Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa dimana dapat menemukan hal-hal yang baru, biasanya hal
tersebut adalah hal yang menggairahkan karena hal baru yang mereka alami merupakan
tanda-tanda menuju kedewasaan, salah satu contohnya adalah dalam segi bahasa. Akhir-
akhir ini bahasa berlebihan atau yang biasa disebut dengan bahasa alay sering dijumpai di kalangan
remaja. Kalangan remaja merasa tidak percaya diri jika tidak menggunakan bahasa berlebihan atau
bahasa alay, selain itu jika tidak menggunakan bahasa alay dianggap ketinggalan jaman. Bahasa
berlebihan atau bahasa alay ini berkembang pesat di kalangan remaja melalui pergaulan sehari-hari
seperti di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan teman sebaya. Lingkungan teman
sebaya inilah yang memberikan perkembangan yang pesat terhadap bahasa alay. Namun dengan
berkembangnya bahasa berlebihan atau bahasa alay di kalangan remaja dapat memberikan kesan
remaja yang tidak sopan. Penggunaan bahasa berlebihan atau bahasa alay di lingkungan sekolah dapat
mengganggu ketika proses belajar mengajar berlangsung, salah satunya yaitu ketika seorang siswa
diminta untuk berbicara di depan kelas dan tidak menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar melainkan menggunakan bahasa berlebihan/alay. Bagi orang-orang yang sudah mengetahui arti
dari kata-kata bahasa alay, mungkin telah dianggap biasa oleh para remaja namun tidak untuk orang
yang sudah terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal ini justru terdengar
sangat asing di telinga mereka. Penggunaan bahasa berlebihan atau alay juga dapat meningkatkan
mutu pertemanan. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas kami melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Bahasa Alay terhadap Mutu Pertemanan”

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh bahasa alay terhadap mutu pertemanan ?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi berkembangnya bahasa alay ?
3. Bagaimana upaya untuk meningkatkan kesadaran remaja agar menggunakan bahasa
yang baik dan benar ?
3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh bahasa alay atau berlebihan terhadap mutu pergaulan remaja.
4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini, yaitu:
1. Bagi peneliti
Menambah pengalaman dan ketrampilan dalam kompetensi dibidang sastra dan
bahasa khususnya dalam penggunaan bahasa yang berlebihan atau alay dalam mutu
pergaulan kehidupan remaja.
2. Bagi pihak-pihak yang memerlukan
Memberi informasi dan referensi terhadap pihak-pihak yang memerlukan tentang
bagaimana pengaruh bahasa berlebihan atau alay terhadap mutu pergaulan remaja.
5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup bidang bahasa yaitu mengenai penggunaan bahasa yang berlebihan
atau alay terhadap mutu pergaulan remaja
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1. Bahasa

