Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penilaian dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memperoleh berbagai
informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan
hasil belajar, pertumbuhan serta perkembangan sikap dan perilaku yang dicapai
siswa-siswi (Fajar, A., 2002). Berkaitan dengan hal ini guru harus membuat
keputusan mengenai pencapaian belajar kompetensi dari siswa-siswi.
Pengertian di atas menunjukkan bahwa penilaian merupakan suatu proses
untuk menggambarkan perubahan dari diri siswa-siswi setelah pembelajaran.
Proses memberi arti bahwa penilaian dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan, dengan cara tertentu sehingga mendapat hasil sesuai yang
diharapkan. Di sana juga digambarkan bahwa dalam penilaian dilakukan dengan
mengumpulkan kenyataan secara sistematis. Hal ini memperlihatkan bahwa di
dalam penilaian diperlukan pengambilan data atau disebut pengukuran.
Sedangkan menurut Permendiknas No. 20 Tahun 2007, penilaian pendidikan
adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan
pencapaian hasil belajar peserta didik.
Menurut Permendiknas No. 20 Tahun 2007 penilaian hasil belajar oleh
pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan
perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Ini menunjukkan bahwa
penilaian yang digunakan dalam pembelajaran adalah penilaian kelas.

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN MASALAH
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Alat Penilaian


Alat merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka
mencapai suatu tujuan.1 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), alat
adalah benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu. Dari pengertian umum,
alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang dalam
melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efesien. Kata
“alat” bisa juga disebut dengan istilah “instrumen”. Dengan demikian, alat
evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi. dalam kegian evaluasi, fungsi
alat adalah untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik sesuai dengan
kenyataan yang dievaluasi.2
Sedangkan evaluasi, secara harfiah berasal dari baha inggirs evaluation yang
berarti penilaian atau penaksiran. Menurut Stufflebeam, dkk (1971)
mendefenisikan evaluasi sebagai “The Process Of Delineating, Obtaining, and
Providing Useful Information For Judging Decision Alternatives”. Yaitu evaluasi
merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang
berguna untuk merumusakan suatu alternativ keputusan. Pengertiann evaluasi atau
penilaian menurut KBBI adalah suatu penilaian dimana penilaian itu ditujukkan
pada orang yang lebih tinggi atau lebih tahu kepada orang yang lebih rendah, baik
itu dari jabatan strukturnya atau orang yang lebih rendah keahliannya. Menurut
Suchman evaluasi atau penilaian adalah sebuah proses menentukan hasil yang
telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya
tujuan.3

Jadi dapat disimpulkan, alat evaluasi atau alat penilaian adalah sesuatu alay
yang dapat digunakan untuk empermudah seseorang dalam melaksanakan tugas
atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efesien. Sedangkan, Pengembangan

1
Pupuh, Strategi Belajar Mengajar (Bandung : PT. Refika Aditama, 2009). hl. 15.
2
Ibid., hl. 18.
3
Suharsimi Arikunto dan Jabar, Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Praktis Bagi
Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 2010). hl. 1.
alat evaluasi itu sendiri merupakan salah satu langkah penting dan tidak boleh
ditinggalkan dalam perencanaan dan desain pembelajaran. Melalui evaluasi yang
tepat dan berintegritas maka akan menciptakan keberhasilan siswa mencapai
tujuan pembelajaran dan sekaligus dapat melihat efektifitas program desain yang
telah direncanakan.4
B. Tujuan atau Fungsi Penilaian
Dengan mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam system
pendidikan, maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa tujuan atau fungsi
fungsi penilaian ada beberapa hal :5
a. Penilaian berfungsi selektif
a) Untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu.
b) Untuk memilih siswa yang dapat naik kekelas atau tingkat berikutnya.
c) Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
d) Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dsb.
b. Penilaian berfungsi diagnostic
Dengan mengadakan diagnose kepada siswa tentang kebaikan dan
kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan
lebih mudah dicari cara untuk mengatasi.
c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Sebagai alasan yang timbul dari system ini adalah adanya pengakuan yang
besar terhadap kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah
membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif
apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada.
d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.
Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa factor yaitu factor guru,
metode mengajar, kurikulum, saranadan system administrasi.

