Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-6 1

Perencanaan Breakwater di Pelabuhan


Penyeberangan Nangakeo,
Nusa Tenggara Timur.
Sofianto K, Fuddoly
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: fuddoly@ce.its.ac.id

Abstrak— Kabupaten Ende, provinsi Nusa Tenggara Timur seperti: pelabuhan barang dan penumpang, pelabuhan minyak,
merupakan daerah yang terletak di bagian tengah Pulau Flores dan pelabuhan Ikan.
dan berbatasan langsung dengan laut pada sisi utara (laut Flores) Kemudian untuk Subsektor transportasi Angkutan
dan selatan (Laut Sawu). Karena letak Kabupaten Ende yang Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP), kabubaten Ende
strategis, yaitu batas wilayahnya berhubungan langsung dengan juga memiliki pelabuhan penyeberangan Ferry Nangakeo yang
dua buah perairan laut utara dan selatan, maka sangat
merupakan pelabuhan khusus yang dibangun pada tahun 2004
mendukung pengembangan sektor perdagangan melalui jalur
laut. Pembangunan sarana dan prasarana perairan laut sangat dan telah diresmikan 15 maret 2008. Lokasi Dermaga Ferry
dibutuhkan untuk menunjang kegiatan bisnis dan perekonomian penyeberangan ini terletak di Nangakeo, Kecamatan
tersebut. Kabubaten Ende memiliki pelabuhan penyeberangan Nangapanda. Namun hingga tahun 2011, pelabuhan ini belum
Ferry Nangakeo yang merupakan pelabuhan khusus yang optimal dapat digunakan. Hal ini disebabkan karena posisi
dibangun pada tahun 2004, namun hingga tahun 2011, pelabuhan dermaga yang sejajar garis pantai dan karakteristik ombak di
ini belum optimal dapat digunakan. Hal ini disebabkan karena perairan Nangakeo yang ganas hampir di setiap musim. Kapal
posisi dermaga yang sejajar garis pantai dan karakteristik ombak Ferry yang bersandar akan dihantam ombak pada bagian
di perairan Nangakeo yang ganas hampir di setiap musim,
lambung kapal, sehingga kapal akan terguncang dan
sehingga kapal tidak bisa untuk berlabuh di pelabuhan tersebut.
Maka, untuk mengatasi masalah gelombang laut yang cukup
membahayakan proses debarkasi.
besar, dibutuhkan perencanaan struktur breakwater yang kuat Maka untuk mengoptimalkan pemakaian pelabuhan
dan pemilihan tipe breakwater yang tepat sesuai dengan kondisi tersebut sangat diperlukan pembangunan bangunan pemecah
perairan di wilayah kabupaten Ende. gelombang (Breakwater) untuk mereduksi energi gelombang
Perencanaan breakwater dengan tipe konstruksi sebelum mencapai area kolam dermaga. Untuk mengatasi
monolith ini, menggunakan deretan tiang pancang baja pipa masalah gelombang laut yang cukup besar, maka dibutuhkan
Ø1016 mm yang diberi poer beton sehingga menjadi kesatuan perencanaan struktur breakwater yang kuat dan pemilihan tipe
dengan panjang total brekawter mencapai 125 m. Posisi breakwater yang tepat sesuai dengan kondisi perairan di
breakwater ini dibangun pada elevasi -25 mLWS dengan jarak
wilayah kabupaten Ende. Dengan dibangunnya breakwater ini
+80 m dari pelabuhan. Pengerukan juga dilakukan untuk
memperbesar lebar alur masuk dan keluar pada mulut
diharapkan fasilitas pelabuhan dapat beroperasi semaksimal
breakwater. Biaya total yang dibutuhkan dalam pembangunan mungkin.
breakwater ini sebesar Rp. 91.805.496.000,00. (Sembilan puluh
satu milyar delapan ratus lima juta empat ratus sembilan puluh
enam ribu rupiah).

