Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kita semua telah mengetahui bahwa alam indonesia memang terkenal dengan
kekayaan hayati dan hewaninya yang sangat memungkinnya sebagai bahan dasar obat
alami . Banyak tanaman obat yang hidup liar di hutan dan di lautan belum dijamah oleh
tangan manusia demi kesejahteraan bangsa. Sebagian memang telah dimanfaatkan dan
dibudidayakan serta diteliti secara mendalam oleh para ilmuwan.

Sejak lama masyarakat telah mengenal dan memanfaatkan obat-obat alamiah yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, dan mineral. Mereka meramu dan meraciknya
sendiri atas dasar pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun oleh generasi
sebelumnya.

Namun banyak dari kita, yang tidak tahu bagaimana cara mengolah kekayaan hayati
dan hewani tersebut menjadi suatu bahan obat yang bisa memberi manfaat yang sangat
baik dalam menyembuhkan penyakit bahkan khasiatnya mungkin lebih baik dibandingkan
obat dari bahan kimia. Oleh karena itu perlu kita ketahui tentang suatu ilmu yang
mempelajari tentang cara-cara pengolahan bahan- bahan alami tersebut menjadi suatu
sediaan obat, yang kita kenal dengan ilmu galenika : Ilmu yang mempelajari tentang
pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan
dan hewan).

1.2 Rumusan Masalah

 Apakah yang dimaksud ilmu galenika ?


 Apa saja jenis-jenis sediaan galenika ?
 Apa saja cairan – cairan penarik ?
 Bagaimanakah cara-cara penarikan ?

1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui pengertian ilmu galenika
 Mengetahui jenis-jenis sediaan galenika
 Mengetahui cairan – cairan penarik
 Untuk mengetahui cara-cara penarikan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Galenika

Ilmu galenika adalah Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat) obat
dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan) . Istilah galenica diambil
dari nama seorang tabib Yunani, yaitu Claudius Galenos (Galen) yang membuat sediaan obat
berasal dari tumbuhan dan hewan . (ilmu resep)

Pembuatan sediaan galenik secara umum dan singkat adalah sebagai berikut.

 Bagian tumbuhan yang mengandung obat di olah menjadi simplisia atau bahan obat
nabati.
 Dari simplisia tersebut bahan obat yang terdapat di dalamnya diambil dan diolah
menjadi bentuk sediaan atau preparat.

Tujuan dibuatnya sediaan galenik,yaitu:

1. Untuk memisahkan obat-obatan yang terkandung dalam simplisia dari bagian lain
yang di anggap tidak bermanfaat.
2. Membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai.
3. Agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil pada penyimpanan yang
lama.

Zat-zat yang tersari (berkhasiat) biasanya terdapat dalam sel-sel bagian tumbuh-tumbuhan
yang umumnya dalam keadaan kering. Cairan penyari masuk kedalam zat-zat berkhasiat
utama dari pada simplisia yang akan di ambil sarinya, kemudian, zat berkhasiat tersebut akan
terbawa larut dengan cairan penyari, setelah itu larutan yang mengandung zat berkhasiat
dipisahkan dari bagian simplisia lain yang kurang bermanfaat. (IMO)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenik

1. Derajat kehalusan

Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat yang
terkandung tersebut di sari.Semakin sukar di sari, simplisia harus dibuat semakin halus,
dan sebaliknya.

2. Konsentrasi / kepekatan

Beberapa obat yang terkandung atau aktif dalam sediaan tersebut harus jelas
konsentrasinya agar kita tidak mengalami kesulitan dalam pembuatan.

3. Suhu dan lamanya waktu

Harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau tidak, mudah tersari atau
tidak.