Sedangkan Fungsi dari penilaian menurut Sudjana, adalah sebagai berikut :6

4
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. (Jakarta: Kencana, 2008).
hl. 232.
5
Suharsimi Airkunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (jakarta : Bumi Aksara, 1995). hl.
9
a. Alat untuk mengethaui tercapai tidaknya tujuan intruksional. Dengan
demikian penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan
intruksional.
b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.perbaikan mungkin
dilakukan dalam hal tujuan inruksional, kegiatan belajar siswa, strategi
mengajar guru dan lain-lain.
c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang
tua.
C. Prinsip-Prinsip Penilaian
Prinsip diperlukan sebagai peandu dalam kegiatan penilaian atau evaluasi.
dengan demikian tidak hanya diutamakan prosedur dan teknik penilaian saja,
tetapi prosedur dan teknik itu harus dilakukan dalam paduan prinsip, maka
prinsip-prinsip penilaian itu ada 8 prinsip, yaitu sebagai berikut :7
1. Prinsip keterpaduann
2. Prinsip cara belajar sisiwa (CBSA)
3. Prinsip Kontinuitas
4. Prinsip koherensi
5. Prinsip diskriminalitas
6. Prinsissp keseluruhan
7. Prinsip pedagogis
8. Prinsip akuntabilitas (Accountability)
D. Syarat-Syarat Penilaian
Adapun syarat-syarat dari evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Sahih (Valid)
2. Terandalkan (reliable)
3. Obyektif
4. Seimbang
5. Membedakan
6. Norma
7. Fair
6
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
1995). hl. 4
7
Slameto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 1998). hl. 16-19
8. Praktis
E. Alat-Alat Penilaian
Alat dari penilaian itu terbagi atas dua tekni, yaitu teknik Non tes dan Teknik
Tes. Dibawah ini akan diuraikan kedua teknik penilaian tersebut yaitu, sebagai
berikut :8
1. Teknik Non Tes
a) Skala bertingkat (rating scale). Skala menggambarkan suatu nilai
yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan.
b) Kuesioner (questionair). Sering dikenal sebagai angket. Pada
dasarnya kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus di isi
oleh orang yang akan diukur. Dengan kuesioner ini orang dapat
diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan sikap
atau pendapatnya dan lain-lain.
c) Daftar cocok (check-list). Deretan pernyataan (yang biasanya
singkat-singkat), dimana responden yang dievalusi tinggal
membubuhkan tanda cocok (v) ditempat yang sudah disediakan.
d) Wawancara (interview). Suatu metode atau cara yang digunakan
untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan Tanya
jawab sepihak.
e) Pengamatan (observation). Suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara
sistematis.
f) Riwayat hidup. Gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam
masa kehidupannya.
2. Teknik Tes
Tes merupakan suatu alat pengumpulan formasi tetapi jika dibandingkan
dengan alat-alat lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan
batasan-batasan. Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka
dibedakan atas adanya 3 macam tes yaitu:

8
Suharsimi Airkunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (jakarta : Bumi Aksara, 1995). hl.
23
a) Tes diagnostik. Tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-
kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan
tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.
b) Tes formatif. Dari kata “form” yang merupakan dasar dari istilah
“formatif” maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program
tertentu.
c) Tes sumatif. Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah
berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program
yang lebih besar.
Alat-alat penilaian tidak hanya teknik non tes dan tes. Ada juga teknik
penilaian tertulis, teknik penilaian untuk kerja, dan teknik penilaian produk.
I. Teknik Penilaian Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis
merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik
dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu
merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang
lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.9
Teknik Penilaian
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
1. Soal dengan memilih jawaban
 Pilihan ganda
 Dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
 Menjodohkan
2. Soal dengan mensuplai jawab
 Isian singkat atau melengkapi
 Uraian terbatas
 Uraian obyektif/non obyektif
 Uraian terstruktur/nonterstruktur

9
Sumarna, Surapranata, Penilaian Portofolio(Bandung, Penerbit Rosda, 2004), h. 78.
Dalam menyusun instrument penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal
berikut:10

a. Materi, mislanya kesesuaian soal dengan kompetensi dasar dan indikator


pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan.
b. Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
c. Bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda.
d. Kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisa soal yang baku
dari berbagai bentuk soal penilaian.