Kata kunci :Ende, Breakwater, Monolith, Tiang Pancang,


Pengerukan

I. PENDAHULUAN
abupaten Ende provinsi Nusa Tenggara Timur
merupakan daerah yang terletak di bagian tengah
Pulau Flores dan berbatasan langsung dengan laut pada sisi
utara (laut Flores) dan selatan (Laut Sawu). Karena letak
Kabupaten Ende yang strategis, yaitu batas wilayahnya
berhubungan langsung dengan dua buah perairan laut utara dan
selatan, maka sangat mendukung pengembangan sektor
perdagangan melalui jalur laut. Pembangunan sarana dan
prasarana perairan laut sangat dibutuhkan untuk menunjang
kegiatan bisnis dan perekonomian tersebut. Untuk tahun 2011, Gambar. 1. Lokasi Studi
di kabupaten Ende sudah beroperasi beberapa jenis pelabuhan (Sumber: Peta Indonesia dan Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2

tahun 2011. Dari kondisi kedalaman di sekitar wilayah


perairan Desa Nangakeo bervariasi hingga kedalaman -25 m
LWS pada sisi perairan terluar yang merupakan ujung
breakwater.
Data Topografi
Berdasarkan hasil pemetaan Topografi seluas ±12 Ha,
kondisi topografi di areal rencana pembangunan merupakan
tanah kosong, sungai dan tebing dengan variasi ketinggian
hingga ketinggian maksimum +7m LWS.
Gambar. 2. Peta Topografi dan Batimetri Pelabuhan Penyeberangan Data Pasang Surut
Nangakeo, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur
(Sumber: ASDP Dirjen Departemen Perhubungan) Data pasang surut dianalisis pada kondisi spring tide dan
neap tide. Pengamatan dilakukan pada tanggal 9-23 juni 2011.
II. METODOLOGI Lihat gambar 4.
Dari data hasil pengamatan didapatkan bahwa perilaku
Metodologi Tugas Akhir ini dapat dilihat pada Gambar 3. pasang surut pada perairan Desa Nangakeo, Kabupaten Ende
memiliki tipe pasang Setengah Harian Ganda (Semi Diurnal)
dengan nilai F =0.10.
Dari pembacaan Peal Schaal didapatkan data sebagai
berikut :
• Beda pasang surut sebesar 3.40 m.
• Elevasi HWS (High Water Spring) pada +3.40 mLWS.
• Elevasi MSL (Mean Sea Level) pada +1.70 mLWS.
• Elevasi LWS (Low Water Spring) pada ±0.00 mLWS.

Gambar 4 – Grafik Pasang Surut


(Sumber :Dinas Perhubungan Nusa Tenggara Timur )
Data Angin
Gambar 3. Metodologi Tugas Akhir Data angin dapat digunakan untuk analisis kondisi
gelombang dan identifikasi pengaruh angin secara langsung
Penjelasan lengkap tentang Metodologi dapat dilihat pada
pada operasional pelabuhan. Data angin dikumpulkan dari log
buku Tugas Akhir penulis [1].
book atau buku catatan pendaratan pesawat di Bandara H.H.
Aroeboesman di Ende, sehingga pengukuran dilakukan sesaat
III. HASIL DAN PEMBAHASAN pesawat akan landing dan take off.

A. Pengumpulan dan Analisa Data


Umum
Breakwater ini berada di wilayah pantai selatan pulau Nusa
Tenggara Timur, tepatnya di perairan Desa Nangakeo,
Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, Propinsi Nusa
Tenggara Timur. Posisi geografisnya sekitar 121°34’03.9” BT
dan 08°47’52.6” LS. Rencana pembangunan breakwater ini
didasarkan pada wilayah perairan pelabuhan penyeberangan
Nangakeo dilindungi dari gelombang yang besar.. Gambar 5. – Windrose Ende
Catatan angin selama 5 tahun terakhir menunjukkan
Data Bathymetri
kondisi angin secara umum datang dari arah 135° atau
Peta bathymetri seluas ±18 Ha (600 m melebar sepanjang Tenggara dengan kecepatan maksimum mencapai 18 knot
pantai dan 300 m ke arah laut) diperoleh dari survey pada
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 3

