Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Definisi
Collet dan Edward membedakan truncus menjadi 4 tipe berdasarkan anatomi arteri
pulmonal, yaitu
1. Tipe I : Mean Pulmonary Artery keluar dari trunkus dan membagi menjadi Right
Pulmonary Artery dan Left Pulmonar Artery.
2. Tipe II : Mean Pulmonary Artery tidak ada, orifisium Right Pulmonary Artery dan Left
Pulmonar Artery terletak berdekatan, biasanya keluar dari bagian posterior trunkus
3. Tipe III : orifisium Right Pulmonary Artery dan Left Pulmonar Artery terpisah jauh dan
biasanya keluar dari sisi lateral trunkus yang berbeda
4. Tipe IV : paru diperdarahi oleh cabang arteri pulmonal yang keluar dari aorta
desendens, tipe ini dianggap bagian dari Tetralogy Of Fallot dg Pulmonary Atresia.
Epidemiologi
Kelainan truncus arteriosus merupakan kelainan yang jarang ditemukan. BWIS (Baltimore-
Washington Infant Study) melaporkan prevalensi terjadinya kelainan truncus arteriosus
sekitar 0,006 dari 1000 kelahiran hidup dan terhitung sebanyak 1,2 % dari semua kelainan
jantung kingenital. Yang lebih menarik adalah mereka melaporkan distribusi kasus yang sama
besar antara laki-laki dan perempuan, dengan sedikit perbedaan antara insidensi pada pasien
kulit putih dengan pasien kulit hitam.
Patofisiologi
Penderita Persisten Truncus Arteriosus mengalami kelainan anatomi pada jantung dimana
hanya terdapat satu pembuluh darah yang membawa darah keluar dari jantung, hal ini
memungkinkan terjadinya hal-hal berikut:
1.Pada PTA, hanya ada satu arteri utama yang keluar jantung, Mean Pulmonar Artery atau
cabangnya kemudian keluar dari trunkus, dan trunkus melanjutkan diri sebagai aorta. VSD
besar selalu ada pada kelainan ini. Kelainan hemodinamik yang muncul antara lain:
Selalu terjadi pencampuran yang sempurna dari darah vena dan darah bersih dalam
ventrikel, dan saturasi oksigen pada dua arteri utama selalu sama.
Tekanan pada kedua ventrikel sama.
Kadar saturasi pada sirkulasi sistemik (besarnya sianosis) tergantung pada besarnya
aliran ke paru (PBF).
2. Bila PBF besar maka bayi tidak begitu sianotik akan tetapi dapat mengalami CHF, bila
PBF kecil maka bayi akan sianosis berat.
3. Selama resistensi paru masih tinggi pada neonatus; biasanya sirkulasi sistemik dan paru
berada dalam keadaan seimbang (balance). Bila resistensi paru menurun maka akan terjadi
CHF oleh karena aliran darah akan menuju ke sirkulasi pulmonal selama sistolik dan
diastolik. Seringkali terjadi aliran retrograde dari aorta abdominal (dari hepar, renal dan
mesenterik) selama diastole ke pulmonal. Aliran retrograde diperbesar bila disertai adanya
insufisiensi katup trunkus.
4. Adanya aliran retrograde pada aorta akan menyebabkan turunnya tekanan perfusi koroner
sehingga mengakibatkan pasien berisiko mengalami infark miokardium.
Manifestasi Klinis
Pada kebanyakan penderita truncus arteriosus, penyakit jantung congenital dapat diketahui
selama proses persalinan. Sejak tahun 1990-an, diagnosis kelainan ini sudah mungkin
dilakukan yaitu dengan menggunakan fetal echocardiogram. Manifestasi klinis yang timbul
tergantung pada aliran darah ke paru-paru.
Sejak minggu pertama kehidupan, peningkatan resistensi arteriol pulmonary yang persisten
muncul sewaktu janin lahir dapat menyebabkan sianosis ringan dengan sedikit tanda
dekompensasi jantung, kecuali insufisiensi katup truncus, kecuali jika terjadi insufisiensi
katup truncus yang parah. Sementara resistensi pulmonary berangsur-angsur menurun dan
aliran darah ke paru-paru meningkat, sianosia dapat hilang, namun takipnea, takikardia,
keringat berlebihan, kurang nafsu makan dan tanda-tanda lain dari gagal jantung bisa timbul
secara sekunder akibat peningkatan aliran balik ke jantung yang disebabkan oleh aliran darah
yang berlebihan melalui sirkulasi pulmonal. Jika insufisiensi katup trunkus yang berat terjadi,
tanda dan gejala gagal jantung dapat muncul segera setelah lahir dan volume darah tambahan
yang dihasilkan oleh keadaan tersebut selalu akan meningkatkan beban kerja jantung akibat
peningkatan aliran pulmonal. Pada keadaan tertentu dimana bayi mengalami stenosis arteri
pulmonal, sianosis akan terlihat jelas ketika lahir dan semakin parah seiring bertambahnya
usia, hal ini merupakan akibat dari Syndrome Eisenmenger. Pasien juga sering mengalami
dispnea saat menyusui.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan Jantung yang hiperaktif, tanda-tanda sianosis, CHF dalam
berbagai tingkat. Teraba pulsasi perifer "bounding" dan melebar. Bunyi click sistolik sering
terdengar pada apeks dan ULSB, S2 tunggal. Murmur sistolik regurgitan kasar grade 2-4/6
dari VSD dapat terdengar di sepanjang left sternal border. Jika PBF besar akan terdengar
rumble apikal dengan atau tanpa irama gallop. Regurgitasi katup trunkus terdengar sebagai
murmur decresendo pada awal diastolik.
