Anda di halaman 1dari 23

KETENAGAKERJAAN

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Hukum dan Etika Bisnis

Oleh :

Nama : Asep Somantri


Nim : 1516.2.012
Jurusan : Manajemen

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


GEMA WIDYA BANGSA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang maha Esa atas
limpahan rahmat-nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “KETENAGAKERJAAN”
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, tabiin tabiaatnya dan semoga kepada
kita selaku umat akhir zamanya amin.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat,
khususnya bagi penulis, dan umunya bagi kita semua, penulis menyadari bahawa
makalah ini masih banyak kekurangan, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca semuanya demi perbaikan kearah yang lebih baik.

Bandung, 3 November 2016


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

1.3. Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3

2.1. Pengertian Ketenagakerjaan ............................................................................. 3

2.2. Pengertian dan Jenis-Jenis Pengangguran ......................................................... 6

2.3. Dampak Dari Adanya Pengangguran ............................................................... 10

2.4. Cara Mengatasi Pengangguran ......................................................................... 12

2.5. Upah dan Sistem Upah di Indonesia ................................................................ 16

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 21

3.1. Saran ................................................................................................................. 21

3.2. Kesimpulan ...................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 225 juta jiwa, menjadikan
negara ini negara dengan penduduk terpadat ke-4 di dunia. Masalah
ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup
memprihatinkan ditandai dengan jumlah penganggur dan setengah penganggur
yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata. Sebuah negara
tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan
dengan warga negaranya. Terlebih pada negara - negara yang memiliki jumlah
penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah ketenagakerjaan, pengangguran,
dan kemiskinan Indonesia sudah menjadi masalah pokok bangsa ini dan
membutuhkan penanganan segera supaya tidak semakin membelit dan
menghalangi langkah Indonesia untuk menjadi mengara yang lebih maju.
Kondisi pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan
pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan
masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan
sosial dan kriminal dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang.
Permasalahan pengangguran dan setengah pengguran ini merupakan
persoalan serius karena dapat menyebabkan tingkat pendapatan Nasional dan
tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal. Untuk itu
perlu adanya upaya untuk menanggulangi masalah ketenagakerjaan yang
berkaitan dengan banyaknya jumlah pengangguran.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Apa Itu Ketenagakerjaan ?
1.2.2. Sebutkan dan Jelaskan Apa Yang Dimaksud dengan Pengangguran ?
1.2.3. Sebutkan Dampak Pengangguran ?
1.2.4. Bagaimana Cara Mengatasi Pengangguran?
1.2.5. Sebutkan dan Jelaskan Sistem Upah Yang Berlaku di Indonesia?

1.3 Tujuan
1.3.1. Mengetahui Pengertian Ketenagakerjaan
1.3.2. Mengetahui Pengertian dan Jenis-Jenis Pengangguran
1.3.3. Mengetahui Dampak Dari Adanya Pengangguran
1.3.4. Mengetahui Cara Mengatasi Pengangguran
1.3.5. Mengetahui Upah dan Sistem Upah Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ketenagakerjaan


Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara
garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga
kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk
tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia
adalah berumur 15 tahun – 64 tahun.
Tenaga kerja (manpower) dipilah pula kedalam dua kelompok yaitu
angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan
kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau yang
memepunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak bekerja, dan yang mencari
pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja (bukan termasuk
angkat keraja) ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak
bekerja, tidak memepunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan, yakni
orang-orang yang kegiatanya bersekolah (pelajar mahasiswa) mengurus rumah
tangga ( maksudnya ibu-ibu yang bukan wanita karir) serta menerima pendapatan
tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan, penderita
ccacat yang dependen).

