ar Riqaq)
Hadits di atas mengajarkan kepada kita bahwa dalam hidup ini kita harus
menjadi manusia-manusia yang disiplin. Oleh karenanya kita dapati banyak ayat
alquran dimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala bersumpah dengan waktu. Seperti
firman-Nya,

Penerapan disiplin turut berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini dapat
terlihat pada siswa yang memiliki disiplin yang tinggi akan belajar dengan baik dan
teratur dan akan menghasilkan prestasi yang baik. Demikian sebaliknya faktor –
faktor belajar turut berpengaruh terhadap tingkat disiplin individu. Jadi tingkat
kedisiplinan suatu lembaga pendidikan akan berpengaruh pada tingkat hasil belajar.

Menurut Sardiman A.M (2001:46) “Prestasi adalah kemampuan nyata yang


merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari
dalam maupun dari luar individu dalam belajar”. Sedangkan pengertian prestasi
menurut A. Tabrani (1991:22) “Prestasi adalah kemampuan nyata (actual ability)
yang dicapai individu dari satu kegiatan atau usaha”.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996:186) “Prestasi adalah hasil yang
telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”. Sedangkan menurut W.S
Winkel (1996:165) “Prestasi adalah bukti usaha yang telah dicapai.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi


merupakan suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang telah dilakukan.

Sedemikian pentingnya arti belajar, terutama dalam menuntut ilmu.


Didalam Al-Quran dan Al-Hadist banyak dijelaskan mengenai hal tersebut. Salah
satu surat yang berkaitan tentang belajar adalah dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-5
sebagai berikut:

‫) َعلَّ َم‬4( ‫) الَّذِي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬3( ‫) ا ْق َرأْ َو َربُّكَ ْاأل َ ْك َر ُم‬2( ‫ق‬
ٍ َ‫سانَ ِم ْن َعل‬ ِ ْ َ‫) َخلَق‬1( َ‫ا ْق َرأْ بِاس ِْم َربِكَ الَّذِي َخلَق‬
َ ‫اْل ْن‬
)5( ‫سانَ َما لَ ْم يَ ْع َل ْم‬ ِْ
َ ‫اْل ْن‬

Ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia tanpa belajar, niscaya tidak


akan dapat mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan untuk kelangsungan
hidupnya di dunia dan akhirat. Pengetahuan manusia akan berkembang jika
diperoleh melalui proses belajar yakni dengan membaca dalam arti luas, yaitu tidak
hanya membaca tulisan melainkan membaca segala yang tersirat didalam ciptaan
Allah SWT

Dalam prespektif Islam tidak di jelaskan secara rinci dan operasional


mengenai proses belajar (belajar), proses kerja sistem memori akal dan proses
dikuasainya pengetahuan dan ketrampilan manusia. Namun Islam menekankan
dalam signifikasi fungsi kognitif (akal) dan fungsi sensori (indera-indera) sebagai
alat-alat penting untuk belajar sangat jelas.
BAB IV
KESIMPULAN

Seseorang dikatakan beriman apabila telah melaksanakan rukun iman dan


rukun islam. Seperti yang telah diketahi bahwa rukun iman yang pertama adalah
beriman kepada Allah SWT. Sholat merupakan salah satu rukun islam dan juga
merupakan salah satu bentuk beriman kepada Allah SWT. Orang yang tidak
melaksanakan sholat sama saja tidak beriman kepada Allah SWT. Seperti yang
telah dijelaskan dalam surah Al Hujurat ayat 7-8 bahwa Allah memerintahkan
umatnya untuk mencintai keimanan agar terhindar dari kekafiran, kefasikan, dan
kedurhakaan. Intinya orang yang beriman termasuk orang yang melaksanakan
sholat akan dihindarkan dari perbuatan perbuatan yang tercela, sebaliknya orang
yang tidak beriman dan orang yang tidak melaksanakan sholat akan sangat mudah
terjerumus kedalam perbuatan perbuatan yang tercela. Keadaan iman seseorang
ketika jauh dari allah bahkan tidak melaksanakan sholat akan dipenuhi dengan rasa
gelisah, semu, serba kekurangan dan tidak tenang. Sholat merupakan tiang agama
di dalam islam, apabila seseorang tidak melaksanakan sholat, maka jelas keimanan
seseorang tersebut tidak kokoh.

