Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN PENDIDIKAN, MOTIVASI KERJA, SUPERVISI KEPALA

RUANGAN DENGAN KINERJA PERAWAT RSUD


H.HANAFIE MUARA BUNGO
1
Maulani 2Dasuki
1,2,
Program Studi Profesi Ners STIKES Harapan Ibu, Jambi, Indonesia.

ABSTRAK
Kinerja perawat yang baik diharapkan dapat meningkatkan Asuhan keperawatan yang bermuara pada kualitas
hidup dan kesejahteraan pasien. Kinerja perawat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, motivasi kerja dan supervisi
kepala ruangan. Penelitian ini merupakan penelitian quantitatif, dengan desain cross sectional yang bertujuan
untuk melihat gambaran dan hubungan tingkat pendidikan, motivasi kerja dan supervisi kepala ruangan dengan
kinerja perawat RSUD H.Hanafie Muara Bungo Tahun 2015 dengan jumlah sampel sebanyak 63 orang, dimana
pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik Simple Random Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan lembar kuesioner,dan data dianalisis univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian
diketahui bahwa rata-rata responden memiliki tingkat pendidikan perawat pemula sebanyak 92,1%, yang memiliki
motivasi kerja tinggi sebanyak 50,8%, dan supervisi kepala ruangan yang baik 52,4%, rata-rata kinerja perawat
yang baik sebanyak 52,4%. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kinerja perawat dengan nilai P-
value 0,912, ada hubungan yang signifikan antara supervisi kepala ruangan dengan nilai P-value 0,000dan
motivasi kerja dengan nilai P-value 0,000 dengan kinerja perawat. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara tingkat pendidikan dengan kinerja perawat, namun ada hubungan antara supervisi,dan motivasi
kerja dengan kinerja perawat.

Kata kunci : Kinerja perawat, motivasi, pendidikan, supervisi

ABSTRACT

Background: Good performance of nurse is expected to improve nursing care which affected to the quality of life
and well-being of the patient. The performance of nurses is influenced by the level of education, working
motivation and supervision of the head of the room.
Methods: This study is a quantitative with cross sectional approach. The population of this study was all the 146
nurses who were in the Inpatient room at H.Hanafie General Hospital in MuaraBungo. It used Simple Random
Sampling technique, in fact the total of samples were 63 respondents. This research was conducted from 23
December 2015 to 6 January 2016. The data was collected by using questionnaire and then data were analyzed by
using univariate and bivariate analysis with chi square test.
Results: The results reveal that the average respondent have a beginner level of nursing education (92.1%), those
who have high motivation to work as much as 50.8%, and the supervision of the head of the room was good
(52.4%), the average of good nurse performance as much as 52.4%. The education level of nurses with P-value of
0.912, the supervision of the head of the room with a P-value of 0.000 and motivation to work with P-value of
0.000.
Conclusion: It can be concluded that there is no correlation between level of education and the performance of
nurses. Also, there is a correlaton between supervision and performance of nurses, on the other hand there is a
correlation between motivation to work and performance of nurses.
Keywords: performance of nurses, motivation, education, supervision