PENDUDUK

A. Tenaga kerja – Manpower


(berusia > 10 tahun) B. Bukan tenaga kerja
1. Angkatan kerja – Labour ( berusia < 10 tahun )
force
- Pekerja – work force
- Penganggur
2. Bukan angkatan kerja
- Pelajar dan mahsiswa
- Pengurus rumah tangga
- Penerima pendapatan lain
Gambar 1. Pemilihan penduduk berdasarkan pendekatan angkatan kerja

Konsep pemilah-milahan penduduk seperti di atas di sebut pendekatan


angkatan kerja (labour force approach) di perkenalkan oleh international labour
organization (ILO). Banyak negara berkembang menerapkan pendekatan ini. Biro
pusat statistik juga menerapkan untuk memetakan dan menganalisis
ketenagakerjaan di tanah air. Alternatif bagi pendekatan ini ialah pendekatan
pemanfaatan tenaga kerja.
Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai
tenaga kerja. Ada banyak pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada
yang menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun,
bahkan ada yang menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah
termasuk tenaga kerja.
Pengertian ketenagakerjaan menurut para ahli sebagai berikut :
Menurut UU No. 13 tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan
Memahami ketenagakerjaan adalah setiap orang yang mampu bekerja
untuk menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan baik diri mereka
sendiri dan masyarakat banyak.
Menurut UU Pokok ketenagakerjaan No 14 tahun 1969
Ketenagakerjaan adalah siapa saja orang yang mampu baik di dalam
ataupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat banyak, dalam hubungan ini, pembentukan
tenaga kerja adalah evektivits kemampuan untuk melakukan pekerjaan itu.
Menurut Dr. A Hamzah SH
Tenaga kerja termasuk kerja di dalam atau diluar hubungan kerja dengan
peralatan produksi proser itu sendiri baik kekuatan fisik dan pikiran.
Menurut Alam S
Tenaga kerja adalah penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk negara-
negara berkembang seperti indonesia, sedangkan di negara-negara maju anatara
15 dan 64 tahun.
a. Berdasarkan penduduknya

Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap


dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja.
Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan
sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai
dengan 64 tahun.
Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu
dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut
Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah
penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan
berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan,
para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.

b. Berdasarkan batas kerja

Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun
yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang
sedang, sekitar tiga perempat penduduk indonesia termasuk di dalam batas usia
kerja. Dengan kata lain, seperempat penduduk tidak tergolong sebagai tenaga
kerja karena belum berumur 10 tahun. Pada tahun 1993 jumlah tenaga kerja
tercatat sebanyak 143,8 juta orang. Tidak semua dari jumlah ini tergolong sebagai
angkatan kerja, yaitu mereka yang kegiatanya bersekolah, mengurus rumah
tangga, serta menerima pendapatan tapi bukan sebagai balas jasa langsung ata
kerjanya.
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang
kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya. Contoh
kelompok ini adalah:
a) Anak sekolah dan mahasiswa
b) Para ibu rumah tangga dan orang cacat, dan
c) Para pengangguran sukarela
c. Berdasarkan kualitasnya

Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian
atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal
dan nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam
bidang tertentudengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini
dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan
tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar
yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu
rumah tangga, dan sebagainya

