Chapter IV 04-17-2008 PDF
Chapter IV 04-17-2008 PDF
BAB IV
RESPON DINAMIS STRUKTUR
4.1 Pendahuluan
Penyebab utama kerusakan struktur pada saat gempa berlangsung disebabkan oleh respon
bangunan terhadap gerakan tanah yang menggerakkan dasar struktur. Untuk mengevaluasi perilaku
struktur pada saat kondisi pembebanan tersebut, prinsip dinamika struktur harus diterapkan untuk
menentukan gaya-gaya dan defleksi yang muncul pada struktur. Insinyur bidang struktur
seharusnya mengenal analisa struktur untuk beban statik dimana sebuah beban diterapkan pada
struktur dan sebuah solusi didapatkan yang berupa perpindahan dan gaya-gaya dalam pada elemen
struktur.
Saat mempertimbangkan analisa struktur terhadap gerakan dinamis, pengertian dinamis
maksudnya adalah “waktu yang berbeda-beda” (“Time Varying”). Sehingga pembebanan dan semua
aspek dari respons bervariasi dengan waktu. Hasil dari analisa ini memberikan solusi yang mungkin
pada tiap keadaan selama interval waktu berlangsung. Dari sudut pandang insinyur, nilai maksimum
dari respons struktur, biasanya merupakan daya tarik tersendiri, terutama dalam hal kasus-kasus
desain struktur.
Tujuan dari bab ini untuk memperkenalkan prinsip dari dinamika struktur dengan
menekankan analisa respon berdasarkan gempa bumi. Perhatian akan difokuskan pada respon
sistim struktur yang sederhana, dimana bisa direpresentasikan dalam bentuk sistem struktur dengan
derajad kebebasan satu (Single Degree Of Freedom – SDOF) menggunakan pendekatan koordinat
dalam bentuk yang lebuih umum. Pembelajaran selanjutnya akan mengarah kepada struktur yang
memiliki respon dengan derajad kebebasan lebih dari satu (Multi Degree Of Freedom-MODF).
Akhirnya konsep dan teknik yang digunakan dalam analisa respon dinamis dalam keadaan tidak
linier (Non-Linear) akan diperkenalkan.
Response Dinamis Struktur
d dv
Pt m (4.3)
dt dt
Dimana perubahan laju dari perpindahan terhadap waktu, dv/dt, adalah kecepatan, dan
momentum yang terjadi merupakan perkalian antara massa dan kecepatan. Mengingat massa sama
dengan berat dibagi dengan percepatan gravitasi. Bila massa konstan maka persamaan 4.3 akan
menjadi persamaan (4.4) :
d dv
Pt m mvt (4.4)
dt dt
Response Dinamis Struktur
Persamaan 4.4 menunjukkan bahwa gaya yang bekerja sama dengan massa dikalikan dengan
percepatan. Berdasarkan prinsip d’Alembert’s, massa akan berkembang menjadi gaya inersia,
dimana gaya inersia tersebut proporsional dengan percepatan dan saling berlawanan. Sehingga
kondisi pertama dari bagian kanan Persamaan 4.2 disebut sebagai gaya inersia; gaya tersebut
menahan percepatan yang diakibatkan oleh massa.
Gaya dissipasi atau redaman diambil dari fakta yang diobservasi dimana pergerakan dari
struktur akan cenderung semakin kecil seiring beban yang bergantung dengan waktu hilang. Gaya ini
diwakili oleh gaya redam yang tidak mengalir secara bebas (Viscous Damping Forces), yang
proporsional terhadap kecepatan dimana proporsional konstan disebut sebagai koefisien redaman
(Damping Coefficient).
Kondisi kedua dari bagian kanan Persamaan 4.2 disebut sebagai gaya redam. Gaya inersia
merupakan salah satu kondisi yang paling signifikan dari dua kondisi lainnya dan merupakan salah
satu perbedaan utama yang membedakan antara analisa dinamis dan analisa statik. Hal tersebut
juga harus dipahami bahwa semua struktur pasti akan dibebani oleh beban gravitasi sebagai berat
sendiri (beban mati) dan beban yang beraksi (beban hidup) sebagai tambahan terhadap persamaan
dasar gerak yang dinamis. (Dynamic Base Motion).
Dalam sistem elastis, prinsip dari superposisi bisa diterapkan , sehingga respon statik dan
dinamik bisa dipertimbangkan secara terpisah dan kemudian dikombinasikan untuk mendapatkan
respon struktur secara keseluruhan. Namun, bila perilaku struktur menjadi tidak linear (Non-Linear),
respon akan menjadi berganting terhadap arah beban dan beban gravitasi harus dipertimbangkan
secara bersamaan terhadap persamaan dasar gerak yang dinamis (Dynamic Base Motion).
Pada saat terjadi gempa bumi yang kuat, struktur akan menunjukkan perilaku yang tidak linier,
dimana keadaan tersebut bisa disebabkan oleh ketidak-linieran material maupun geometri. Ketidak-
linieran material terjadi pada saat gaya yang bekerja pada daerah kritis melebihi batas elastis dari
material. Persamaan kesetimbangan dinamis untuk kasus ini memiliki bentuk umum :
Pt mvt cvt k t vt (4.5)
Dimana kekakuan, k, merupakan fungsi struktur dalam keadaan leleh, dimana nantinya akan
menjadi sebuah fungsi waktu. Ketidak linieran dari geometrik disebabkan oleh beban gravitas yang
bekerja pada posisi struktur berdeformasi. Bila perpindahan kearah lateral ini kecil maka efek ini
atau biasa disebut P-Delta bisa diabaikan. Bagaimanapun bila perpindahan kearah lateral menjadi
semakin besar, efek ini harus dipertimbangkan.
Response Dinamis Struktur
Dalam idelisasi ini, tiga asumsi yang penting biasanya dibuat, yang pertama massa diasumsikan
sebagai terkonsentrasi (lumped) pada tingkat atap. Kedua sisitem atap diasumsikan sebagai rigid
dan ketiga deformasi aksial pada kolom bisa diabaikan. Gambar 4.1 (b).
Dari asumsi ini diketahui bahwa semua tahanan kearah lateral akan ditahan oleh elemen seperti
kolom, dinding dan pengaku diagonal yang lokasinya diantara atap dan dasar. Penerapan dari
asumsi ini menghasilkan sebuah struktur sederhana seperti pada Gambar 4.1 (b) dan 4.1 (c).
