PENDAHULUAN
Kita semua telah mengetahui bahwa alam indonesia memang terkenal dengan
kekayaan hayati dan hewaninya yang sangat memungkinnya sebagai bahan dasar obat
alami . Banyak tanaman obat yang hidup liar di hutan dan di lautan belum dijamah oleh
tangan manusia demi kesejahteraan bangsa. Sebagian memang telah dimanfaatkan dan
dibudidayakan serta diteliti secara mendalam oleh para ilmuwan.
Sejak lama masyarakat telah mengenal dan memanfaatkan obat-obat alamiah yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, dan mineral. Mereka meramu dan meraciknya
sendiri atas dasar pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun oleh generasi
sebelumnya.
Namun banyak dari kita, yang tidak tahu bagaimana cara mengolah kekayaan hayati
dan hewani tersebut menjadi suatu bahan obat yang bisa memberi manfaat yang sangat
baik dalam menyembuhkan penyakit bahkan khasiatnya mungkin lebih baik dibandingkan
obat dari bahan kimia. Oleh karena itu perlu kita ketahui tentang suatu ilmu yang
mempelajari tentang cara-cara pengolahan bahan- bahan alami tersebut menjadi suatu
sediaan obat, yang kita kenal dengan ilmu galenika : Ilmu yang mempelajari tentang
pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan
dan hewan).
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian ilmu galenika
Mengetahui jenis-jenis sediaan galenika
Mengetahui cairan – cairan penarik
Untuk mengetahui cara-cara penarikan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu galenika adalah Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat) obat
dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan) . Istilah galenica diambil
dari nama seorang tabib Yunani, yaitu Claudius Galenos (Galen) yang membuat sediaan obat
berasal dari tumbuhan dan hewan . (ilmu resep)
Pembuatan sediaan galenik secara umum dan singkat adalah sebagai berikut.
Bagian tumbuhan yang mengandung obat di olah menjadi simplisia atau bahan obat
nabati.
Dari simplisia tersebut bahan obat yang terdapat di dalamnya diambil dan diolah
menjadi bentuk sediaan atau preparat.
1. Untuk memisahkan obat-obatan yang terkandung dalam simplisia dari bagian lain
yang di anggap tidak bermanfaat.
2. Membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai.
3. Agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil pada penyimpanan yang
lama.
Zat-zat yang tersari (berkhasiat) biasanya terdapat dalam sel-sel bagian tumbuh-tumbuhan
yang umumnya dalam keadaan kering. Cairan penyari masuk kedalam zat-zat berkhasiat
utama dari pada simplisia yang akan di ambil sarinya, kemudian, zat berkhasiat tersebut akan
terbawa larut dengan cairan penyari, setelah itu larutan yang mengandung zat berkhasiat
dipisahkan dari bagian simplisia lain yang kurang bermanfaat. (IMO)
1. Derajat kehalusan
Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat yang
terkandung tersebut di sari.Semakin sukar di sari, simplisia harus dibuat semakin halus,
dan sebaliknya.
2. Konsentrasi / kepekatan
Beberapa obat yang terkandung atau aktif dalam sediaan tersebut harus jelas
konsentrasinya agar kita tidak mengalami kesulitan dalam pembuatan.
Harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau tidak, mudah tersari atau
tidak.
2
4. Bahan penyari dan cara penyari
Cara ini harus disesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan daya serap bahan penyari
ke dalam simplisia. (ilmu resep)
• Syrup.
(ilmu resep)
1. Aqua aromatica
2. Extracta
3. infusa
4. Sirupi
5. Spiritus aromatic
6. Tinticurae
7. Vina ( IMO,167)
Extracio berasal dari perkataan “extrahere”, “to draw out” , menarik sari, yaitu
suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahan asal. Umumnya zat berkhasiat
tersebut dapat di tarik, namun khasiatnya tidak berubah.
3
agar lebih mudah di pergunakan ( kemudahan diabsorbsi,rasa,pemakaian,dan lain-lain)
dan disimpan dibandingkan simplisia asal,dan tujuan pengobatannya lebih terjamin.
Maserer/maserasi......................5º-25º
Digerer / digerasi......................35º-45º
Infunder / infundasi.................90º-98º
(Imu Resep)
Cairan-Cairan Penarik
Cara-cara Penarikan
a). Meserasi
Meserasi berasal dari kata “macerare” artinya melunakkan. Meserasi Yaitu
merendam cairan simplisia dengan cairan penyari pada suhu 15-25˚C. Merupakan
proses pendahuluan untuk Perkolasi.
b). Digerasi
Digerasi berarti “memisahkan atau melarutkan”, Yaitu merendam cairan
simplisia dengan cairan penyari pada suhu 35-45˚C hingga bentuk dari simplisia
menjadi rusak.
c). Perkolasi
4
Perkolasi berasal dari kata “colare” = to strain , artinya menyerkai dan “per”
= throught, artinya menembus.Yaitu merendam simplisia dengan cairan penyari
dalam alat perkolator. Macam-macam Perkolasi :
• Perkolasi Biasa
• Perkolasi Bertingkat, Reperkolasi, Fractional Percolation
• Perkolasi dengan Tekanan, Pressure Percolation
• Perkolasi Persambungan, Continous Extraction
Beberapa hal yang harus diperhatikanpada saat perkolasi :
1. Mempersiapkan simplisia : derajat kehalusannya
2. Melembabkan dengan cairan penyari : meserasi pertama.
3. Jenis perkolator yang digunakan dan mempersiapkannya.
4. Cara memasukkan ke dalam perkolator dan lamanya dimeserasi dalam perkolator :
meserasi kedua.