Sholat adalah salah satu bentuk ibadah yang paling vital dan utama setelah
seseorang mengikrarkan syahadat atau berada di dalam Islam. Sholat menjadi
tumpuan bagi seluruh aktivitas ibadah umat muslim. Sholat juga memegang kendali
yang sangat kuat terhadap seluruh aspek kehidupan seorang muslim. Dan sholat juga
memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi seorang muslim
karena sholat memiliki beberapa fungsi seperti yang telah dijelaskan dalam surah Al
Ankabut ayau 45 bahwa sholat senantiasa mengajarkan kebaikan dan juga dapat
melatuh kejujuran, dalam QS. An Nisa : 103 sholat dapat menanamkan kedisiplinan,
dalam QS. Al Maidah : 6 sholat dapat menanamkan kebersihan, dalam QS. Al
Mukminun: 1-3 sholat dapat melatih konsentrasi, sholat dapat membiasakan ucapan
yang baik, dalam QS. Al-Baqarah: 43 sholat dapat mengajarkan kebersamaan dan
persatuan, sholat juga dapat menghilangkan sifat malas. Namun, tidak selalu prestasi
dan sholat itu berhubungan, sholat merupakan ibadah wajib seseorang terhadap
allah, maka shalatnya untuk ibadah kepada Allah, bukan untuk maksud yg lain
seperti agar prestasinya bagus. orang yang rajin sholat serta rajin beribadah jika tidak
belajar atau berusaha maka tidak akan mendapatkan prestasi yang tinggi. akan tetapi
jika orang muslim tidak melaksanakan sholat atau ibadah, orang tersebut cenderung
tidak tenang dan gelisah di hatinya, serta akan tamak akan dunia dan tertipu dengan
dunia.
Penerapan disiplin juga turut berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini dapat
terlihat pada siswa yang memiliki disiplin yang tinggi akan belajar dengan baik dan
teratur dan akan menghasilkan prestasi yang baik. Demikian sebaliknya faktor –
faktor belajar turut berpengaruh terhadap tingkat disiplin individu. Jadi tingkat
kedisiplinan suatu lembaga pendidikan akan berpengaruh pada tingkat hasil belajar.
Hal ini sesuai dengan apa yang di sampaikan oleh Sardiman A.M (2001:46)
“Prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai
faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam
belajar”. Sedangkan pengertian prestasi menurut A. Tabrani (1991:22) “Prestasi
adalah kemampuan nyata (actual ability) yang dicapai individu dari satu kegiatan
atau usaha”. Sebagaimana telah dijelaskan dalam surah Al Alaq bahwa bahwa
manusia tanpa belajar, niscaya tidak akan dapat mengetahui segala sesuatu yang ia
butuhkan untuk kelangsungan hidupnya di dunia dan akhirat. Pengetahuan manusia
akan berkembang jika diperoleh melalui proses belajar yakni dengan membaca
dalam arti luas, yaitu tidak hanya membaca tulisan melainkan membaca segala yang
tersirat didalam ciptaan Allah SWT
DAFTAR PUSTAKA

Sa'id Abu Ukkasyah. Hakekat Shalat. Artikel Muslim [serial online] 2015 April
9. Tersedia di: https://muslim.or.id/25200-hakekat-shalat.html. Diakses 30
Oktober 2017.
Abdullah Taslim, Lc., MA.. Antara Tawakkal dan Usaha Mencari Rizki yang
Halal. Artikel Muslim [serial online] 4 May 2010. Tersedia di: 2017.
https://muslim.or.id/2996-antara-tawakkal-dan-usaha-mencari-rizki-yang-
halal.html. Diakses 30 Oktober 2017.
Imam Nawawi. Inilah Kerugian Muslim yang Meninggalkan Shalat. Artikel
Muslim [serial online] 29 Januari 2015. Tersedia di: http://m.hidayatullah.
com/kajian/gaya-hidup-muslim/read/2015/01/29/37720/inilah-kerugian-
muslim-yang-meninggalkan-shalat.html. Diakses 30 Oktober 2017.
Muhammad Abduh Tuasikal. Dosa Meninggalkan Shalat Lima Waktu Lebih
Besar dari Dosa Berzina. Artikel Muslim [serial online] 1 Oktober 2009.
Tersedia di: https://rumaysho.com/544-dosa-meninggalkan-shalat-lima-
waktu-lebih-besar-dari-dosa-berzina.html. Diakses 30 Oktober 2017.
S. Gazalba. Asas Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang; 1975.
H. Ash- Shidiqy. Pedoman Shalat. Jakarta: Bulan Bintang; 1976.
Bashori Assuyuti I. Bimbingan Shalat Lengkap. Jakarta: Mitra Umat; 1998.
Ariesandi. Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia, Tips dan Terpuji
Melejitkan Potensi Optimal Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;
2008.

Anda mungkin juga menyukai