Anda di halaman 1dari 11

Artikel Ilmiah Tema 2 : HAM

ISU-ISU AKTUAL HAK ASASI MANUSIA (HAM) DAN PENEGAKAN


HAM DI INDONESIA

Nama

NIM

(email)

Abstract
The state and the concept of Human Rights (HAM), is a unit that has an
attachment to one another to advance the dignity of a nation. The efforts that can
be taken by Indonesia in order to achieve stability and peace in the ASEAN region
and also in the UN area, among others are as follows: Indonesia must intensify
and actively raise awareness and accumulate awareness among other ASEAN
member states to implement joint agreements on the importance of democracy for
the domestic political systems of each country, and also Indonesia actively play a
role in social activities and activists to implement human rights that are in line
with the development of foreign policy. The method used in the analysis study on
scientific articles is descriptive analytical qualitative in nature with the use of
secondary data as a reference for the theoretical basis. Actual Issues of Human
Rights and Human Rights Enforcement in Indonesia are interrelated segments. In
the conflict over the human rights agreement on the actual issue in the study of
this article exemplified the domestic case of the Bali Bombing, while the case
outside the country is the support of social protection and human rights of
Indonesian labor.

Abstrak

Negara dan konsep Hak Asasi Manusia (HAM), merupakan suatu kesatuan yang
memiliki keterikatan satu sama lainnya untuk memajukan martabak suatu bangsa.
Upaya-upaya yang dapat diambil oleh Indonesia demi mencapai stabilitas dan
perdamaian di kawasan ASEAN dan juga di area PBB, diantaranya adalah sebagai
berikut: Indonesia harus secara intensif dan aktif menyuarakan serta memumpuk
kesadaran negara anggota ASEAN lain agar mau menjalankan kesepakatan
bersama mengenai pentingnya demokrasi untuk sistem politik domestik masing-
masing negara, dan juga Indonesia aktif berperan terhadap kegiatan sosial dan
aktivis untuk menerapkan HAM yang seiring dengan perkembangan politik luar
negeri. Metode yang digunakan dalam kajian analisis pada artikel ilmiah ini yakni
deskriptif analitif yang bersifat kualitatif dengan penggunaan data sekunder
sebagai acuan landasan teori. Isu-Isu Aktual Hak Asasi Manusia (HAM) Dan
Penegakan HAM di Indonesia merupakan suatu segmentasi yang saling berkaitan.
Pada konflik akan kesepakatan HAM dalam isu aktual pada kajian artikel ini
dicontohkan kasus dalam negeri yakni Bom Bali, sedangkan kasus diluar negeri
yakni dukungan perlindungan sosial dan HAM ketenagakerjaan Indonesia.

Keyword : HAM, politik luar negeri, stabilitas, Bom Bali, TKI,

Pendahuluan

Hak Asasi Manusia merupakan salah satu asas dalam mewujudkan


Perdamaian Dunia. HAM dan martabat suatu negara memiliki hubungan yang
sangat erat akan pengaturan stabilitas persoalan kemanusiaan. Di Indonesia, HAM
ditegakkan seiring dengan konstitusi negara yakni sistem demokrasi, perlindungan
HAM dan Good Governance merupakan suatu kesatuan yang sangat erat. Selain
itu, tingkat penegakan HAM juga masih sangat rendah pada negara-negara
berkembang. Hal ini dikarenakan kurangnya komitmen dan rinsip non-interfence
yang juga menjadi penyebab lain kurang tegasnya sikap untuk mengatasi
pelanggaran demokrasi dan HAM.

Berbagai upaya yang dapat diambil oleh Indonesia demi mencapai stabilitas
dan perdamaian di kawasan ASEAN dan juga di area PBB, diantaranya adalah
sebagai berikut: Indonesia harus secara intensif dan aktif menyuarakan serta
memumpuk kesadaran negara anggota ASEAN lain agar mau menjalankan
kesepakatan bersama mengenai pentingnya demokrasi untuk sistem politik
domestik masing-masing negara, dan juga Indonesia aktif berperan terhadap
kegiatan sosial dan aktivis untuk menerapkan HAM yang seiring dengan
perkembangan politik luar negeri. Selain itu, berkaitan dengan HAM, wajib bagi
Indonesia untuk menyadarkan para anggota ASEAN mengenai makna HAM yang
sebenarnya, yang sesuai dengan Piagam PBB serta mulai membentuk Komisi
HAM dimasing-masing negara anggota.