2
4. Bahan penyari dan cara penyari

Cara ini harus disesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan daya serap bahan penyari
ke dalam simplisia. (ilmu resep)

Bentuk-bentuk sediaan galenik :

• Hasil Penarikan : Extracta, Tinctura, Decocta / Infusa

• Hasil Penyulingan/ pemerasan : Aqua aromatika, olea velatilia (minyak

menguap), olea pinguia (minyak lemak)

• Syrup.
(ilmu resep)

Sediaan galenik dapat digolongkan berdasarkan cara pembuatanya sebagai berikut:

1. Aqua aromatica
2. Extracta
3. infusa
4. Sirupi
5. Spiritus aromatic
6. Tinticurae
7. Vina ( IMO,167)

2.2 Penarikan (Extraction)

Extracio berasal dari perkataan “extrahere”, “to draw out” , menarik sari, yaitu
suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahan asal. Umumnya zat berkhasiat
tersebut dapat di tarik, namun khasiatnya tidak berubah.

Istilah-istilah dalam extraction:

 Cairan penarik = Menstrum


 Ampas = Marc, Faeces
 Cairan yg dipisahkan = Macerate Liquid, Colatura.
 Cairan yang di dapat secara perkolasi = Perkolat.
 Zat-zat yang terlarut dalam cairan penarik = extractive.

Tujuan utama ekstraksi ialah mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin


zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan (concentrata) dari zat-zat yang tidak berfaedah,

3
agar lebih mudah di pergunakan ( kemudahan diabsorbsi,rasa,pemakaian,dan lain-lain)
dan disimpan dibandingkan simplisia asal,dan tujuan pengobatannya lebih terjamin.

Suhu penarikan untuk:

Maserer/maserasi......................5º-25º

Digerer / digerasi......................35º-45º

Infunder / infundasi.................90º-98º

Mamasak ................................Suhu Mendidih

(Imu Resep)

Cairan-Cairan Penarik

Pada umumnya untuk menentukan penggunaan cairan penyari


mengacu/memperhatikan beberapa faktor antara lain:

1. Mempunyai kelarutan zat dalam menstrum


2. Tidak menyebabkan simplisia menjadi rusak atau hilang zat berkhasiatnya
3. Harga yang ekonomis
4. Jenis sediaan yang akan di buat. (Ilmu Resep)

Cairan penarik/penyari yang sering digunakan :


1. Air
2. Etanol
3. Glycerinum
4. Eter
5. Solvent Hexane
6. Acetonum
7. Chloroform

Cara-cara Penarikan
a). Meserasi
Meserasi berasal dari kata “macerare” artinya melunakkan. Meserasi Yaitu
merendam cairan simplisia dengan cairan penyari pada suhu 15-25˚C. Merupakan
proses pendahuluan untuk Perkolasi.
b). Digerasi
Digerasi berarti “memisahkan atau melarutkan”, Yaitu merendam cairan
simplisia dengan cairan penyari pada suhu 35-45˚C hingga bentuk dari simplisia
menjadi rusak.
c). Perkolasi

4
Perkolasi berasal dari kata “colare” = to strain , artinya menyerkai dan “per”
= throught, artinya menembus.Yaitu merendam simplisia dengan cairan penyari
dalam alat perkolator. Macam-macam Perkolasi :
• Perkolasi Biasa
• Perkolasi Bertingkat, Reperkolasi, Fractional Percolation
• Perkolasi dengan Tekanan, Pressure Percolation
• Perkolasi Persambungan, Continous Extraction
Beberapa hal yang harus diperhatikanpada saat perkolasi :
1. Mempersiapkan simplisia : derajat kehalusannya
2. Melembabkan dengan cairan penyari : meserasi pertama.
3. Jenis perkolator yang digunakan dan mempersiapkannya.
4. Cara memasukkan ke dalam perkolator dan lamanya dimeserasi dalam perkolator :
meserasi kedua.
5. Pengaturan penetesan cairan yang keluar dalam jangka waktu yang ditetapkan. (ilmu
resep)