(9,26 m/s) terutama pada bulan Juni dan Juli sedang pada gelombang. Daerah perairan teluk Ende, merupakan daerah
bulan Januari dan Februari arah angin sebagian dari 270° atau pantai yang menghadap laut Selatan (Samudera Indonesia).
Barat dengan kecepatan maksimum sekitar 10 Knot (5,14 m/s). Samudera Indonesia dikenal mempunyai gelombang yang
besar dengan periode yang panjang. Untuk kebutuhan
Analisa Gelombang pelabuhan, perlu dilakukan peredaman gelombang dengan
Perhitungan fetch efektif dari arah barat daya, selatan dan sistem breakwater.
tenggara selanjutnya dapat dilakukan perhitungan tinggi dan • Kedalaman Perairan
periode gelombang metode Sverdrup Munk Bretschneider Kedalaman perairan pada prinsipnya harus lebih dalam
(SMB) yang dimodifikasi Shore Protection Manual, 1984. dari draft penuh kapal terbesar. Tipe perairan pada lokasi
Dari perhitungan [1] menunjukkan bahwa perhitungan tinggi studi ini dianggap berupa perairan terbuka bergelombang,
gelombang serta durasi menggunakan metode sangat tidak sehingga dapat digunakan rumus :
mungkin terjadi pada kondisi lapangan yang sesungguhnya 1.2*draft kapal =1.2*3,5= 4,2 ≈ 5 meter
sehingga perlu adanya penyesuaian menggunakan data • Kolam Putar (Turning Basin)
gelombang yang dicatat oleh BMKG Stasiun Meteorologi Pada area ini kapal diharapkan bermanuver dengan
Kelas II EL Tari Kupang yang selanjutnya dianalisa kembali kecepatan rendah dan lebarnya untuk alur tidak panjang.
untuk mengetahui asumsi durasi yang digunakan stasiun Karena ini pelabuhan penyeberangan maka kapal jarang
meteorologi dalam penentuan gelombang. Setelah itu dicari berpapasan. Area yang disediakan dibatasi dengan bentuk
tinggi gelombang maksimum menggunakan grafik tinggi lingkaran berdiameter (D b ). Sedangkan kedalaman perairan
gelombang berdasarkan durasi angin. Hasil tersebut disamakan dengan alur masuk.
Db = 1*LOA = 1*75 = 75 meter
selanjutnya digunakan untuk perhitungan tinggi gelombang
• Panjang Jalur Masuk (Entrance Channel)
rencana berdasarkan periode ulang 50 tahunan menggunakan
Panjang Jalur Masuk untuk pelabuhan penyeberangan
metode statistic atau metode weibull untuk masing-masing
dengan kecepatan kapal 5 knot :
arah pengaruh gelombang.
P = 1,5*LOA= 1*75 = 112,5 ≈ 113 meter

Gambar. 6. Tinggi gelombang berdasarkan periode ulang.