Indonesia wajib berupaya memotivasi perkembangan isu HAM guna


meningkatkan fungsi High Council selaku komponen penting dalam penyelesaian
semua persoalan antar negara. Selain itu, dukungan penegakan HAM di indonesia
juga harus turut serta dalam upaya pencegahan konflik sebelum muncul
perselisihan dan perbedaan kepentingan yang dapat menjadi konflik yang lebih
besar. Pada konflik akan kesepakatan HAM dalam isu aktual pada kajian artikel
ini dicontohkan kasus dalam negeri yakni Bom Bali, sedangkan kasus diluar
negeri yakni dukungan perlindungan sosial dan HAM ketenagakerjaan Indonesia.

Tujuan Kajian

Artikel ilmiah ini bertujuan untuk menjelaskan, mendeskripsikan,


menganalisa Isu-Isu Aktual Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi pada
Indonesia dan Negara lain demi mewujudkan perdamaian dunia serta penyelesaian
konflik sebagai asas dukungan dari upaya penegakan HAM di Indonesia.

Metode

Metode pada artikel ilmiah ini yakni deskriptif analitif, yaitu metode yang
berperan serta menggunakan data sekunder sebagai acuan literatur pada
pengkajian fenomena HAM yang ada di Indonesia dalam peranan stabilitas
konflik dunia.

Hasil Dan Pembahasan

Isu-Isu Aktual Hak Asasi Manusia (HAM) Dan Penegakan HAM di


Indonesia memiliki dua segmentasi yang saling berhubungan. Contoh isu aktual
dalam penerapan HAM dalam negeri, yakni pada kasus Bom Bali pada tahun
2002 lalu. Kebijakan pemerintah yang tercantum dalam PERPU dan UU terorisme
seakan membuat hal yang mudah menjadi semakin rumit. Karena dalam
pelaksanaannya, penangkapan teroris banyak melibatkan orang yang tidak
bersalah. Banyak santri dan ulama yang tertangkap atas tuduhan terorisme yang
belum jelas kebenarannya. Seperti yang terjadi pada Abu Bakar Ba’asyir dan
Suripno. Putusan mengenai UU No.16 tahun 2003 tentang penentapan peraturan
pemerintah pengganti undang-undang No.2 tahun 2002 tentang pemberantasan
tindak pidana terorisme pada peristiwa Bom Bali juga belum mengikat secara
hukum.

Pasal 1 ayat 1 KUHP menyebutkan “Tidak ada satu perbuatan pun dapat
dipidana kecuali atas dasar kekuatan Undang-undang yang telah ada sebelum
perbuatan dilakukan”. Sesuai dengan pasal tersebut, suatu ketentuan pidana tidak
bisa diberlakukan secara retroaktif. Dalam UU No.16 tahun 2003 yang dibatalkan
Mahkamah Konstitusi, definisi terorisme adalah “perbuatan yang merupakan
kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror dan rasa
takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat
massal, dengan cara merampas kemerdekaan....”. Peristiwa Bom Bali telah
dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan sehingga harus ditindak dengan
pengkhususan tertentu yang di dalam ini sesuai dengan asas retroaktif.

Sedangkan contoh aktual lainnya dalam konflik HAM Indonesia bersama


negara lain yakni kasus Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang setiap tahunnya selalu
terjadi. Pemerintah harusnya menyadari bahwa timbulnya TKI adalah karena
ketidakmampuan pemerintah menyediakan fasilitas pekerjaan bagi warga
negaranya. Situasi ini sangat bertolak belakang dengan ketentuan Pasal 27 ayat (2)
Undang-undang Dasar 1945 sebagai berikut, “Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Sementara itu dalam
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea IV menunjukkan dengan jelas
bahwa perlindungan warga negara merupakan amanat konstitusi sebagaimana
dirumuskan sebagai berikut: ” melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia”. Maka undang-undang ini berkaitan secara penuh
terhadap pemenuhan dan perlindungan sosial akan hak-hak dasar para pekerja
serta peningkatan partisipasi pekerja sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 27
ayat (2) UUD 1945 tersebut merupakan salah satu upaya untuk menciptakan
ekonomi kerakyatan1. Pembangunan ekonomi di negara maju berkorelasi dengan
meningkatnya kebutuhan akan tenaga kerja dalam jumlah tertentu.