Contoh Penilaian Tertulis

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan


Kelas/Semester : I/1
Kompetensi Dasar Indikator Jenis
Penilaian
Menerapkan hidup rukun Menjelaskan pengertian hidup rukun Tes
di rumah dan di sekolah Menjelaskan minimal 5 perilaku yang Tes
menunjukkan hidup rukun
Menjelaskan 5 perilaku yang termasuk Tes
hidup rukum di rumah
Menjelaskan 5 perilaku yang termasuk Tes
hidup rukun di sekolah
Mempraktikkan hidup rukun di rumah Kinerja
Mempraktikkan hidup rukun di sekolah Kinerja
Menjelaskan manfaat hidup rukun Tes
Membuat daftar perilaku yang Produk
menunjukkan hidup yang tidak rukun
yang perlu dihindari

10
Ibid,.
II. Teknik Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok
digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik
melakukan tugas tertentu seperti: praktek laboratorium, praktek sholat, praktek
olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca
puisi/deklamasi dll.11 Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal
berikut:
1. Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik
untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
2. Kelengkapan dan ketetapan aspek yang akan dinilai dalam kinerja
tersebut.
3. Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas.
4. Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak,
sehingga semua dapat diamati.
5. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan uruta
pengamatan.

Teknik Penilaian Unjuk Kerja

Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk


menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk mengamati unjuk
kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrument berikut:

1. Daftar cek (check-list)


Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek
(ya-tidak). Penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta
didik mendapat nilai bila criteria penguasaan kompetensi tertentu dapat
diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak
memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai
dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat
diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek

11
Ibid., h. 79
lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar. Berikut
contoh daftar cek.

Contoh penilaian kinerja Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : I/1
Kompetensi Dasar Indikator Jenis Tes
memperkenalkan diri Menuliskan nama diri sendiri, Produk
sendiri dengan kalimat tenpat dan tanggal lahir, nama
sederhana dan bahasa orang tua, dan alamat tempat
yang santun tinggal
mengenalkan nama diri, tempat Kinerja
dan tanggal lahir, nama orang
tua, serta alamat kepada teman
sekelas
Menyapa orang lain Membuat kalimat sapaan Tes
dengan menggunakan mempraktikkan cara menyapa Kinerja
kalimat sapaan yang yang sopan
tepat dan bahsa yang
santun

2. Skala Penilaian (Rating Scale)


Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat
sempurna. Misalnya : 1 = tidak kompeten, 2= cukup kompeten, 3 =
kompeten dan 4 = sangat kompeten.
III. Teknik Penilaian Produk
Tenik penilaian produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu
diadakan penilaian melalui langkah berikut.12
a. Tahap persiapan, meliputi : penilaian kemapuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan
mendesain produk.

12
Daryanto, Panduan Proses Pembelajaran (Jakarta: AV. PUBLISHER, 2009), h. 47
b. Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampua
peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan,alat, dan
teknik.
c. Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang
dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

Teknik Penilaian Produk

Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistic atau analitik.

a. Cara holistic, yatu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk,


biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
b. Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya
dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap
proses pengembangan.
F. Kriteria Pemilihan Alat Penilaian
Penilaian atau evaluasi sangat berguna dalam meningkatkan kualitas sistem
pembelajaran. Bagi para pembuat nilai, hendaknya instrumen evaluasi yang akan
diterapkan, diharapkana memenuhi kiteria agar meminimalisir bahkan
menghilangkan kesalahn yang tidak valid. Sehingga penilaian yang diberikan bisa
adil dan sesuai kenyataan. Karena sampai saat ini, terkadang masih banyak terjadi
kekeliruan dalam hal penilaian. Atau teradi ketidakadilandalam penilaian.13
Agar itu semua tidak terjadi perlunya diketahui dengan bagaimana kualitas
tes dengan analisa kualitas tes. Menurut Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa
suatu tes dapat dikatakan baik apabila memenuhi lima persyaratan yaitu, sebagai
berikut :
1. Validitas
Validitas disini artinya Evaluasi yang di ukur haruslah sesuai dengan apa
yang di ukur, sehingga hasil evaluasi dapat dipertanggung jawabkan.yang
harus diperhatikan dari validitas ini adalah Kognitif, Afektif, dan
Psikomotorik.14
2. Reliabilitas