1. Stikes Harapan Ibu Jambi, 085266198486, E-mail:mhee114n3@gmail.com


2. Stikes Harapan Ibu Jambi, 081298852873, E-mail:dasukisuke@gmail.com

Hubungan tingkat pendidikan, motivasi kerja, supervisi dengan kinerja perawat 1


PENDAHULUAN kinerja yang baik. Adanya motivasi kinerja
yang tinggi dalam lingkungan kerja akan
Profesi keperawatan merupakan suatu menghasilkan rasa bangga, puas dalam
bagian utama dalam sistem kesehatan dan melakukan tugas, dan pekerjaannya secara
menjadi kunci utama disamping dokter dalam tuntas, selain motivasi, tingkat pendidikan
memberikan pelayanan kesehatan di Rumah juga sangat berpengaruh terhadap kinerja
Sakit. Peran dan tanggung jawab kedua perawat dalam melakukan tindakan
profesi tersebut secara langsung berdampak keperawatan yang professional.5 Penelitian ini
pada hasil akhir pelayanan klien selama di bertujuan untuk melihat gambaran dan
Rumah Sakit. Seperti bertambahnya jumlah hubungan tingkat pendidikan, motivasi kerja
dan hari perawatan.1 dan supervisi kepala ruangan dengan kinerja
Perawat merupakan sumber daya perawat RSUD H. Hanafie Muara Bungo
manusia yang terpenting di Rumah Sakit Tahun 2015
karena selain jumlahnya yang dominan (55-
65%) juga memberikan pelayanan yang METODE
konstan dan terus menerus 24 jam kepada Penelitian ini merupakan penelitian
pasien setiap hari. Oleh karena itu, pelayanan kuantitatif, menggunakan desain cross
keperawatan sebagai bagian integral dari sectional. Populasi dalam penelitian ini
pelayanan kesehatan jelas menentukan adalah seluruh perawat yang bekerja di RSUD
kualitas pelayanan di Rumah Sakit, sehingga H.Hanafie Muara Bungo tahun 2015
setiap upaya untuk meningkatkan kualitas berjumlah 146 orang. Sampel dalam
pelayanan Rumah Sakit harus juga disertai penelitian ini adalah perawat yang berada di
upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan ruangan Rawat Inap berjumlah 63 orang.
keperawatan.2 Tehnik pengambilan sampel menggunakan
Pelayanan keperawatan dapat dinilai simple random sampling.
melalui kinerja perawat. Kinerja perawat Pengambilan data dilakukan dengan
dapat dilihat dari cara kerja yang penuh menggunakan lembar kuesioner dan dianalisis
semangat, disiplin, bertanggung jawab, secara univariat dan bivariat dengan uji chi
melaksanakan tugas sesuai standar yang square. Penelitian ini dilakukan pada bulan
ditetapkan, memiliki motivasi dan Desember 2015s/d Januari 2016.
kemampuan kerja yang tinggi dan terarah
pada pencapaian tujuan rumah sakit. Penilaian HASIL
kinerja perawat salah satunya adalah dengan Hasil analisis univariat masing-masing
melakukan penilaian terhadap kegiatan variabel penelitian dapat dilihat pada tabel
perawat dalam memberikan asuhan berikut ini :
keperawatan sesuai dengan SOP (Standar Tabel 1. Distribusi frekuensi kinerja, tingkat pendidikan,
motivasi kerja dan supervisi kepala ruangan
Operasional Prosedur) dan SAK (Standar di RS. H.Hanafie tahun 2015 (N=63 Orang)
Asuhan Keperawatan).1Masalah utama
kinerja perawat dalam pelayanan keperawatan variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