2.2. Pengertian Dan Jenis-Jenis Pengangguran


Pengangguran (unemployment) terjadi apabila jumlah tenaga kerja yang
ditawarkan lebih besar daripada jumlah tenaga kerja yang diminta. Dengan kata
lain, jumlah yang mencari pekerjaan lebih banyak daripada kesempatan kerja yang
tersedia. Selain itu pengangguran dapat juga diartikan orang yang termasuk dalam
angkatan kerja yang sedang berusaha menemukan atau mencari pekerjaan dan
belum mendapatkan pekerjaan tersebut. Yang termasuk dalam angkatan kerja
yaitu 15 sampai 64 tahun yang merupakan golongan angkatan kerja.
Dalam pengertian ekonomi, yang disebut sebagai pengangguran adalah
mereka berusaha mencari pekerjaan, tetapi tidak atau belum mendapatkan
pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Kondisi kesempatan kerja penuh (full
employment) tercapai bila semua tenaga kerja yang mencari pekerjaan telah
mendapatkan pekerjaan kerja pada tingkat upah yang berlaku.
Jenis-Jenis Pengangguran
a. Berdasarkan Sebab terjadinya
Jenis pengangguran dibedakan berdasarkan sebab terjadinya, terdiri atas 4
jenis yaitu sebagai berikut.
1) Pengangguran Siklikal (Cyclical Unemployment)
Pengangguran Siklikal ini terjadi sebagai akibat maju mundurnya
perekonomian di suatu negara. Pada saat perekonomian mengalami kemunduran,
daya beli masyarakat menurun, akibatnya barang berhenti di gudang karena
penjualan merosot dan perusahaan mengurangi kegiatan produksinya. Dampak
dari pengurangan kegiatan produksi adalah para pekerja turut diberhentikan dari
pekerjaannya.
2) Pengangguran Struktural
Pengangguran struktural terjadi karena perubahan struktur perekonomian.
perubahan struktur tersebut memerlukan keterampilan baru agar dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut. Contohnya yaitu awalnya merupakan
sektor pertanian mengalami peralihan menjadi sektor industri sehingga banyak
tenaga kerja yang semula bekerja di sektor pertanian terpaksa menganggur.
Peralihan tenaga kerja dari sektor pertanian menjadi tenaga kerja di sektor industri
memerlukan penyesuaian keterampilan dan keahlian sehingga tenaga kerja yang
berasal dari sektor pertanian harus dididik terlebih dahulu.
3) Pengangguran Friksional
Pengangguran friksional merupakan perekonomian yang mencapai kondisi
full employment saat jumlah penganggur yang ada tidak melebihi 4%.
Pengangguran ini terjadi karena adanya kesulitan temporer dalam
mempertemukan pemberi kerja dengan pencari kerja.
Pengangguran friksional juga terjadi karena faktor jarak dan kurangnya
informasi. Pelamar tidak mengetahui di mana lowongan dan pengusaha juga tidak
mengetahui di mana tersedia tenaga kerja yang memenuhi syarat. Secara umum
penganggurang friksional tidak dapat dihindari. Namun, waktu pengangguran
dapat dipersingkat dengan penyediaan informasi kerja yang lengkap.
4) Pengangguran Teknologi
Pengangguran ini disebabkan oleh adanya penggantian tenaga kerja
manusia dengan mesin/peralatan canggih sebagai akibat dari kemajuan teknologi
sehingga mengakibatkan penerimaan tenaga kerja manusia semakin menurun
akibat didominasi oleh penggunaan mesin atau peralatan yang canggih dalam
menjalankan proses produksi.Munculnya berbagai peralatan canggih sangat
membantu manusia dalam menyelesaikan berbagai pekerjaannya.
Misalnya, penggunaan forklift di suatu pabrik. Keberadaan alat ini dapat
menyelesaikan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh beberapa tenaga kerja
sekaligus sehingga dampak yang timbul adalah berkurangnya jumlah tenaga kerja
yang dipekerjakan dan digantikan oleh alat tersebut. Selanjutnya, bila tidak
tersedia cukup lapangan kerja maka tenaga kerja yang tergantikan tersebut akan
menganggur.
b. Menurut Lama Waktu Kerja
1) Pengangguran Terbuka
Pengangguran terbuka adalah keadaan orang yang sama sekali
tidak bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan. Tenaga kerja yang
