BAB II
A. Deskripsi Teori
keyakinan tertentu. Dari kata etos terambil pula kata “etika” dan
Dari kata yang sama muncul isttilah Ethikos yang berarti ‘teori
1
Webster, John and Weber, Roland. 2007. Introduction to Fungi 3th Edition. Cambridge:
Cambridge University Press, hal 542.
18
(Sinamo,)2.
suatu pekerjaan.
Dari kata etos ini dikenal pula kata etika, etiket yang hampir
mungkin.
2
Sinamo, Jansen, 2005, 8 Etos Kerja Profesional, Jakarta: Darma Mahardika. hal. 26.
3
Harsono, J dan Santoso, S, 2006. Etos Kerja Pengusaha Muslim Perkotaan di Kota Ponorogo.
Jurnal Penelitian Humaniora, Edisi Khusus, hal 115-125.
19
sikap dan perilaku yang menuju atau mengarah kepada hasil yang
lebih sempurna. Dengan demikian etos adalah ciri atau sifat; sikap,
berikut ini penulis mengutip beberapa pendapat para ahli dan pakar
20
adalah praktik atau budaya kerja secara apa adnya. Etos kerja
yang sehat dan etis dapat tercipta jika dalam etis kerja selalu
terciptalah suatu etos kerja yang tidak etis dan tidak sehat.
5
Koentjaraningrat 2002. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia, hal .102
6
Harefa, Andreas, 2000. Menjadi Manusia Pembelajar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hal 32
7
Dessler, Garry. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi ke-9. Diterjemahkan oleh
Benyamin Molan. PT. Prenhallindo, Jakarta. hal. 116.
22
menurut arti yang bertolak dari etika, yaitu moralitas dan kebijakan
etos kerja adalah semangat kerja positif yang menjadi cirri khas
dengan praktik dan budaya kerja yang sehat dan etis. Kata etos
8
Ahmad Janan Asifudin, 2004. Etos Kerja Islami. Surakarta:t Universitas Muhammadiyah Press,
hal 27-28
23
Dalam hal ini etos kerja guru dipandang dari segi pelaksanaan
tugas-tugas profesionalisme.
11
Weber. menyatakan “etos didefinisikan sebagai keyakinan
dipancarkan keluar”.
9
Atmowirio, Soebagio. 2000. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Pustaka Antara, hal. 233.
10
Admowirio, Soebagio. 2001. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardadizyaa, hal 232.
11
Weber, Max, 2002, The Protentant Ethic and the Spirit of Capitalism. Translated by. Talcott
Parsons, New York: Charles Scribner’s Sons, p. 64
12
Tasmara, Toto. 2002. Membangun Etos Kerja Islam. Jakarta: Gema Insani Pers, hal 73
24
dalam menciptakan etos kerja dimasa kini dan masa yang akan
13
Thoifuri. 2008. Menjadi Guru Inisiator. Semarang: RaSAIL, hal 3-4
25
(3) ketepatan waktu, (4) kualitas hasil kerja, dan (5) komunikasi”.
mereka secara khas. Itulah etos kerja mereka, dan itu pula budaya
kerja mereka.
15
Sinamo, membagi etos kerja atas delapan bagian, antara
14
Sinamo, Jansen, 2005, 8 Etos Kerja Profesional, Jakarta: Darma Mahardika, hal 26.
15
Sinamo, Jansen, 2005, 8 Etos Kerja Profesional, Jakarta: Darma Mahardika, hal 26.
26
yaitu:
berkualitas.
ramah, semangat, ulet & tahan uji, loyal, bisa dipercaya, bernalar
asyiknya bekerja.
kerja yang muncul dari kebudayaan. Menurut Lawang etos kerja ini
nilai-nilai tersebut.
dengan system nilai budaya, maka system nilai budaya terdiri dari
etos kerja keadaan tersebut, serta makna etos kerja bila ditinjau
17
Stephen P. Robbins, 2006, Perilaku Organisasi, Jakarta : Indeks, hal. 102.
29
harus mempunyai etos kerja atau etika yang baik, disiplin, teguh
memiliki etos kerja yang dapat di andalkan. Namun disisi lai, dapat
terhadap siswa tidak dapat lagi pada mereka. Guru sering pula
ditetapkan.
tugas-tugasnya disekolah.
adanya motivasi yang kuat dari dalam diri maupn dari luar diri guru
karakter bagi dirinya. Oleh karena itu untuk lebih terurai dan
demi hidup atau suatu imperative dari dalam din yang dpat
22
muncul dari nilai-nilai budaya masyarakat. Geertz
dengan tekun.
masalah aktual dari cara hidup itu, dan cara hidup itu adalah
para ilmu sosial. Dalam buku itu Max Weber mengatakan bahwa
37
dari suatu etnik atau bangsa adalah dilihat dari masalah dimiliki
permasalahan kerja.
39
uang lembur.
kemudian.
interes.
makna tertentu.
struktur ekonomi yang ada dalam masyarakat itu. Oleh sebab itu
akal sehat, karena antara etos dan pandangan dunia, antara gaya
meminjamkan makna.
43
bahan dasarnya.
keadaan normal.
tanggung jawab sosial global; (2) suatu model prilaku etis individu;
(3) prinsip moral umum untuk para menejer; dan (4) bagaimana
sosial seseorang.
25
Wirawan, Kapita Selekta Teori Kepemimpinan, Jakarta: Yayasan Bangun Bangun Bangsa %
Uhamka Press, hal. 17.