adalah kurangnya perawat yang Kinerja perawat

berpendidikan tinggi, kemampuan yang tidak Kurang baik 30 47,6

memadai, juga beban kinerja yang tinggi.3 Baik 33 52,4

Agar tercapainya tujuan asuhan


keperawatan secara efektif dan efisien, maka Tingkat pendidikan

perlu dilakukan supervisi khususnya di Perawat pemula 58 92,1

bidang keperawatan mencakup pemantauan Perawat professional 5 7,9

kondisi-kondisi atau syarat-syarat personal


maupun material yang diperlukan untuk Motivasi kerja

mempertahankan kegiatan yang telah Rendah 31 49,2

terprogram dapat dilaksanakan dengan baik Tinggi 32 50,8

dan lancar.4
Kinerja yang baik harus dilandasi Supervisi kepala

motivasi yang kuat, tanpa motivasi maka ruangan

tidak ada dorongan untuk menghasilkan Kurang baik 30 47,6

Hubungan tingkat pendidikan, motivasi kerja, supervisi dengan kinerja perawat 2


baik 33 52,4
Hasil Penelitian ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya dengan nilai p-value
0,902, yang berarti tidak ada hubungan antara
tingkat pendidikan dengan kinerja perawat.6
Hasil penelitian yang dilakukan di RS.
Berdasarkan Tabel 1, sebagian besar Muhammadiyah Palembang juga diketahui
responden mempunyai kinerja yang baik tidak ada pengaruh pendidikan terhadap
(52,4%), dengan tingkat pendidikan perawat kinerja Perawat dengan p- value 1,000 (>
pemula (92,1%), serta memiliki motivasi 0,25).7
kerja tinggi (50,8%), dengan responden yang Pendidikan merupakan salah satu
menilai supervisi bidang keperawatan baik karakteristik demografi yang dapat
sebanyak 33 responden (52,4%). mempengaruhi seseorang baik terhadap
Tabel 2. Analisis bivariat hubungan tingkat pendidikan
lingkungan maupun obyek tertentu. Selain itu,
motivasi kerja dan supervisi kepala ruangan pendidikan merupakan faktor tidak langsung
dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Umum yang berpengaruh pada kinerja. Semakin
Daerah H.Hanafie Muara Bungo tahun 2015
Kinerja Perawat tinggi pendidikan seseorang maka besar
Total keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan
Variabel Kurang Baik Baik p
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
dan keterampilan yang dimilikinya sehingga
Tingkat
dapat menghasilkan kinerja yang tinggi.8
pendidikan
Namun pada penelitian ini diketahui dari 58
Pemula 27 46,6 31 53,4 58 100,0 0,912
responden dengan tingkat pendidikan pemula
Professional 3 60,0 2 40,0 5 100,0
diketahui 31 (53,4%) mempunyai kinerja
yang baik, sedangkan dari 5 responden
Motivasi
dengan tingkat pendidikan profesional
kerja
sebanyak 3 (60,0%) mempunyai kinerja yang
Rendah 23 74,2 8 25,8 31 100,0 00,000
kurang baik.
tinggi 7 21,9 25 78,1 32 100,0
Pendidikan merupakan faktor yang
mempengaruhi kinerja seseorang namun
Supervisi
dalam penelitian ini banyak faktor lain juga
kepala
mempengaruhi kinerja seseorang, diantaranya
ruangan
disebabkan karena jumlah sampel yang tidak
Kurang baik 23 76,7 7 23,3 30 100,0 0,000
merata, selain itu meskipun sebagian besar
baik 7 21,2 26 78,8 33 100,0
responden mempunyai tingkat pendidikan
pemula, namun mempunyai pengalaman kerja
yang sudah lama, dan sering mendapatkan
Berdasarkan Tabel 2, pada hasil analisis pelatihan. Dengan mengikuti pelatihan dapat
bivariat diketahui tidak ada hubungan yang meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
signifikan antara tingkat pendidikan perawat klinik yang juga menentukan kinerja
dengan kinerja perawat (p-value = 0,912), seseorang. Menurut peneliti faktor ini lah
namun ada hubungan yang signifikan antara yang menyebabkan tidak adanya hubungan
motivasi kerja (p-value = 0,000), supervisi pendidikan dengan kinerja perawat.
kepala ruangan (p-value = 0,000) dengan
kinerja perawat Hubungan Motivasi Kerja Dengan Kinerja
Perawat.
PEMBAHASAN Hasil penelitian diketahui ada
Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan hubungan bermakna antara motivasi kerja
Kinerja Perawat. dengan kinerja perawat dengan nilai p-value
Berdasarkan hasil analisis uji secara = 0,000 (p=0,05).
statistic diperoleh p-value = 0,912 lebih besar Motivasi diartikan sebagai kekuatan,
dari taraf signifikansi 0,05. Dapat dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan atau
disimpulkan dari hasil tersebut bahwa tidak mekanisme psikologis yang mendorong
terdapat hubungan yang signifikan antara seseorang atau kelompok untuk mencapai
tingkat pendidikan perawat dengan kinerja prestasi tertentu sesuai dengan apa yang
perawat. dikehendakinya. Kekuatan, dorongan,
kebutuhan, tekanan, dan mekanisme