Kekakuan secara keseluruhan k secara sederhana merupakan penjumlahan dari semua kekakuan
sebagai elemen penahan pada struktur. Gaya yang bekerja pada massa dari struktur ditunjukkan
pada Gambar 4.1 (d). Menjumlahkan semua gaya yang bekerja sebagai free body menghasilkan
persamaan keeimbangan sebagai berikut dimana harus memenuhi setiap keadaan dalam interval
waktu :
f i f d f s Pt (4.6)
Dimana :
f i = Gaya inersia = mu
Perlu dicatat bahwa gaya pada elemen peredam dan elemen penahan bergantung dari
kecepatan relatif terhadap perpindahan, dimana gaya inertia bergantung pada percepatan total dari
massa. Percepatan massa total ini bisa dituliskan sebagai :
ut gt vt (4.8)
Dimana :
vt = Percepatan massa realtif terhadap dasar
t 0 dan
Dalam kasus ini dasar diasumsikan sebagai jepit tanpa gerakan, sehingga g
ut vt . Dengan melakukan substitutsi untuk percepatan pada Persamaan 4.7 untuk beban yang
bergantung pada waktu menjadi : mv cv kv Pt (4.9)
Response Dinamis Struktur
Dengan mensubsitusikan parameter tersebut maka Persamaan 4.10 menjadi sebuah persamaan
kesetimbangan dengan bentuk :
mv kv cv 0 (4.11)
Persamaan bisa dituliskan dalam bentuk Persamaan 4.9 dengan mensubsitusikan Persamaan 4.8
kedalam Persamaan 4.11 sehingga didapatkan :
mv kv cv Pe t (4.12)
Response Dinamis Struktur
Dimana :
Pe t t
= Gaya efektif bergantung waktu = mg
Dengan demikian persamaan gerak dari struktur yang dikenakan pergerakan pada dasarnya
sama dengan struktur yang terkena beban bergantung waktu bila pergerakan pada dasarnya
dianggap sebagai gaya efektif yang bergantung terhadap waktu yang nilainya sama dengan perkalian
antara massa dengan percepatan tanah.
Untuk sebuah rigid body , momen inersia massa bisa didapatkan dengan menjumlahkan semua
partikel massa yang membentuk rigid body tersebut. Hal ini bisa diekspresikan dalam bentuk
integral sebagai :
I 2 dm (4.15)
Dimana merupakan jarak dari rotasi aksis terhadap incremental massa (dm). Untuk analisa
dinamis sudah jelas untuk menggunakan gaya inersia rigid-body sebagai translasi massa dan momen
inersia massa yang terkonsentrasi dipusat massa. Beberapa massa dan momen inersia massa dapat
dilihat pada Gambar 4.4.
I 2 dm , dimana 2 x 2 y 2
dm dV tdxdy
x
a/2b/2
I 2 dm 4t 2
y 2 dxdy
0 0
b 3 a a 3b b2 a2
I 4t abt
48 12
a2 b2
I m
12
4.6 Single Degree Of Freedom (SDOF) – Free Vibration
Getaran bebas terjadi pada saat struktur berosilasi akibat adanya aksi atau gaya yang ada
didalam struktur tanpa adanya pengaruh gaya lain dari luar yang bekerja seperti beban berdasarkan
awaktu atau gerakan tanah dasar. Gaya dalam ini muncul dari percepatan awal dan perpindahan
yang dimiliki oleh struktur pada permulaan fase getaran bebas (Free-Vibration Phase).
Response Dinamis Struktur
Gambar 4.6 Properti kekakuan dari elemen struktur penahan gaya lateral
4.6.1 Single Degree Of Freedom (SDOF) – Undamped Structure Free Vibration
Persamaan gerak tak teredam bergetar bebas pada struktur SDOF memiliki bentuk sebagai
berikut :
mv(t ) kv(t ) 0 (4.16)
k
Bila dan Persamaan 4.16 dibagi dengan m, maka :
m
k
v(t ) v(t ) 0 (4.17)
m
v(t ) 2 v(t ) 0 (4.18)
Dimana nilai konstan A dan B bergantung pada kondisi kecepatan awal v( 0 ) dan perpidahan awal
v(0) .
Dengan mensubsitusikan Persamaan 4.20 dan 4.22 kedalam Persamaan 4.18 tersebut maka :
v(t ) 2 v(t ) 0
v( 0) A cos 0 B sin 0
v( 0) A 0
v(t ) 0 B
v(t )
B (Konstanta B sudah diketahui !!!)
Sehingga solusinya menjadi :
vo
v( t ) vo cos t sin t (4.23)
Response Dinamis Struktur
Dimana :
v0
2
v0
v0 2 dan arctan
0v
Dimana merupakan konstanta amplitude.
Contoh :
k 998.4
Jawab : 11.17 rad / s
m 8
2 2
T 0.562 s
11.17
v0 0.05m ; v0 1m / s
Response Dinamis Struktur
v0
arctan
1
arctan 1.89051rad
v0 11.17 0.05
2 2
v
v0 2
0 0.052 1
0.102542
11.17
Cara membuat grafiknya bisa dilihat seperti dibawah ini :
Time (t) V(t) = cos(t-) V(t) = cos(t)
0 0.05 0.102542
0.01 0.0596 0.101903
0.02 0.068592 0.099994
| | |
| | |
2.00 -0.7759 -0.09637
0.15
0.1
0.05
Perpindahan v(t)
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
-0.05
-0.1
3@7.5 m
N
5@6 m
PLAN
1.5 m
3.6 m
EAST & WEST ELEVATION
Gambar 4.11 Potongan timur - barat
Perlu diketahui bahwa struktur pengaku silang vertikal terbuat dari batang dengan
diameter 1 inchi, pengaku silang horizontal ada dibawah rangka dan semua kolom adalah profil
W8x24. E = 2039432 kg/cm2, I = 3446.399 cm4
Penentuan Berat Tingkat Atap :
Composition Roof = 44 kg/m2
Lights,ceiling,mechanical = 30 kg/m2
Trusses = 13 kg/m2
Roof purlins, struts = 10 kg/m2
Bottom chord bracing = 10 kg/m2
Columns (10 ft, 9 in) = 3 kg/m2
Total (W1) = 110 kg/m2
24
k k i 24 1807.79 43,386.96kg / cm
i 1
d 2 2.542
A 5.067cm 2
4 4
L 3.6 2 6 2 6.997 m 7m
3.6
arctan 31 , cos 31 0.858
o
6
4.067 2,039,432
ki 0.858 2 8,722.88kg / cm
700
6
k k i 68,722.88 52,337.284kg / cm
i 1
k 43,386.96
21.36rad / sec
m 95.05
2 2
T 0.294 sec
21.36
1 1
f 3.4 Hz
T 0.294
Penentuan Periode Struktur Timur-Barat :
k 52,337.284
23.465rad / sec
m 95.05
2 2
T 0.267 sec
23.465
1 1
f 3.745 Hz
T 0.23
Nilai , T dan f seperti diatas merupakan sifat-sifat utama pentring dari system struktur yang
mengalami getaran.
Response Dinamis Struktur
Dengan membagi Persamaan 4.25 dengan m akan didapatkan persamaan sebagai berikut :
c k
v(t ) v(t ) v(t ) 0 (4.26)
m m
Solusi persamaan tersebut adalah :
v e t (4.27)
v e t (4.28)
v 2 e t (4.29)
Subsitusikan pada Persamaan 4.27, 4.28 dan 4.29 kedalam Persamaan 4.26 didapatkan :
c t k t
2 e t e e 0 (4.30)
m m
2 c k t
e 0 (Bentuk Persamaan Kuadrat ay by c 0 )
2
m m
Bila e t 0 maka :
2 c k
0
m m
Persamaan kuadrat dengan akar-akar :
b b 2 4ac
y1 , y 2
2a
2
c c k
4
m m m
1 , 2
2
2
c 1 c k
1 , 2 4
2m 2 m m
2
c c k
1 , 2
2m 2m m
Response Dinamis Struktur
2
c c
1 , 2
2
(4.31)
2m 2m
2
c c
D
2
(4.32)
2m 2m
Terdapat 3 kemungkinan dari persamaan 4.32 tersebut diatas, yaitu :
a. D = 0 (Critically Damped System)
b. D > 0 (Over Damped)
c. D < 0 (Under Damped)
Detail kondisi tersebut dapat dijelaskan pada subbab-subbab dibawah ini.