13
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung : PT. Rosdakarya, 2012). hl. 122.
14
Ibid., hl. 135
Reliabiltas adalah tingkat derajat atau konsistensi dari suatu instrumen.
Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat
dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
3. Objektivitas
Artinya tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhinya. Lawan dari
objektif adalah subjektif, artinya terdapat unsur pribadi yang masuk
mempengaruhi. Sebuah tes dikatakn memiliki objektivitas apabila dalam
melaksanakan tes tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi, terutama
dalam sistem skoringnya.15
4. Praktikabilitas
Artinya mudah digunakan jika instrumen sudah memenuhi syarat-syarat
tapi sukar digunakan, berarti tidak praktis, kepraktisan ini bukan hanya dilihat
dari penyusunan instrumen, tetapi juga bagi orang lain yang ingin
menggunakan instrumen tersebut.16
5. Ekonomis
Maksudnya adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan
biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.17
6. Relevan
Artinya instrumen yang digunakan sesuai dengan standart kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, yang telah ditetapkan. Kemudain sesuai dengan
domain hasil belajar, seperti domain kognitif, afektif dan psikomotorik.
7. Reprensentatif
Artinya instrumen itu harus betul-betul mewakili seluruh instrumen yang
disampaikan. Hal ini dapat dilakukan bila penyusunan instrumen
menggunakan silabus sebagai acuan pemilihan materi tes. Guru juga harus
memperhatikan proses seleksi materi. Mana matei yang bersifat aplikatif dan
mana yang tidak. Mana yang penting dan mana yang tidak.18
8. Dekriminatif

15
Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran (Yogyakarta : Pustaka Belajar,
2004). hl. 258
16
Ibid., hl. 260
17
Ibid., hl. 98
18
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (bandung : Rosdakarya, 2012). hl. 134
Artinya insturmen itu harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat
menunjukkan perbedaan-perbedaan sekecil apapun. Semakin baik suatu
instrumen maka semakin mampu instrumen tersebut menunjukkan perbedaan
secara teliti.
9. Spesifik
Artinya suatu instrumen disusun digunakan khusus untuk obyek evaluasi,
jika instrumen tersebut menggunakan tes, maka jawaban tes jangan
menimbulkan ambivalensi atau spekulasi.
10. Proporsional
Artinya suatu instrumen harus memiliki tingkat kesulitan yang
proporsional anatar sulit, sedang dan mudah. Begitu juga ketika menentukan
jenis instrumen.
G. Pengembangan Alat Penilaian
Dalam Pengembangan Alat Penilaian Ada dua pengembangan alat penilaian
yaitu pengembangan alat penilaian tes dan pengembangan alat penilaian Non-Tes.
Dimana pengembangan alat penilaian akan diuraikan sebagai berikut :
1. Pengembangan Alat Penilaian Tes
Tes tertulis ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian (essay) dan bentuk objektif
(objective). Dimana :19
a. Tes uraian (essay)
Tes uraian disebut juga essay examination, merupakan alat penilaian
hasil belajar yang paling tua. Secara umum uraian tes ini adalah
pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk
menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan
alasan, dan bentuk lain. Dalam hali ini siswa dituntut untuk mampu
mengeksplor gagasannya melalui bahasa tulisan.