2.3 Tingtur ( Tinctura)


Tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidrokohol yang dibuat dari bahan
tumbuhan atau senyawa kimia. (Farmakope Indonesia IV)
Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi dan perkolasi, tincture
yang didapatkan haruslah jernih.
Untuk pembuatan zat berkhasiat tidak keras digunakan sebanyak 20% dari zat
berkhasiat, dan untuk yang berkhasiat keras digunakan sebanyak 10% dari zat berkhasiat.
Untuk bahan dasar yang mengandung harsa di gunakan cairan penyari etanol 90% v/v
Contoh : Benzoes Tinctura, Myrrhae Tinctura.
 Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk. Sediaan
tingtur harus jernih.
 Pembagian Tingtur :
 Menurut cara pembuatan
 Tingtur Asli
 Tingtur Tidak Asli (Palsu)

 Menurut kekerasan
 Tingtur Keras
 Tingtur Lemah

5
2.4 Ekstrak ( Extracta )
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. ( Farmakope Indonesia IV)
Cairan Penyari : air, eter & campuran etanol-air
Cara penyarian:
a). Air : Maserasi, perkolasi, penyeduhan dengan air mendidih ( infusa)
b). Etanol–air : Maserasi, perkolasi
c). Eter : Perkolasi

Ekstrak terbagi menjadi 3 yaitu : Ekstrak cair (liquidum), ekstrak kental(spissum), dan
ekstrak kering(siccum)

 Contoh ekstrak :
1. Ekstrak Belladonnae
2. Ekstrak Hyoscyami
3. Ekstrak Timi
4. Ekstrak Strici
5. Ekstrak Pule pandak

2.5 Infus (Infusa)


Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan
air pada suhu 90º C selama 15 menit.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Jumlah simplisia.
2. Derajat halus simplisia.
3. Banyaknya ekstra air.
4. Cara menyerkai.
5. Tambahan bahan lain.
 untuk menambah kelarutan
 untuk menambah kestabilan
 untuk menghilangkan zat-zat yang menyebabkan efek lain.
(ilmu resep)

2.6 Air Aromatik (Aqua Aromatica)


Air Aromatik adalah larutan jenuh minyak atsiri atau zat-zat yang beraroma dalam air.
Diantara air aromatika, ada yang mempunyai daya terapi yang lemah, tetapi terutama
digunakan untuk memberi aroma pada obat-obat atau sebagai pengawet.
Air aromatika harus mempunyai bau dan rasa yang menyerupai bahan asal, bebas bau
empirematic atau bau lain, tidak berwarna dan tidak berlendir.

6
Cara pembuatan :
1. larutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera dalam masing-masing monografi dalam
60 ml etanol 95%.
2. tambahkan air sedikit demi sedikit sampai volume 100 ml sambil dikocok kuat-kuat.
3. tambahkan 500 mg talc, kocok, diamkan, saring.
4. encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air.

Etanol disini berguna untuk menambah kelarutan minyak atsiri dalam air. Talc
berguna untuk membantu terdistribusinya minyak dalam air dan menyempurnakan
pengendapan kotoran sehingga aqua aromatik yang dihasilkan jernih.
Selain cara melarutkan seperti yang tertera dalam FI II, buku lain juga mencantumkan
aqua aromatik adalah hasil samping dari pembuatan olea volatilia secara penyulingan sesudah
diambil minyak atsirinya.
Aqua aromatik yang diperoleh sebagai hasil samping pembuatan minyak atsiri secara
destilasi dapat dicegah pembusukannya dengan cara mendidihkan dalam wadah tertutup rapat
yang tidak terisi penuh di atas penangas air selama 1 jam.
Pemerian aqua aromatika : cairan jernih, atau agak keruh, bau dan rasa tidak boleh
menyimpang dari bau dan rasa minyak atsiri asal.
Syarat untuk resep : jika air aromatik keruh, kocok kuat-kuat sebelum digunakan.
Penyimpanan : dalam wadah terttutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat
sejuk.
Khasiat : zat tambahan.

Air aromatika yang tertera dalam FI II ada 3 yaitu :


1. Aqua Foeniculi, adalah larutan jenuh minyak adas dalam air.
Cara pembuatan : Melarutkan 4 g oleum foeniculi dalam 60 ml etanol 90%,
tambahkan air sampai 100 ml sambil dikocok kuat-kuat,
tambahkan 500 mg talc, kocok, diamkan, saring. Encerkan 1
bagian filtrat dalam 39 bagian air.
Pemerian : cairan jernih, atau agak keruh, bau dan rasa tidak boleh
menyimpang dari bau dan rasa minyak atsiri asal.
Penyimpanan : dalam wadah terttutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat

7
sejuk.