Pada fenomenanya, permintaan tenaga kerja terlatih di negara maju


pemenuhan ekonominya seringkali kebutuhan juga didapatkan dari negara maju
pula, sementara itu permintaan akan tenaga kerja yang tidak terlatih banyak
didatangkan dari negara berkembang seperti Negara Indonesia. Sebagian besar
pekerja migran yang berasal dari negara berkembang ini umumnya terdorong oleh
upah yang relatif lebih tinggi dibanding upah yang diterima di negara asal. Maka

1
Krustiyati, Atik. 2012. “Optimalisasi Perlindungan Dan Bantuan Hukum Pekerja Migran Melalui
Promosi Konvensi Pekerja Migran Tahun 2000,” 136–47. [online] diakses pada tanggal 2
Desember 2018. Sumber : file:///C:/Users/asus/Downloads/162-226-1-SM.pdf
dari itu jumlah TKI yang dikirim dari Indonesia ke Negara-negara lain semakin
tahun semakin meningkat jumlahnya.

Pekerja migran harus selalu meningkatkan kemampuannya karena


kompetisi global menuntut kemampuan dan kesigapan organisasi (termasuk orang
yang berada dalam organisasi tersebut) untuk merespon tantangan lingkungan
yang senantiasa cepat berubah dan penuh ketidakpastian. Tanggung jawab untuk
mencapai tujuan orang (negara) tidak lagi hanya terpusat pada pemegang otoritas
namun beralih pada kelompok kerja tersebut yang mempunyai otonomi luas
dalam menyelesaikan tugasnya sesuai atas standart prosedur .

Perlakuan yang tidak manusiawi dan melanggar HAM yang dialami oleh
para TKI sebagaimana disebutkan di atas merupakan pelanggaran atas Pasal 5
Universal Declaration of Human Rights sebagai berikut:”No one shall be
subjected to torture or to cruel, inhuman or degrading treatment or punishment”.
Sementara itu Pasal 7 International Covenant on Civil and Political Rights
mengatur bahwa:

‘’ No one shall be subjected to torture or to cruel, inhuman or


degrading treatment or punishment. In particular, no one shall be
subjected without his free consent to medical or scientific
experimentation. ‘’ 2

(Arti : Tidak seorang pun akan mengalami penyiksaan atau


perlakuan atau hukuman yang kejam, tidak manusiawi atau
merendahkan. Secara khusus, tidak ada yang akan dikenakan tanpa
persetujuan bebasnya untuk eksperimen medis atau ilmiah)

Analisa terkait yakni dengan adanya Undang-undang No. 16 Tahun 2011


tentang Bantuan Hukum yang bertujuan untuk memaksimalkan pemberian
bantuan hukum atau HAM bagi rakyat miskin. Dengan adanya Undang-undang
No. 16 Tahun 2011 tersebut diharapkan bantuan hukum bagi rakyat miskin dapat
diakses dengan mudah. Akan tetapi kenyataannya banyak kalangan (terutama

2
Frans Hendra Winata, “Dilema Pengiriman TKW/TKI ke Manca Negara”, Desain Hukum,
Jakarta: Komisi Hukum Nasional, 2011, hlm. 25.
akademisi) merasa pesimis akan efektifitas dari undang-undang tersebut.
Sehubungan dengan hal itu maka banyak persoalan dalam undang-undang yang
perlu dicermati ulang oleh para pemangku kepentingan, baik oleh pengadilan,
kejaksaan, kepolisian, advokat, lembaga bantuan hukum, instansi terkait,
perguruan tinggi agar bersatu untuk mengatasi persoalan tersebut. Perlindungan
sosial dapat berupa diplomasi negara akan suatu permasalahan di negara lain,
sedangkan bantuan hukum secara luas dapat diartikan sebagai keseluruhan
kegiatan, baik berupa konsultasi, pendampingan, perwakilan, advokasi secara
hukum pada seseorang atau masyarakat yang sedang berperkara atau menghadapi
persoalan hukum, baik di pengadilan maupun di luar pengadilan. Dari sasaran
yang hendak dibantu, ada yang diperuntukan bagi orang yang tidak mampu baik
secara ekonomi maupun struktural.