sepenuhnya menganggur ini biasanya memiliki produktivitas marginal
sama dengan nol, bahkan dapat pula negatif. Kondisi ini terjadi karena
beberapa hal berikut ini:
a)Lapangan kerja tidak tersedia.
b)Ketidakcocokan antara kesempatan kerja dengan latar belakang
pendidikan.
Data berikut ini menampilkan jumlah penganggur terbuka
menurut pulau, kota, dan desa, menurut golongan umur di kota dan desa,
serta menurut penduduk pendidikan dan jenis kelamin.
2) Pengangguran tidak sepenuh waktu
Negara berkembang seringkali tidak hanya memiliki tenaga yang
menganggur sepenuhnya, tetapi juga memiliki tenaga kerja yang tidak
sepenuh waktu menganggur atau disebut setengah menganggur.
Pengangguran semacam ini dapat diketahui bila kita memindahkan
sejumlah tenaga kerja dari suatu pekerjaan (misalnya dari sektor
pertanian) ke pekerjaan yang lain, (misalnya sektor industri), dan ternyata
pemindahan tenaga kerja itu tidak mengurangi produksi dari sektor
pertanian tersebut. Ini berarti pada sektor pertanian terdapat
pengangguran yang tidak sepenuhnya waktu (under employment).
3) Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment)
Salah satu bentuk dari under employment adalah yang disebut
pengangguran terselubung. Pengangguran ini dapat terjadi karena
ketidaksesuaian antara pekerjaan dengan potensi dan bakat serta
kemampuan. Ketidakcocokan ini akan berpengaruh terhadap
produktivitas kerja yang rendah.
4) Pengangguran Musiman
Pergantian musim dapat berperan sebagai salah satu faktor
penyebab pengangguran. Misalnya, di sektor pertanian setelah habis
panen sampai musim tanam berikutnya tidak ada pekerjaan. Petani ini
disebut penganggur musiman. Juga pada saat tidak boleh menangkap ikan
di wilayah Maluku dan Papua para nelayan banyak yang menganggur.
2.3. Dampak Dari Adanya Pengangguran
Pengangguran, merupakan hal yang seringkali kita dengar, banyak sekali
pengangguran yang ada di sekitar kita yang berasal dari berbagai jenjang
pendidikan, pendidikan yang tinggi tidak menjamin seseorang langsung akan
mendapatkan pekerjaan, apalagi pekerjaan yang sesuai dengan keinginan.
Dampak dan cara mengatasi pengangguran tersebut bisa diupayakan dalam segi
ekonomi serta segi lingkungan. Pengangguran dapam memberikan dampak
kepada negara sehingga terkesan kurang baik.
Masalah pengangguran seringkali dikaitkan dengan pemerintahan yang
kurang baik karena dituding tidak memperhatikan pengangguran, namun
sebenarnya pengangguran sendiri terjadi karena banyak diantara kita yang lebih
memilih bersantai-santai serta tidak mau berusaha, sehingga pengangguran yang
terjadi disuatu negara bukan saja salah pemerintah tetapi juga kesalahan dari
individunya sendiri. Adapun Dampak dan cara mengatasi pengangguran akan
penulis bahas pada makalah ini, berikut ulasannya. Pengangguran dapat
berdampak pada segi perekonomian serta kehidupan sosial masyarakat disuatu
negara. Penganggguran dapat menurunkan pertumbuhan perekonomian suatu
negara dan dapat menurunkan tingkat kesejahteraan dari masyarakatnya.
Berikut dampak yang ditimbulkan oleh pengangguran dalam segi
perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat:
1) Menurunkan aktivitas perekonomian suatu negara, karena semakin
tingginya tingkat pengangguran didalam suatu negara akan menurunkan daya beli
produksi dialam perekonomian, hal ini dikarenakan seseorang yang menggagur
harus mengurangi persentase konsumsinya untuk menghemat biaya hidup yang
ditanggungnya. Saat daya beli dari masyarakat menurun maka secara otomatis
permintaan barang dan jasa juga akan menurun. Hal ini dapat mengakibatkan para
pengusahaan. mengalami kerugian dan investor tidak lagi bergairah untuk
melakukan perluasan dan pendirian cabang dari industri-industri baru sehingga
dapat membuat aktivitas perekonomian suatu negara menjadi turun.
2) Menurunkan pendapatan perkapita serta pertumbuhan ekonomi suatu