5. Pengaturan penetesan cairan yang keluar dalam jangka waktu yang ditetapkan. (ilmu
resep)
Menurut kekerasan
Tingtur Keras
Tingtur Lemah
5
2.4 Ekstrak ( Extracta )
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. ( Farmakope Indonesia IV)
Cairan Penyari : air, eter & campuran etanol-air
Cara penyarian:
a). Air : Maserasi, perkolasi, penyeduhan dengan air mendidih ( infusa)
b). Etanol–air : Maserasi, perkolasi
c). Eter : Perkolasi
Ekstrak terbagi menjadi 3 yaitu : Ekstrak cair (liquidum), ekstrak kental(spissum), dan
ekstrak kering(siccum)
Contoh ekstrak :
1. Ekstrak Belladonnae
2. Ekstrak Hyoscyami
3. Ekstrak Timi
4. Ekstrak Strici
5. Ekstrak Pule pandak
6
Cara pembuatan :
1. larutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera dalam masing-masing monografi dalam
60 ml etanol 95%.
2. tambahkan air sedikit demi sedikit sampai volume 100 ml sambil dikocok kuat-kuat.
3. tambahkan 500 mg talc, kocok, diamkan, saring.
4. encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air.
Etanol disini berguna untuk menambah kelarutan minyak atsiri dalam air. Talc
berguna untuk membantu terdistribusinya minyak dalam air dan menyempurnakan
pengendapan kotoran sehingga aqua aromatik yang dihasilkan jernih.
Selain cara melarutkan seperti yang tertera dalam FI II, buku lain juga mencantumkan
aqua aromatik adalah hasil samping dari pembuatan olea volatilia secara penyulingan sesudah
diambil minyak atsirinya.
Aqua aromatik yang diperoleh sebagai hasil samping pembuatan minyak atsiri secara
destilasi dapat dicegah pembusukannya dengan cara mendidihkan dalam wadah tertutup rapat
yang tidak terisi penuh di atas penangas air selama 1 jam.
Pemerian aqua aromatika : cairan jernih, atau agak keruh, bau dan rasa tidak boleh
menyimpang dari bau dan rasa minyak atsiri asal.
Syarat untuk resep : jika air aromatik keruh, kocok kuat-kuat sebelum digunakan.
Penyimpanan : dalam wadah terttutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat
sejuk.
Khasiat : zat tambahan.
7
sejuk.
2. Aqua Menthae Piperitae = air permen, adalah larutan jenuh minyak permen dalam air.
Cara pembuatan : lakukan pembuatan menurut cara yang tertera pada aqua
aromatika dengan menggunakan 2 g minyak permen.
Pemerian : cairan jernih, atau agak keruh, bau dan rasa tidak boleh
menyimpang dari bau dan rasa minyak atsiri asal.
Penyimpanan : dalam wadah terttutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat
sejuk.
3. Aqua Rosae = air mawar, adalah larutan jenuh minyak mawar dalam air.
Cara pembuatan : larutkan 1 g minyak mawar dalam 20 ml etanol, saring. Pada
filtrat
tambahkan air secukupnya hingga 5000 ml, saring.
Pemerian : cairan jernih, atau agak keruh, bau dan rasa tidak boleh
menyimpang dari bau dan rasa minyak atsiri asal.
Penyimpanan : dalam wadah terttutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat
sejuk.
(ilmu resep)
8
Penggunaan minyak lemak :
1. Sebagai zat tambahan
2. Sebagai pelarut, misalnya : sebagai pelarut obat suntik, lotio dan lain-lain, anti racun,
untuk racun yang tidak larut dalam lemak (racunnya dibalut lemak, lalu segera diberi
pencahar atau emetikum) tetapi bila racun yang larut dalam lemak maka dalam bentuk
terlarut absorpsi dipercepat.
3. Sebagai obat, misalnya : oleum ricini, dapat dipakai sebagai pencahar.
Minyak lemak dibagi dalam dua golongan :
1. minyak-minyak yang dapat mengering misalnya : oleum lini, oleum ricini.
2. minyak-minyak yang tidak dapat mengering, misalnya : oleum arachidis, oleum
olivarum, oleum amygdalarum, oleum sesami.
9
4. tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik.
5. minyak atsiri yang segar tidak berwarna, sedikit kuning muda.