Pengertian bantuan hukum dalam Undang-undang No. 16 Tahun 2011


apabila dicermati adalah sangat sempit karena yang diatur adalah penerima
bantuan hukum yang miskin dalam arti ekonomi saja. Padahal seharusnya bantuan
hukum juga dapat diberikan kepada kelompok rentan (biasanya mereka ini adalah
orang atau kelompok orang yang termaginalkan karena suatu kebijakan politik
yang mengakibatkan hak sipil dan politik terabaikan), masyarakat adat, orang
yang dianggap patut dan memenuhi persyaratan untuk menerima bantuan hukum
dan lain-lain (termasuk para TKI). Dengan demikian, UU No. 16 Tahun 2011
tidak mengakomodir bantuan hukum terhadap kasus yang berdimensi struktural
dan masyarakat yang termaginalkan. Lebih lanjut Pasal 4 (2) Undang-undang
tersebut sangat sempit ruang lingkupnya karena hanya berkaitan dengan persoalan
perdata, dan pidana, padahal persoalan dalam masyarakat juga mencakup aspek
ketenagakerjaan, agraria dan lain-lain3.

Pemerintah harus memperkuat upaya-upaya diplomasi dengan negara-


negara yang menjadi tujuan kerja para TKI agar peristiwa eksekusi terhadap Zaini
Misrin Arsyad di Arab Saudi tidak terjadi lagi, karena hal tersebut dinilai
merenggut Hak Asasi Manusia (HAM) terkait dengan pekerja Indonesia yang

3
Antonius Sidik Maryono, Kajian Kritis Terhadap UndangUndang Nomor 16 Tahun 2011 tentang
Bantuan Hukum, Seminar Nasional Optimalisasi Bantuan Hukum di Indonesia Perjuangan Bagi
Rakyat Miskin, Universitas Atmajaya, Yogyakarta, 19 April 2012, hlm.6
berada di luar negeri. Hal ini diungkapkan oleh peneliti Center for Indonesian
Policy Studies (CIPS) Imelda Freddy. Ketua DPR RI Bambang Soesatyo
mendesak Menteri Tenaga Kerja Hanif Dakhiri untuk segera membahas regulasi
turunan dari UU No. 18 tahun 2017 tentang Perlindungan sosial Pekerja Migran
Indonesia. Ketua DPR menyatakan, bahwa sampai saat ini belum satupun
peraturan pelaksanaan yang ditetapkan pemerintah4.

Menurut keterangan dari pihak Kementerian Luar Negeri Republik


Indonesia, otoritas Kerajaan Saudi Arabia sama sekali tidak memberitahu
mengenai eksekusi ini (menyampaikan mandatory consular notification) kepada
perwakilan Republik Indonesia. Perlindungan sosial atas HAM dan Bantuan
Hukum bagi TKI Pengertian perlindungan apabila dilihat dari Black’s Law
Dictionary adalah bertujuan untuk: “to protect a person from further harassement
or abusive service of process or discovery.” Dalam rangka mencapai tujuan ini
dibuatlahn suatu aturan, tatanan, atau order (protective order)5. Dalam kaitannya
dengan TKI beberapa ketentuan tersebut antara lain diimplementasikan dalam UU
No. 39 Tahun 2004 tentang Perlindungan sosial dan Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia di Luar Negeri, UU No. 37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri,
ICCPR yang sudah dirati-fikasi oleh Pemerintah Indonesia dalam UU No. 12
tahun 2005, Konvensi Internasional Tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja
Migran dan Keluarganya Tahun 2000 dan UU No. 16 Tahun 2011 Tentang
Bantuan Hukum. Kenyataannya meskipun sudah ada aturan yang dibuat persoalan
perlindungan sosial dan hukum bagi TKI masih belum optimal. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka masalah perlindungan sosial terhadap pekerja migran
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui langkah promosi agar
negara-negara melakukan Tanggung jawab negara untuk memberikan
perlindungan ini merupakan salah satu bentuk human securing. Dapat tidaknya