negara, hal ini dikarenakan penganggur berarti tidak sedang melakukan apa-apa
dan tidak dan menghasilkan suatu barang dan jasa. Jika penggaur yang ada disuatu
negara tinggi makan produk yang dihasilkan akan menurun dan hal tersebut akan
menyebabkan turunnya pertumbuhan ekonomi sekaligus pendapatan per kapita
suatu negara.
3) Meningkatkan biaya sosial, seperti yang kita tahu orang yang bekerja
akan mendapatkan upah, namun upah tersebut akan dipotok pajak dan lain-lain.
Pajak ini nanatinya akan digunakan untuk kebutuhan kemakmuran rakyat suatu
negara. Jika pengangguran yang ada didalam sebuah negara sangat tinggi maka
biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh negara juga akan tinggi, jika hal tersebut
tidak mencukupi nantinya akan berdampak pada meningkatnya tindak kriminalitas
yang akan dilakukan oleh para penganggur demi memenuhi biaya sosialnya.
Apalagi jika ada demonstrasi yang dilakukan oleh pengangur, hal tersebut
membuat pemerintah mengeluarkan biaya ekstra untuk memperbaiki dan
merenovasi beberapa tempat yang rusak akibat demonstrasi.
Sebagai solusi pengangguran berbagai strategi dan kebijakan dapat
ditempuh, yaitu :
Pemerintah memberikan bantuan wawasan, pengetahuan dan kemampuan
jiwa kewirausahaan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berupa bimbingan
teknis dan manajemen memberikan bantuan modal lunak jangka panjang,
perluasan pasar. Serta pemberian fasilitas khusus agar dapat tumbuh secara
mandiri dan andal bersaing di bidangnya. Mendorong terbentuknya kelompok
usaha bersama dan lingkungan usaha yang menunjang dan mendorong
Terwujudnya pengusaha kecil dan menengah yang mampu
mengembangkan usaha, menguasai teknologi dan informasi pasar dan
peningkatan pola kemitraan UKM dengan BUMN, BUMD, BUMS dan pihak
lainnya.
Melakukan pembenahan, pembangunan dan pengembangan kawasan-
kawasan, khususnya daerah yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan
membangun fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan
kerja bagi para penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan. Harapan akan
berkembangnya potensi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia.
Membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur.
Seperti PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) Dengan membangun
lembaga itu, setiap penganggur di Indonesia akan terdata dengan baik dan
mendapat perhatian khusus. Secara teknis dan rinci.
Menyederhanakan perizinan dan peningkatan keamanan karena terlalu
banyak jenis perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal
Asing maupun Penanaman Modal Dalam Negeri. Hal itu perlu segera dibahas dan
disederhanakan sehingga merangsang pertumbuhan iklim investasi yang kondusif
untuk menciptakan lapangan kerja.
Mengembangkan sektor pariwisata dan kebudayaan Indonesia (khususnya
daerah-daerah yang belum tergali potensiny dengan melakukan promosi-promosi
keberbagai negara untuk menarik para wisatawan asing, mengundang para
investor untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan
kepariwisataan dan kebudayaan yang nantinya akan banyak menyerap tenaga
kerja daerah setempat.
2.4. Cara Mengatasi Pengangguran
Dari data-data ketenagakerjaan dapat di ketahui dan dihitung berbagai
konsep yang berkaitan dengan tingkat pengerjaan dan tingkat pengangguran,
konsep-konsep di maksud adalah tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
tingkat pengerjaan (employment) dan tingkat pengangguran (unemployment rate).
Angka-angka semacam ini berguna untuk mengenali situasi yang berlangsung di
pasar kerja. Pemahaman tentang situasi pasar kerja berguna bukan saja untuk
perumusan kebijaksanaan ketenagakerjaan dan penciptaan kesempatan kerja.
Akan tetapi juga bagi perumusan kebijaksanaan kependudukan dan sumber daya
manusia secara keseluruhan.

