Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang
utama. Salah satu penyakit tersebut adalah infeksi susunan saraf pusat.
Penyebab infeksi susunan saraf pusat adalah virus, bakteri atau
mikroorganisme lain. Meningitis merupakan penyakit infeksi dengan angka
kematian berkisar antara 18-40% dan angka kecacatan 30-50%. Data WHO
menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta kematian anak balita di seluruh
dunia setiap tahun, lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di negara
kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat.
Meningitis adalah inflamasi pada membran yang menutupi central
nervous sistem, yang biasanya dikenal dengan meningens (radang pada
arachnoid dan piameter). Meningitis merupakan infeksi pada lapisan otak dan
urat saraf tulang belakang. Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada
meninges, paling banyak disebabkan infeksi pada leptomeninges dan ruangan
subarakhnoid (Hapsara, 2011).
Bakteri penyebab meningitis ditemukan di seluruh dunia, dengan angka
kejadian penyakit yang bervariasi. Di Indonesia, dilaporkan bahwa
Haemophilus influenzae tipe B ditemukan pada 33% diantara kasus
meningitis. Pada penelitian lanjutan, didapatkan 38% penyebab meningitis
pada anak kurang dari 5 tahun. Di Australia pada tahun 1995 meningitis yang
disebabkan Neisseria meningitidis 2,1 kasus per 100.000 populasi, dengan
puncaknya pada usia 0 – 4 tahun dan 15 – 19 tahun . Sedangkan kasus
meningitis yang disebabkan Steptococcus pneumoniae angka kejadian
pertahun 10 – 100 per 100.000 populasi pada anak kurang dari 2 tahun dan
diperkirakan ada 3000 kasus per tahun untuk seluruh kelompok usia, dengan
angka kematian pada anak sebesar 15%, retardasi mental 17%, kejang 14%
dan gangguan pendengaran 28%.

1
Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya
menderita kerusakan otak permanen yang berdampak pada kehilangan
pendengaran, kelumpuhan, atau keterbelakangan mental. Komplikasi
penyakit tersebut akan timbul secara perlahan dan semakin parah setelah
beberapa bulan.
Dari penjelasan yang tersebut diatas diharapkan mahasiswa keperawatan
dapat memahami dan menguasai konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan meningitis. Kelompok akan memberikan asuhan keperawatan pada
pasien An. A dengan diagnosa medis meningitis sehingga penulisan dalam
makalah ini mengambil judul “Asuhan Keperawatan Komprehensif Pada An.
A Umur 1 Tahun 8 Bulan dengan Gangguan Sistem Persarafan: Meningitis”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Meningitis?
2. Apa saja penyebab Meningitis?
3. Apa saja tanda dan gejala Meningitis?
4. Bagaimana patofisiologi Meningitis?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang Meningitis?
6. Apa saja penatalaksanaan Meningitis?
7. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien
dengan Meningitis?
8. Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat secara
langsung pada pasien dengan Meningitis?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami mengenai Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan
Gangguang Sistem Persarafan: Meningitis.

2
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/i dapat Melakukan Pengkajian Keperawatan Meningitis.
b. Mahasiswa/i dapat Mengidentifikasi Diagnosis Keperawatan
Meningitis.
c. Mahasiswa/i dapat Melakukan Perencanaan Keperawatan
Meningitis.
d. Mahasiswa/i dapat Melakukan Pelaksanaan Keperawatan
Meningitis.
e. Mahasiswa/i dapat Mengevaluasi Dari Perencanaan yang sudah
dilakukan.

D. Batasan Penulisan
Fokus kami dalam penyusunan makalah ini adalah konsep dasar penyakit
meningitis dan Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan: Meningitis.

E. Metode Penulisan
Makalah ini disusun melalui studi kepustakaan dengan pengumpulan data
dari berbagai sumber.

F. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan.
BAB II : Tinjauan Teori.
BAB III : Tinjauan Kasus.
BAB IV : Penutup.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
a. Meningitis Tuberkulosis
Meningitis adalah inflamasi pada membran yang menutupi
central nervous sistem, yang biasanya dikenal dengan meningens
(radang pada arachnoid dan piameter).
Menurut Arief Mansyur, dkk (2000:11) meningitis tuberkulosis
adalah penyebaran tuberkulosis primer dengan fokus infeksi
ditempat lain.
Sedangkan pengertian meningitis tuberkulosis menurut
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi, 1996:181)
adalah komplikasi infeksi primer dengan atau tanpa penyebaran
milier.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa meningitis
tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang mengenai selaput otak,
parenkim otak dan pembuluh darah otak, disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis.
b. Tuberkulosis (TB)
TB adalah penyakit infeksi menular dan menahun yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis, kuman
tersebut biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui udara
(pernafasan) kedalam paru-paru, kemudian kuman tersebut
menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui
penyebaran darah, kelenjar limfe, saluran pernafasan, penyebaran
langsung ke organ tubuh lain (Sylvia Anderson, 1995:753).

4
2. Etiologi
Penyakit meningitis tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis merupakan basil yang
berbentuk batang, berukuran 0,2-0,6µm x 1,0-10µm, tidak bergerak dan
tidak membentuk spora. Mycobacterium tuberculosis bersifat obligat
aerob, hal ini menerangkan predileksinya pada jaringan yang
oksigenasinya tinggi seperti apeks paru, ginjal dan otak. Mycobacterium
tuberculosa tumbuh lambat dengan double time dalam 18-24 jam, maka
secara klinis kulturnya memerlukan waktu 8 minggu sebelum dinyatakan
negatif.

3. Tanda dan Gejala


Berikut tanda dan gejala yang terjadi yaitu: sakit secara tiba-tiba,
adanya demam, sakit kepala, panas dingin, muntah, kejang-kejang,
kekakuan pada leher (Nuchal Rigidity), terjadi penurunan kesadaran,
nafsu makan menurun, pada anak biasanya menangis meraung-raung,
fontanel menonjol, dan muntah.