Analisa Data Tanah


Analisa data tanah juga perlu diperhitungkan untuk
mengetahui daya dukung tanah terhadap struktur tiang
Gambar. 7. Perencanaan layout breakwater.
pancang, sehingga dapat ditentukan kedalaman tiang pancang
dari seabed. Data tanah diambil dari dua titik pengeboran yaitu C. Kriteria Desain
titik BH-1 dan BH-2.
Peraturan yang Digunakan
Setelah sampel tanah pada kedua lokasi diperiksa, secara
umum lapisan tanah yang mendominasi adalah batu berpasir, Dalam tugas akhir ini digunakan beberapa peraturan
dengan kondisi sangat padat (very dense, N-blow >50, sebagai dasar dalam perencanaan, antara lain :
menurut J.E Bowles, 1984) terlihat pada statigrafi data tanah. 1 API WSD 2000.
Maka untuk kondisi tanah dengan SPT > 50 seperti hasil Dimana pada peraturan tersebut terdapat peraturan
penyelidikan tanah diatas, harus digunakan tiang pancang baja penerapan gaya gelombang terhadap struktur.
dengan ujung tiang pancang baja harus di beri tutup (pile shoe) 2 SNI 03-2847-2002.
khusus agar dapat menembus tanah keras pada saat Sebagai pedoman dalam perencanaan struktur beton
pemancangan. bertulang.
3 PBI 1971
B. Perencanaan Layout Sebagai dasar perencanaan beton metode elastis
Perencanaan bangunan di lingkungan pantai merupakan 4 Standar – standar lain sejauh tidak bertentangan dengan
suatu proses perencanaan yang melibatkan banyak aspek ketentuan-ketentuan yang berlaku.
lingkungan. Lingkungan pantai sebagai suatu ekosistem darat
dan air dengan morfologinya yang kompleks, menyebabkan Kualitas Bahan dan Material
perencanaan bangunan di lingkungan pantai harus Mutu Beton
memperhatikan kondisi lingkungan secara cermat. Salah satu Berdasarkan Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan,
permasalahan yang harus diperhatikan adalah perilaku BMS 1992 bagian 6, Tabel 6.2, untuk beton yang keadaan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 4

permukaan bagian komponennya berada dalam air dan terletak Berikut ini merupakan data-data yang digunakan untuk
dalam lingkungan daerah pasang surut, termasuk dalam menghitung gaya-gaya gelombang berdasarkan metode Goda :
klasifikasi C. Dalam tipe tersebut mutu beton yang digunakan • Data gelombang :
harus memiliki kuat tekan karakteristik (f’c) tidak kurang dari H 1/3 : 3,13 m
35 MPa. Maka spesifikasi beton yang digunakan dalam T : 10,66dt γw : 1.03 t/m3
perencanaan adalah : • Kedalaman air dan tinggi bangunan :
 f’c : 35 MPa h : 28,4 m h’ : 28,4 m
: 350 Kg/cm2 d : 28.4m hc : 3,13 m
 Modulus Elastisitas berdasarkan PBI 1971 hb : h’+ (5 + (H 1/3 x 1/100 )
: 28,4 + (5 x (3.13 x 0.01)
Persamaan 11.1.1.
: 28,55651 m ≈ 29 m
−2 5 −2 • Berdasarkan Tabel d/Lo :
Ec = 6400 350kgf ⋅ cm = 1.197 × 10 kgf ⋅ cm
Mutu Baja Tulangan
Mutu baja tulangan diambil kelas U39 berdasarkan BMS
1992 Tabel 6.12 dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Mutu baja yang digunakan untuk tulangan struktur ini
adalah U39 dengan fy minimum adalah 390 MPa (Digunakan
Tulangan Ulir 400 MPa) Selain itu juga dapat dicari tebal lapisan layer, lebar puncak
b. Mutu baja tiang pancang sesuai dengan mutu tiang lapisan breakwater, jumlah armour unitserta elevasi dari
pancang pipa baja JIS A 5525 Class 2 STK 41 (SKK 400) permukaan breakwater. Elevasi permukaan dari breakwater
Kriteria Kapal Rencana merupakan pejumlahan dari beda pasang surut yang terjadi,
Data kapal rencana yang digunakan merupakan rencana besarnya run up gelombang serta asumsi settlement yang akan
kapal yang akan dilayani oleh pelabuhan penyeberangan terjadi. Setelah berat serta dimensi dari breakwater sudah
Nangakeo yaitu kapal jenis Ferry, dengan spesifikasi sebagai didapatkan maka selanjutnya dilakukan penggambaran
berikut:
potongan penampang pada bagian head dan trunk breakwater.
 Bobot mati : 1000 GRT
 Panjang kapal (LOA) : 75 meter
Beban Gempa
 Lebar kapal (Width) : 13 meter
Pada analisa struktur ini, beban gempa menggunakan
 Draft kosong : 3,5 meter
Data-data tersebut di atas digunakan untuk menentukan response spektrum gempa wilayah gempa 5 untuk tanah lunak
perencanaandari layout alur pelayaran dan breakwater. berdasarkan Peta Wilayah Gempa SNI 1726-2002.
• Kombinasi Pembebanan
D. Struktur Breakwater Kombinasi yang digunakan pada analisa struktur
breakwater ini adalah :
Beban yang diperhitungkan dalam perencanaan ini adalah
*) Desain Renforced Concrete
beban yang diakibatkan oleh tekanan gelombang sedangkan
Kombinasi I = 1,2D +1,6L(W)
tekanan hidrostatis tidak diperhitungkan karena gaya
Kombinasi II = 1,2D +1L(W) + 1G
hidrostatis yang datang dari berbagai arah yang berlawanan
*) Stability Of Pile Foundation
akan saling menghilangkan. Untuk perhitungan tekanan
Kombinasi I = 1D +1L(W)
gelombang digunakan perumusan menggunakan metode Goda
Kombinasi II = 1D +1L(W) + 1G
(1985).Rumusan ini dapat digunakan untuk berbagai kondisi
• Perhitungan Titik Jepit Tanah dan Kekuatan Tiang Pancang
gelombang. Distribusi tekanan yang diberikan oleh Goda, yang
 Letak titik jepit tanah terhadap tiang pondasi (Zf), dengan
berbentuk trapesium.(Gambar 8). Pada Tabel 6.1 merupakan
perumusan sebagai berikut:
hasil perhitungan gaya dan momen menggunakan metode
Zf = 1,8 T untuk normally consolidated clay dan granular
Goda. Breakwater tipe monolith ini dihitung berdasarkan
soil, atau yang mempunyai kenaikan linier harga modulus.
lokasi -25 mLWS.Tinggi gelombang refraksi dari laut dalam
Harga-harga T dicari dengan cara sebagai berikut:
didapat dari penabelan refraksi pada Bab 3.
Stiffness factor T = 5 EI (dalam satuan panjang).
nh
dimana:
• Harga-harga n h untuk submerged soil (Dense) = 12 MN/m3 .
• E = modulus elastisitas Young tiang
 = 2,1 x106 kg/cm2
• I = momen inersia = 740000 cm4
2,1x10 6 x740000
T =5 = 264,52
1,2
Gambar. 8. Struktur Breakwater Monolith. Zf = 1,8 x 264,52 = 476,14cm ≈ 4,8m
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 5

