377 - Laporan Pendahuluan Asfiksia
377 - Laporan Pendahuluan Asfiksia
ASFIKSIA
1. Konsep Penyakit
1.1 Definisi
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan
dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2
yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba,
2009).
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir
(Mansjoer, 2000). Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan
CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat
mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001). Asfiksia
lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia
(peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).
1.3 Etiologi
a. Faktor ibu
- Hipoksia ibu
- Keracunan Co
- Hipotensi akibat pendarahan
- Gagal kontraksi uterus
- Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
- Hipertensi pada penyakit eklamsia
b. Faktor plasenta
- Plasenta tipis
- Plasenta kecil
- Plasenta tidak menempel
- Solusio plasenta
- Pendarahan plasenta
c. Faktor fetus
- Kompresi umbilikus
- Tali pusat melilit leher
1
2
1.4 Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus
vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
3
berkembang.
1.6 Komplikasi
a. Hipoksia dan iskemia otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke
otak pun akan menurun, keadaan ini akan menyebabkan hipoksia dan
iskemik otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal dengan istilah miokardium pada saat terjadinya,
yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah
jantung akan terganggu sehingga darah seharusnya di alirkan keginjal
menurun. Hal ini menyebabkan terjadinya pengeluaran urin yang
sedikit.
c. Koma
Apabila pada pasien afiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa diantaranya hipoksemia dan
perdarahan otak.
1.7 Penatalaksanaan
a. Terapi Suportif
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi
baru lahir yang bertujuan untuk rnempertahankan kelangsungan hidup
bayi dan membatasi gejala sisi yang mungkin muncul. Tindakan
resusiksi bayi baru tahir mengikuti tahap tahapan-tahapan yang
dikenal dengan ABC resusitasi :
1. Memastikan saluran nafas terbuka :
- Meletakkan bayi pada posisi yang benar.
- Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trakea
- Bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan terbuka
5
2. Memulai pernapasan :
- Lakukan rangsangan taktil
- Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3. Mempertahankan sirkulasi darah :
- Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada
atau bila perlu menggunakan obat-obatan.
4. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah, elektrolit).
b. Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus:
1. Tindakan Umum
- Pengawasan suhu
- Pembersihan jalan nafas
- Rangsang untuk menimbulkan pernafasa
2. Tindakan Khusus
- Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan langkah utama memperbakti
ventilasi paru dengan pemberian 02 dengan tekanan dan intemitery cara
terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan 02 tidak lebih dari 30
mmHg. Asfikasi berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan
bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 %
dengan dosis 2-4 mEq/kgBB Kedua obat ini disuntikan ke dalam intra
vena perlahan melalui vena umbilikatis, reaksi obat ini akan terlihat jelas
jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan
biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila
setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan. Pernapasan atau
frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan &
frekuensi 80-I00/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam
perbandingan 1 : 3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3
kali kompresi dinding torak. Jika tindakan ini tidak berhasil bayi harus
dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan
asam dan basa yang belum dikorekrsi atau gangguan organik seperti
hernia diaftagmatika atau stenosis jalan nafas.
- Asfiksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernafasan dapat dicoba bila dalam waktu
30-60 detik tidak timbul pernapaan spontary ventilasi aktif harus segera
dilakukan. Ventilasi sederhana dengan kateter 02 intranasal dengan
6
1.8 Pathway
2
1
4
5
1. Sistem Pernapasan
a. Hidung: Simetris kiri – kanan,
8
Bradipnea
Penurunan takanan inspirasi/ekspirasi
Penurunan ventilasi semenit
Penurunan kapasitas vital
Napas dalam
Napas cuping hidung
Ortopnea
Fase ekspirasi memanjang
Pernapasan bibir mencucu
Takipnea
Rasio waktu
Penggunaan otot bantu asesorius untuk bernapas
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Ansietas
Posisi tubuh
Deformitas tulang
Deformitas dinding dada
Penurunan energi dan kelelahan
Hiperventilasi
Sindrom hipoventilasi
Kerusakan muskuloskletal
Imunitas neurologis
Disfungsi neuromuskular
Obesitas
Nyeri
Kerusakan persepsi atau kognitif
Cidera medula spinalis
Diagnosa II: gangguan pertukaran gas b.d ekspansi yang kurang adekuat
(NANDA, hal 323)
2.3.4 Definisi
Keenihan atau kekurangan oksigenasi atau eleminasi karbon
dioksida membran kapiler-alviolar
2.3.5 Batasan karakteristik
11
- Subjktif
Dispnea
Sakit kepala pada saat bangun tidur
Gangguan penglihtan
- Objektif
Gas darah arteri yang tidak normal
pH arteri tidak normal
ketidak normanlan frekuensi, irama, dan kedalaman napas
warna kulit tidak normal
kunfusi
sianosis
karbon dioksida menurun
diaforesis
hiperkapnia
hiperkarbia
hipoksia
hioksia
hipoksemia
iritabilitas
napas cuping hidung
gelisah
somnolen
takikardia
2.3.6 Faktor yang berhubungan
Perubahan membran kapiler-alveolar
Katidak seimbangan perfusi-ventilasi
2.3 Perencanaaan
Diagnosa I: ketidakefektifan pola napas
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil berdasarkan NOC
- Menunjukan pernapasan ptimal pada saatterpasang ventilator
mekanis
- Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal
- Mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk pasien
- Meminta bantuan pernapasan saat dibutuhkan
12
3. Daftar Pustaka
Mansjor, Arif. (2000). Kapita selekta kedokteran ed. III. Jakarta: EGC
Manuaba, IBG, dkk. (2009). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB.
Jakarta: EGC