Hubungan tingkat pendidikan, motivasi kerja, supervisi dengan kinerja perawat 3


psikologis yang dimaksudkan di atas perawat di Ruang Rawat Inap Interna RSUD
merupakan akumulasi faktor-faktor internal Daya Makassar.13 Dengan adanya tanggung
dan eksternal. Faktor internal bersumber dari jawab yang diberikan kepada perawat maka
dalam diri individu itu sendiri, sedangkan akan memotivasi untuk meningkatkan
faktor eksternal bersumber dari luar individu.9 kinerjanya sesuai harapan dan tanggung
Motivasi adalah karakteristik psikologis jawab yang diberikan. Demikian juga dengan
manusia yang memberi konstribusi pada hasil penelitian di Rumah Sakit Bhayangkara
tingkat komitmen seseorang. Hal ini temasuk Medan menunjukkan bahwa ada hubungan
faktor-faktor yang menyebabkan, motivasi dengan kinerja perawat pelaksana.14
menyalurkan dan mempertahankan tingkah Motivasi tenaga kerja akan ditentukan
laku manusia dalam arah tertentu.10 oleh perangsangnya. Perangsang yang
Hasil penelitian dari 31 responden dimaksud merupakan mesin penggerak
dengan motivasi rendah, diketahui 23 (74,2%) motivasi tenaga kerja, sehingga menimbulkan
mempunyai kinerja kurang baik, berdasarkan pengaruh perilaku individu tenaga kerja yang
keterangan dari responden rendahnya bersangkutan. Unsur-unsur penggerak
motivasi kerja disebabkan gaji yang diterima motivasi antara lain kinerja, penghargaan,
tidak sesuai dengan jerih payah yang tantangan, tanggung jawab, pengembangan,
dikeluarkan, Kurangnya penghargaan dari keterlibatan, dan kesempatan. Seseorang yang
atasan, pekerjaan terasa membosankan dan memiliki keinginan untuk menjadikan kinerja
kurangnya fasilitas rekreasi yang tersedia. sebagai suatu kebutuhan dapat mendorongnya
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan untuk mencapai sasaran, adanya rasa takut
sebelumnya yang menunjukkan terdapat dan memiliki akan menimbulkan motivasi
hubungan antara imbalan dengan kinerja untuk turut merasa bertanggung jawab, serta
perawat dalam melaksanakan asuhan pengakuan atas suatu kinerja, akan
keperawatan di ruang rawat inap, dimana memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi
rendahnya imbalan yang diterima menjadikan daripada penghargaan dalam bentuk materi
rendahnya kinerja perawat dalam atau hadiah. Penghargaan atau pengakuan
melaksanakan asuhan keperawatan.11 dalam bentuk piagam atau medali, dapat
Hal ini sejalan dengan teori Maslow, menjadikan perangsang yang lebih kuat
bahwa tindakan atau tingkah laku manusia dibandingkan dengan hadiah berupa barang,
pada suatu saat ditentukan oleh kebutuhan bonus atau uang.15
yang paling mendesak. Jika pada suatu saat Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
kebutuhan primer terpenuhi, maka orang akan sebelumnya dimana kinerja perawat yang
memenuhi kebutuhan pada tingkat yang lebih baik sangat terkait dengan motivasi kerja dari
tinggi. Kebutuhan tersebut meliputi fisiologis perawat itu sendiri. Menurutnya, motivasi
dengan pemberian gaji yang lebih layak, rasa kerja dianggap suatu hal yang menentukan
aman dan nyaman dengan memfasilitasi untuk menghasilkan sesuatu yang dapat
kebutuhan rekreasi, kebutuhan social dengan memunculkan motivasi prestasi kerja yang
menghargai dan mengakui keberadaan tinggi.16 Hasil penelitian di RSUD Serui
perawat pelaksana serta kebutuhan lainnya Papua didapatkan ada hubungan yang negatif
dengan mengakui staff sebagai anggota antara motivasi kerja perawat dengan
kelompok kerja dalam melakukan interksi kecenderungan mengalami burnout pada
kerja yang baik dah hubungan kerja yang perawat. Salah satu hal yang ditengarai dapat
harmonis.12 Faktor finansial (gaji) merupakan mempengaruhi terjadinya kecenderungan
faktor yang dapat meningkatkan kerja staf.10 burnout yang dialami perawat adalah
Dari 32 responden dengan motivasi motivasi kerja.17 Setiap manusia mempunyai
kerja tinggi diperoleh 25 (78,1%) mempunyai alasan tertentu bersedia melakukan jenis
kinerja yang baik. Hal ini disebabkan karena kegiatan atau pekerjaan tertentu, mengapa
perawat selalu bekerja sebaik mungkin sesuai individu yang satu bekerja lebih giat,
dengan tanggungjawab, pekerjaan merupakan sedangkan yang lainnya bekerja dengan biasa
pekerjaan yang banyak diinginkan oleh orang saja, hal ini sangat tergantung pada motivasi
lain, adanya penghargaan yang diberikan oleh yang mendasari individu tersebut. Motivasi
atasan, dan tim kerja yang menyenangkan. Ini sangat penting untuk dipahami karena melalui
sejalan dengan penelitian terdahulu dimana motivasi seseorang terdorong untuk
tanggung jawab berhubungan dengan kinerja melakukan suatu pekerjaan.18