Pemeriksaan Penunjang
EKG
Gambaran electrocardiogram menunjukkan Aksis QRS normal (+50 sampai +120 derajat).
CVH ditemukan pada 70% kasus; RVH atau LVH saja lebih jarang ditemukan. Kadangkala
terjadi LAH.
Pada foto rontgen thorak selalu terlihat kardiomegali dengan peningkatan vaskulerisasi paru
(plethora). Segmen pulmonal menghilang. 30% kasus terlihat arkus aorta di kanan.
Ekokardiografi
Sebuah pembuluh arteri besar yang keluar dari jantung (trunkus arteriosus), termasuk
tipe, letak dan ukuran PA.
VSD besar yang ditemukan tepat di bawah trunkus.
Kateterisasi
Perjalanan Penyakit
Hampir seluruh pasien meninggal karena CHF sebelum mencapai usia 6-12 bulan. Harapan
hidup lebih besar pada pasien dengan PBF normal. Hanya 50% yang dapat melewati usia 1
bulan, 30% melewati 3 bulan, 18 % pada 6 bulan, dan hanya 12% yang melewati 12 bulan.
Perbaikan klinis terjadi bila pasien mengalami peningkatan resistensi vaskuler paru yang
dapat terjadi pada usia 3-4 bulan, akan tetapi akhirnya akan meninggal akibat Eisenmenger
pada dekade 2 atau 3 kehidupannya. Insufisiensi katup trunkus akan semakin berat. Harapan
hidup yang lebih besar bila terdapat pulmonary stenosis.
Manajemen
Medikamentosa
Bedah
Indikasi:
Diagnosis PTA adalah indikasi untuk pembedahan. Timing pembedahan adalah sesegera
mungkin. Pada beberapa center, operasi dikerjakan pada minggu pertama setelah kelahiran.
Stabilisasi (ICU)
Ventilasi dalam FiO2 17-21% (sampai 35%) untuk mencegah overflow PBF dalam
hiperoksigenasi.
Antisipasi iskemia miokardium adalah dengan menjaga HR < 160 , tekanan diastolik
> 20-25 mmHg, hematokrit > 35%, meningkatkan tekanan darah tidak dengan volume
semata tetapi jg dengan dopamin 3-5 mg/kg/mnt
Paliatif
Terapi paliatif dapat dilakukan Dengan melakukan Pulmonar Artery binding untuk
mengurangi aliran darah ke paru-paru. Walaupun demikian angka kematian pasca operasi
dilaporkan dapat mencapai 30%. Saat ini indikasi PA binding hanya untuk pasien yang tidak
dapat menjalani tindakan repair definitif. Secara umum patokan diameter banding 21 + BB;
kemudian disesuaikan dengan saturasi sistemik (80-85%)
Definitif
Bypass
Teknik Barbero-Marcial
Pada teknik ini digunakan perikardium yang telah ditreat khusus (formalin 0,6% selama min.
20 menit) untuk menyambung PA ke insisi ventrikulotomi.
Manajemen Regurgitasi Katup Trunkal dapat dengan menjahit daun katup yang prolaps ke
daun katup di sebelahnya.
Komplikasi Post-operatif
Follow Up
1. Perlu kunjungan secara teratur tiap 4-6 bulan untuk mendeteksi adanya komplikasi:
Keperluan untuk mengganti konduit karena sudah terlalu kecil, biasanya pada
usia 2-3 tahun.
Dapat terjadi kalsifikasi pada daun katup konduit dalam waktu 1-5 tahun yang
memerlukan re-operasi.
Prognosis
Umumnya pasien yang segera dilakukan tindakan operasi memiliki prognosis yang sangat
baik. Bila tidak diobati, bayi akan meninggal pada umur 6 bulan. Kematian biasanya
disebabkan gagal jantung dan radang paru. Anak dapat hidup bila arteri pulmonalis kecil atau
tahanan arteri pulmonalis naik. Penderita tertua yang pernah dilaporkan berumur 43 tahun,
tetapi pada umumnya anak meninggal paling tua umur 12 tahun. Operasi pengikatan arteri
pulmonalis sangat perlu dilakukan karena operasi koreksi sekarang dapat dilakukan, namun
pembedahan sebelum umur 6 bulan saat ini lebih disukai. Bila truncus arteriosus sudah
berhubungan dengan DiGeorge syndrome, endokrin, imunologis, wajah dan paru-paru yang
abnormal akan membuat proses pemulihan menjadi rumit.
DAFTAR PUSTAKA
2. Wahab, A .Samik. Penyakit Jantung Anak Edisi 3. Penerbit EGC; Jakarta. 2003
3. Webb GD, Smallhorn JF, Therrien J, Redington Ann. Congenital Heart Disesase. In:
Bonow RO, MannDL, Zipes DP, Libby P, eds. Braunwald’s Heart Disesase: A
Textbook of Cardiovascular Medicine, 9th ed. Philadelphia, Pa:Saunders Elsevier;
2011:chap 65
5. http://www.lpch.org/DiseaseHealthInfo/HealthLibrary/cardiac/truncus.html
6. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001111.html
LAPORAN PENDAHULUAN
TRUNCUS ARTERIOSUS
RUANGAN FLAMBOYAN A
RSUD dr.KANUDJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN
Disusun oleh :
Rano Bayu Winarko
PO.77220118144.RP