Jumlah angkatan kerja


TPAK = X 100%
Jumlah tenaga kerja

Jumlah kerja
Tingkat Pengerjaan = X 100%
Jumlah tenaga kerja
Jumlah angkatan kerja
Tingkat Pengangguran = X 100%
Jumlah tenaga kerja

Tingkat Pengerjaan + Tingkat Pengangguran = 1

Cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran


yang terjadi, yaitu sebagai berikut:
a. Mengatasi Pengangguran Struktural

Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.Segera memindahkan kelebihan


tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi
yang kekurangan.Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi
kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan Segera mendirikan industri padat
karya di wilayah yang mengalami pengangguran.

b. Mengatasi Pengangguran Friksional

Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru,


terutama yang bersifat padat karya. Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai
bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru. Menggalakkan
pengembangan sektor informal, seperti home industry. Menggalakkan program
transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal
lainnya. Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan
jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga
kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan
swasta.
c. Mengatasi Pengangguran Musiman

Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor


lain.Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu
ketika menunggu musim tertentu.
d. Mengatasi Pengangguran Siklis

Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa.


Meningkatkan daya beli masyarakat.
Pendidikan gratis bagi yang kurang mampu. Salah satu penyebab
pengangguran adalah rendahnya tingkat pendidikan seseorang, sehingga ia tidak
memiliki pengetahuan yang cukup dan susah untuk mendapatkan pekerjaan.
Pemerintah sebaiknya menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak
sehingga dapat membantu untuk mengurangi tingkat pengangguran. Tak hanya
pemerintah, masyarakat pun dihimbau untuk dapat menciptakan lapangan
pekerjaan bagi orang lain. Mendirikan tempat-tempat pelatihan keterampilan,
misalnya kursus menjahit, pelatihan membuat kerajinan tangan, atau BLK (Balai
Latihan Kerja) yang didirikan di banyak daerah. Hal ini juga termasuk cara
mengatasi pengangguran, sehingga orang yang tidak berpendidikan tinggi pun
bisa bekerja dengan modal keterampilan yang sudah mereka miliki.
Pemerintah diharapkan mendirikan suatu lembaga bantuan kredit atau
langsung bekerja sama dengan bank-bank tertentu untuk memberikan kredit pada
masyarakat yang kurang mampu. Kredit tersebut diharapkan dapat membantu
mereka untuk mendirikan suatu usaha, misalnya UKM atau sejenisnya. Sebagai
antisipasi, pelajar perlu diberi pendidikan non formal. Pendidikan non formal bisa
berupa keterampilan khusus, kemampuan berkomunikasi atau peningkatan EQ,
serta diarahkan untuk menjadi lulusan sekolah yang mempu menciptakan suatu
lapangan pekerjaan. Bukan semata-mata sebagai lulusan sekolah yang hanya bisa
melamar pekerjaan. Itulah beberapa contoh cara mengatasi pengangguran yang
menjadi salah satu masalah besar di Indonesia. Pengangguran adalah hal buruk
yang harus segera diatasi di Indonesia, agar segala dampak negatifnya pun bisa
dihindari.

Tingkat Pengangguran Laju inflasi


Negara 1992 1993 1994 1992 1993 1994
Indonesia 2,7 2,8 2,9 4,9 9,8 9,2
Jepang 2,2 2,5 2,9 1,7 1,3 0,7
Amerika 7,4 6,8 6,3 3,0 3,0 2,7
Serikat
Jerman 7,7 8,9 9,8 4,9 4,7 3,1
Inggris 9,8 10,3 9,4 4,7 3,0 2,5
Prancis 10,1 11,9 12,4 2,4 2,1 1,8
Italia 10,7 10,4 11,6 5,3 4,4 3,8
Kanada 10,3 11,2 10,6 1,5 1,9 0,2
Sumber : Nota Keuangan dan RAPBN, 1995/1996