5
4. Patofisiologi

Pathways Meningitis Tuberkulosis

Faktor penyebab Faktor predisposisi


Fraktur tulang tengkorak, operasi Bakteri dan virus
otak,/sum-sum TB

Invasi kuman ke selaput otak

Reaksi peradangan jaringan serebral

Odema serebral Aliran darah ke otak Gangguan metabolisme serebral Eksudasi meningen
Fraktur tulang tengkorak,
operasi otak,/sum-sum TB
Peningkatan TIK Kolaps sirkulasi kerusakan Asam laktat meningkat Reaksi septicemia
endotel, nekrosis pembuluh jaringan otak/infeksi
darah otak Gangguan keseimbangan dan
neuron Metabolisme tubuh
Gangguan perfusi jaringan otak meningkat

Nyeri kepala Perubahan Menstimulasi


tingkat kesadaran refleks vasogal

6
Gangguan rasa Koma Mual, muntah Difusi ion K+ + Na- Kompensasi ventilasi
nyaman : nyeri meningkat
Kematian Lepas muatan listrik

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan Hiperventilasi


Kejang

Gangguan cairan dan elektrolit Berkurangnya koordinasi otot Resiko perubahan


pola nafas

Resiko trauma fisik Kerusakan pada


hipotalamus

Kerusakan fungsi serebral Gangguan termoregulasi

Frontal Ocxipital Temporal Parietal

Terganggunya Fotopobia Terganggunya sensasi Gangguan motorik


kontrol emosi
Pengecapan
Gangguan Kelemahan fisik
Gelisah
penglihatan Penciuman
Resiko injury Gangguan ADL
Pendengaran

7
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada meningitis tuberkulosis meliputi
pemeriksaan Rontgent thorax, CT-scan, MRI. Pada pasien dengan
meningitis tuberkulosis umumnya didapatkan gambaran tuberkulosis
paru primer pada pemeriksaan rontgent thoraks, kadang-kadang
disertai dengan penyebaran milier dan kalsifikasi. Sedangkan pada
pemeriksaan CT-scan dan MRI dapat terlihat adanya hidrosefalus,
inflamasi meningen dan tuberkoloma.
b. Tes Tuberkulin
Pemeriksaan tes tuberkulin yang positif pada anak memiliki
nilai diagnostik, sementara pada orang dewasa hanya menandakan
adanya riwayat kontak dengan antigen tuberkulosis, dan dapat
memberikan arah untuk pemeriksaan selanjutnya.
c. Cairan Serebrospinal
Pemeriksaan cairan serebrospinal merupakan diagnostik yang
efektif untuk mendiagnosis meningitis tuberkulosis. Gambaran
cairan serebrospinal yang karakteristik pada meningitis
tuberculosis adalah:
1) Cairan jernih sedikit kekuningan atau xantocrom.
2) Pleositosis yang moderat biasanya antara 100-400 sel/mm3
dengan predominan limfosit.
3) Kadar glukosa yang rendah 30-45 mg/dL atau kurang dari 50%
nilai glukosa darah.
4) Peningkatan kadar protein.
d. Bakteriologi
Identifikasi basil tuberkulosis pada cairan serebrospinal
memiliki akurasi yang sangat tinggi hingga 100% dalam
mendiagnosis meningitis tuberkulosis. Untuk mendiagnosis basil
tersebut dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan apus langsung

8
BTA dengan metode Ziehl-Neelsen dan dengan cara kultur pada
cairan serebrospinal.
e. Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan ini untuk mengukur sifat tertentu dari
mycobacterium atau respon tubuh penderita terhadap
mycobacterium. Yang tergolong pemeriksaan biokimia antara lain:
Bromide Partition Test (BPT), Adenosine Deaminase Activity (ADA),
dan Tuberculostearic Acid.
f. Tes Immunologis
Yang mendeteksi antigen atau antibody mikobakterial dalam
cairan serebrospinal, metoda yang sering digunakan dalam tes
imunologis antara lain: ELISA (enzym linked immuno sorbent
assay), dan Polymerase Chain Reaction (PCR).

6. Penatalaksanaan Medik
a. Perawatan umum
Perawatan penderita meliputi berbagai aspek yang harus
diperhatikan dengan sungguh-sungguh, antara lain kebutuhan cairan
dan elektrolit, kebutuhan nutrisi, posisi pasien, perawatan kandung
kemih, dan defekasi serta perawatan umum lainnya sesuai dengan
kondisi pasien.
b. Kemoterapeutik dengan obat anti tuberkulosis
Tujuan pengobatan terhadap penderita tuberkulosis adalah
menyembuhkan penderita dari penyakit tuberkulosis yang
dideritanya, mencegah kematian akibat tuberkulosis, mencegah
terjadinya relaps, mencegah penularan dan sekaligus mencegah
terjadinya resistensi terhadap obat anti tuberkulosis (OAT).
Beberapa obat yang biasa digunakan untuk meningitis tuberkulosis
adalah :
1) Isoniazida (INH) diberikan dengan dosis 400 mg / hari.
2) Rifampisin, diberikan dengan dosis 450-600 mg / hari.

9
3) Pyrazinamid, diberikan dengan dosis 1500 mg / hari.
4) Ethambutol, diberikan dengan dosis 25 mg / kg BB / hari sampai
dengan 1500 mg / hari.
5) Streptomisin, diberikan intra muskular selama 3 bulan dengan
dosis 30-50 mg / kg BB / hari.
6) Kortikosteroid, biasanya digunakan dexametason secara intra
vena dengan dosis 10 mg setiap 4-6 jam, pemberian
dexametason ini terutama jika terdapat oedema otak, apabila
keadaan membaik maka dosis dapat diturunkan secara bertahap.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Meningitis


1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas
a) Identitas paisen meliputi : nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, agama, alamat, No. RM, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian.
b) Identitas penanggung jawab meliputi: nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan pasien.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Pada umumnya pasien dengan meningitis keluhan yang
paling utama adalah adanya nyeri kepala atau penurunan
kesadaran yang disertai kejang.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian meliputi keluhan pada saat datang ke rumah
sakit dan keluhan pada saat pengkajian, dikembangkan
dengan menggunakan analisa PQRST.
P: Provokatif/paliatif
Apakah yang meyebabkan keluhan dan memperingan
serta memberatkan keluhan. Nyeri kepala pada penyakit