2. Aqua Menthae Piperitae = air permen, adalah larutan jenuh minyak permen dalam air.
Cara pembuatan : lakukan pembuatan menurut cara yang tertera pada aqua
aromatika dengan menggunakan 2 g minyak permen.
Pemerian : cairan jernih, atau agak keruh, bau dan rasa tidak boleh
menyimpang dari bau dan rasa minyak atsiri asal.
Penyimpanan : dalam wadah terttutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat
sejuk.

3. Aqua Rosae = air mawar, adalah larutan jenuh minyak mawar dalam air.
Cara pembuatan : larutkan 1 g minyak mawar dalam 20 ml etanol, saring. Pada
filtrat
tambahkan air secukupnya hingga 5000 ml, saring.
Pemerian : cairan jernih, atau agak keruh, bau dan rasa tidak boleh
menyimpang dari bau dan rasa minyak atsiri asal.
Penyimpanan : dalam wadah terttutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat
sejuk.

(ilmu resep)

2.7 Minyak Lemak (Olea Pinguia)


Minyak Lemak adalah campuran senyawa asam lemak bersuku tinggi dengan gliserin
(gliserida asam lemak bersuku tinggi).
Cara-cara mendapatkan minyak lemak
1. diperas pada suhu biasa, misalnya : oleum arachidis, oleum olivae, oleum ricini
2. diperas pada suhu panas, misalnya : oleum cacao, oleum cocos
Syarat-syarat untuk minyak lemak antara lain :
1. harus jernih, yang cair harus jernih, begitupun yang padat sesudah dihangatkan (diatas
suhu leburnya) tidak boleh berbau tengik.
2. kecuali dinyatakan lain harus larut dalam segala perbandingan dalam CHCl3, Eter dan
Eter minyak tanah.
3. Harus memenuhi syarat-syarat minyak mineral, minyak harsa dan minyak-minyak
asing lainnya, senyawa belerang dan logam berat.

8
Penggunaan minyak lemak :
1. Sebagai zat tambahan
2. Sebagai pelarut, misalnya : sebagai pelarut obat suntik, lotio dan lain-lain, anti racun,
untuk racun yang tidak larut dalam lemak (racunnya dibalut lemak, lalu segera diberi
pencahar atau emetikum) tetapi bila racun yang larut dalam lemak maka dalam bentuk
terlarut absorpsi dipercepat.
3. Sebagai obat, misalnya : oleum ricini, dapat dipakai sebagai pencahar.
Minyak lemak dibagi dalam dua golongan :
1. minyak-minyak yang dapat mengering misalnya : oleum lini, oleum ricini.
2. minyak-minyak yang tidak dapat mengering, misalnya : oleum arachidis, oleum
olivarum, oleum amygdalarum, oleum sesami.

Penyimpanan minyak lemak :


Kecuali dinyatakan lain, harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terisi penuh,
terlindung dari cahaya.
Contoh-contoh minyak lemak :
1. Minyak kacang = Oleum Arachidis
Adalah minyak lemak yang telah dimurnikan, diperoleh dengan pemerasan biji
arachidis hypogeae L yang telah dikupas.
2. Minyak coklat = Oleum Cacao
Adalah lemak padat yang diperoleh dengan pemerasan panas biji Theobroma
cacao L yang telah dikupas dan dipanggang.
3. Minyak kelapa = Oleum Cocos.
Adalah minyak lemak yang di peroleh dengan pemerasan panas endosperm cocos
nucipera L yang telah di keringkan.
(ilmu resep)

2.8 Minyak Atsiri (Olea Volatilia)


Minyak atsiri disebut juga minyak menguap atau minyak terbang. Olea Volatilia
adalah campuran bahan-bahan berbau keras yang menguap, yang diperoleh baik dengan cara
penyulingan atau perasan simplisia segar maupun secara sintetis. Minyak atsiri diperoleh dari
tumbuh-tumbuhan. Contoh : daun, bunga, kulit buah, buah atau dibuat secara sintetis.
Sifat-sifat minyak atsiri :
1. mudah menguap
2. rasa yang tajam
3. wangi yang khas

9
4. tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik.
5. minyak atsiri yang segar tidak berwarna, sedikit kuning muda.