2.5. Upah Dan Sistem Upah Di Indonesia


Gaji atau Upah adalah suatu bentuk pembayaran periodik dari seorang
majikan kepada karyawannya yang dinyatakan dalam suatu kontrak kerja, dari
sudut pealksanaan bisnis, gaji dapat dianggap biaya yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sumber daya manusia untuk menjalankan operasi, dan karenanya
disebut biaya personel atau biaya gaji, dalam akuntansi di catat dalam akun gaji.
Dalam lingkup pegawai negeri gaji atau upah memiliki definisi sendiri yakni
pengeluaran untuk kompensasi yang harus di bayarkan kepada pemerintah berupa
gaji pokok atau tunjangan-tunjangan yang sah sesuai undang-undang yang
berlaku.
Tingkat upah, upah tertinggi bagi pekerja yang berstatus karyawan atau
buruh adalah di sektor pertambangan. Karyawan yang bekerja di sektor ini,
dengan pangkat di bawah mandor, per bulan maret 1994 menerima upah rata-rata
Rp 57.300,00 per bulan. Rekan-rekan mereka yang bekerja di sektor perhotelan
memperoleh Rp 38.200,00 sedangkan yang bekerja di sektor industri pengolahan
hanya menrima upah rata-rata Rp 32.000,00 per-bulan. Tingkat upah pekerja di
indonesia khususnya pekerja rendahan atau buruh kasar sangat rendah. Hal itu
bisa diukur dengan membandingkannya terhadap kebutuhan fisik minimum.
Menurut biro pusat statistik, kebutuhan fisik minimum seorang pekerja lajang di
nusa tenggara barat ( propinsi yang KFM-nya terendah se-indonesia ) sebesar
Rp 70.619,00 per-bulan untuk tahun 1993. Variasi tingkat upah tidak hanya terjadi
antar lapang usaha atau secara sektorial.
Dalam perbandingan seksual di sektor industri pengolahan, hampir di
semua wilayah tanah air pekerja laki-laki menrima upah lebih tinggi dari pada
pekerja permpuan. Hanya di kalimantan tengah dan maluku buruh kasar permpuan
nasib nya lebih baik, upah harian mereka lebih banyak dari pada lawan jenis nya.
Perbedaan tingkat upah anatar jenis kelaimn di sektor industri pengolahan berlaku
umum di semua subsektor. Di subsektor industri makanan, minuman, dan
tembakau (kode ISIC: 31) upah buruh permpuan tidak sampai setengah diterima
lawan jenisnya. Situasi berbeda dijumpai di bidang usaha perhotelan. Untuk
sektor ini, pekerja rendahan permpuan yang memeperoleh upah lebih besar
daripada lawan jenisnya dijumpai di sejumlah propinsi.
Rendahnya upah pekerja di indonesia, khususnya di sektor industri
pengolahan, pundapat di lihat dalam perbandingan internasional. Upah buruh
industri di indonesia bukan semata-mata rendah, perkembanganya juga tidak
begitu menggembirakan. Antara tahun 1991 dan 1993, upah di indonesia hanya
meningkat US$0,06 per jam; hanya sedikit lebih tinggi dari pada kenaikan upah di
Filippina yang pada masa itu keadaan di dalam negerinya kurang mantap.
Jam kerja, menilai seseorang bekerja ataukah menganggur semata-mata
berdasrkan apakah ia mempunyai pekerjaan atau tidak, sesungguhnya kuranglah
memadai. Pendekatan semacam itu mengabaikan kadar pemanfaatan tenaga yang
bersangkutan. Seseorang bisa saja tergolong tidak menganggur karena ia bekerja
atau mempunyai pekerjaan. Akan tetapi jika dalam bekerja itu tenaganya tidak
termanfaatkan secara optimal, berarti ia bekerja tidak dalam kapasitas penuh,
maka sesungguhnya ia setengah menganggur atau menganggur secara
terselubung. Oleh karenanya, jam kerja dicurahkan perlu turut dipertimbangkan.
Seorang dikatakan bekerja penuh (full employed) apabila jumlah jam
kerjanya telah mencapai setidak-tidaknya 35 jam dalam seminggu. Kriteria ini
menuruti konsep bekerja 1 jam berturut-turut.berlandaskan kriteria ini, maka dari
seluruh pekerja yang ada (79.200.542 orang) hanya 58,46 persen saja yang
bekerja penuhselebihnya bekerja tidak penuh, kurang dari 35 jam seminggu.
Berarti tingkat semi pengangguran di indonesia, di samping tingkat pengangguran
terbuka sebesar 2,9 persen cukup besar. Pekerja-pekerja yang bekerja tidak penuh
ini kebanyakan adalah pekerja permpuan (55,53%) baik di daerah perkotaan
(32,54%) maupun di daerah pedesaan (64,42%). Diskrepansi seksual yang saling
mengukuhkan ini mengisyaratkan betapa angkatan kerja lai-laki lebih
berkesempatan memasuki pasar pekerja. Secara regional, wilayah-wilayah yang
memiliki pekerja penuh terbanyak adalah Jakarta (90,03%) Kalimantan Timur
(66,60%) Jawa Barat (63,98%) D.I Yogyakarta (61,58%) Bengkulu (61,37%) dan
Sumatera (60,42). Di daerah pedesaan jumlah jam kerja yang paling banyak di
jalankan para pekerja adalah antara 35 hingga 44 jam per minggu. Seperempat
pekerja di desa bekerja dalam rentan waktu ini, sedangkan daerah perkotaan
jumlah jam kerja terbanyak yang dijalani adalah antara 45 hingga 59 jam
perminggu. Sepertiga pekerja di kota bekerja dalam rentan waktu di atas normal
ini. Sekitar 17 persen pekerja di kota bahkan bekerja lebih lama lagi, 60 jam atau
lebih dalam seminggu.
Negara 1991 1993
Indonesia 0,22 0,28
Filipina 0,64 0,68
Malaysia 1,69 1,80
Singapura 4,39 5,12
Thailand 0,60 1,17
Sumber : Nota Keuangan dan RAPBN, 1995/1996