Hubungan tingkat pendidikan, motivasi kerja, supervisi dengan kinerja perawat 4


Apabila supervisi dapat dilakukan
Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan baik akan diperoleh banyak manfaat,
Dengan Kinerja Perawat . diantaranya lebih meningkatkan efektivitas
Berdasarkan hasil penelitian diketahui kerja. Peningkatan efektivitas kerja ini erat
hasil analisis hubungan supervisi kepala hubungannya dengan peningkatan
ruangan dengan kinerja perawat diperoleh pengetahuan dan keterampilan bawahan serta
data 30 responden yang menilai supervisi makin terbinanya hubungan dan suasana kerja
bidang keperawatan kurang baik diketahui yang lebih harmonis antara atasan dan
sebanyak 23 (76,7%) responden mempunyai bawahan.9
kinerja yang kurang baik hal ini disebabkan Supervisi merupakan pengamatan
karena perawat selalu mengeluh tentang langsung dan berkala oleh atasan terhadap
kondisi lingkungan kerja, hasil pendapatan pekerjaan yang dilakukan bawahan untuk
dan beban kerja yang tidak seimbang, perawat kemudian bila ditemukan masalah segera
tidak bersedia dan terbuka menerima kritik diberikan bantuan yang bersifat langsung
dan saran perawat lain, hal ini didukung oleh guna mengatasinya. Supervisi adalah
penelitian merencanakan, mengarahkan, membimbing,
Tujuan supervisi adalah memberikan mengajar, mengobservasi, mendorong,
bantuan kepada bawahan secara langsung memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi
sehingga dengan bantuan tersebut bawahan secara terus menerus pada setiap perawat
akan memiliki bekal yang cukup untuk dapat dengan sabar adil dan bijaksana. Dengan
melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan demikian diharapkan setiap perawat dapat
hasil yang baik. Kegiatan supervisi memberikan asuhan keperawatan dengan
mengusahakan seoptimal mungkin kondisi baik, terampil, aman, cepat dan tepat secara
kerja yang kondusif dan nyaman yang menyeluruh.23
mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja, Untuk itu diharapkan adanya kesadaran
dan jumlah sumber-sumber yang dibutuhkan internal bidang keperawatan, agar dapat
untuk memudahkan pelaksanaan tugas.19 memacu diri untuk meningkatkan peran
Sedangkan dari 33 responden yang supervisi yang lebih baik terutama supervisi
menilai supervisi bidang keperawatan baik kepala ruangan dalam pemberian asuhan
diketahui sebanyak 26 (78,8%) responden keperawatan sesuai dengan standar yang telah
mempunyai kinerja yang baik, hal ini karena ditetapkan dan harus diterapkan oleh seorang
kepala ruangan selalu membantu perawat lain perawat, baik dalam memberikan pembinaan,
menyelesaikan tugas kerjanya, kepala bantuan, keterampilan maupun penguatan
ruangan melatih perawat untuk melaksanakan dalam melaksanakan seluruh rangkaian proses
asuhan keperawatan dengan baik dan benar, asuhan keperawatan yang lebih baik, yang
mencatat asuhan keperawatan sesuai dengan akhirnya dapat meningkatkan prestasi kerja
tindakan yang telah dilakukan dan cekatan dan kinerja perawat.
atau terampil dalam memberikan pertolongan
atau tindakan keperawatan. Hasil uji secara KESIMPULAN
statistic diperoleh p-value = 0,000 (p<0,05) Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang kesimpulan sebagai berikut :
signifikan antara supervisi dengan kinerja 1. Dari 63 orang responden, 58 responden
perawat. (92,1%) mempunyai tingkat pendidikan
Penelitian ini juga sejalan dengan pemula, 32 responden (50,8%)
penelitian sebelumnya, dimana supervisi RS mempunyai motivasi kerja yang tinggi,
berpengaruh positif terhadap kinerja di RS dan 33 responden (52,4%) menilai kepala
Stella Maris. 20 Hasil penelitian pada tahun ruangan melakukan supervisi dengan
2015 juga diketahui terdapat hubungan yang baik, serta 33 responden (52,4%)
bermakna antara supervisi dengan kinerja responden mempunyai kinerja yang baik.
perawat.21 Hal ini sejalan dengan hasil 2. Tidak ada hubungan yang signifikan
penelitian lainnya bahwa peran supervisi antara tingkat pendidikan perawat dengan
kepala ruangan sebagai pengamat atau kinerja perawat, dan ada hubungan yang
pengawas serta penilai, berhubungan dengan signifikan antara motivasi kerja,
kinerja perawat pelaksana dalam pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja
asuhan keperawatan.22 perawat .