Bahasa memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Bahasa dijadikan sarana komunikasi dan interaksi masyarakat. Dalam kaitan ini Nababan (1986:
38) mengatakan bahwa setiap bahasa mempunyai empat golongan fungsi, yakni (1) fungsi
kebudayaan, (2) fungsi kemasyarakatan, (3) fungsi perorangan, dan (4) fungsi pendidikan.
Sementara itu, Silalahi mengutip pandangan Levi-Strauss (2004:89) mengatakan bahwa bahasa
merupakan persyaratan kebudayaan yang meliputi pengertian bahwa bahasa merupakan
persyaratan kebudayaan secara diakronis karena kita mempelajari kebudayaan melalui bahasa
yang merupakan sebuah sistem komunikasiyang memungkinkan terjadinya interaksi manusia
dalam suatu kelompok masyarakat, dengan demikian bahasa dapat dikatakan merupakan satu
wujud kebudayaan yang hidup dan berkembang didalam masyarakat. Berkaitan dengan fungsi
bahasa ini juga, Simpen mengutip pandangan Tampubolon (2008: xiii) mengatakan bahwa bahasa
berfungsi sebagai alat berpikir dan berasa, alat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan dan
alat untuk memahami pikiran dan perasaan. Sebagai alat berfikir, bahasa dapat meningkatkan
kecerdasan intelektual dan sebagai alat berasa, bahasa dapat meningkatkan kecerdasan
emosional penuturnya. (Universitas Sumatera Utara) Kesantunan berbahasa merupakan salah
satu aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya karena di
dalam komunikasi penutur dan pendengar tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi
harus tetap berkomitmen untuk menjaga keharmonisan hubungan. Keharmonisan hubungan
penutur dan pendengar tetap terjaga apabila masing- masing peserta tutur senantiasa tidak saling
mempermalukan. Dengan kata lain, baik penutur maupun pendengar memiliki kewajiban yang
sama untuk menjaga muka. Berkaitan dengan hal ini, Muslich (2006) memberi pandangan bahwa
kesantunan dapat dilihat dari berbagai segi dalam pergaulan sehari-hari. Kesantunan
memperlihatkan sikap yang mengandung nilai sopan santun, atau etiket dalam pergaulan sehari-
hari. Kesantunan tercermin dalam bertutur kata (berbahasa), cara berbuat (bertindak), dan cara
berdandan (berpakaian). Penerapan kesantunan berbahasa dalam tuturan masyarakat akan
menghindarkan ketersinggungan bahkan kesalahpahaman penuturnya sehingga memperkecil
munculnya konflik dan kekerasan di masyarakat. Maraknya konflik dan kekerasan di masyarakat
akhir- akhir ini yang diwarnai oleh sikap saling menghujat, menjelek- jelek kan dan bahkan caci
maki menjadi indikator bahwa sesungguhnya masyarakat telah kehilangan rasa kemuliaan dalam
hidupnya. Bahkan, agama yang semestinya menjadi unsur yang dapat menumbuhkan kemuliaan
manusia, sering kali menjadi alat politik untuk memenuhi ambisi pribadi dan kelompok yang
mengatasnamakan rakyat. (Universitas Sumatera Utara)
Di masa sekarang melalui berbagai tayangan televisi dapat dilihat bahwa masyarakat
Indonesia memiliki kecenderungan untuk meninggalkan norma- norma kesantunan, salah satunya
kesantunan berbahasa. Setiap orang bebas untuk berbicara tanpa batas. Saling mengejek,
mengumpat, menghina dan bahkan mencaci maki dianggap sebagai perilaku berbahasa yang
pantas. Dalam tayangan televisi berupa wawancara, dialog, debat dan sebagainya, dapat kita lihat
bahwa sering kali fenomena menghujat, menghina dan mencaci maki ini terjadi. Penulis menelaah
lebih lanjut tentang fenomena debat saja. Debat sendiri adalah suatu cara untuk menyampaikan
ide secara logika dalam bentuk argumen disertai bukti-bukti yang mendukung kasus dari masing–
masing pihak yang berdebat.Berbagai reaksi masyarakat tentang fenomena debat di televisi
diantaranya. Ketiga komentar masyarakat tentang fenomena debat di televisi merupakan
komentar yang kontra terhadaptayangan debat di televisi. Berbagai alasan bagi mereka untuk
tidak mendukung tayangan debat ditelevisi diantaranya karena debat sangat mengedepankan
kegaduhan, keributan, memicu pertikaian tanpa ada solusi diakhir debat, kemudian juga mereka
menganggap bahwa debat di televisi lebih mirip seperti sebuah pertandingan Kedua komentar
masyarakat diatas mendukung acara debat di televisi dengan alasan bahwa sekarang zaman
reformasi, zaman keterbukaan, kebebasan berbicara (Universitas Sumatera Utara) dan
kepercayaan pada tokoh atau pun pelaku debat yang menurut mereka adalah orang yang ahli
dibidangnya. Inilah beberapa komentar dari masyarakattentang fenomena debat di televisi. Ada
yang pro dan kontra tentang fenomena debat. Dari berbagai komentar tersebut adalah sangat
menarik untuk menganalisis tentang bahasa yang digunakan para pelaku debat, khususnya bila
dikaitkan dengan kesantunan berbahasa para pelaku debat tersebut. Berbahasa yang santun
dapat meminimalkan kerusuhan, pertikaian, pertengkaran serta menimbulkan keharmonisan dan
kesinergian bagi masyarakat. Berkaitan dengan hal ini perlu adanya suatu strategi yang dilakukan
oleh para pemakai bahasa khususnya orang- orang yang berkecimpung didalam bidang bahasa
untuk mengetahui fenomena kesantunan berbahasa. Strategi- strategi kesantunan apa saja yang
digunakan para pelaku debat menurut teori Brown dan Levinson, inilah yang menjadi masalah
penelitian didalam tesis ini. Kemudian bagaimana relevansi antara strategi kesantunan berbahasa
tersebut dengan etika berbicara didalam Islam juga menjadi permasalahan didalam penelitian ini
dengan pertimbangan bahwa topik debat Kontroversi Surat Keputusan Bersama Ahmadiyah di TV
One berbicara tentang Islam, kemudian para pelaku debat merupakan muslim. Beranjak dari
paparan latar belakang tersebut diatas, akhirnya penulis mengetengahkan judul tesis penelitian
yakni Kesantunan Berbahasa Dalam Acara Debat Kontroversi Surat Keputusan Bersama
Ahmadiyah Di TV One.

Anda mungkin juga menyukai