Perencanaan Poer Breakwater Jadi dipakai ρ min = 0,0045


Poer pada breakwater monolith ini merupakan poer menerus Luas Tulangan :
menahan deretan tiang pancang. Berdasarkan perhitungan gaya As perlu = ρ analisa x 1000 x dx
= 0,0045 x 1000 x 1376,5
gelombang menggunakan Metode Goda didapatkan data
= 6173,22 mm2
sebagai berikut :
Penulangan terpasang :
P = 72,1 ton Mtotal = 278,4 t.m
Dipasang tulangan D29 - 100 mm (6601,85 mm2). Tulangan
= 27840000 kg.cm
dipasang dengan dimensi dan jarak yang sama pada kedua arah
Direncanakan :
X dan Y.
Tebal poer = 150 cm Panjang poer = 350 cm
Lebar poer = 500 cm ( jarak antar As)
Perhitungan Tiang pancang
T= 150/500 = 0.3>0.4 , maka untuk perhitungan tulangan,
1) Daya Dukung Tanah
poer dianalisis sebagai pelat dengan data-data sebagai berikut :
Perhitungan daya dukung tanah menggunakan persamaan dari
- Tebal pelat, h b : 150 cm
Luciano decourt [9].
- Lebar, b b : 500 cm
- Decking, d : 8 cm Ql = Qp + Qs
- Diameter sengkang,Ø : 10 mm Dengan Ql adalah daya dukung tanah maksimum dalam ton,
- Diameter tulangan pokok :D29 mm Qp adalah resistance ultimate di dasar pondasi dalam ton dan
Qs adalah resistance ultimate akibat lekatan lateral dalam ton.
Perencanaan Tulangan Lentur Plat/Poer
Hasil perhitungan daya dukung tanah dapat ditampilkan
Dari perhitungan metode Goda, didapatkan momen
seperti pada gambar di bawah ini.
maksimum yang terjadi adalah 278,4 tm sehingga, Mu = 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 (Ton)
2000