Hubungan tingkat pendidikan, motivasi kerja, supervisi dengan kinerja perawat 5


12. Hasibuan S.P. 2008. Organisasi Dan
DAFTAR PUSTAKA Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara
1. Langingi ARC, Grace D. Kandou, 13. Tussaleha, M. dan E. Kadrianti. 2014.
J.M.L Umboh. 2015. Hubungan Faktor Hubungan Penerapan Metode Tim
Internal dan Eksternal dengan Kinerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di
Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Ruang Rawat Inap Interna Di RSUD
Inap C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Daya Kota Makassar. Jurnal STIKES
Manado. Tesis. Manado: Universitas Nani Hasanuddin Makassar.
Sam Ratulangi. ISSN:2302- 1721. Vol.5. No.3.
2. Robbins, P. S. 2008. Perilaku Hal:278-284.
Organisasi. Edisi Bahasa Indonesia, 14. Isra Wahyuni, Diah Arrum. 2012.
edisi lengkap, edisi 10. Jakarta : PT Motivasi Dan Kinerja Perawat
Indek. Pelaksana Di Rumah Sakit
3. Aditama, 2003. Administrasi Rumah Bhayangkara Medan diunduh di
Sakit. Jakarta: Salemba. http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jkh/arti
4. Marquis L Bessie & Huston, J.C. 2010. cle/view/176/130 Vol 1, No 2. 17
Pemimpinan Manajemen Keperawatan. Januari 2016.
Jakarta : EGC. 15. Siswanto Sastrohadiwiryo, DR. 2003.
5. Mulyaningsih. Peningkatan Kinerja Manajemen Tenaga Kerja Indonesia,
Perawat dalam Penerapan MPKP edisi 2. Jakarta : PT. Bumi Aksara
dengan Supervisi oleh Kepala Ruang di 16. Indrawati, D. P dan A. J. M Rattu.
RSJD Surakarta. Gaster. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungn
2013;10(1):57-70 Dengan Kinerja Perawat Di Instalasi
6. Retyaningsih. 2013. Hubungan Rawat Inap Rumah Sakit Datoe
Karakteristik Perawat, Motivasi, dan Binangkang Kota Kotamobagu. Jurnal
Supervisi dengan kualitas dokumentasi JIKMU, Vol.2 No.1: 44-52.
Asuhan Keperawatan. Jurnal 17. Efa Novita Tawale,dkk. 2011.
Manajemen Keperawatan Persatuan Hubungan antara Motivasi Kerja
Perawat Nasional Indonesia. Volume Perawat dengan Kecenderungan
1, Nomor 2 : Yogyakarta mengalami Burnout pada Perawat di
7. Sasono Mardiono. 2015. Faktor- RSUD Serui Papua. INSAN Vol. 13 No.
Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja 02, Agustus 2011
Perawat Dalam Pelayanan 18. Anoraga, P. (2006). Psikologi kerja.
Keperawatan Di Rumah Sakit Jakarta: Rineka Cipta
Muhammadiyah Palembang. Jurnal 19. Usman Husni. 2011. Manajemen teori,
Kesehatan Bina Husada, volume 11 No praktik dan riset pendidikan. Edisi 3.
4, Januari 2016 Cetakan 3. Fatna Yustianti : Jakarta.
8. Siagian. 2009. Manajemen Sumber 20. La Ode Makta. 2013. Pengaruh
Daya Manusia Jakarta: . PT Bumi Motivasi Kerja dengan Kinerja
Aksara Perawat Pelaksana di Unit Rawat Inap
9. Triwibowo Cecep. 2013. Manajemen RS. Stella Maris Makassardiunduh di
Pelayanan Keperawatan di Rumah http://repository.unhas.ac.id/bitstream/h
Sakit. Jakarta: Trans Info Media andle/123456789/5921/jrnal.pdf. 11
10. Nursalam. 2009. Manajeman Januari 2016
Keperawatan Aplikasi dalam Praktik 21. Fergie M. Mandagi, Jootje M. L.
Keperawatan Professional. Jakarta: Umboh, Joy A. M. Rattu. 2015.
Salemba Medika Analisis Faktor – Faktor Yang
11. Lande, R. 2006. Hubungan Berhubungan Dengan Kinerja Perawat
Karakteristik Individu dan Organisasi Dalam Menerapkan Asuhan
dengan Kinerja Asuhan Keperawatan Keperawatan Di Rumah Sakit Umum
Menurut Persepsi Perawat di Rumah Bethesda Gmim Tomohon. Jurnal e-
Sakit Elim Rantepao Kabupaten Tana Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor 3.
Toraja. Tesis. Makassar Pascasarjana 22. Khadijah, S., A. Adhiwijaya dan Y.
Universitas Hasanuddin Haskas. 2014. Hubungan Peran Kepala
Ruangan Sebagai Supervisor Terhadap

Hubungan tingkat pendidikan, motivasi kerja, supervisi dengan kinerja perawat 6


Kinerja Perawat Pelaksana Dalam
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Di
Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep.
Jurnal STIKES Nani Hasanuddin
Makassar. ISSN: 2302-1721. Vol.4,
No.3, Hal:389-396.
23. Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar
Manajemen Keperawatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Hubungan tingkat pendidikan, motivasi kerja, supervisi dengan kinerja perawat 7


Hubungan tingkat pendidikan, motivasi kerja, supervisi dengan kinerja perawat 8

Anda mungkin juga menyukai