4
Andri Saubani. 2018. Zaini Dihukum Mati, CIPS: Diplomasi Pemerintah Lemah.
[online:Republika] diakses pada tanggal 2 Desember 2018 Sumber :
https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/03/20/p5wd1t409-zaini-dihukum-
mati-cips-diplomasi-pemerintah-lemah
5
Antonius Sidik Maryono, Kajian Kritis Terhadap Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011
tentang Bantuan Hukum, Seminar Nasional Optimalisasi Bantuan Hukum di Indonesia
Perjuangan Bagi Rakyat Miskin, Universitas Atmajaya, Yogyakarta, 19 April 2012, hlm.6
human securing diimplementasikan sangat tergantung dari ada atau tidaknya good
governance. BO Asplund and Rome A Reyes mengatakan bahwa:

‘’There is a strong link between human security and good


governance. Indeed, if human security is to be realised through
human development, all of the above necessary and sufficient
conditions for human development must be met. And they could be
met only if governance is effective and democratis, in the context of
a well-functioning market economy’’.6
(Arti : Ada hubungan kuat antara keamanan manusia dan tata
pemerintahan yang baik. Memang, jika keamanan manusia harus
diwujudkan melalui pembangunan manusia, semua kondisi yang
diperlukan dan cukup memadai untuk pembangunan manusia harus
dipenuhi. Dan mereka hanya dapat dipenuhi jika tata kelola efektif
dan demokratis, dalam konteks ekonomi pasar yang berfungsi
dengan baik.).

Dalam fungsi regulasi, negara turun tangan langsung dengan membuat


regulasi yang mengatur mengenai ketenagakrejaan, sehingga ketenagakerjaan
tidak lagi bagian dari hukum privat melainkan hukum publik, dengan alasan
tersebut pemerintah membuat regulasi mengenai perlindungan tenaga kerja yang
bekerja di luar negeri yang dituangkan dalam UU No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, regulasi tentang tenaga kerja Indonesia ke Luar Negeri melalui
UU No. 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia ke Luar Negeri dan kemudian Indonesia meratifikasi Konvensi PBB
tahun 1990 tentang Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM), dan Hak-Hak
Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya. Sedangkan dalam fungsi supervisi,
negara wajib melakukan pengawasan dibidang ketenagakerjaan, hal ini adalah
pengawasan dalam Masa Pra Penempatan, Masa Penempatan dan Pasca
penempatan. Fungsi tersebut secara teknis, pemerintah akan membentuk

6
BO Asplund and Romeo A. Rayes, “Human Security and Good Governance”, Indonesian Journal
of International Law, Vol. 1, No. 1, Oktober 2003, hlm. 39.
pengawasan dibidang ketenagakerjaan. Ketika TKI yang bekerja mengalami
kesulitan seperti contoh kasus Zaini Misrin Arsyad yang telah dipaparkan, negara
seharusnya wajib memberikan perlindungan bagi TKI baik legal amaupun ilegal.

Terdapat beberapa cara diplomasi preventif bisa dipakai untuk


penyelesaian konflik secara damai mengenai konflik HAM yang menyangkut
perdamaian dunia serta stabilitas negara internal, yaitu: mencegah negara yang
bersengketa untuk tidak menyebar luaskan klaimnya, meningkatkan semangat
hubungan kerjasama bilateral dan regional secara resmi demi mengesampingkan
munculnya konflik teritorial, memperkuat ikatan diplomasi regional dengan tujuan
menciptakan stabilitas atau code of conduct antara negara-negara lain. Jika
disimpulkan, kebijakan politik luar negeri Indonesia telah menjadi pilar utama
politik luar negeri Indonesia dengan tetap menyandarkan diri pada politik luar
negeri “bebas-aktif” sesuai amanat Pembukaan UUD 1945.