278,4 tm = 2784 kNm 0

1 QL vs Depth D-100
Mu
Mn =

TARIK
2 Qs vs Depth D-100
f f = Faktor reduksi kekuatan lentur = 0,85
3

TEKAN
2784 Mn = 3275,3 kNm 4
Mn =
0,85 5

Direncanakan :
Depth (m)

Tulangan arah X D = 29 mm 8

Tulangan arah Y D = 29 mm 9

Selimut beton ts = 80 mm 10

dy = h – Sel. Beton – D – 0,5D 11

= 1500 – 80 – 29 – (0,5 x 29)= 1376,5 mm 12

dx = h – Sel. Beton – 0,5D 13

14
= 1500 – 80 – (0,5 x 29)= 1405,5 mm
Penentuan Rasio Tulangan Minimum (ρ min )
15

16

1.4 1.4
ρ min = = = 0,0035 17

fy 400 18

Mn 3275,3 Gambar 9. Daya Dukung Tanah Tiang Pancang D-1m


Rn = = = 1,729 Mpa
b × dx 2 1000 × 1376,52 Dalam perencanaan struktur breakwater monolith ini
fy 400 digunakan kedalaman tiang yang tergantung dari daya dukung
m= = = 16,23 tanah dasar. Untuk tiang pancang dengan gaya tarik =126 ton
0.85 × f ' c 0.85 × 29
1 2 × Rn × m 
x 3 (SF) = 378 ton, maka dibutuhkan kedalaman tiang sekitar
ρ analisa = 1 − 1 −  13 meter.
m  fy 

1  2 × 1,729 × 16,23  2) Kalendering
= 1 − 1 − 
16,2  400 

Perhitungan kalendering saat pemancangan berguna untuk
mengetahui daya dukung tiang sehingga bisa diketahui kapan
= 0.0045 pemancangan dihentikan. Perhitungan kalendering ini
menggunakan persamaan dari Alfred Hilley [9].
0.85 × f 'c ×β1 600
ρ balance = ×
fy 600 + f y (7)
= 0.85 × 29 × 0.85 × 600 = 0,0314 Dengan Qu adalah daya dukung tiang dalam ton dan S
400 600 + 400
adalah besarnya pengaturan kalendering pada 10 pukulan
ρ max = 0.75 x ρ balance = 0,75 x 0,0314
= 0,0236 terakhir dalam cm/set.
ρ min = 0,0035 Hasil perhitungan kalendering secara lengkap dapat dilihat
Syarat : ρ min < ρ analisa < ρ max pada bab VII [1].
0,0035 < 0.0045 < 0,0236
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 6

