GANGGUAN ELIMINASI
A. Pengertian
1. Gangguan Eliminasi Urin
Gangguan eliminasi urin adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau
berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya orang yang mengalami gangguan
eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi urine, yaitu tindakan memasukan selang
kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine.
2. Gangguan Eliminasi Fekal
Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
atau berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan jarang buang air
besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan
huknah, baik huknah tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan cairan hangat melalui
anus sampai ke kolon desenden dengan menggunakan kanul rekti.
C. Etiologi
1. Gangguan Eliminasi Urin
a. Intake cairan
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output
urine atau defekasi. Seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang
keluar, kopi meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan,
akibatnya output urine lebih banyak.
b. Aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal
dan eksternal. Hilangnya tonus otot kandung kemih terjadi pada masyarakat yang
menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama. Karena urine secara terus
menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggang
dan dapat menjadi tidak berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akan mempengaruhi
jumlah urine yang diproduksi, hal ini disebabkan karena lebih besar metabolisme
tubuh
c. Obstruksi; batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, striktur urethra
d. Infeksi
e. Kehamilan
f. Penyakit; pembesaran kelenjar ptostat
g. Trauma sumsum tulang belakang
h. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih, urethra.
i. Umur
j. Penggunaan obat-obatan
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG
2. Pemeriksaan foto rontgen
3. Pemeriksaan laboratorium urin dan feses
H. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan eliminasi
Riwayat keperawatan eliminasi fekal dan urin membantu perawat menentukan pola
defekasi normal klien. Perawat mendapatkan suatu gambaran feses normal dan
beberapa perubahan yang terjadi dan mengumpulkan informasi tentang beberapa
masalah yang pernah terjadi berhubungan dengan eliminasi, adanya ostomy dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pola eliminasi.
Pengkajiannya meliputi:
a. Pola eliminasi
b. Gambaran feses dan perubahan yang terjadi
c. Masalah eliminasi
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi seperti : penggunaan alat bantu, diet, cairan,
aktivitas dan latihan, medikasi dan stress.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi meliputi inspeksi,
auskultasi, perkusi dan palpasi dikhususkan pada saluran intestinal. Auskultasi
dikerjakan sebelum palpasi, sebab palpasi dapat merubah peristaltik. Pemeriksaan
rektum dan anus meliputi inspeksi dan palpasi. Inspeksi feses, meliputi observasi
feses klien terhadap warna, konsistensi, bentuk permukaan, jumlah, bau dan adanya
unsur-unsur abdomen. Perhatikan tabel berikut :
KARAKTERISTIK FESES NORMAL DAN ABNORMAL
Karakteristik Normal Abnormal Kemungkinan penyebab
Warna Dewasa : Pekat / putih Adanya pigmen empedu
kecoklatan (obstruksi empedu);
pemeriksaan diagnostik
menggunakan barium
Bayi : Hitam Obat (spt. Fe); PSPA
kekuningan (lambung, usus halus);
diet tinggi buah merah
dan sayur hijau tua (spt.
Bayam)
Merah PSPB (spt. Rektum),
beberapa makanan spt bit.
Pucat Malabsorbsi lemak; diet
tinggi susu dan produk
susu dan rendah daging.
Orange atau Infeksi usus
hijau
Konsistensi Berbentuk, Keras, kering Dehidrasi, penurunan
lunak, agak cair / motilitas usus akibat
lembek, basah. kurangnya serat, kurang
latihan, gangguan emosi
dan laksantif abuse.
Diare Peningkatan motilitas
usus (mis. akibat iritasi
kolon oleh bakteri).
Bentuk Silinder (bentuk Mengecil, Kondisi obstruksi rektum
rektum) dgn Æ bentuk pensil
2,5 cm u/ orang atau seperti
dewasa benang
Jumlah Tergantung diet
(100 – 400
gr/hari)
Bau Aromatik : Tajam, pedas Infeksi, perdarahan
dipenga-ruhi
oleh makanan
yang dimakan
dan flora
bakteri.
Unsur pokok Sejumlah kecil Pus ,mukus Infeksi bakteri
bagian kasar parasit, darah, Konsidi peradangan
makanan yg tdk lemak dalam Perdarahan gastrointestinal
dicerna, jumlah besar, Malabsorbsi
potongan bak- benda asing Salah makan
teri yang mati,
sel epitel,
lemak, protein,
unsur-unsur
kering cairan
pencernaan
(pigmen
empedu dll)
3. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik saluran gastrointestinal meliputi tehnik visualisasi langsung /
tidak langsung dan pemeriksaan laboratorium terhadap unsur-unsur yang tidak
normal.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eliminasi urin: inkontinensia berhubungan dengan gangguan
nouromuskuler, spasme bladder, trauma pelvic, ISK, trauma medula spinalis.
2. Gangguan eliminasi urin: retensi urin berhubungan dengan obstruksi mekanik,
pembesaran prostat, trauma, pembedahan, kehamilan.
3. Gangguan eliminasi fekal: konstipasi berhubungan dengan imobilisasi, menurunnya
aktifitas fisik, stress, perubahan atau pembatasan diet.
4. Gangguan eliminasi fekal: diare berhubungan dengan inflamasi, irirasi, malabsorbsi,
pola makan yang salah, perubahan proses pencernaan, ansietas, stress.
J. Intervensi Kepewatan
1. Gangguan eliminasi urin: inkontinensia berhubungan dengan gangguan
nouromuskuler, spasme bladder, trauma pelvis, ISK, trauma medula spinalis.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah inkontonensia
urin teratasi dengan
Kriteria hasil: klien dapat mengontrol pengeluaran urin setiap 4jam, tidak ada tanda-
tanda retensi dan inkontinensia, klien berkemih dengan keadaan rileks.
Intervensi:
- Monitor keadaan bladder setiap 2 jam
- Tingkatkan aktivitas dengan kolaborasi dokter/fisioterapi
- Klaborasi dalam bladder training
- Hindari faktor penyebab inkontinensia seperti cemas
- Kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan dan kateterisasi
- Jelaskan tentang: penyebab, kateter, pengobatan, dan tindakan lainnya.
Anggreni, Dhonna & Sri Wardini. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia. Surakarta; Cv Kekata
Group.
Samsuhidajat R & Wim, de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC