Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji kepada ALLAH,SWT dengan rahmat dan karunianya


kami dapat menyelesaikan sebuah makalah kami tentang “pengaruh suhu dalam
kesehatan di tempat kerja industri” dengan ini semoga saudara kami yang kami
cintai makalah kami dapat bermanfaat kepada kita semua, dan dari ilmu yang
kami kutip dari beberapa tokoh, Besar harapan kami maklah ini bermanfaat untuk
kalangan akademisi maupun praktisi yang tertarik mendalami tentang pengaruh
suhu dalam kesehatan di tempat kerja industri Kiranya karya ini bermanfaat juga
bagi kalangan mahsiswa dari berbagai ilmu yang terkait, Sebagai pepatah, tidak
ada gedung yang tak retak dalam demikian juga tulisan ini masih terdapat
kekurangan di sana-sini dan masih jauh dari keparipurnaan, Karena kesempurnaan
hanya milik Yang Maha Sempurna, Semoga bermanfaat.
Lebih dan kurangnya jikalau ada kejanggalan dari kata-kata maupun kalimat
dari kutipan makalah kami mohon snagat kami mintamaaf.

Banda Aceh, 20 desember 2018

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kondisi lingkungan kerja adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar
tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan,
kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lainlain berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil kerja manusia (Wignjosoebroto, 2008). Pengaruh yang
ditimbulkan berupa kelelahan kerja, kecelakaan kerja, konsentrasi menurun, dan
ketegangan pada saat kerja (work stress).

Beban kerja akan diukur berdasarkan parameter-parameter fisiologis


operator, seperti volume oksigen yang dikonsumsikan, detak jantung, denyut nadi,
dan lain-lain. Data fisiologis ini akan memiliki implikasi di dalam perancangan
stasiun kerja disamping juga bermanfaat dalam hal penjadwalan kerja
(penyusunan waktu istirahat), mengurangi stress akibat beban kerja yang terlalu
berlebihan, dan lain-lain.

Temperatur lingkungan, berat badan, dan tingkat beban kerja mempunyai


pengaruh yang signifikan terhadap denyut nadi (Purwaningsih & Aisyah, 2016).
Pemulihan kelelahan kerja perlu dilakukan dan diterapkan istirahat pendek 5 – 10
menit setiap satu jam kerja (Sundari, 2011). Alokasi waktu istirahat yang sesuai
dengan jenis pekerjaan bisa mengurangi nilai level resiko cidera operator saat
bekerja (Andriani & Sugiono, 2016). Waktu istirahat dapat menurunkan denyut
nadi kerja operator sehingga tidak terjadi kelelahan kerja (Andriyanto, 2012).
Begitu pentingnya penentuan waktu istirahat dalam bekerja untuk mengurangi
kelelahan kerja. Penelitian ini bertujuan menentukan waktu istirahat kerja dan
%CVL, serta energy expenditure berdasarkan lingkungan kerja fisik dan data
fisiologis operator kerja.

Proses produksi SKU tegangan tinggi menggunakan mesin bubut dan frais.
Kedua mesin tersebut berada dalam satu lingkungan kerja yaitu ruangan mesin

1
2

perkakas, tetapi letaknya berjauhan. Pengukuran lingkungan kerja fisik dan data
fisiologis operator bubut dan frais perlu dilakukan untuk menentukan waktu
istirahat kerja, sehingga operator bekerja tidak memiliki beban kerja yang
berlebihan. Selain itu kondisi lingkungan kerja fisik harus memberikan rasa
nyaman dan aman kepada operator. Pengaruh beban kerja berlebihan dan
ketidaknyaman kondisi lingkungan kerja fisik dapat menimbulkan operator cepat
mengalami kelelahan, stress dan kecelakaan kerja.

1.1 Rumusan Masalah

1. Apakah Lingkungan kerja ?


2. Apakah suhu yang panas dapat menurunkan produktivitas pekerja dan suhu
yang terlalu dingin juga dapat menurunkan produktivitas pekerja, dan
3. Bagaimana menetapkan suhu ruangan kerja yang pas agar dapat meningkatkan
produktivitas pekerja di bagian industri ?
4. Apa akibatnya bila bekerja dikondisi ekstrem ?
1.2 Tujuan Khusus

5. Untuk mengetahui Definisi Lingkungan kerja ?


6. Untuk mengetahui suhu yang panas dapat menurunkan produktivitas pekerja
dan suhu yang terlalu dingin juga dapat menurunkan produktivitas pekerja, dan
7. Untuk mengetahui bagaimana menetapkan suhu ruangan kerja yang pas agar
dapat meningkatkan produktivitas pekerja di bagian industri ?
8. Untuk mengetahui apa akibatnya bila bekerja dikondisi ekstrem ?

1.2 Tujuan Umum

Agar masyarakat mengetahui pengaruh suhu lingkungan terhadap kinerja


para pekerja. dengan ini makalah yang kami buat bisa bermanfaat bagi kepada
masyarakat .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ergonomi


Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa latin yaitu ergon dan nomos dan
dapat didefinisikan sebagaistudi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan
yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,engineering, manajemen dan
desain atau perancangan (Nurmianto, 2008). Menurut Sutalaksana (1979),
egonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampu andan keterbatasan manusia untuk
merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja padasistem
itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu
dengan efektif, aman, dan nyaman . Ergonomi berkenaan berkenaan pula dengan
optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia ditempat
kerja, di rumah, dan di tempat rekreasi. Ergonomi disebut juga sebagai
HumanFactors. Ergonomi juga digunakan oleh beberapa ahli pada bidangnya
misalnya: ahli anatomi, arsitektur ,perancangan produk, fisika, fisioterapi, terapi
pekerjaan, psikologi, dan teknik industri (definisi ini berdasar pada International
Ergonomics Association). Ergonomic dapat berperan pula sebagai desain
pekerjaan pada suatuorganisasi, misalnya: penentuan jumlah jam istirahat,
pemilihan jadwal pergantian waktu kerja, meningkatkanvariasi pekerjaan.
Ergonomi dapat pulaberperan sebagai desain perangkat lunak karena dengan
semakinbanyaknya pekerjaan yang berkaitan dengan komputer.

2.2 Pengertian Kinerja


Istilah kinerja digunakan untuk mengukur hasil yang telah dicapai
sehubungan dengan kegiatan atauaktivitas perusahaan, apakah kinerja perusahaan
telah baik atau perlu adanya evaluasi-evaluasi kebelakang mengenai hasil yang
dicapai. Beberapa pengertian kinerja dari beberapa ahli yaitu: Dalam kamus
umum BahasaIndonesia menyatakan bahwa kinerja adalah apa yang dicapai atau
prestasi kerja yang terlihat . Selain itu kinerjaadalah gambaran mengenai tingakat

3
4

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan / program / kebijakan dan mewujudkan


sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusa skema
strategis (strategic planning)suatu organisasi. Secara umum dapat juga dikatakan
bahwa kinerja. Pendapat lainnya menyatakan bahwa kinerjaadalah hasil kerja
yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi,
sesuai denganwewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya
mencapai tuuan organisasi bersangkutansecara legal, dan tidak melanggar hukum
dan sesuai dengan moral maupun etika. Dengan demikian kinerjaseseorang juga
menentukan kinerja organisasi yang harus berpedoaman kepada aturan-aturan
yang berlakusecara umum (yang keluarkan oleh pemerintahan, organisasi profesi
dan organisasi lainya yang berkaitan).

2.3 Pengertian Lingkungan Kerja


Pembangunan dan pengembangan berarti perubahan yang dinamis, suatu
akseleratif yang diharapkanberdampak positif. Salah satu aspek dalam pem bangu
nan adalah terciptanya lingkungan kerja yang kondusif. Lingkungan kerja adalah
faktor-faktor diluar manusia baik fisik mau pun non fisik dalam sesuatu
organisasi.Beberapa pengertian lingkungan kerja dapat diuraikan dari beberapa
ahli, yaitu: lingkungan kerja dengankepuasan kerja terdapat hubungan yang positif
dan lingkungan kerja mempengaruhi prestasi kerja suatuorganisasi. Pembentukan
lingkungan kerja yang terkait dengan kemampuan manusia dan prestasi kerja di
pengaruhi oleh faktor fisik, kimia, biologis, fisiologis, mental, dan sosial ekonomi.
Secara genetis, setiapindividu mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri
terhadap lingkungan pola prilaku tertentu untuk menanggulangi masalah lingku
ngan. Namun demikian, pembentukan lingkungan kerja yang mendukung pretasi
kerja akan menimbulakan kepuasan kerja bagi pekerja dalam suatu organisasi.
Lingkungan kerja sangatberpengaruh terhadap pekerjaan yang dilakukan
karyawan. Sehingga setiap perusahaan haruslah mengusahakanlingkungan kerja
yang sedemikian rupa agar memberikan pengaruh positif terhadap pekerjaan yang
dilakukan karyawan. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang berada di
sekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
5

tugas-tugas yang dibebankan kepada karyawan. Selain itu kemungkinan ada hal-
hal yang berada disekitar pekerja yang dianggap tidak berpengaruh terhadap
parakaryawan dalam melaksanakan tugastugas yang dibebankan. Tetapi pada
suatu saat ternyata dapat dibuktikanbahwa hal itu dapat berpengaruh cukup besar.
Berbagai kebijakan dan kegiatan personalia yang dijalan kanperusahaan akan
memberikan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan atau tidak menyenankan
bagi karyawan atau orang-orang dalam perusahaan. Hal ini akan memberikan
pengaruh pada kepusan kerja karywanpada perusahaan tersebut . Dapat ditarik
kesimpulan bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang beradadisekitar
karyawan yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan dan menyelesaikan
tugas-tugas yangdiberikan kepadanya dalam suatu wilayah. Sehingga penelitian
lingkungan kerja lebih diarahkan kepadabagaimana pegawai mendapatkan rasa
aman, nyaman, tentram, puas dalam menyelesaikan pekerjaan dalamruang
kerjanya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian


Penelitian dilakukan pada industri manufaktur logam PT. “X”. Subjek
penelitian adalah operator mesin frais dan mesin bubut. Penelitian ini merupakan
penelitian observasional pada lingkungan kerja fisik dan data fisiologis operator
kerja pada stasiun kerja mesin frais dan mesin bubut. Pengumpulan data
dilakukan secara langsung distasiun kerja mesin frais dan mesin bubut. Objek
penelitian terdiri dari 5 operator, yang diukur secara acak 2 orang. Pengukuran
kebisingan dengan menggunakan alat ukur sound level meter. Pengukuran
pencahayaan menggunakan alat ukur flux meter. Pengukuran kelembaban
menggunakan alat ukur humidity meter.
Pengukuran suhu menggunakan alat termometer. Pengukuran dilakukan
selama dua hari kerja yaitu hari pertama mengukur denyut nadi kerja,
pencahayaan, kebisingan, temperatur, dan kelembaban dan hari kedua mengukur
denyut nati istirahat. Selain data lingkungan kerja fisik, juga dikumpulkan data
umur operator mesin frais dan bubut. Pengolahan data dimulai dari mem
bandingkan hasil pengukuran.

6
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Lingkungan kerja


Lingkungan kerja fisik yang kondusif akan memberikan rasa aman dan
memungkinkan para karyawan untuk dapat bekerja lebih optimal. Jika seorang
pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka karyawan
tersebut akan betah berada di tempat kerjanya untuk melakukan segala aktivitas
sehingga waktu kerjadipergunakan secara efektif dan prestasi kerja karyawan ter-
sebut juga akan meningkat. Faktor-faktor lingkungan fisik ini mencakup suhu,
udara, kebisingan, dan penerangan ditempat kerja. Faktor-faktor fisik inilah yang
akan sangat mempengaruhi kinerja dari karyawan yang ada berada ditempat
kerjatersebut. Salah satu faktor yang akan dibahas kali ini adalah masalah suhu
atau temperatur lingkungan kerja. Peningkatan suhu dapat menghasilkan
kenaikan prestasi kerja, namun disisi lain dapat pula menurunkanprestasi kerja.
Kenaikan suhu pada batas tertentu dapat menimbulkan semangat yang akan
merangsang prestasikerja, tetapi setelah melewati ambang batas tertentu kenaikan
suhu ini sudah mulai mengganggu suhu tubuhyang dapat mengakibatkan
terganggunya prestasi kerja.
Pada dasarnya manusia memiliki kemampuan secara aktif untuk dapat
beradaptasi dengan berbagai kondisiiklim. Misalnya saja kita dapat memakai
pakaian kulit buatan/jaket bulu untuk mengatur isolasi termal ketikakita merasa
dingin, apabila kita merasa panas kita dapat memakai penyejuk ruangan (AC).
Yang terpentingadalah mengkondisikan ruangan kerja agar setiap pekerja
didalamnya dapat merasa nyaman bekerja tanpamerasakan gangguan panas atau
dingin. Kondisi ekstrem pada lingkungan kerja sebaiknya dihindari, karena
tekanan/terpaan panas yang mengenaitubuh manusia dapat mengakibatkan
berbagai permasalahan kesehatan hingga kematian. Kematian tersebutdiakibatkan
oleh berbagai penyakit yang diakibatkan oleh terpaan panas pada tubuh. Berbagai
penyakit tersebutmeliputi:

7
8

 Heat Rash
merupakan gejala awal dari yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat
tekanan panas.Penyakit ini berkaitan dengan panas, kondisi lembab dimana
keringat tidak mampu menguap dari kulitdan pakaian. Penyakit ini mungkin
terjadi pada sebgaian kecil area kulit atau bagian tubuh. Meskipuntelah diobati
pada area yang sakit produksi keringat tidak akan kembali normal untuk 4 sampai
6minggu.
 Heat Syncope
adalah ganggunan induksi panas yang lebih serius. Ciri dari gangguan ini
adalah peningdan pingsan akibat berada dalam lingkungan panas pada waktu yang
cukup lama.
 Heat Cramp
merupakan penyakit yang menimbulkan gejala seperti rasa nyeri dan kejang
pada kakai,tangan dan abdomen banyak mengeluarkan keringat. Hal ini
disebabkan karena ketidak seimbangancairan dan garam selama melakukan kerja
fisik yang berat di lingkungan yang panas.
 Heat Exhaustion
merupakan penyakit yang diakibatkan oleh berkurangnya cairan tubuh atau
volumedarah. Kondisi ini terjadi jika jumlah air yang dikeluarkan seperti keringat
melebihi dari air yangdiminum selama terkena panas. Gejalanya adalah keringat
sangat banyak, kulit pucat, lemah, pening,mual, pernapasan pendek dan cepat,
pusing dan pingsan. Suhu tubuh antara (37°C – 40°C).
 Heat Stroke
merupakan penyakit gangguan panas yang mengancam nyawa yang terkait
denganpekerjaan pada kondisi sangat panas dan lembab. Penyakit ini dapat
menyebabkan koma dan kematian. Gejala dari penyakit ini adalah detak jantung
cepat, suhu tubuh tinggi 40C atau lebih, panas, kulit kering dan tampak kebiruan
atau kemerahan, tidak ada keringat di tubuh korban, pening, menggigil,mual,
pusing, kebingungan mental dan pingsan.
9

 Multiorgan-dysfunction Syndrome Continuum


merupakan rangkaian sindrom/gangguan yang terjadipada lebih dari satu/
sebagian anggota tubuh akibat heat stroke, trauma dan lainnya.

4.2 Kondisi-kondisi manusia dimana suhu tubuhnya terlalu tinggi dan terlalu
rendah.
a. Keadaan Kondisi Tubuh Saat Kondisi Panas:

 ( 37°C (98.6°F ) – Suhu tubuh normal (36-37.5°C / 96.8-99.5°F).

 ( 38°C (100.4°F ) – berkeringat, sangat tidak nyaman, sedikit lapar.

 ( 39°C (102.2°F ) – Berkeringat, kulit merah dan basah, napas dan jantung
bedenyut kencang, kelelahan,merangsang kambuhnya epilepsi.

 ( 40°C (104°F ) – Pingsang, dehidrasi, lemah, sakit kepala, muntah, pening


dan berkeringat.

 41°C ( 105.8°F ) – Keadaan gawat. Pingsan, pening, bingung, sakit kepala,


halusinasi, napas sesak,mengantuk mata kabur, jantung berdebar.

 42°C ( 107.6°F ) – Pucat kulit memerah dan basah, koma, mata gelap,
muntah dan terjadi gangguanhebat. Tekanan darah menjadi tinggi/rendah
dan detak jantung cepat.

 ( 43°C (109.4°F ) – Umumnya meninggal, kerusakan otak, gangguan dan


goncangan hebat terus menerus,fungsi pernafasan kolaps.

 ( 44°C (111.2°F ) or more – Hampir dipastikan meninggal namun ada


beberapa pasien yang mampubertahan hingga diatas 46°C ( 114.8°F ).

b. Keadaan Tubuh Saat Kondisi Dingin:

 37°C (98.6°F ) – Suhu tubuh normal ( 36-37.5°C / 96.8-99.5°F ).


10

 36°C (96.8°F ) – Menggigil ringan hingga sedang.


 35°C (95.0°F ) – (Hipotermia suhu kurang dari 35°C / 95.0°F) – Menggigil
keras, kulit menjadibiru/keabuan. Jantung menjadi berdegup.
 34°C (93.2°F ) – Mengggil yang sanagat keras, jari kaku, kebiruan dan
bingung. Terjadi perubahanperilaku.
 33°C (91.4°F ) – Bingung sedang hingga parah, mengantuk, depresi,
berhenti menggigil, denyut jantunglemah, napas pendek dan tidak
mampu merespon rangsangan.
 32°C (89.6°F ) – Kondisi gawat. Halusinasi, gangguan hebat, sangat
bingung, tidur yang dalam danmenuju koma, detak jantung rendah , tidak
menggigil.
 31°C (87.8°F ) – Comatose, tidak sadar, tidak memiliki reflex, jantung
sangat lamabat. Terjadi gangguanirama jantung yangs serius.
 28°C (82.4°F ) – Jantung berhenti berdetak pasien menuju kematian.
24-26°C (75.2-78.8°F) or less – Terjadi kematian namun beberapa pasien
ada yang mampu bertahanhidup hinggan dibawah 24-26°C (75.2-78.8°F).

4.3 Kondisi lingkungan kerja


Kondisi lingkungan kerja meliputi suhu, kelembaban, getaran, kebisingan,
dan lainlain. Stress atau kelelahan kerja bisa terjadi akibat dari kondisi lingkungan
kerja yang panas, bising, dan getaran mesin yang berlebihan. Stress atau kelelahan
kerja bisa menimbulkan dampak negatif pada performance maupun moral
operator.
Suhu yang baik di tempat kerja yang memberikan produktivitas kerja yang
tinggi adalah pada temperatur 240C - 270C. Pengaruh tingkat temperatur pada
tubuh manusia saat bekerja berbeda-beda seperti berikut (Wignjosoebroto, 2008):
+490C: Temperatur dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas tingkat
kemampuan fisik dan mental.
+300C: Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung
untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik.
+240C: Kondisi optimum.
11

+100C: Kelakuan fisik yang extreme mulai muncul.


Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara (dalam %).
Suatu keadaan dimana udara sangat panas dan kelembaban tinggi akan
menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar – besaran (karena sistem
penguapan) dan semakin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya
peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen. Menurut Kepmenkes
No. 1405 Tahun 2002 batas kelembaban ruangan industri adalah 40% - 60%. Bila
kelembaban udara ruang kerja > 60% perlu menggunakan alat dehumidifier. Bila
kelembaban udara ruang kerja < 40% perlu menggunakan alat humidifier.
Pencahayaan sangat mempengaruhi manusia untuk melihat obyek – obyek
secara jelas, cepat tanpa menimbulkan kesalahan. Kemampuan mata untuk
melihat obyek dengan jelas ditentukan oleh ukuran obyek derajat kontras antara
obyek dengan sekelilingnya, luminasi (brightness), serta lamanya waktu untuk
melihat obyek tersebut berdasarkan jenis kegiatannya disajikan pada Tabel 1.
Kebisingan ditimbulkan dari suara yang diluar batas kemampuan pendengaran.
Kondisi suara dan batas tingkat kebisingannya disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1. NAB Pencahayaan
Jenis Kegiatan Tingkat Keterangan
Pencahayaan
Minimal (lux)

Pekerjaan kasar dan 100 Ruang penyimpanan dan


tidak terus-menerus peralatan atau instalasi yang
memer lukan pekerjaan
kontinyu
Pekerjaan kasar dan 200 Pekerjaan dengan mesin
terus - menerus dan perakitan kasar
Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang
kontrol, pekerjaan mesin
dan perakitan
12

Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau


bekerja dengan mesin
kantor, pemeriksaan atau
pekerjaan dengan mesin
Pekerja halus 1000 Pemilihan warna, peme
rosesan tekstil, pekerjaan
mesin halus dan perakitan
halus
Pekerjaan sangat halus 1500 (tidak tidak Mengukir dengan tangan,
menimbulkan pemeriksaan pekerjaan
bayangan) mesin, dan perakitan yang
sangat halus
Pekerjaan terinci 3000 (tidak Pemeriksaan pekerjaan,
menimbulkan perakitan sangat halus
bayangan)

Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1405/ Menkes /


SK/XI/2002
Tabel 2. Nilai ambang batas kebisingan
No Tingkat kebisingan ( Db ) Pemaparan Harian
1 85 8 jam
2 88 4 jam
3 91 2 jam
4 94 1 jam
5 97 30 menit
6 100 15 menit
Sumber : Kepmennaker No. 51 tahun 1999

Berat/ringannya beban pekerjaan yang dilakukan oleh seorang pekerja dapat


ditentukan oleh gejala-gejala perubahan yang tampak dan bisa diukur lewat
pengukuran anggota tubuh/fisik manusia antara lain:
1. Laju detak jantung (heart rate)
2. Tekanan darah (blood plesure)
3. Temperature badan (body temperature)
13

4. Laju pengeluaran keringat (sweating rate)


5. Konsumsi oksigen yang dihirup (oxygen consumption)
6. Kandungan kimiawi dalam darah (latic acid content)
Beban kardiovaskular (cardiovascular load) adalah perbandingan antara
peningkatan denyut nadi kerja dengan denyut nadi maksimum (Manuaba & van
Worterghem, 1996), beban kardiovaskular dihitung dengan rumus :
%CVL:
100= Denyut nadi kerja - denyut nadi istirahat
Denyut nadi maksimum – denyut nadi istirahat
Menghitung denyut nadi maksimum menggunakan rumus yaitu (Astrand &
Rodahl, 1986): Denyut nadi maksimum= 220 – umur.

4.4 Hasil Pengumpulan dan Pengolahan Data


Lingkungan kerja fisik yang diukur adalah temperature, kelembaban,
pencahyaan, dan kebisingan disekitar mesin frais dan mesin bubut. Hasil
pengukuran lingkungan kerja fisik disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Menghitung kelelahan kerja berdasarkan beban kardiovaskular yang diukur
dari denyut nadi operator. Hasil pengukuran denyut nadi disajikan pada Beban
kardiovaskular dihitung berdasar rumus beban kardiovaskular dihitung dengan
rumus : %CVL.
maka beban kardiovaskular yang dikeluarkan oleh masing – masing
operator.
a. Energi Expenditure Metode pengukuran langsung adalah mengukur
oksigen yang dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan energi
selama bekerja. Lucian Brouha membuat klasifikasi beban kerja
berdasarkan konsumsi oksigen, energy expenditure, dan denyut nadi kerja
DAFTAR PUSAKA

Nurfauziah,. http://www.academia.edu/19674793/Pengaruh_Suhu_Lingkungan_
Terhadap_ Kinerja_Para_Pekerja

file:///C:/Users/Hp/Downloads/Documents/3379-12598-1-PB

14

Anda mungkin juga menyukai