Penutup

Pada kajian analisis oleh artikel ilmiah ini menurut dari data-data yang
telah dijabarkan di atas, kesimpulan yang dapat diperoleh yakni adanya hubungan
keterikatan antara penegakan HAM dan martabat suatu bangsa. Indonesia
mengikuti peranan memajukan HAM dalam pelopor negara berkembang pada
tingkat ASEAN dan PBB. Kasus konflik HAM pada artikel ilmiah ini yakni
memiliki 2 aspek yaitu kasus pada dalam negeri yang diperoleh dari kajian analisa
isu aktual Bom Bali, serta kasus konflik Indonesia terhadap keberadaan warganya
yang berada di luar negeri yakni isu aktual TKI.

DAFTAR PUSTAKA

Wicaksana, I.G.Wahyu, 2007, “”A Guide to Theory”: Epistemologi Politik Luar


Negeri”. Global dan Strategis, Th I, No. 1, 12-19.

Situmorang, Mangadar, 2014, “Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia


di bawah Pemerintahan Jokowi-JK”, Universitas Parahyangan
“Kerjasama Multilateral”, website resmi Kementerian Luar negeri (online) link:
https://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-multilateral/default.aspx
diakses pada 1 Desember 2018

Rachmianto, Andi, ”Politik Luar Negeri Pemerintahan Megawati” link:


http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/blob/F14435/Politik
%20Luar%20Negeri%20Pemerintahan.htm diakses pada 1 Desember 2018

Sandra, Lucy. 2016. ‘’Kebijakan Perlindungan Sosial Untuk Pekerja Migran


Bermasalah’’ SOSIO KONSEPSIA. 5 (02): 66–77. [online] diakses pada
tanggal 2 November 2018. Sumber :
https://media.neliti.com/media/publications/52996-ID-kebijakan-
perlindungan-sosial-untuk-peke.pdf

Hidayat 2017. “Perlindungan Hak Tenaga Kerja Indonesia Di Taiwan Dan


Malaysia Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia ‘’ (Protection of
Indonesian Workers Rights in Taiwan And Malaysia” Jurnal HAM. 8 (2):
105–15. [online] diakses pada tanggal 2 November 2018. Sumber :
file:///C:/Users/asus/Downloads/Perlindungan_Hak_Tenaga_Kerja_Indone
sia_di_Taiwan_.pdf

Frans Hendra Winata, “Dilema Pengiriman TKW/TKI ke Manca Negara”, Desain


Hukum, Jakarta: Komisi Hukum Nasional, 2011, hlm. 25.

BO Asplund and Romeo A. Rayes, “Human Security and Good Governance”,


Indonesian Journal of International Law, Vol. 1, No. 1, Oktober 2003,
hlm. 39.

Antonius Sidik Maryono, Kajian Kritis Terhadap UndangUndang Nomor 16


Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, Seminar Nasional Optimalisasi
Bantuan Hukum di Indonesia Perjuangan Bagi Rakyat Miskin, Universitas
Atmajaya, Yogyakarta, 19 April 2012, hlm.6

Krustiyati, Atik. 2012. “Optimalisasi Perlindungan Dan Bantuan Hukum Pekerja


Migran Melalui Promosi Konvensi Pekerja Migran Tahun 2000,” 136–47.
[online] diakses pada tanggal 2 November 2018. Sumber :
file:///C:/Users/asus/Downloads/162-226-1-SM.pdf

Bagus Prihantoro Nugroho. 2018. Kronologi Kasus TKI Zaini hingga Dieksekusi
Mati di Arab Saudi. [online:DetikNews] diakses pada tanggal 2
November 2018. Sumber :
https://news.detik.com/berita/3924173/kronologi-kasus-tki-zaini-hingga-
dieksekusi-mati-di-arab-saudi

Andri Saubani. 2018. Zaini Dihukum Mati, CIPS: Diplomasi Pemerintah Lemah.
[online:Republika] diakses pada tanggal 2 November 2018. Sumber :
https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/03/20/p5wd1t409-
zaini-dihukum-mati-cips-diplomasi-pemerintah-lemah

Antonius Sidik Maryono, Kajian Kritis Terhadap Undang-Undang Nomor 16


Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, Seminar Nasional Optimalisasi
Bantuan Hukum di Indonesia Perjuangan Bagi Rakyat Miskin, Universitas
Atmajaya, Yogyakarta, 19 April 2012, hlm.6

Suratman dan Philips Dillah, 2013. Metode Penelitian Hukum, Penerbit Alfabeta,
Bandung,

Anda mungkin juga menyukai