Warna coklat, hijau ataupun biru, disebabkan adanya zat-zat asing dalam minyak atsiri
tersebut. Misalnya : Minyak kayu putih (Oleum Cajuputi) yang murni tidak berwarna. Warna
hijau yang ada seperti yang terlihat diperdagangan karena adanya : klorophyl dan spora-spora
Cu (tembaga). Warna kuning atau kuning coklat terjadi karena adanya penguraian.
Pemerian :
 Cairan jernih
 Bau seperti bau bagian tanaman asal.
 Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya dan
ditempat sejuk.
Identifikasi :
1. teteskan 1 tetes minyak di atas air, permukaan air tidak keruh.
2. pada sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak yang diperoleh dengan cara
penyulingan uap tidak terjadi noda transparan
3. kocok sejumlah minyak dengan larutan NaCl jenuh volume sama, biarkan
memisah, volume air tidak boleh bertambah.
Cara-cara memperoleh minyak atsiri :
A. Cara pemerasan yaitu cara yang termudah dan masih dapat dikatakan primitif. Cara ini
hanya dapat dipakai untuk minyak atsiri yang mempunyai kadar tinggi dan untuk minyak
atsiri yang mempunyai kadar tinggi dan minyak atsiri yang tidak tahan pemanasan. Contoh :
minyak jeruk
B. Cara penyulingan ( destilasi).
1. Cara langsung ( menggunakan api langsung)
Bahan yang akan diolah di masukkan ke dalam sebuah bejana di atas pelat
yang berlubang dan bejana berisi air. Uap air yang naik melalui lubang dan melalui
sebuah pendingin, kemudian minyak yang keluar dengan uap air di tampung. Cara ini
hanya dapat digunakan untuk jumlah bahan bakal yang sedikit, karena jumlah air yang
akan menjadi uap dan membawa serta minyak terbatas jumlahnya.

2. Cara tidak langsung ( destilasi uap)


Bahan yang akan di olah di masukkan ke dalam sebuah bejana dan di tambah
dengan air. Alirkan ke dalamnya uap air yang berasal dari bejana lain. Cara ini dapat
digunakan untuk bahan bakal dalam jumlah yang besar terutama bahan bakal yang
mempunyai kadar minyak atsiri yang rendah.
Dari ke dua cara di atas pada bejana penampungan akan terdapat dua lapisan,
yaitu air dan minyak atsiri.

10
Letak minyak atsiri dan air tergantung pada berat jenisnya. Jika Bj minyak atsiri
> Bj air maka minyak atsiri berada di bawah dan sebaliknya.
Ke dua lapisan ini dapat dipisahkan dan setelah dipisahkan sisa air dapat di
keringkan dengan menggunakan zat - zat pengering, contoh: Na2SO4 exicatus.
Pengeringan sisa air ini perlu di lakukan sebab dengan adanya sisa air tersebut
minyak atsiri cepat rusak / menjadi tengik. Bila lapisan minyak atsiri dan air sukar
dipisahkan dapat di tambahkan NaCl jenuh untuk menarik airnya

3. Cara Enfleurage
 Biasanya untuk minyak atsiri yang berasal dari daun bunga yang digunakan untuk
kosmetik. Daun bunga disebarkan diatas keping gelas yang lebih dulu dilapisi dengan
lemak atau gemuk. Dibiarkan beberapa lama, tergantung dari jenis daun yang diolah,
contoh:bunga melati 24 jam. Kemudian daun bunga diangkat, diganti dengan yang segar
sampai beberapa kali, sampai lemak itu benar-benar jenuh dengan minyak atsiri.
Biasanya lemak itu dapat digunakan untuk 30 kali.
• Kemudian lapisan lemak dikerok, dilarutkan dalam alkohol absolut, minyak atsiri akan
larut, sedangkan lemaknya tidak larut, sehingga lemaknya dapat dipisahkan dari minyak
atsiri. Minyak atsiri yang ada dalam alkohol disuling secara vacum (dengan alat
evaporator vacum ). Alkohol yang digunakan bukan alkohol fortior sebab waktu
diuapkan, uap air akan membawa minyak atsiri.
Cara ini dapat digunakan untuk bahan bakal dengan kandungan minyak atsiri yang rendah
dan tidak tahan pemanasan.

Syarat – syarat minyak atsiri


1. Harus jernih, tidak berwarna, kalau perlu setelah pemanasan.Kejernihan dapat dibuktikan
dengan cara meneteskan 1 tetes minyak atsiri keatas permukaan air, permukaan air tidak
keruh.Minyak menguap umumnya tidak berwarna, hanya beberapa yang sesui dengan
warna aslinya. Oleum bergamottae berwarna hijau karena klorofilnya terlarut
kedalamnya. Oleum kajuputi berwarna hijau karena senyawa tembaga dari alat
penyulingnya terlarut kedalamnya. Minyak atsiri akan berwarna kuning atau kuning
kecoklatan karena sudah terurai atau teroksidasi.
2. Mudah larut dalam Chloroform atau Eter.
3. Minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan uap harus bebas minyak lemak. Hal ini
dibuktikan dengan cara meneteskan keatas kertas perkamen tidak meninggalkan noda
transparan.
4. Harus kering, karena air akan mempercepat reaksi oksidasi sehingga minyak akan
berwarna. Kekeringan dibuktikan dengan cara mengocok sejumlah minyak atsiri dengan
larutan Natrium Klorida jenuh vbolume sama, biarkan memisah, volume air tidak boleh
bertambah.
5. Bau dan rasa seperti simplisia.
Bau diperiksa dengan cara mencampurkan satu tetes minyak atsiri dengan 10 ml air.
Rasa diperiksa dengan mencampur satu tetes minyak atsiri dengan 2 gram gula.
Contoh-contoh minyak atsiri :

11
1. Oleum foeniculi (minyak adas)
2. Oleum Anisi (minyak adas manis)
3. Oleum Caryophylli (minyak cengkeh)
(ilmu resep)

2.9 Syrup (Sirupi)


Syrup (Sirupi) adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kadar
sakarosa (C12 H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.

Cara pembuatan sirup :


Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut.
Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa
yang terjadi, serkai.

Cairan untuk sirup, kedalam mana gulanya akan dilarutkan dapat dibuat dari :
2. aqua destilata : untuk sirupus simplex.
3. hasil-hasil penarikan dari bahan dasar :
a). maserat misalnya sirupus Rhei
b). perkolat misalnya sirupus Cinnamomi
c). colatura misalnya sirupus Senae
d). sari buah misalnya rubi idaei
3. larutan atau campuran larutan bahan obat misalnya : methydilazina hydrochloridi
sirupus, sirup-sirup dengan nama patent misalnya yang mengandung campuran vitamin .

Ada beberapa cara menjernihkan sirup :


1. Menambahkan kocokan zat putih telur segar pada sirup . Didihkan sambil
diaduk, zat putih telur akan menggumpal karena panas.
2. Menambahkan bubur kertas saring lalu didihkan dan saring kotoran sirup akan
melekat ke kertas saring. (ilmu resep)

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
 Ilmu Galenika adalah : Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat)
obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan).
 Bentuk-bentuk sediaan galenik :
1. Hasil Penarikan : Extracta, Tinctura, Decocta / Infusa
2. Hasil Penyulingan/ pemerasan : Aqua aromatika, olea velatilia (minyak menguap),
olea pinguia (minyak lemak)
3. Syrup.
 cara-cara penarikan simplisia
1. maserasi
2. digerasi
3. perkolasi

13

Anda mungkin juga menyukai