45
sendiri.
kerendahan hati.
memiliki etos kerja yang sehat dan etis. Semakin tinggi etos kerja
tekun dan ulet, jujur, sabar, rapi, tepat waktu, efisien, kerjasama,
sehat dan etis. Jika dikaitkan kepuasan kerja bagi guru yang
kerja guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu yang
menjadi positif, dan melihat mana yang sudah positif untuk dapat
terhadap guru dan staf sekolah lainnya agar mampu bekerja lebih
pembinaan.
26
Arikunto. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 155.
50
yaitu:
a. Scientific management;
b. Democratic interaction approach;
c. Cooperative supervision;
d. Supervision as curriculum development;
e. Clinical supervision;
f. Group dynamics and peer emphasis; dan
g. Coaching and instuctinal supervision.
lingkup yang lebih besar dan kepala sekolah dalam lingkup yang
27
Pidarta, Made, 2009, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. hal. 79.
28
Wiles, J. and Bondi, J. 1993. Curriculum Development: A Guide to. Practice. (4th Ed) New
York; Mc Millan Publishing Company. P. 383.
52
dilakukan oleh atasan dalam hal ini kepala sekolah dalam rangka
29
Olivia, Peter F. 2004. Supervision For Today’s. New York: Longman. p. 67.
54
30
Alfonso, Firth, dan Neville, menegaskan Instructional
pengawas dan guru tetapi juga pihak lain yang terkait dengan
perbaikan.
diluar sekolah.
langkah akhir.
berkualitas.
the event’.
pencapaian tujuan.
secara tepat dan teratur dan terus menerus pada peserta didik, (f)
pembelajaran/ bimbingan.
a. Pngertian Kepemimpinan
organisasi.
35
Edwin A. Locke & Association, 2007 . Esensi Kepemimpinan, Penerjemah Aris
Ananda.Jakarta:Penerbit Spektrum, hal 3.
66
36
Blanchart, mengemukakan definisi kepemimpinan dengan
36
Paul Hersey and Kenneth Blanchard, 2003. Management of Organizational Behavior, Utilizing
Human Resources. New Jersey: Practice-Hall Inc. Engliwood Clifts. hal 84.
37
George R. Terry, 2000. Prinsip-Prinsip Manajemen. (edisi bahasa Indonesia). PT. Bumi
Aksara: Bandung. hal. 9.
38
Koontz, H., C. O’Donnell, dan H. Wehrich, 1991, Manajemen, Jilid 2, Terjemahan, Erlangga,
Jakarta. hal. 334.
67
yaitu:
39
F.E. Fiedler & M.M. Chermer, 2004. Leaderhing and Effective. Glein View: Scott, Foreman &
Company,. hal. 10
40
Dirawat, dkk, 2003. Pengantar Kepemimpinan dalam Rangka Innovasi Pendidikan
Pertumbuhan. Jabatan Guru. Jakarta: Yudistira, hal 26.
68
ada lagi kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh diri sendiri tanpa
b. Kepemimpinan Pendidikan
69
bahwa:
telah dirumuskan”.
41
Hadari Nawawi, 2005. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung, hal 82.
42
Frances Hesselbern, Marshall Gold Smith, Richard Beckhard. (Eds). 2000. The Leader of The
Future. Penerjemah Bob Widyahartono. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo, hal 125.
71
43
Depdiknas, 2000. Penduan Manajemen Sekolah. Jakarta: Dikmenum, hal 15.
72
berikut:
karakteristik
44
Mukhneri, 2004. Kepemimpinan Pendidikan: Jakarta: Badan Penerbit Jurusan Manajemen
Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, hal 6.
73
pemimpin.
sosial”.
45
Djaenabong, 2004. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah TK di Kodya Ujung Pandang. Ujung
Pandang LPM IKIP, hal 129.
46
Indriyo Gitosudarmo dan I Nyoman Sudita, 2007. Perilaku Keorganisasian. Jogyakarta: BPFE,
hal 129.
74
baik dalam ilmu pengetahuan, daya tahan mental dan fisik untuk
memiliki tanggung jawab dan beban yang lebih berat dari yang
kekurangan dan kelemahan yang ada pada diri kita. Hal ini
lembaga pendidikan.
47
Stoner. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. hal. 8.
76
mengendalikan bawahannya.
48
Andrew B. Halpin, 2006. Theory and Research In Administration. New York: Mcmillian
Company, hal 83.
77
kemanusiaan.
secara sukses.
80
oleh banyak pakar, namun dalam hal ini kita akan menyoroti
49
Stogdill, Ralph. M. 2001 Hand Book of Leadership. Kogan Page Limit, London. p. 85-91.
50
Yulk, Gary, 2004, Leadership in Organization, 3nd ed.ENGLEWOOD Cliff, NJ: Prentice hal 5.
82
51
Senada dengan Yulk Harold W. Boles, mendefiniskan
51
Harold W. Boleas & A. James Devemport, 2003. Instruction to Educational Leadership. Revised
ed. New York. Prentice Hall Press, hal 7.
52
Stephen P. Robbins, 2003. Organizational Behavior. New Jersey, Pearson Education, Inc, hal
314.
83
organizational goal”.
53
Menurut Veithzal, pemimpin sekolah adalah sumber informasi
pendidikan.
organisasi.
berasal dari, oleh dan untuk manusia. Hal ini ditegaskan bahwa
58
Burhanuddin, 2004. Analisa Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara, hal 45.
87
seseorang.
sekolah adalah
1. Kerangka Berpikir
mengajar.
visitasi, dan menilai diri sendiri oleh guru, hal inisebagai salah
Kerja Guru
2. Hipotesis Penelitian