Adapun jenis-jenis tes uraian yaitu, sebagai berikut :

a) Uraian bebas

19
Nana Sudjanan, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung : PR. Remaja
Rosdakarya, 1990). hl. 35-48
Hal ini siswa bebas menjawab tidak dibatasi, bergantung pada pola pikir
atau pandangan siswa itu sendiri.
b) Uraian terbatas
Hal ini siswa menjawabnya itu diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada
batasan tertentu dalam menjawab. Baik dari segi ruang lingkup, sudut
pandang dan indikatornya.
c) Uraian berstruktur
Uraian ini dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dan soal-
soal essai. Uraian berstruktur berisi unsur : pengantarr soal, seperangkat
data, dan serangkaian subsoal.
b. Tes Objektif
Soal-soal tes objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar .
soal-soal bentuk objektif ini dikenal ada beberapa bentuk, yaitu sebagai
berikut :
a) Bentuk soal jawaban singkat
Yaitu soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata,
bilangan, kalimat atau simboldan jawabannya hanya dapat dinilai benar
dan salah.ada dua bentuk bentuk soal jawaban singkat, yaitu : bentuk
pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak lengkap.
b) Bentuk soal benar salah
Yaitu bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan. Sebgaian
pernyataan itu ada pernyataan bnar dan pernyataan salah. Soal ini dapat
mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan prinsip.
c) Bentuk soal menjodohkan
Yaitu terdiri dua kelompok pernyataan yang paralel. Kedua
kelompok pernyataan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah
kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari
jawabannya.
d) Bentuk soal pilihan ganda
Yaitu bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yng benar atau
paling tepat. Dilihat dari sturktur nya, bentuk soal pilihan ganda
terdiri atas :
i. Stem
ii. Option
iii. Kunci
iv. distractor
2. Pengembangan Alat Penilaian Non-Tes
Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidaklah selalu dapat
dilakukan dengan alat tes, sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan
siswa yang sukar diukur secarara kuantitatif dan obyektif misalnya aspek
afektif, dan psikomotorik yang mencakup sifat, sikap, kejujuran, tanggung
jawab, tenggang rasa, solidaritas, nasionalisme dal lain sebagainya. Untuk
mengukur kedua aspek itu perlulah alat penilaian yang sesuai dan memenuhi
syarat yaitu sebagai berikut :20
a) Observasi (pengamatan)
Yaitu suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan
mempehatikan tingkah lakunya. Dalam observasi guru tidak perlu
mengadakan komunikasi langsung dengan siswa.
b) Pemberian tugas untuk hasil karya atau laporan
Melalui pemberian tugas siswa dapat meemahami dirinya baik
kekuatan maupun kelemahan-kelemahannya, memperdaam dan Memperluas
nilai-nilai materi yang dipelajari,serta dapat memperbaiki perilakunya dalam
belajar. Pemberian tugas ada dua cara yaitu ; pemberian tugas secara
individual dan peberian tugas secara kelompok.
c) Karangan
Pada dasarnya ada 4 jenis karangan, yaitu :
i. Karangan reproduksi
ii. Karangan uraian
iii. Karangan ciptaan
iv. Karangan penjelasan
d) Skala Sikap

20
Nana Sudjanan, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung : PR. Remaja
Rosdakarya, 1990). hl.93-131
Sikap adalah bagian dari nilai-nilai dan merupakan hasil belajar
dengan kata lain sikap dapat dipengaruhi, diarahkan dan dibentuk dalam
pendidikan.
e) Angket
Angket adalah suatu daftar pertanyaan-pertanyaan tertulis yang harus
dijawab oleh siswa yang menjadi sasaran dari angket tersebut.
Pertanyaan dari angket ini tergantung dari maksud serta tujuan evaluasi
yang hendak dicapai.
f) Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik untuk mendapatkan data dengan
mengadakan hubungan langsung bertemu muka dengan siswa (face to
face relation). Wawancara dan angket sam-sama menggunakan
pertanyaan didalamnya, yang membedakan hanya cara melakukannya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Airkunto Suharsimi. 1995. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. jakarta : Bumi


Aksara.
Arifin Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT. Rosdakarya.
Arikunto Suharsimi dan Jabar. 2010. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman
Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran. Jakarta: AV. PUBLISHER
Pupuh. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : PT. Refika Aditama.
Sanjaya Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
Slameto. 1998. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Sudjana Nana.1995. Penilaian Hasil Belajar Mengajar.Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Sumarna, Surapranata. 2004. Penilaian Portofolio. Bandung, Penerbit Rosda.
Widoyoko Putro Eko.2004. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta :
Pustaka Belajar.

Anda mungkin juga menyukai