4.6.2.1 Sistem Struktur Teredam Secara Kritis (Critically-Damped Systems)
2
c
Bila 0 maka c 2m dimana dalam keadaan ini c disebut sebagai cc
2
2m
(redaman kritis) dan system strukturnya dikatakan teredam secara kritis. Dari persamaan
didepan didapatkan 2 akar kembar real yaitu :
c 2m
1 , 2 (4.33)
2m 2m
Sehingga solusinya :
Konstanta – konstanta A dan B ditentukan dari keadaan awal (initial condition). Pembuktian
kebenaran solusi persamaan tersebut :
v(t ) A Bt e t Ae t Bte t
v(t ) Ae t Be t Bte t
v(t ) 2 Ae t Be t Be t Bt 2 e t
Misal : v( 0) v0 dan v( 0) v0
v( 0) A B 0e 0
v( 0) A 01
v( 0) A 0
v( 0) Ae 0 Be 0 B0e 0
v( 0) A 1 B 1 B 0 1
v( 0) A B 0
v(0) v0 B
Dengan menggunakan contoh struktur yang sama dengan kondisi awal yang berbeda – beda,
cara membuat grafiknya bisa dilihat seperti berikut :
Kondisi Awal 1 : vo = 0.05 m dan dvo/dt = 20 m/s
Kondisi Awal 1 : vo = 0.05 m dan dvo/dt = 0 m/s
Kondisi Awal 1 : vo = 0.05 m dan dvo/dt = -20 m/s
0.8
0.6
0.4
Perpindahan v(t)
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
-0.2
-0.4
-0.6
Time (Sec)
2m
redaman kuat dan system strukturnya disebut sebagai teredam kuat (Over-Damped).
Suku diskriminan :
2 2
c cc c 2m
2
c
D
2
2 2 2 2
2m 2m c c cc 2m
D 12 ˆ
2
c
Dimana ̂ adalah yang teredam dengan kuat dan , system struktur yang teredam
cc
kuat lebih banyak dijumpai pada system struktur pondasi mesin. Dari persamaan didepan
diperoleh dua akar yang berbeda yaitu :
c
1 , 2 ˆ (4.36)
2m
Solusi persamaan tersebut adalah :
Konstanta – konstanta A dan B ditentukan dari keadaan awal (initial condition). Pembuktian
kebenaran solusi persamaan tersebut adalah :
v( t ) A sinh t e t B cosh t e t
v( t ) A cosh t e t
A sinh t e t B sinh t e t B cosh t e t
Response Dinamis Struktur
v( 0) 1 A 0 B 1
v( 0) 0 B
v( 0) A cosh 0 e 0 A sinh 0 e 0 B sinh 0 e 0 B cosh 0 e 0
v( 0) A 1 1 A 0 1 B 0 1 B 1
v( 0) A B
v( 0) A v0
A v( 0) v0
Dengan menggunakan contoh struktur yang sama dengan kondisi awal yang berbeda – beda
c
dimana ratio antara redaman dengan redaman kritis 1.25 , cara membuat grafiknya
cc
bisa dilihat sebagai berikut :
Kondisi Awal 1 : vo = 0.05 m dan dvo/dt = 20 m/s
Kondisi Awal 2 : vo = 0.05 m dan dvo/dt = 0 m/s
Kondisi Awal 3 : vo = 0.05 m dan dvo/dt = -20 m/s
Time(t) V(t) – Kondisi 1 V(t) – Kondisi 2 V(t) – Kondisi 3
0 0.05 0.05 0.05
0.01 2.0586 -1.8352 0.1117
0.02 3.5653 -3.2499 0.1577
| | | |
| | | |
2.00 0.03905 -0.03624 0.001408
Response Dinamis Struktur
Secara sederhana respon sistem struktur yang teredam kuat hampir sama dengan respon sistem
struktur yang teredam secara kritis hanya saja penurunan secara asimtotis lebih lambat bila
dibandingkan dengan sistem struktur yang teredam secara kritis dan tergantung dari seberapa
besar dampingnya.
2
Perpindahan v(t)
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
-2
-4
-6
-8
Time (Sec)
2m
dikatakan teredam secara lemah (Under-Damped).
c
Faktor Redaman
cc
2
c c
1 , 2
2
2m 2 m
1 , 2 2 2
2
Response Dinamis Struktur
1 , 2 i 1 2
Sehingga solusinya :
v(t ) G1e iDt G2 e iDt e t
Konstanta – konstanta G1 dan G2 ditentukan dari keadaan awal (initial condition). Pembuktian
kebenaran solusi persamaan tersebut :
v( 0) G1 G2
v0 G1 G2 (4.41)
v( 0 ) v0
G1 G 2i (4.42)
D
Dimana konstan G1 dan G2 harus bilangan konjugasi kompleks yang berpasangan sehingga
respon v(t) menjadi nyata, i.e, G1 = GR+iGI dan G2 = GR-iGI sama dengan persamaan tak teredam.
Maka persamaan 1 menjadi :
v0 2GR iGI iGI 2GR
Response Dinamis Struktur
Dimana A = 2 GR dan B = -2GI. Menggunakan dua kondisi awal v ( 0 ) dan v( 0 ) , konstan A dan B bisa
v v0
v(t ) v0 cos D t 0 sin D t e t
D
Dan secara alternative, respon bisa dituliskan dalam bentuk :
Dimana :
0.5
2 v( 0) v( 0) 2
v( 0)
D
v( 0) v( 0)
tan 1
D v ( 0 )
Perlu dicatat bahwa nilai redaman yang kecil biasa dijumpai pada kebanyakan struktur, dimana
20% , frekuensi ratio D / . Hubungan antara rasio redaman dan ratio frekuensi bisa
dibuatkan grafik seperti sebuah lingkaran dengan radius seperti gambar dibawah ini.
Dengan menggunakan contoh struktur yang sama dengan kondisi awal yang berbeda – beda,
cara membuat grafiknya bisa dilihat seperti diberikut :
Kondisi Awal : vo = 0.05 m dan dvo/dt = 20 m/s dan = 0.2
Time (t) V(t) = exp(-t) V(t) = -exp(-t) V(t) = cos(D+)exp(-t)
0 1.8383 -1.8383 1.8383
0.01 1.7977 -1.7977 1.7869
0.02 1.7579 -1.7579 1.7160
| | | |
| | | |
2.00 0.0210 -0.0210 -0.0209
2.5
1.5
0.5
Perpindahan v(t)
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
-0.5
-1
-1.5
-2
-2.5
Time (Sec)
Dimana Po merupakan amplitude dan p merupakan frekuensi circular () dari beban harmonic,
o sin pt . Solusi penyelesaian
untuk percepatan tanah bisa direpresentasikan sebagai g
menggunakan PD-Homogen :
v(t ) vc (t ) v p (t ) (4.45)
Dimana :
Vc = Solusi komplementer (Solusi luas kiri PD) – Response Getaran Bebas
Vp = Solusi Partikulir (Penyelesaian Khusus)
Response Dinamis Struktur
v p (t ) G cost (4.48)
k m G sin t P sin t
2
o
Po
G
k m 2 (4.50)
1 Po
v(t ) A cos t B sin t sin t
k k m 2
k
1 Po
v(t ) A cos t B sin t sin t
k k m 2
k
1 Po
v( t ) A cos t B sin t sin t
k m 2
1
k
Response Dinamis Struktur
1 Po
v(t ) A cos t B sin t sin t
k 2
1 2
Po
v(t ) A cos t B sin t sin t
k 1 2 (4.53)
Dengan menggunakan kondisi awal (initial condition) konstanta A dan B bisa diketahui.
Misal : v( 0) 0 dan v( 0) 0 (Struktur semula dalam keadaan diam)
Po
v(t ) A cos t B sin t sin t 0
k 1 2
Po
v( 0) A cos 0 B sin 0 sin 0 0
k 1 2
Po
A B0 0 0
k 1 2
A 0 (Konstanta A sudah diketahui !!!)
Po
v(t ) A sin t B cos t cost 0
k 1 2
Po
v( 0) A sin 0 B cos 0 cost 0 0
k 1 2
Po
A 0 B 0
k 1 2
Po Po
B 0;B
k 1 2
k 1
2
;
Po
B
k 1 2
(Konstanta B sudah diketahui !!!)
Po
sin t disebut komponen steady-state dan komponen
Dimana komponen
k 1 2
Po P
sin t disebut komponen transient , o disebut sebagai perpindahan maksimum
k 1 2
k
Cara membuat grafiknya bisa dilihat seperti dibawah ini, dengan menggunakan contoh struktur
yang sama ditambah beberapa parameter seperti berikut :
Po = 5000 kg = 10 rad/s K = 350000 kg/m
Time (t) V(t) = Po*(sint-sint)/(k*(1-2))
0.00 0.00
0.01 0.00084
| |
2.00 -0.0026
0.01
0.008
0.006
0.004
0.002
Perpindahan v(t)
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
-0.002
-0.004
-0.006
-0.008
-0.01
Time (Sec)
Dimana Po merupakan amplitude dan p merupakan frekuensi circular () dari beban harmonic,
untuk percepatan tanah bisa direpresentasikan sebagai :
go sin pt
Solusi penyelesaian menggunakan PD-Homogen :
v(t ) vc (t ) v p (t )
Dimana :
Vc = Solusi komplementer (Solusi luas kiri PD) – Response Getaran Bebas
Vp = Solusi Partikulir (Penyelesaian Khusus)
c k P
v( t ) v( t ) v( t ) o sin t
m m m
c cc P
v(t ) v(t ) 2 v(t ) o sin t
m cc m
c 2m P
v(t ) v(t ) 2 v(t ) o sin t
cc m m
Po
v( t ) 2v( t ) 2 v(t ) sin t
m
Response Dinamis Struktur
Po
2 G1 sin t 2 G2 cost 2 G1 cost G2 sin t 2 G1 sin t G2 cost sin t
m
2
G1 2G 2 G1 2 sin t 2 G 2 2G1 G 2 2 cos t Po
m
sin t
P
2 G1 2G2 G1 2 o sin t 2 G2 2G1 G2 2 cost 0 (4.60)
m
Untuk memenuhi semua persamaan maka persamaan yang ada didalam kurung harus sama
dengan nol, sehingga didapatkan :
P
2 G1 2G2 G1 2 o 0
m
2 2G2 2 P
2 G1 G o2 0
m
2 1 2
P
2 G1 2G2 G1 o 0
k
G1 1 2 G 2 2
Po
k
(4.61)
2
G2 2G1 G2 2 0
2 2G1 G2
2
G 0
2 2 2
2
2
G2 2G1 G2 0
G2 1 2 G1 2 0 (4.62)
Dengan mengeliminasi Persamaan 4.61 dan persamaan 4.62 akan didapatkan nilai G1 dan G2 :
G1 1 2 2 G 2 2 2
Po
k
2 (4.63)
G2 1 2 1 2 G1 2 1 2 0 (4.64)
Eq.(1)-Eq.(2) :
G 2 2 G 2 1 2
2
2
Po
k
2
G 2 2 1 2
2
Pk 2
2 o
Response Dinamis Struktur
Po 2
G2
k 2 2 1 2
2
(G2 Sudah Diketahui !!!)
G1 1 2 1 2 G 2 2 1 2 Po
k
1 2 (4.65)
G2 1 2 2 G1 2 2 0 (4.66)
Eq.(3)+Eq.(4) :
G1 1 2 1 2 G1 2 2
Po
k
1 2
G1 1 2 2 Pk 1
2 2 o 2
Po 1 2
G1
k 1 2 2 2 2
Solusi lengkap PD akan menjadi :
Po
v(t ) A cos D t B sin D t e t 1 2 sin t 2 cost
1
k 1 2 2
2
2
Dari persamaan diatas bagian pertama merupakan respon transient yang akan teredam akibat
adanya e t , dan persamaan bagian kedua merupakan respons steady-state yang akan
berlangsung secara kontinyu. Nilai konstan A dan B bisa dievaluasi dengan menggunakan kondisi
keadaan awal. Tetapi karena respon transient akan teredam secara cepat, biasanya evaluasi nilai
konstan A dan B diabaikan. Sehingga persamaan respon harmonic untuk steady-state :
Po 1 2 P 2
v p (t )
k 1 2 2
2
2
sin t o
k 2 2 1 2 2
cost (4.67)
Dimana amplitudonya :
Po
k
1 2 2
2 2
0.5
Response Dinamis Struktur
Dan sebuah sudut fasa, , dengan respon yang berada dibelakang beban yang diterapkan
dimana :
2
tan 1 2
1
Sudut fasa tersebut dibatasi mulai dari 0 – 180o. Ratio dari penjumlahan amplitude respon
dinamik terhadap perpindahan static yang dihasilkan oleh gaya Po bisa disebut sebagai factor
perbesaran D; sehingga :
D
Po / k
1 2 2
2 2
0.5
(4.69)
Dari persamaan tersebut terlihat bahwa factor perbesaran dinamis, D, dan sudut fasa,
,bervariasi dengan rasio frekuensi, , dan rasio redaman, . Dengan membuat grafik hubungan
antara D vs. dan vs. akan didapatkan grafik seperti dibawah ini :
Gambar 4.17 Variasi factor pembesaran dinamis dengan redaman dan frekuensi
0.008
0.006
0.004
0.002
Perpindahan v(t)
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
-0.002
-0.004
-0.006
-0.008
Time (Sec)
4.7.3 Single Degree Of Freedom (SDOF) – Structure Response Of Half – Sine Impulse
Untuk beban impulse bisa diekspresikan sebagai sebuah fungsi analitis, bentuk solusi
tertutup dari persamaan gerak bisa bisa didapatkan. Sebagai contoh, pertimbangkan gelombang
setengah sinus yang ditunjukkan pada Gambar 4.20. Respon terhadap struktur tersebut bisa
dibagi menjadi dua fase, dimana fase awal berhubungan dengan getaran yang bekerja pada
struktur dan dalam interval tersebut beban beraksi dan fase kedua berhubungan dengan
getaran bebas Gambar 4.21.
v t
dari riwayat waktu Rt , dengan memasukkan persamaan transient dan steady-state,
Po
k
didapatkan sebuah persaman beban harmonik sederhana. Parameter waktu yang non-
t
dimensional sehingga t dan t , maka persamaan ini bisa dituliskan
t1
dalam bentuk :
1
R 2
sin sin 0 1
(4.70)
1
T
Dimana persamaan tersebut tentu saja hanya valid pada fase I, dikarenakan
2t1
persamaan tersebut tidak diperuntukkan untuk 1 , aturan L’Hospital bisa diapplikasikan
untuk mendapatkan sebuah ekspresi yang berguna untuk kasus khusus. Sehingga didapatkan
persamaan berikut :
R
1
sin sin (4.71)
2
Phase II
Gerakan bergetar bebas yang terjadi pada fase ini, t t1 , bergantung pada perpindahan
v (t1 ) dan kecepatan v(t1 ) yang ada pada akhir fase I. Sehingga response getaran bebas menjadi:
R 1 cos sin 1 sin cos 1
2
1 (4.72)
1
Dimana 1 t t1 , persamaan tersebut tidak diperuntukkan untuk nilai 1 ,
sehingga dengan menggunakan L’Hospital akan didapatkan :
R cos 1 1 1 (4.73)
2
Bila nilai maksimum terjadi pada fase I, maka nilai dimana nilai tersebut dapat dicari sebagai
berikut :
dR
2
cos cos 0 (4.74)
d 1
Response Dinamis Struktur
Dimana :
cos cos
Sehingga persamaan tersebut memenuhi syarat jika :
2n n 0,1,2,... (4.75)
Dengan menyelesaikan akan didapatkan :
2n
2n
2n
1 2 n
2n
n 0,1,2,... (4.76)
1
Bila nilai maksimum terjadi pada fase II, maka nilai tidak perlu dicari karena getaran pada fase
II merupakan getaran bebas sehingga rasio respon bisa didapatkan dengan :
0.5
2 2
Rmax 1 cos
2
sin
1
0.5
Rmax 21 cos
2
1
0.5
Dan dengan menggunakan identitas geometri 21 cos 2 cos sehingga
2
persamaan diatas bisa disederhanakan menjadi :
Rmax 2
cos (4.77)
1 2
Response Dinamis Struktur
t
R 1 cos 2 1 0 1 (4.78)
T
t t
Dimana sehingga t 2 1 . Nilai maksimum pertam dari ekpresi ini akan terjadi
t1 T
t1 1
pada saat .Bila nilai tersebut diharapkan terjadi pada akhir fase I maka nilai
T 2
t1 1 1
1 dan rasio . Dalam kasus ini R 2 .
T 2 2
Response Dinamis Struktur
Phase II
Persamaan getaran bebas pada fase kedua didapatkan dengan memasukkan
t1
R1 dan R 1 kedalam persamaan getaran bebas dimana 2 T 1 t t1
t1
atau 2 sehingga :
T
t t t t
R1 1 cos 2 1 R 1 2 1 sin 2 1 sin 2 1 (4.79)
T T T T
Dengan memasukkan dua kondisi awal tersebut kedalam persamaan getaran bebas maka :
vo
v(t ) vo cos t sin t ,
Sehingga persamaan getaran bebas tersebut menjadi :
t t t t
R 1 cos 2 1 cos 2 1 1 sin 2 1 sin 2 1 1 (4.80)
T T T T
Dengan mengambil penumlahan vektor dari dua komponen orthogonal didapatkan persamaan
sebagai berikut :
0.5
2
t1 t1
2
t
Pembebanan pada fase ini adalah P0 1 dimana secara sederhana solusi dari persamaan
t 1
gerak ratio respon adalah :
R p (t ) 1 0 1
t
Dimana , dengan mengkombinasikan solusi ini dengan persamaan komplementer pada
t1
getaran bebas dan dengan mengevaluasi nilai konstan yang ada untuk memenuhi keadaan awal
akan didapatkan sebagai berikut :
1 t t
R sin 2 1 cos 2 1 1 0 1 (4.82)
2 t1 T T T
Phase II
Persamaan getaran bebas pada fase kedua didapatkan dengan memasukkan
t1
R1 dan R 1 kedalam persamaan getaran bebas dimana 2 T 1 t t1
t1
atau 2 sehingga :
T
Response Dinamis Struktur
1
R1 sin cos
R 1 cos sin 1 (4.83)
Dengan memasukkan dua kondisi awal tersebut kedalam persamaan getaran bebas maka :
vo
v( t ) vo cos t sin t ,
Sehingga persamaan getaran bebas tersebut menjadi :
1 cos 1
R sin cos cos 1 sin sin 1 (4.84)
Dengan mengambil penumlahan vektor dari dua komponen orthogonal didapatkan persamaan
sebagai berikut :
0.5
1 2
cos 1
2
Setelah mengetahui rasio respon maksimum dari struktur maka akan didapatkan grafik sebagai
berikut :
Contoh :
Evaluasi respon maksimum dari struktur SDOF pada gambar dibawah akibat beban impulse,
dimana merepresentasikan sebuah gedung satu tingkat yang terkena beban ledakan berbentuk
segitiga.
454 ton
Elastic resistance t
fs=kv t1 = 0.05 sec
2 W 272.4
T 2 2 0.077 sec
kg 1800986
Step 2 :
Hitung rasio durasi impulse terhadap periode natural :
t1 0.05
0.65 0.37101 (Rmax pada Tahap 1)
T 0.079
Step 3 :
Hitung perpindahan maksimum :
Dari gambar 3 didapatkan ratio respon maksimum Rmax = 1.33 sehingga perpindahan
maksimum menjadi :
P 454
v max Rmax 0 1.33 0.252in atau secara eksak bisa didapatkan
k 1800
t1
2 2 0.65 4.084rad / s
T
Response Dinamis Struktur
1 t t
R sin 2 1 cos 2 1 1
2 t1 T T T
Untuk mendapatkan nilai alfa maksimum turunan persamaan diatas harus sama dengan 0.
t t t
R cos 2 1 2 1 sin 2 1 1
T T T
R cos sin 1 0 ; Bila
cos sin 1 0
cos 1 sin 0
2 cos 2 2 sin 0
2
2 cos 2 2 cos 2 sin 2 sin 0
2 2 2
2 cos 2 2 cos 2 2 sin 2 sin 0
2 2 2
2 sin 2 sin 0
2
2 sin 2 2 sin cos 0
2 2 2
2 sin 2 cos 0
2 2
2 sin 2 cos
2 2
sin
2
cos
2
tan
2
arctan
2
2 arctan
2 arctan
Response Dinamis Struktur
2 arctan
2 arctan 4.084
0.651
4.084
Dengan memasukkan nilai alfa kedalam persamaan berikut maka :
1
R sin cos 1
1
R0.651 sin 4.084 0.651 cos4.084 0.651 0.651 1
4.084
Rmax R0.651 1.334
P 454
v max Rmax 0 1.334 0.252cm
k 1800
Step 4 :
Hitung gaya elastik total yang bekerja :
fsmax kvmax 18001.334 2401ton
Response Dinamis Struktur
Hal tersebut juga berguna untuk struktur bangunan dimana matrik kekakuan struktur bisa
diperlakukan hal yang sama. Idealisasi yan paling sederhana untuk bangunan yang memiliki banyak
tingkat yang didasarkan pada tiga asumsi berikut :
• Diaghfrahma lantai dianggap rigid.
• Balok dianggap rigid relative terhadap kolom.
• Kolom dianggap fleksible terhadap arah horizontal tetapi rigid terhadap arah vertikal.
Bila asumsi-asumsi ini digunakan struktur bangunan yang diidealisasikan memiliki tiga derajad
kebebasan dinamis pada tiap tingkatnya. Sebuah derajad kebebasan pda tiap dua arah orthogonal
dan sebuah rotasi terhadap sebuah aksis vertikal pada pusat massa. Bila sistem diatas direduksi
menjadi plane frame, maka hanya memiliki sebuah derajad kebebasan pada arah horizontal pada
tiap tingkatnya.
Matriks kekakuan dari tipe struktur ini memiliki bentuk tridiagonal seperti berikut :
Response Dinamis Struktur
Karena gerak dari sebuah sistem yang bergetar bebas adalah harmonik, vektor perpindahan bisa
direpresentasikan sebagai :
v v sin t (4.87)
Dengan memasukkan hasil tersebut kedalam persamaan gerak pada getaran bebas maka akan
didapatkan hasil sebagai berikut :
M v K v 0 (4.89)
Solusi klasik dari persamaan tersebut bisa didapatkan dengan melihat bahwa penyelesaian tersebut
merupakan solusi nontrivial, determinan dari koefisien matriks harus sama dengan nol.
det K 2 M 0 (4.92)
Response Dinamis Struktur
Contoh :
Sebuah struktur seperti gambar dibahwa merupakan struktur yang memiliki 4 perpindahan derajad
kebebasan yang direpresentasikan menjadi perpindahan kearah horizontal. Data – data properti dari
struktur tersebut dapat dilihat juga pada tabel dibawah. Hitung Mode-Shape dan frekuensinya!
Penyelesaian :
Step 1
Buat matriks kekakuan struktur !
12 EI
ki
L3
12 12
12 EI 123.6 E 33201
k1, 2,3 209kips / in
L3 126 3
12 EI 123.6 E 33201
k4 140kips / in
L3 144 3
Sehingga matriks kekakuannya menjadi :
209 209 0 0
209 418 209 0
K
0 209 418 209
0 0 209 349
Step 2
Buat Matriks Properti Massa :
390
M Roof 4 1.01
386 4
445
M 2,3 4 1.15
386 4
448
M1 4 1.16
386 4
Sehingga matriks massanya menjadi :
1.01 0 0 0
0 1.15 0 0
M 1
4 0 0 1.15 0
0 0 0 1.16
Response Dinamis Struktur
Step 3
Selesaikan persamaan karakteristik dan hitung frekuensi circular dan periodenya.
2
Bila B maka :
800
K 2 M K 800BM 0
209 209 0 0 1.01 0 0 0
209 418 209 0
0 1 0 1.15 0
K 2 M 800B 0
0 209 418 209 4 0 0 1.15 0
0 0 209 349 0 0 0 1.16
12
B1 0.0891 , 1 0.0891800 8.443rad / s
800
2 2 2
1 , T1 0.744 sec
T1 1 8.443
Response Dinamis Struktur
22
B2 0.833 , 2 0.833800 25.81rad / s
800
2 2 2
2 , T2 0.243 sec
T2 2 25.81
32
B3 2.023 , 3 2.023800 40.22rad / s
800
2 2 2
3 , T3 0.156 sec
T3 3 40.22
12
B4 3.237 , 4 3.237 800 50.88rad / s
800
2 2 2
4 , T4 0.123 sec
T4 4 50.88
Step 4
Hitung dan gambarkan mode shape struktur :
Untuk mendapatkan mode shape 1,2,3,4 maka nilai B1, B2, B3, B4 dimasukkan kedalam persamaan
untuk mencari perpindahan tiap lantainya dimana 11 21 31 41 1 .
K M 0
2
i
Dengan demikian maka properti kedua bisa disederhanakan dalam bentuk matrik kekakuan sebagai:
Dan lebih lanjut lagi bahwa mode shape juga orthogonal terhadap matriks redaman dimana :
Sejak MDOF memiliki sejumlah N derajad kebebasan dan juga memiliki sejumlah N mode shape
getaran, maka memungkinkan untuk mengekspresikan bentuk perpindahan dari struktur dalam
bentuk amplitudo dengan mengubah persamaan tersebut menjadi Generalized Coordinate (Normal
Coordinates). Sehingga perpindahan pada lokasi tertentu, vi, bisa didapatkan dengan menjumlahkan
kontribusi dari tiap mode sebagai :
N
vi in Yn (4.90)
n 1
Sehingga persamaan gerak untuk sistem MDOF pada matriks mempunyai bentuk :
M v C v K v Pt (4.92)
Persamaan tersebut sama dengan persamaan SDOF, letak perbedaannya adalah adanya massa,
redaman dan kekakuan yang sekarang direpresentasikan dalam bentuk matriks dari koefisien yang
direpresentasikan berupa derajad kebebasan, percepatan, kecepatan dan perpindahan dan beban
yang diberikan direpresentasikan dalam bentuk vektor yang didalamnya terdapat tambahan derajat
kebebasan. Persamaan gerak ini bisa direpresentasikan dalam bentuk koordinat normal dimana :
Dengan menggunakan kondisi orhogonal maka persamaan bisa direduksi sebagai sebuah persamaan
gerak SDOF yang di generalisasi sesuai dengan mode shape yang ke-n dan normal koordina Yn,
dimana :
Hubungan diatas bisa digunakan untuk menyederhanakan persamaan gerak untuk mode shape ke-n
dalam bentuk :
Pn* t
Yn 2 n nYn n Y
2
(4.95)
M n*
Pentingya dari transformasi diatas kedalam koordinat normal sudah disimpulkan oleh
Clough dan Penzien, yang menyatakan bahwa penggunaan koordinat normal untuk mentransform
persamaan gerak dari sebuah kumpulan persamaan differensial yang simultan dimana biasanya
terdiri dari bentuk matriks diagonal massa dan kekakuan menjadi sebuah kumpulan N persamaan
koordinat normal yang bebas.
Lebih jauh lagi perlu dicatat bahwa ekspresi properti generalisasi pada tiap mode sama
dengan yang telah didefinisikan sebelumnya sebagai sebuah sistem SDOF yang digeneralisasi.
Sehingga penggunaan transformasi mode normal digunakan untuk mentransformasi sistem MDOF
yang memiliki derajad kebebasan sebanyak N kedalam sebuah sistem dari N SDOF sistem yang
bebas. Solusi akhir dari sistem kemudian didapatkan dengan melakukan superimpose dari solusi
modal yang bebas. Dengan alasan ini metode ini biasanya disebut sebagai Modal-Superposition
Method.
Response Dinamis Struktur
Dimana merupakan sebuah vektor koefisien pengaruh yang memiliki komponen i yang
vektor unit, 1 , sehingga untuk satu unit percepatan tanah pada arah horizontal untuk semua
derajad kebebasan memiliki sebuah percepatan horizontal. Generalisasi beban efektif untuk
mode ke n bisa didapatkan sebagai :
Dimana : Ln n M
T
Dengan mensubsitusikan persaman tersebut kedalam persamaan umum gerak akibat gempa
pada mode ke-n pada sebuah siste MDOF :
gt
Yn 2n nYn n2Y n * (4.98)
Mn
Dengan cara yang sama bila digunakan pada SDOF sistem, respon dari mode ini untuk tiap
waktu, t, bisa didapatkan dengan ekspresi integral duhamel :
nVn t
Yn t (4.99)
M n* n
Dimana Vu(t) merepresentasikan integral
1
Vn t g e nn t sin n t d (4.100)
0
Perpindahan akhir dari struktur untuk tiap waktu bisa didapatkan dengan melakukan
superimpose pada kotribusi tiap – tiap mode dimana :
N
vt n Yn t Y t (4.101)
n 1
Response Dinamis Struktur
Gaya penjumlahan dari gempa bisa ditentukan sebagai bentuk dari percepatan efektif, dimana
tiap mode yang diberikan sebagai perkalian antara frekuensi circular dengan amplitudo
perpindahan dari koordinat yang digeneralisasi :
V t
Yne t 2Yn t n n *n (4.102)
Mn
Percepatan yang berhubungan dengan struktur pada mode ke-N diberikan sebagai :
qn t
M n n nVn t (4.104)
M n*
Gaya gempa total bisa didapatkan dengan melakukan superimpose dari gaya – gaya modal
secara individual sehingga didapatkan :
N
qt q n t M 2Y t (4.105)
n2
Gaya geser dasar bisa didapatkan dengan menjumlahkan gaya gempa efektif yang ada setinggi
struktur bangunan :
N
Qn t qin t 1 q n t M en nVn t
T
(4.106)
n2
L2n
Dimana : M en merupakan massa efektif dari mode ke-n.
M n*
Penjumlahan dari massa efektif dari semua mode sama dengan massa total dari struktur. Hasil
ini menunjukkan arti bahwa penentuan jumlah respon modal diperlukan untuk secara akurat
merepresentasikan respon struktur secara keseluruhan. Bila total respon direpresentasikan
dalam bentuk sebuah nilai yang terbatas dari mode dan jika penjumlahan dari massa melebihi
dari sebuah total persentasi massa yang ditentukan sebelumnya maka jumlah mode yang
dipertimbangkan dalam analisa sudah mencukupi. Bila hal tersebut tidak terpebuhi maka
tambahan mode diperlukan. Gaya geser dasar untuk mode ke-n bisa diekspresikan dalam
bentuk berat efektif, Wen sebagai :
Wen
Qn t nVn t (4.107)
g
Response Dinamis Struktur
Dimana :
2
H
Wiin
Wen i H1 (4.108)
Wiin2
i 1
Gaya gempa dasar bisa didistribusikan keseluruh tinggi bangunan dengan gaya gempa modal
bisa diekspresikan sebagai :
q n t
M n Qn t (4.109)
Ln
n2 S pan
Qn max (4.113)
M n*
Response Dinamis Struktur
Karena kombinasi ini mengasumsikan bahwa maxima terjadi dalam waktu yang bersamaan dan
memiliki tanda yang sama, hal tersebut memberikan estimasi upperbound terhadap respon. Hal
tersebut tentu terlalu konservatif. Salah satu estimasi yang masuk akal adalah berdasarkan teori
probabilitas, estimasi tersebut menggunakan Square Root Of The Sum Squares (SRSS), dimana
estimasi tersebut diekspresikan dalam bentuk :
N
r rn 1
n
2
(4.117)
Kombinasi metode ini menunjukkan hasil perkiraan yang cukup baik dari respon sistem struktur
2 dimensi, untuk struktur 3 dimensi Complete-Quadratic Combination (CQC) memberikan hasil
Response Dinamis Struktur
yang jauh lebih baik dalam melakukan estimasi respon dari beberapa sistem struktur. CQC
direpresentasikan dalam bentuk :
N N
r r p
n 1 n 1
i r
ij j (4.118)
82 1 3 / 2
pij (4.119)
1
2 2
42 1
2
Dan
j c
;
i ccr
Dengan menggunakan metode SRSS untuk dua dimensi dan CQC untuk dua ataupun 3 dimensi
sistem akan memberikan perkiraan yang cukup baik terhadap respon maksimum dari gempa
pada sebuah sistem elastik tanpa memerlukan sebuah Analisa Riwayat Waktu yang lengkap. Hal
ini sudah pasti penting untuk tujuan desain.
m
2
i i
Modal Response n = 1
Nilai n
m i i
bisa didapatkan hasilnya dalam bentuk matriks seperti berikut :
m
2
i i
1.213
0.2883
n
0.0747
0.010
S pa
Langkah 2 Hitung S d untuk tiap modal dimana S d
2
Dengan menggunakan respon spektrum SNI 1726-2002 bisa didapatkan S pa (Spektrum Pseudo
Acceleration) dengan cara melihat periode struktur tiap mode dan dengan menarik garis keatas
hingga memotong fungsi respon spektrum pada tanah lunak seperti pada gambar dibawah ini.
Dari grafik tersebut didapatkan S pa tiap mode sebesar :
0.95
95
S pan 00..80
g
0.70
S pa
Hitung S d dimana 1 8.44 ; 2 25.77 ; 3 40.39 ; 4 50.80
2
Response Dinamis Struktur
S pa1 0.95386
S d1 5.147
1 2
8.44
S pa 2 0.95386
Sd2 0.552
2 2
25.77
S pa 2 0.80386
Sd3 0.189
3 2
40.39
S pa 4 0.70386
Sd4 0.105
4 2
50.80
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2 2.4 2.6 2.8 3
Mode 1
V4 4 1 S d1 1.0001.2135.147 6.243in
V2 2 1 S d1 0.7401.2135.147 4.620in
V2 2 3 S d 3 0.750.07470.189 0.011in
Langkah 4 Hitung percepatan tiap tingkat pada tiap mode dimana vn n2 v n
Mode 1
Mode 2
Mode 3
Mode 4
Langkah 5 Hitung Gaya Inersia tiap tingkat pada tiap mode dimana q n Mvn
Mode 1
1.01
q 4 Mv4 444.71 112.282kips
4
1.15
q 3 Mv3 404.61 116.325kips
4
1.15
q 2 Mv2 329.10 94.616kips
4
1.16
q 4 Mv4 208.99 60.671kips
4
Response Dinamis Struktur
Mode 2
1.01
q 4 Mv4 260.98 65.897 kips
4
1.15
q 3 Mv3 21.25 6.109kips
4
1.15
q 2 Mv2 81.02 23.293kips
4
1.16
q 4 Mv4 108.91 31.583kips
4
Mode 3
1.01
q 4 Mv4 230.02 58.08kips
4
q 3 Mv3
1.15
24.47 7.035kips
4
q 2 Mv2
1.15
17.94 5.157 kips
4
1.16
q 4 Mv4 27.73 8.0417 kips
4
Mode 4
1.01
q 4 Mv4 2.58 0.651kips
4
1.15
q 3 Mv3 5.16 1.483kips
4
q 2 Mv2
1.15
5.16 1.483kips
4
q 4 Mv4
1.16
2.58 0.748kips
4
Langkah 6 Hitung Gaya Geser tiap tingkat pada tiap mode dimana Qn q n
Mode 1
Q4 q n 112.282kips
Q3 q n 228.607 kips
Response Dinamis Struktur
Q2 q n 323.223kips
Q1 q n 383.893kips
Mode 2
Q4 q n 65.897 kips
Q3 q n 59.788kips
Q2 q n 36.495kips
Q1 q n 4.912kips
Mode 3
Q4 q n 58.080kips
Q3 q n 51.045kips
Q2 q n 45.888kips
Q1 q n 53.902kips
Mode 4
Q4 q n 0.651kips
Q3 q n 2.134kips
Q2 q n 0.651kips
Q1 q n 0.107 kips
Langkah 7 Hitung Over Turning Moment (ft-kips) tiap lantai pada tiap mode dimana
M on hn Qn
Mode 1
Mode 2
Mode 4
Langkah 8 Hitung kombinasi respon perpindahan dengan metode SAV, SRSS, CQC pada tiap
lantai.