Negara 1991 1993


RR Cina 0,27 0,45
Korea Selatan 4,13 5,12
Amerika Serikat 15,271 6,40
Jepang 13,23 16,91
Jerman 22,49 24,87
Gambar 3. Upah buruh industri pengolahan beberapa negara, tahun 1991
dan 1993 (dalam US$ per jam)
Sistem Upah dalam ilmu ekonomi sebagai berikut :
1. Sistem upah menurut waktu
Menurut sistem ini, besaranya upah di dasarkan pada lama bekerja
seseorang, satuan waktu dihitiung per jam, per hari, per minggu, per bulan,
misalnya pekerja bangunan di bayar per hari atau per minggu.
2. Sistem upah menurut satuan hasil
Menurut sistem ini, besaranya upah didasarkan pada jumlah barang yang
dihasilkan oleh sesorang. Satuan hasil di hitung per potong barang, per
satuan panjang atau persatuan berat, misalnya upah pemetik daun teh
dihitung perkilogram.
3. Sistem upah borongan
Menurut sistem ini, besaran upah didasarkan atas pemberi kerja dan
pekerja. Misalnya upah untuk memperbaiki mobil rusak, membangun
rumah, dll
4. Sistem upah partisipasi atau biasa di sebut upah bonus
Sistem bonus adalah bayaran tambahan di luar upah atau gaji yang
ditunjukan untuk merangsang (memberi insentif) agar pekerja dapat
menjalankan tugasnya lebih baik dan penuh tanggung jawab.
5. Sistem mitra usaha
Dalam sistem ini pembayaran diberikan dalam bentuk saham perusahaan,
tetapi saham tersebut tidak diberikan kepada peroranganmelainkan pada
organisasi perusahaan tersebut. Dengan demikian hubungan kerja antara
perusahaan dengan pekerja dapat ditingkatkan menjadi hubungan antara
perusahaan dan mitra kerja, misalnya koperasi.
6. Sistem upah sekala berubah atau slinding scale
Merupakan sebuah sistem dengan pemberian upah didasarkan pada sekala
hasil penjualan yang selalu berubah. Jika terjadi hasil meningkat hasil
penjualan maka jumlah balas jasa yang dibayarkan akan bertamabah
sebaliknya.
Secara Empiris Besarannya tingkat upah sangat di pengaruhi oleh 3
komponen, Yaitu ( Aris Ananta 1999 ) :
a. Kebutuhan Fisik Minimum
Kebutuhan fisik minimun (KFM) merupakan kebutuhan pokok
seseorang yang diperlukan untuk memepertahankan kondisi fisik dan
mentalnya.
b. Index Harga Konsumen
Index harga konsumen (IHK) merupakan petunjuk mengenai naik
turunya harga kebutuhan hidup, peningkatanya terhadap kebutuhan
hidup ini secara tidak langsung dapat mencerminkan tingkat inflasi.
c. Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Pertumbuhan perekonomian daerah mencerminkan keadaan
perekonomian dalam suatu daerah yang mempunyai hubungan
pertumbuhan dan kondisi perusahaan yang beroperasi di daerah yang
bersangkutan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara
garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga
kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk
tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia
adalah berumur 15 tahun – 64 tahun.
3.2 Saran
Dengan meingkatkan sumber daya manusaia angka pengangguran
semakin sedikit, dan akan berdampak pula terhadap perekonomian indonesia yang
meningkat karena terjadi perputaran siklus ekonomi, dengan demikian indonesia
akan bisa bersaing di kancah internasional, karena indonesia memeiliki seumber
daya alam yang melimpah dan jumlah penduduk ke 4 terbesar di dunia.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_kerja 20 september 2016


http://twentytwopm.wordpress.comsistem-upah-di-indonesia 21 sepetember 2016
http://hukumketenagakerjaanindonesia.blogspot.com.sumber-hukum-
ketenagakerjaan-indonesia.html 22 september 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran 27 september 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Gaji 04 oktober 2016
Drs. Dumairy, M.A., Yogyakarta Agustus 1996 ( buku perekonomian indonesia )

Anda mungkin juga menyukai