10
meningitis biasanya disebabkan oleh adanya iritasi
meningen. Nyeri di rasakan bertambah bila beraktivitas dan
berkurang jika beristirahat.
Q : Quantity / Quality
Seberapa berat keluhan dan bagaimana rasanya serta
berapa sering keluhan itu muncul. Nyeri kepala dirasakan
menetap dan sangat berat.
R: Region / Radasi
Lokasi keluhan dirasakan dan juga arah penyebaran
keluhan sejauh mana.
S : Scale
Intensitas keluhan dinyatakan dengan keluhan ringan,
sedang dan berat. Nyeri kepala pada pasien meningitis
sangat berat (skala : 5), dikarenakan adanya iritasi
meningen yang disertai kaku kuduk.
T : Timing
Kapan keluhan dirasakan, seberapa sering, apakah
berulang-ulang, dimana hal ini menentukan waktu dan
durasi. Keluhan nyeri dirasakan menetap/terus menerus
karena iritasi meningen.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji kebiasaan pasien : riwayat batuk lama / infeksi
saluran nafas kronis, batuk berdahak atau tanpa dahak
(dahak berdarah / tidak). Riwayat kontak dengan penderita
TBC. Apakah pasien punya riwayat trauma kepala atau
tulang belakang.
d) Riwayat kesehatan keluarga.
Kaji riwayat keluarga apakah ada keluarga pasien yang
menderita penyakit yang sama dengan pasien, riwayat
demam disertai kejang. Adanya penyakit menular seperti
TBC.

11
3) Pemeriksaan fisik
a) Sistem pernafasan
Gejala yang ditemukan biasanya didapatkan pernafasan
cepat dan dangkal, penggunaan otot-otot pernafasan
tambahan, adanya pernafasan cuping hidung, retraksi dada
positif, adanya batuk berdahak, ronkhi positif.
b) Sistem Kardiovaskuler
Suara jantung lemah, adanya peningkatan tekanan
darah atau penurunan tekanan darah dan peningkatan
frekuensi denyut nadi. Pada kasus lebih lanjut akral menjadi
dingin, terjadi sianosis dan capillary refil time (CRT) lebih
dari 3 detik.
c) Sistem Percernaan
Pada sistem pencernaan ditemukan keluhan mual dan
muntah serta anoreksia bahkan ditemukan adanya
kerusakan nervus kranial pada nervus vagus yang
mengakibatkan penurunan reflek menelan. Pada kondisi ini
akan terjadi penurunan berat badan dan jatuh pada kondisi
kurang kalori protein (KKP).
d) Sistem Perkemihan
Pada sistem urinaria dapat terjadi retensi urine dan
inkontinensia urine. Pada kondisi lebih lanjut akan terjadi
albuminuria karena proses katabolisme terutama jika dalam
kondisi KKP.
e) Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian pada sistem muskuloskeletal perlu
diarahkan pada kerusakan motorik, kelemahan tubuh, massa
otot, dan perlu di kaji rentang gerak dari ekstremitas.
f) Sistem Integumen
Kaji adanya peningkatan suhu tubuh sebagai dampak
infeksi sistemik, selain itu pasien dengan meningitis sering

12
terjadi penurunan kesadaran sehingga pasien harus
berbaring lama di tempat tidur dan dapat terjadi gangguan
integritas kulit sebagai dampak dari berbaring yang lama.
g) Sistem persarafan
Gangguan yang muncul pada pasien meningitis yang
berkaitan dengan sistem persarafan sangat kompleks. Pada
penyakit meningitis terjadi peradangan selaput otak dan
parenkim otak yang merupakan pusat sistem persarafan.
Gangguan yang muncul tersebut antara lain: kerusakan saraf
pengontrol kesadaran yang dapat mengakibatkan penurunan
kesadaran, pola nafas tidak efektif akibat peningkatan
tekanan intrakranial yang menekan pusat pernafasan dan
kerusakan pada saraf kranial yaitu nervus vagus yang
mengakibatkan penurunan reflek menelan, Pada penyakit
meningitis terdapat tanda yang khas yaitu tanda-tanda
iritasi meningen: kaku kuduk positif, brudzinski I, II positif,
kernig dan laseque positif. Selain itu gejala awal yang
sering terjadi pada meningitis adalah sakit kepala dan
demam yamg diakibatkan dari iritasi meningen, juga
didapat adanya manifestasi perubahan perilaku yang umum
terjadi, yaitu letargik, tidak responsif dan koma.
4) Pola aktivitas sehari-hari
a) Nutrisi
Biasanya pasien kehilangan nafsu makan, mual,
muntah, anoreksia dan bila pasien mengalami penurunan
kesadaran, reflek menelan terjadi penurunan, sehingga
pasien harus dipasang naso gastric tube (NGT).
b) Eliminasi
Pada umumnya pasien dengan penurunan kesadaran
akan terjadi inkontinensia urine sehingga harus dipasang
kateter.

13
c) Istirahat tidur
Istirahat tidur terganggu akibat adanya sesak nafas,
nyeri kepala hebat akibat penekanan TIK.
d) Personal hygiene
Bisa mengalami gangguan pemenuhan ADL termasuk
personal hygiene akibat kelemahan otot.
5) Data psikologis
Pada umumnya pasien merasa takut akan penyakitnya,
cemas karena perawatan lama di rumah sakit dan perasaan tidak
bebas di rumah sakit akibat hospitalisasi.
6) Data sosial
Perlu dikaji tentang tidak tanggapnya terhadap aktifitas
disekitarnya baik ketika di rumah atau di rumah sakit.
7) Data spiritual
Pengkajian ditujukan terhadap harapan kesembuhan,
kepercayaan dan penerimaan mengenai keadaan sakit serta
keyakinan yang dianut oleh pasien ataupun keluarga pasien.
8) Data Penunjang
a) Laboratorium
(1) Pemeriksaan darah leukosit meningkat bila terjadi
infeksi.
(2) Analisis cairan serebrospinalis melalui lumbal fungsi.
Karakteristik cerebro spinalis fluid (CSF) pada meningitis
tuberkulosis adalah:
(a) Warna CSF jernih
(b) Jumlah sel eritrosit dan leukosit meningkat.
(c) Biokimia, meliputi:
- Kalium meningkat - Glukosa menurun
- Klorida menurun - Protein meningkat

14
b) Radiologi dengan thorak foto melihat kemungkinan adanya
penyakit saluran nafas.
c) Foto tulang wajah untuk melihat adanya skelet dan rongga
sinus yang mengalami sinusitis.
d) Scanning / CT Scan untuk menemukan adanya patologi
otak dan medulaspinalis.
b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan dan
menggabungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang
relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan pasien.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien dengan meningitis
adalah:
a. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan tingkat
kesadaran.
b. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan: dehidrasi
berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
c. Gangguan keseimbangan suhu tubuh, berhubungan dengan proses
inflamasi.
d. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan
tirah baring lama.
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak
akibat kelemahan atau kerusakan neuromuskuler.

15
3. Perencanaan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan
kesadaran.
Tujuan : Pola nafas efektif.
Kriteria Hasil : Frekuensi nafas normal 16 - 20 x /mnt, irama nafas
reguler.
No. Intervensi Rasional
1. Kaji dan pantau frekuensi pola Perubahan pola nafas tidak efektif
dan irama nafas merupakan tanda berat adanya
peningkatan tekanan intrakranial yang
menekan medulla oblongata
2. Pertahankan jalan nafas efektif Lendir yang berlebihan akan menumpuk
dengan melakukan pembersihan dan menimbulkan obstruksi jalan nafas.
jalan nafas seperti pengisapan
lendir dan oral hygiene.
3. Berikan O2 sesuai order dan Untuk memenuhi kebutuhan
monitor efektifitas pemberian oksigen dalam darah dan jaringan.
oksigen tersebut.
4. Pertahankan kepatenan jalan Posisi leher yang ekstensi / menekuk
nafas dengan leher dan posisi mengakibatkan jalan nafas terhambat.
netral.

b. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan : dehidrasi


berhubungan dengan dan peningkatan suhu tubuh.
Tujuan : Kekurangan volume cairan tubuh tidak terjadi.
Kriteria Hasil : Membran mukosa lembab, Turgor kulit baik,
CRT< 2 detik
No. Intervensi Rasional
1. Kaji perubahan tanda-tanda Peningkatan suhu / demam
vital. meningkatkan laju dan kehilangan
cairan tubuh melalui evaporasi.

16
2. Kaji turgor kulit, kelembaban Indikator langsung keadekuatan volume
membran mukosa. cairan, meskipun membran mukosa
mulut mungkin kering karena nafas
melalui mulut dan oksigen tambahan.
3. Pantau intake dan output Berikan informasi tentang keadekuatan
volume cairan dan kebutuhan
pengganti.
4. Berikan cairan tambahan melalui Adanya penurunan masukan/banyak
IV sesuai dengan kebutuhan. kehilangan, penggunaan parenteral
dapat memperbaiki / mencegah
kekurangan cairan.

c. Gangguan keseimbangan suhu tubuh hipertermia berhubungan


dengan proses inflamasi
Tujuan : Keseimbangan suhu tubuh terpenuhi.
Kriteria Hasil : Suhu tubuh 36-37°C, keringat berkurang, pasien
tidak merasakan panas badan.
No. Intervensi Rasional
1. Berikan kompres dingin pada Kompres dingin dapat menimbulkan
daerah yang banyak pembuluh proses konduksi dimana terjadi
darah sampai suhu badan perpindahan panas dari satu objek ke
kembali normal. objek lain dengan kontak fisik antara
kedua objek tersebut.
2. Anjurkan pada pasien untuk Dengan pakaian tipis memudahkan
mengenakan pakaian tipis dan penyerapan keringat dan memberi rasa
menyerap keringat. nyaman.
3. Observasi tanda-tanda vital Untuk mengetahui lebih lanjut tindakan
suhu, tensi, respirasi, dan nadi. yang akan dilakukan.
4. Kolaborasi pemberian terapi Antipiretik berfungsi menghambat
antipiretik. panas pada hipotalamus.

17
d. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan
tirah baring lama.
Tujuan : Ganguan integritas kulit tidak terjadi
Kriteria Hasil : Tidak tampak tanda-tanda gangguan integritas
kulit seperti: kemerahan dan lecet pada kulit.
No. Intervensi Rasional
1. Atur dan rubah posisi tidur Dapat mengurangi tekanan yang terus
pasien setiap 2 jam. menerus yang menimbulkan sirkulasi
yang optimal pada daerah penekanan.
2. Berikan bantalan pada area tubuh Dengan diberikan bantalan pada daerah
yang menonjol dan berada pada penekanan akan mengurangi tekanan efek
permukaan tempat tidur. sirkulasi yang tidak lancar.
3. Lakukan masase pada daerah Tindakan masase sebagi stimulus
penekanan seperti bokong, siku terhadap vasodilatasi bagi vaskuler yang
dan turn it setiap hari. mengalami kontriksi pada permukaan
sehingga akan membantu melancarkan
sirkulasi pada daerah tersebut.
4. Observasi tanda dekubitus seperti Bila ditemukan tanda-tanda dekubitus
lecet, kemerahan pada siku, segera ambil tindakan untuk
tumit, bokong dan daerah mengantisipasi terjadinya kerusakan
punggung setiap hari jaringan kulit yang berlebihan.

e. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak


akibat kelemahan atau kerusakan neuromuskular.
Tujuan : Mobilisasi fisik terpenuhi.
Kriteria Hasil : Pasien mampu melakukan mobilisasi.
No. Intervensi Rasional
1. Periksa kembali kemampuan dan Mengidentifikasi kemungkinan
keadaan secara fungsional pada kerusakan secara fungsional.

18
kerusakan yang terjadi.
2. Kaji derajat imobilisasi pasien (nilai 0) Pasien mampu mandiri
dengan menggunakan skala (nilai 1) memerlukan bantuan/peralatan
ketergantungan yang minimal
(nilai 2) memerlukan bantuan sedang
dengan pengawasan /diajarkan
(nilai 3) memerlukan bantuan/peralatan
yang terus menerus dan alat khusus
nilai 4) tergantung secara total pada
pemberian asuhan.
3. Berikan atau bantu untuk Mempertahankan mobilisasi dan fungsi
melakukan latihan rentang sendi / posisi normal ekstremitas dan
gerak/ROM. menurunkan terjadinya vena yang statis
4. Berikan perawatan kulit dengan Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas
cermat, masase dengan kulit dan menurunkan resiko terjadinya
pelembab dan ganti ekskoriasi kulit
linen/pakaian yang basah.

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas
a) Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 1 tahun 8 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku Bangsa : Madura
Status Perkawinan :-
Golongan Darah : B+
No. CM : 00.14.86.96
Tanggal Masuk : 7 Maret 2018
Tanggal Pengkajian : 13 Maret 2018
Diagnosa Medis : Meningitis
Alamat : Cangkudu, Kabupaten Tangerang
b) Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. I
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa : Madura
Hubungan dengan Pasien : Ibu kandung
Alamat : Cangkudu, Kabupaten Tangerang

20
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Pasien mengalami penurunan kesadaran dan terpasang ventilator.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan pada saat di rumah anaknya mengalami
panas yang naik turun sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Ibu pasien mengatakan anaknya juga tidak mau makan sejak ±2 hari,
kemudian ibu pasien membawa ankanya ke RSUD Balaraja untuk
memeriksakankeadaan anaknya yang mengalami demam terus
menerus. Ibu pasien membawa anaknya untuk diperiksakan ke
poliklinik RSUD Balaraja, namun saat berada di ruang tersebut An.
A mengalami kejang yang akhirnya membuat anaknya menjadi tidak
sadar. Setelah itu keluarga langsung membawa anaknya ke IGD
RSUD Balaraja. Setelah menjalani pemeriksaan di IGD, dokter
menganjurkan dan mengatakan kepada keluarga bahwa An. A harus
dirawat dan dan harus mendapatkan perawatan intensiv. Keluarga
setuju dan dan akhirnya An. A dirawat di ruang ICU, dan saat di
ruang ICU keluarga dimintai persetujuan untuk dilakukan tindakan
pemasangan ventilator sebagai alat bantu napas untuk
menyelamatkan An. A. Keluarga setuju dan An. A pun dipasang
ventilator.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah sakit seperti ini
sebelumnya, namun 2 minggu sebelum masuk rumah sakit An. A
sempat mengalami demam dengan suhu naik turun, dan keluarga
hanya memberi obat penurun panas biasa, anmun tidak kunjung
sembuh.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga menyatakan sebelumnya tidak ada anggota keluarga
yang sakit seperti pasien.

21
3. Primary Survey
a) Airway (Jalan Napas)
Tidak terdapat fraktur multiple trauma, pasien bernapas dengan
bantuan ventilator dengan jenis PC 6, PEEP 6, RR 35x/menit, FiO2
50% , SPO2 97%. Terdapat sekret di dalam rongga hidung dan jalan
nafas pasien.
b) Breathing (Control Ventilasi)
Pergerakan dada simetris, tidak ada jejas di daerah dada,
frekuensi napas 35x/menit. Suara napas pasien terdengar ronchi. Saat
diperkusi terdengar sonor, dan tidak terdapat krepitasi saat dipalpasi.
c) Circulation
Tidak ada tanda-tanda perdarahan, nadi 135x/menit, akral
hangat, CRT < 2 detik.
d) Disability
Pasien tampak sakit berat, kesadaran koma, GCS 2 (E1M1VETT),
tidak ada lateralisasi.
e) Exposure
Suhu 38,0ºC, pasien memakai blanket warmer dengan suhu 41ºC.

4. Secondary Survey
a) Foley Cateter
Pasien terpasang kateter ukuran 8 Fr, Output urine 400cc, IWL
288,8 cc/KgBB/jam, balance cairan +257,6cc, diuresis 1,7
cc/KgBB/jam
b) Gastric Tube
Pasien terpasang selang NGT yang dialirkan, tidak ada distensi
abdomen.
c) Heart Monitor
Terdapat sinus takikardi.

22
5. Re-Evaluasi
a) Head to Toe Examination: bentuk simetris, tidak ada tumor, tidak
ada luka, tidak ada sakit).
b) Finger in Every Orifice:
1) Hidung: tidak terdapat cairan yang keluar dari hidung
2) Telinga: tidak terdapat cairan yang keluar dari telinga
3) Mulut: tidak terdapat cairan yang keluar dari mulut, tidak
terdapat labiopalatosisis.
4) Anus: tidak terdapat haemoroid
c) Vital sign:
1) Tekanan darah: 93/51mmHg
2) Frekuensi nadi: 135x/menit
3) Frekuensi pernapasan: 38x/menit (RR ventilator: 35x/menit)
4) Suhu: 38,0ºC
d) Anamnesis
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada riwayat alergi, tidak
ada kejadian serupa sebelumnya, keluhan demam sejak 2 minggu
sebelum masuk rumah sakit, tidak ada alergi makanan dan obat.

6. Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pernapasan
Terdengar suara ronchi di ICS ke-4. Pasien terpasang ETT
nomor 4 dan terpasang ventilator dengan mode Pressure Control
(PC) 6, PEEP 6, RR Ventilator 35x/menit, FiO2 50%, SPO2 97%.
Pergerakan dinding dada simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat jejas,
tidak ada krepitasi dan perkusi terdengar sonor.
b) Sistem Kardiovaskuler
Tidak terdapat lesi di daerah dada, tidak terdapat jejas, terdengar
suara lup dup, nadi 135x/menit.

23
c) Sistem Pencernaan
Tidak ada lesi di bagian abdomen, tidak ada jejas, terpasang
NGT nomor 10 dan NGT dialirkan. Suara bising usus terdengar
20x/menit, tidak ada benjolan, bentuk abdomen simetris, tidak ada
nyeri tekan.
d) Sistem Saraf
Pasien tampak sakit berat, tidak ada lesi, tidak ada jejas, pasien
mengalami penurunan kesadaran (koma) dengan GCS E1M1VETT.
e) Sistem Penglihatan
Bentuk mata simetris, refleks pupil terhadap cahaya isokor,
tidak terdapat racoon eyes.
f) Sistem Pendengaran
Bentuk telinga simetris, tidak ada lesi, tidak ada jejasm tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan.
g) Sistem Reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan, bentuk simetris, bentuk
normal, tidak ada lesi, tidak ada luka, tidak ada benjolan.
h) Sistem Perkemihan
Tidak terdapat lesi, tidak ada benjolan, tidak ada jejas, pasien
terpasang kateter ukuran 9, dengan jumlah output urine 400cc, IWL
88,8 cc/KgBB/jam, balance cairan +257,6 dan diuresis 1,7
cc/KgBB/jam.
i) Sistem Muskuloskeletal
Pasien tampak lemah, kekuatan otot 1/1/1/1, tidak ada lesi, tidak
ada kelainan bentuk, terdapat edema di ekstremitas atas dan bawah.
j) Sistem Endokrin
Tidak tampak benjolan di leher, tidak teraba benjolan di leher.
k) Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, tidak ada lesi, tidak ada jejas, terdapat
edema di bagian ekstremitas.

24
7. Pola Aktivitas
No Jenis Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit
1. Pola Nutrisi
1. Makan
Frekuensi 3x/hari -
Jenis Nasi -
Porsi ¼ porsi -
Cara Disuapi -
Keluhan Tidak ada -
2. Minum
Frekuensi 8x/hari -
Jenis Air putih -
Cara Dibantu -
Keluhan Tidak ada -
2. Pola eliminasi
1. BAB
Frekuensi 1-2x/hari
Konsistensi Lembek Cair
Warna Kuning Kuning
Bau Khas BAB Khas BAB
Cara Langsung ke toilet Menggunakan diapers
Keluhan Tidak ada -
2. BAK
Frekuensi 5-6x/hari 250cc
Warna Kuning Kuning
Bau Khas BAK Khas BAK
Cara Langsung ke toilet Menggunakan kateter
Keluhan Tidak ada -
3. Pola istirahat
tidur

25
1. Malam Jam 8 malam – 6 pagi Dalam pengaruh obat
2. Siang Jam 12 siang – 2 siang Dalam pengaruh obat
4. Personal Hygiene
Mandi 2x/hari Di seka pada pagi hari
Gosok gigi 1x/hari Orah hygiene pagi hari
Ganti pakaian 2-3x/hari -
Cara Dibantu orangtua Dibantu perawat
Keluhan Tidak ada -

8. Data Psikologis, Sosial dan Spiritual


a) Data Psikologis
Keluarga mengatakan tidak tega melihat kondisi anaknya,
keluarga tampak sedih.
b) Data Sosial
Keluarga mengatakan bahwa An. A biasanya adalah seorang
anak yang aktif dan disenangi tetangga dan teman sebayanya.
Namun sejak sakit, An. A tampak lemah dan tidak mau bermain
seperti biasanya.
c) Data Spiritual
Keluarga mengatakan selalu berdo’a kepada ALLAH untuk
kesembuhan anaknya. Keluarga juga tampak selalu menjenguk An.
A, mengaji dan berdo’a agar An. A lekas sembuh dan sehat seperti
biasanya.

9. Data Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi
- Trombosit 119 103/µL 150 – 450
- Hemoglobin 8,5 g/dL 9,6 – 15,6

26
- Hematokrit 28 % 31 – 41
- Eritrosit 3,93 106/ µL 3,40 – 5,20
- Leukosit 9,78 103/µL 5,50 – 17,50
Imunoserologi
- CRP Negatif mg/L Negatif (,8)
Kimia Klinik
Analisa Gas Darah
- Suhu 35,4 ºC 73,5 – 74,5
- pH 7,493 35 – 45
- PCO2 43,5 80 – 95
- PO2 174,3 37 – 50
- HCT 23,0 % 22 – 26
- HCO3- 34,2 23 – 27
- TCO2 35,6 mmol/L -2,0 - +2.0
- BE 10,3 mmol/L 94 – 100
- SPO2 99,6 %
Elektrolit
- Natrium 143 mmol/L 132 – 145
- Kalium 4,5 mmol/L 3,1 – 5,1
- Chlorida 112 mmol/L 96 – 111

b) Terapi
Nama Obat Dosis Rute Pemberian
OAT Intensif 1 x 2 tablet NGT
Prednison 3 x 6,5mg IV line
Etambuton 1 x 150mg IV line
Paracetamol 3 x 100mg IV line
Phenitoin 2 x 25mg IV line
Omeprazole 1 x 5mg IV line

27
Antrain 3 x 100mg IV line
Meropenem 3 x 200mg IV line

B. Diagnosis Keperawatan
1. Analisa Data
No. Data Senjang Etiologi Masalah
1. DS: - Invasi kuman ke Ketidakefektifan
DO: selaput otak pola napas
- Pasien tampak
sakit berat Reaksi inflamasi
- Pasien terlihat jaringan serebral
lemah
- GCS E1M1VETT Eksudat meningen
- Pasien terpasang
ventilator Metabolisme tubuh
- Tampak adanya meningkat
sekret di lubang
hidung dan Hiperventilasi
selang ETT
- RR: 35x/menit Penurunan kesadaran

Ketidakefektifan pola
napas
2. DS: - Invasi kuman ke Risiko tinggi
DO: selaput otak kekurangan
- Suhu : 38,0ºC volume cairan
- Kulit teraba Reaksi inflamasi ke
panas jaringan serebral
- Mulut tampak
kering Gangguan
termoregulasi
28
Risiko tinggi
kekurangan volume
cairan
3. DS: - Invasi kuman ke Gangguan
DO: selaput otak termoregulasi
- Suhu : 38,0ºC
- Kulit teraba Reaksi inflamasi ke
panas jaringan serebral

Reaksi infeksi

Kerusakan pada
hipotalamus

Gangguan
termoregulasi
4. DS: - Invasi kuman ke Risiko
DO: selaput otak terjadinya
- Pasien tampak gangguan
sakit berat Reaksi inflamasi ke integritas kulit
- Tampak jaringan serebral
penurunan
kesadaran Gangguan metabolisme
- GCS E1M1VETT serebral
- Pasien terpasang
ventilator Aliran darah ke otak
meningkat

Kolaps sirkulasi
kerusakan endotel,

29
nekrosis pada otak

Penurunan kesadaran

Tirah baring dengan


waktu lama

Risiko terjadinya
gangguan integritas
kulit
5. DS: - Kerusakan fungsi Gangguan
DO: serebral mobilitas fisik
- Pasien tampak
sakit berat Gangguan motorik
- GCS E1M1VETT
- Pasien Kelemahan fisik
mengalami
penurunan Gangguan mobilitas
kesadaran fisik
- Pasien terpasang
ventilator

2. Diagnosis Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan tingkat
kesadaran.
b. Gangguan keseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan proses
inflamasi.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak
akibat kelemahan.

30
d. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan: dehidrasi
berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
e. Risiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah
baring lama.

C. Rencana Keperawatan
No. Diagnosis Tujuan & Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Ketidakefektif Setelah 1. Kaji dan 1. Perubahan pola
an pola napas dilakukan monitor nafas tidak efektif
berhubungan tindakan frekuensi pola merupakan tanda
dengan keparawatan dan irama nafas. berat adanya
penurunan selama 3x24 peningkatan TIK
tingkat jam diharapkan yang menekan
kesadaran pola napas medulla
efektif dengan oblongata.
kriteri hasil: 2. Pertahankan 2. Lendir yang
- RR: 20 – jalan napas berlenihan akan
30x/menit efektif dengan menumpuk dan
- Irama nafas melakukan menimbulkan
reguler bersihan jalan obstruksi jalan
napas: suction. napas.
3. Berikan oksigen 3. Untuk memenuhi
sesuai indikasi kebutuhan
dan monitor oksigen dalam
pemberian darah dan
oksigen jaringan.
tersebut.
4. Pertahankan 4. Posisi leher
kepatenan jalan ekstensi/
napas dengan menekuk

31
leher dan posisi mengakibatkan
supinasi. jalan nafas
terhambat.
2. Gangguan Setelah 1. Berikan 1. Kompres hangat
keseimbangan dilakukan kompres hangat dapat mengurangi
suhu tubuh tindakan pada daerah panas tubuh
berhubungan keparawatan yang banyak dengan cara
dengan proses selama 3x24 terdapat vasodilatasi
inflamasi jam diharapkan pembuluh darah pembeluhu darah
keseimbangan sehingga panas
suhu tubuh dapat keluar
dapat terpenuhi melalui evaporasi.
dengan kriteri 2. Anjurkan 2. Dengan pakaian
hasil: pasien tipis memudahkan
- Suhu: 36,5 – menggunakan penyerapan
37,5 ºC pakaian yang keringat dan
- Badan tidak tipis dan memberikan rasa
teraba panas menyerap nyaman.
keringat.
3. Observasi 3. Untuk mengetahui
tanda-tanda lebih lanjut
vital. tindakan
selanjutnya.
4. Kolaborasi 4. Antipiretik
pemberian berfungsi
antipiretik. menghambat
panas pada pusat
otak hipotalamus.
3. Gangguan Setelah 1. Periksa 1. Mengidentifikasi
mobilitas fisik dilakukan kembali kemungkinan

32
berhubungan tindakan kemampuan kerusakan secara
dengan keperawatan dan keadaan fungsional
keterbatasan selama 3x24 secara
gerak akibat jam diharapkan fungsional
kelemahan mobilitas fisik 2. Kaji derajat 2. Mengidentifikasi
terpenuhi kemampuan ketergantungan
dengan kriteria mobilisasi pasien
hasil: pasien
- Pasien mampu 3. Berikan 3. Mempertahankan
melakukan bantuan pasien mobilisasi dan
mobilisasi dalam fungsi sendi
melakukan
ROM
4. Berikan 4. Meningkatkan
perawatan sirkulasi dan
kulit dan elastisitas kulit
masase dengan dan mencegah
lotion kerusakan
jaringan.
4. Risiko tinggi Setelah 1. Kaji 1. Peningkatan suhu
terhadap dilakukan perubahan tubuh
kekurangan tindakan tanda-tanda meningkatkan
volume cairan: keperawatan vital laju dan
dehidrasi selama 3x24 kehilangan cairan
berhubungan jam diharapkan tubuh.
dengan kekurangan 2. Kaji turgor 2. Indikator
peningkatan volume cairan kulit, langsung
suhu tubuh tubuh tidak kelembaban keadekuatan
terjadi dengan membran volume cairan.
kriteria hasil: mukosa
- membran 3. Monitor intake 3. Memberikan

33
mukosa dan output informasi
lembab cairan keadekuatan
- turgor kulit volume cairan
baik dan kebutuhan
- CRT < 2 detik pengganti cairan

4. Berikan cairan 4. Adanya


tambahan penurunan
melalui IV masukan/ banyak
line sesuai kehilangan,
dengan penggunaan
kebutuhan. cairan parenteral
dapat
memperbaiki/
mencegah
kekurangan
cairan.
5. Risiko Setelah 1. Atur dan ubah 1. Dapat
terjadinya dilakukan posisi mengurangi
gangguan tindakan tekanan terus
integritas kulit keperawatan menerus yang
berhubungan selama 3x24 menimbulkan
dengan tirah jam diharapkan sirkulasi yang
baring lama gangguan optimal
integritas kulit 2. Berikan 2. Dapat
tidka terjadi bantalan pada mengurangi
dengan kriteria daerah tubuh tekanan efek
hasil: yang menonjol sirkulasi yang
- tidak terdapat tidak lancar
tanda-tanda 3. Lakukan 3. Sebagai stimulus
gangguan masase pada yang akan

34
integritas kulit daerah tekanan melancarkan
seperti: seperti sirkulasi pada
kemerahan bokong, siku, daerah tersebut.
dan lecet. dan tumit.
4. Observasi 4. Bila ditemukan
tanda tanda dekubitus
dekubitus segera lakukan
seperti lecet, tindakan untuk
kemerahan mencegah
pada bokong, kerusakan
siku dan tumit. jaringan.

D. Implementasi Keperawatan
Tanggal No. DP Implementasi Paraf
13 Maret 1 1. Mengkaji dan memonitor frekuensi, pola dan Kelompok 4
2018 irama nafas.
Hasil: suara napas terdengar ronchi, irama
nafas cepat, RR: 38x/menit, pasien terpasang
ventilator dengan mode PC 6, PEEP 6, FiO2
50%, SPO2 97%.
1 2. Melakukan suction.
Hasil: jalan nafas tampak bersih, tidak ada
sekret di selang ETT.
2 3. Mengobservasi tanda-tanda vital Kelompok 4
Hasil:
Tekanan darah: 93/51 mmHg
Frekuensi nadi: 135x/menit
Frekuensi napas: 38x/menit (RR ventilator:
35x/menit)
4 4. Monitor intake dan output. Kelompok 4

35
Hasil:
Intake : 250cc
Urine output : 400cc
IWL : 88,8CC/KgBB/jam
Balance cairan: +257,6 cc
Diuresis: 1,7cc/KgBB/jam
4 5. Memberikan cairan melalui IV sesuai Kelompok 4
kebutuhan.
Hasil: Pasien diindikasikan diberikan cairan
KaEn 1B 700cc/24 jam
Aminofusin : 8,3cc/jam
Norephinephrine: 2cc/jam
14 Maret 4 1. Mengkaji perubahan tanda-tanda vital Kelompok 4
2018 Hasil:
Tekanan darah: 100/60mmHg
Frekuensi nadi: 130x/menit
Frekuensi pernapasan: 32x/menit (RR
ventilator: 30x/menit)
Suhu : 38,4ºC
4 2. Mengkaji kelembaban mukosa dan turgor Kelompok 4
kulit
Hasil: Bibir tampak kering, turgor kulit
kurang elastis.
2 3. Memberikan kompres hangat Kelompok 4
Hasil: Suhu setelah kompres : 37,8 ºC
2 4. Kolaborasi pemberian antipiretik Kelompok 4
Hasil: Pasien diberikan paracetamol sebanyak
100mg
Suhu : 37,4 ºC
2 5. Menganjurkan menggunakan pakaian yang Kelompok 4

36
tipis
Hasil: Pasien tidak memakai pakaian, dan
hanya ditutupi selimut dan blanket warmer.
1 6. Melakukan suction dan memberikan Kelompok 4
tambahan oksigen.
Hasil: tidak terdapat secret di selang ETT.
15 Maret 5 1. Mengubah posisi pasien dan memberikan Kelompok 4
2018 bantalan pada daerah tubuh yang menonjol.
Hasil: posisi supinasi
5 2. Melakukan masase dan mengobservasi tanda Kelompok 4
dekubitus.
Hasil: tidak ada tanda dekubitus.
4 3. Mengobservasi tanda-tanda vital Kelompok 4
Hasil:
Tekanan darah: 95/60mmHg
Frekuensi nadi: 120x/menit
Frekuensi pernapasan: 28x/menit (RR
ventilator: 25x/menit)
Suhu: 38,4 ºC
3 4. Mengkaji derajat kemampuan pasien Kelompok 4
Hasil: Pasien tampak lemah, kekuatan otot
1/1/1/1
3 5. Memberikan bantuan ROM Kelompok 4
Hasil: Pasien tampak lemah

37
E. Evaluasi
Hari/Tanggal No. DP Catatan Perkembangan Paraf
S: -
O:
- RR 29 x/mnt
Kamis, - Irama nafas reguler Kelompok
1
15 Maret 2018 - Tidak ada secret di jalan nafas 4
A: Masalah teratasi sebagian, pasien
pulang atas permintaan keluarga.
P: Hentikan intervensi
S: -
O:
- Suhu 37,2 0C
Kamis, Kelompok
2 - Suhu tubuh tidak teraba panas
15 Maret 2018 4
A: Masalah teratasi sebagian, pasien
pulang atas permintaan keluarga.
P: Hentikan intervensi
S: -
O:
- Pasien tampak sakit berat
Kamis, Kelompok
3 - GCS 2
15 Maret 2018 4
A: Masalah teratasi sebagian, pasien
pulang atas permintaan keluarga.
P: Hentikan intervensi
S: -
O:
Kamis, - CRT < 2 detik Kelompok
4
15-03-2018 - Turgor kulit baik 4
- Bibir tampak lembab
A: Masalah teratasi sebagian, pasien

38
pulang atas permintaan keluarga.
P: Hentikan intervensi
S: -
O:
- Kulit tidak kering
Kamis, Kelompok
5 - Tidak ada lecet dan kemerahan
15-03-2018 4
A: Masalah teratasi sebagian, pasien
pulang atas permintaan keluarga.
P: Hentikan intervensi

39
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada An. A selama tiga hari di
ICU RSUD Balaraja Tangerang, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul lima diagnosa
keperawatan pada pasien yaitu Ketidakefektifan pola napas berhubungan
dengan penurunan tingkat kesadaran; Gangguan keseimbangan suhu
tubuh berhubungan dengan proses inflamasi; Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan keterbatasan gerak akibat kelemahan; Risiko tinggi
terhadap kekurangan volume cairan: dehidrasi berhubungan dengan
peningkatan suhu tubuh; Risiko terjadinya gangguan integritas kulit
berhubungan dengan tirah baring lama.
2. Intervensi yang disusun penulis berdasarkan pada data yang muncul
dalam pengkajian yang sesuai untuk menegakkan diagnosa.
3. Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan intervensi dalam teori.
4. Mengacu pada intervensi dan implementasi dari hasil evaluasi, semua
diagnosa keperawatan teratasi sebagaian dan pasien pulang atas
permintaan keluarga.

B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada pembaca dan penulis
mengenai makalah ini adalah:
1. Diharapkan penulis dapat mengembangkan dan melanjutkan penulisan
makalah mengenai asuhan keperawatan pasien dengan meningitis.
2. Diharapkan pembaca dapat memahami penjelasan mengenai asuhan
keperawatan pasien dengan meningitis yang telah diuraikan.
3. Diharapkan hasil penulisan makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
bacaan dan ilmu pengetahuan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 3.
Yogyakarta: Mediaction.

https://www.scribd.com/document/336704829/Askep-Meningitis-Anak-pdf
diakses pada tanggal 02 April 2018

mirror.unpad.ac.id/koran/.../mediaindonesia_2011-05-04_013.pdf diakses pada


tanggal 02 April 2018

etd.repository.ugm.ac.id/.../S1-2015-311803-introduction.pdf diakses pada


tanggal 02 April 2018

41

Anda mungkin juga menyukai