E. Pengerukan IV. KESIMPULAN


Pada bab IV dapat dilihat layout kondisi eksisting Struktur Breakwater
breakwater dengan kebutuhan kedalaman -5 mLWS pada alur Dari hasil perencanaan pada Bab VI, didapatkan hasil
di mulut breakwater dimana pada alur masuk dan keluar kapal sebagai berikut :
perlu dilakukan adanya pengerukan mengingat kebutuhan - Breakwater Monolith dengan menggunakan kelompok
kedalaman kapal ferry 1000 GRT yaitu -5.00mLWS Tiang Pancang berdiamater 1016 mm dengan tebal 19 mm
sedangkan pada mulut breakwater yang ada mencapai pada kedalaman -25 mLWS.
kedalaman -3.00mLWS. Jadi kapal dapat dengan aman Poer menerus : 500 cm x 350cm x 150 cm
bermanuver melewati mulut breakwater. Untuk menentukan Diameter tulangan Poer : D29-100
volume pengerukan ini bisa dilakukan dengan membagi areal Elevasi puncak : +7.41 mLWS
alur masuk dan keluar kolam dermaga menjadi beberapa pias. Pengerukan
Setiap pias dibuatkan cross sectionnya agar mempermudah Dari hasil perencanaan pada Bab VII, didapatkan hasil
menghitung volume kerukan. Volume pengerukan total adalah sebagai berikut :
total akumulasi dari volume seluruh pias yang ada. - Pengerukan dilakukan dengan menggunakan kapal keruk
clamshell dengan kapasitas 5 m3
- Volume pengerukan 1352,2 m3 pada dua lokasi pengerukan
yaitu alur masuk dan keluar kolam dermaga.
Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan pekerjaan struktur secara
keseluruhan dilakukan dari laut menggunakan tongkang dan
crane sebagai alat pemindah material. Pada pekerjaan Struktur
Monolith menggunakan Hydrolic hammer sebagai alat bantu
pemancangan tiang pancangnya. Pembuatan poer tiang
pancang dilakukan menggunakan cast in situ dengan beton
ready mix. Pada pekerjaan pengerukan menggunakan alat
keruk clamshell dibantu dengan kapal tongkang (barge) untuk
Gambar 7. Layout Pengerukan membuang hasil pengerukan.
Anggaran Biaya
Setelah dilakukan perhitungan, didapat volume Total anggaran biaya yang dibutuhkan untuk
pengerukan sebesar 1352,2 m3. pembangunan breakwater berdasarkan perhitungan Bab IX
Karena volume total galian < 5000 m3, maka dipilih alat adalah sebesar Rp. 93.482.512.000,00. (Sembilan puluh tiga
keruk mekanik yaitu clamshell dredger. milyar empat ratus delapan puluh dua juta lima ratus dua
belas ribu rupiah).
F. Metode Pelaksanaan Saran
Metode pelaksanaan perencanaan breakwater ini meliputi Konstruksi breakwater sebaiknya dilakukan jangan
beberapa tahapan pekerjaan sebagai berikut : dilakukan pada durasi antara bulan juni-juli, karena pada bulan
a) Pekerjaan persiapan tersebut kecepatan angin yang sangat tinggi dapat
b) Pekerjaan Struktur menyebabkan gelombang yang besar sehingga dapat
o Breakwater Monolith mengganggu pelaksanaan konstruksi breakwater.
- Pekerjaan pemancangan
- Pekerjaan pengecoran poer DAFTAR PUSTAKA
c) Pekerjaan Pengerukan pada alur masuk dan keluar dari [1] Sofianto K, Perencanaan Breakwater di Pelabuhan Penyeberangan
Nangakeo, Nusa Temggara Timur. Surabaya: Institut Teknologi
kolam dermaga. Sepuluh Nopember (2012).
[2] Braja M, Das. 1985. Mekanika Tanah 1. Diterjemahkan oleh Noor
G. Rencana Anggaran Biaya Endah dan Indrasurya B.M. Jakarta : Erlangga.
[3] Wahyudi, Herman. 1999. Daya Dukung Pondasi Dalam. Surabaya:
Prosedur perhitungan besarnya rencana anggaran biaya Jurusan Teknik Sipil-FTSP ITS.
meliputi : [4] Widyastuti, Dyah Iriani. 2000. Diktat Pelabuhan. Surabaya.
1) Penentuan harga material, alat dan upah [5] Kramadibrata, Soedjono.2002. Perencanaan Pelabuhan. Bandung :
Besarnya harga material, alat dan upah didasarkan pada Penerbit ITB
[6] Triatmodjo, Bambang. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta :Beta Offset
harga satuan pokok kerja di kota Kupang. [7] Department Of The Army. 1984. Shore Protection Manual,Vicksburg
2) Analisis harga satuan tiap pekerjaan Missisipi.
3) Perhitungan volume pekerjaan dan rencana anggaran biaya
Setelah dilakukan perhitungan terhadap besarnya volume
pekerjaan, didapat rencana anggaran biaya total sebesar
Rp. 93.482.512.000,00.

Anda mungkin juga menyukai