Warna coklat, hijau ataupun biru, disebabkan adanya zat-zat asing dalam minyak atsiri
tersebut. Misalnya : Minyak kayu putih (Oleum Cajuputi) yang murni tidak berwarna. Warna
hijau yang ada seperti yang terlihat diperdagangan karena adanya : klorophyl dan spora-spora
Cu (tembaga). Warna kuning atau kuning coklat terjadi karena adanya penguraian.
Pemerian :
Cairan jernih
Bau seperti bau bagian tanaman asal.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya dan
ditempat sejuk.
Identifikasi :
1. teteskan 1 tetes minyak di atas air, permukaan air tidak keruh.
2. pada sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak yang diperoleh dengan cara
penyulingan uap tidak terjadi noda transparan
3. kocok sejumlah minyak dengan larutan NaCl jenuh volume sama, biarkan
memisah, volume air tidak boleh bertambah.
Cara-cara memperoleh minyak atsiri :
A. Cara pemerasan yaitu cara yang termudah dan masih dapat dikatakan primitif. Cara ini
hanya dapat dipakai untuk minyak atsiri yang mempunyai kadar tinggi dan untuk minyak
atsiri yang mempunyai kadar tinggi dan minyak atsiri yang tidak tahan pemanasan. Contoh :
minyak jeruk
B. Cara penyulingan ( destilasi).
1. Cara langsung ( menggunakan api langsung)
Bahan yang akan diolah di masukkan ke dalam sebuah bejana di atas pelat
yang berlubang dan bejana berisi air. Uap air yang naik melalui lubang dan melalui
sebuah pendingin, kemudian minyak yang keluar dengan uap air di tampung. Cara ini
hanya dapat digunakan untuk jumlah bahan bakal yang sedikit, karena jumlah air yang
akan menjadi uap dan membawa serta minyak terbatas jumlahnya.
10
Letak minyak atsiri dan air tergantung pada berat jenisnya. Jika Bj minyak atsiri
> Bj air maka minyak atsiri berada di bawah dan sebaliknya.
Ke dua lapisan ini dapat dipisahkan dan setelah dipisahkan sisa air dapat di
keringkan dengan menggunakan zat - zat pengering, contoh: Na2SO4 exicatus.
Pengeringan sisa air ini perlu di lakukan sebab dengan adanya sisa air tersebut
minyak atsiri cepat rusak / menjadi tengik. Bila lapisan minyak atsiri dan air sukar
dipisahkan dapat di tambahkan NaCl jenuh untuk menarik airnya
3. Cara Enfleurage
Biasanya untuk minyak atsiri yang berasal dari daun bunga yang digunakan untuk
kosmetik. Daun bunga disebarkan diatas keping gelas yang lebih dulu dilapisi dengan
lemak atau gemuk. Dibiarkan beberapa lama, tergantung dari jenis daun yang diolah,
contoh:bunga melati 24 jam. Kemudian daun bunga diangkat, diganti dengan yang segar
sampai beberapa kali, sampai lemak itu benar-benar jenuh dengan minyak atsiri.
Biasanya lemak itu dapat digunakan untuk 30 kali.
• Kemudian lapisan lemak dikerok, dilarutkan dalam alkohol absolut, minyak atsiri akan
larut, sedangkan lemaknya tidak larut, sehingga lemaknya dapat dipisahkan dari minyak
atsiri. Minyak atsiri yang ada dalam alkohol disuling secara vacum (dengan alat
evaporator vacum ). Alkohol yang digunakan bukan alkohol fortior sebab waktu
diuapkan, uap air akan membawa minyak atsiri.
Cara ini dapat digunakan untuk bahan bakal dengan kandungan minyak atsiri yang rendah
dan tidak tahan pemanasan.
11
1. Oleum foeniculi (minyak adas)
2. Oleum Anisi (minyak adas manis)
3. Oleum Caryophylli (minyak cengkeh)
(ilmu resep)
Cairan untuk sirup, kedalam mana gulanya akan dilarutkan dapat dibuat dari :
2. aqua destilata : untuk sirupus simplex.
3. hasil-hasil penarikan dari bahan dasar :
a). maserat misalnya sirupus Rhei
b). perkolat misalnya sirupus Cinnamomi
c). colatura misalnya sirupus Senae
d). sari buah misalnya rubi idaei
3. larutan atau campuran larutan bahan obat misalnya : methydilazina hydrochloridi
sirupus, sirup-sirup dengan nama patent misalnya yang mengandung campuran vitamin .
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu Galenika adalah : Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat)
obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan).
Bentuk-bentuk sediaan galenik :
1. Hasil Penarikan : Extracta, Tinctura, Decocta / Infusa
2. Hasil Penyulingan/ pemerasan : Aqua aromatika, olea velatilia (minyak menguap),
olea pinguia (minyak lemak)
3. Syrup.
cara-cara penarikan simplisia
1. maserasi
2. digerasi
3. perkolasi
13