SAV – Displacement
N
r rn dimana rn v n
n 1
SRSS – Displacement
N
r r
n 1
n
2
dimana rn v n
QCQ – Displacement
N N
r r p
n 1 n 1
i r dimana ri vi ; r j v j
ij j
82 1 3 / 2 j c
pij dimana ; 0.05 5%
1 2
4 1
2 2
i ccr
j c
Dengan memasukkan ; akan didapatkan matriks Pij
i ccr
Bila i = 1 dan j =2
0.05
2 25.77
3.053
1 8.44
Dengan cara yang sama P11 , P13 , P14 , P21 , P22 , P23 , P24 , P31 , P32 , P33 , P34 , P41 , P42 , P43 , P44 bisa
didapatkan, sehingga :
Dengan cara yang sama untuk v3QCQ ; v 2QCQ ; v1QCQ hasilnya adalah :
N N
v3QCQ r r p
n 1 n 1
i r 32.265 5.680in
ij j
N N
v2QCQ r r p
n 1 n 1
i r 21.366 4.622in
ij j
N N
v1QCQ r r p
n 1 n 1
i r 8.642 2.939in
ij j
Langkah 9 Hitung kombinasi respon percepatan tiap tingkat dengan metode SAV, SRSS, CQC
pada tiap lantai.
SAV – Acceleration
N
r rn dimana rn vn
n 1
82 1 3 / 2 j c
pij dimana ; 0.05 5%
1 2 42 1 2 i ccr
j c
Dengan memasukkan ; akan didapatkan matriks Pij
i ccr
Bila i = 1 dan j =2
0.05
2 25.77
3.053
1 8.44
Dengan cara yang sama P11 , P13 , P14 , P21 , P22 , P23 , P24 , P31 , P32 , P33 , P34 , P41 , P42 , P43 , P44 bisa
didapatkan, sehingga :
N N
v3QCQ r r p
n 1 n 1
i r 164787.7 405.941in / sec 2
ij j
N N
v2QCQ r r p
n 1 n 1
i r 115382 339.679in / sec 2
ij j
N N
v1QCQ r r p
n 1 n 1
i r 56874.05 238.423in / sec 2
ij j
Langkah 10 Hitung kombinasi respon gaya inersia tiap tingkat dengan metode SAV, SRSS, CQC
pada tiap lantai.
SAV – Inertia Force
N
r rn dimana rn qn
n 1
q3 SAV 130.592kips
q2 SAV 124.549kips
q1 SAV 101.043kips
SRSS – Inertia Force
N
r r
n 1
n
2
dimana rn qn
q3 SRSS 116.698kips
q2 SRSS 97.577kips
q1 SRSS 68.870kips
Response Dinamis Struktur
82 1 3 / 2 j c
pij dimana ; 0.05 5%
1 2
4 1
2 2
i ccr
j c
Dengan memasukkan ; akan didapatkan matriks Pij
i ccr
Bila i = 1 dan j =2
0.05
2 25.77
3.053
1 8.44
Dengan cara yang sama P11 , P13 , P14 , P21 , P22 , P23 , P24 , P31 , P32 , P33 , P34 , P41 , P42 , P43 , P44 bisa
didapatkan, sehingga :
N N
q3QCQ r r p
n 1 n 1
i r 13620.64 116.707kips
ij j
N N
q 2QCQ r r p
n 1 n 1
i r 9536.974 97.657kips
ij j
N N
q1QCQ r r p
n 1 n 1
i r 4790.827 69.216kips
ij j
Langkah 11 Hitung kombinasi respon gaya geser tiap tingkat dengan metode SAV, SRSS, CQC
pada tiap lantai.
SAV – Shear Force
N
r rn dimana rn Qn
n 1
Q3 SAV 341.574kips
Q2 SAV 406.257kips
Q1 SAV 442.814kips
SRSS – Shear Force
N
r r
n 1
n
2
dimana rn Qn
Q3 SRSS 241.746kips
Q2 SRSS 328.497kips
Q1 SRSS 387.689kips
CQC – Shear Force
N N
r r p
n 1 n 1
i ij jr dimana ri Qi ; r j Q j
82 1 3 / 2 j c
pij dimana ; 0.05 5%
1 2
4 1
2 2
i ccr
Response Dinamis Struktur
j c
Dengan memasukkan ; akan didapatkan matriks Pij
i ccr
Bila i = 1 dan j =2
0.05
2 25.77
3.053
1 8.44
Dengan cara yang sama P11 , P13 , P14 , P21 , P22 , P23 , P24 , P31 , P32 , P33 , P34 , P41 , P42 , P43 , P44 bisa
didapatkan, sehingga :
N N
Q3QCQ r r p
n 1 n 1
i r 58059.02 240.954kips
ij j
N N
Q2QCQ r r p
n 1 n 1
i r 107692.1 328.165kips
ij j
N N
Q1QCQ r r p
n 1 n 1
i r 150358.5 387.7609kips
ij j
Response Dinamis Struktur
Langkah 12 Hitung kombinasi respon momen guling tiap tingkat dengan metode SAV, SRSS, CQC
pada tiap lantai.
SAV – Over Turning Moment
N
r rn dimana rn M on
n 1
82 1 3 / 2 j c
pij dimana ; 0.05 5%
1 2 42 1 2 i ccr
j c
Dengan memasukkan ; akan didapatkan matriks Pij
i ccr
Bila i = 1 dan j =2
0.05
2 25.77
3.053
1 8.44
Response Dinamis Struktur
Dengan cara yang sama P11 , P13 , P14 , P21 , P22 , P23 , P24 , P31 , P32 , P33 , P34 , P41 , P42 , P43 , P44 bisa
didapatkan, sehingga :
N N
Q3QCQ r r p
n 1 n 1
i r 15696424 3961.671 ft kips
ij j
N N
Q2QCQ r r p
n 1 n 1
i r 52559149 7249.769 ft kips
ij j
N N
Q1QCQ r r p
n 1 n 1
i r 1.42E 08 11912.22 ft kips
ij j
Response Dinamis Struktur
Computation Response
Inertia Force n=4 112.282 -65.897 58.080 0.651 236.892 142.558 141.148
q n Mvn n=3 116.325 6.109 -7.035 1.483 130.592 116.698 116.707
n=2 94.616 23.293 -5.157 -1.483 124.549 97.577 97.657
n=1 60.671 31.583 8.042 -0.748 101.043 68.870 69.216