Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam dunia penddikan peran pihak-pihak yang ahli
sangatlah menentukan bagaimana dan kemana arah pendidikan akan dibawa. Pendidikan akan
berjalan sesuai rambu-rambunya dan menghasilkan tujuan yang diharapkan apabila diatur serta
dibimbing oleh lingkungan yang baik, begitu pula sebaliknya kesalahan dan kecenderungan
negatif yang ditimbulkan dari asas pendidikan tersebut kelak akan menimbulkan kemunduran
dan kehancuran dibidang pendidikan.
Diantara pihak-pihak yang berperan penting dalam mendidik dan mengarahkan setiap
peserta didik menuju arah yang jelas dan benar adalah keluarga sekolah dan masyarakat. Tiga
unsur ini dikenal dengan nama Tripusat Pendidikan, komponen pendidikan, dan macam-macam
media dan implementasinya dalam PAI. Semua itu mempunyai tugas dan fungsi masing-masing
yang berperan penting dalm pembentukan perilaku dan pribadi peserta didik. Selain memiliki
tugas dan fungsinya masing-masing, unsur-unsur tersebut memiliki hubungan yang sangat erat
dalam menentukan keberhasilan peserta didik.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas tentang Tripusat Pendidikan, komponen
pendidikan, dam maca-macam media agar pembaca mengetahui tujuan keberadaannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Tri Pusat pendidikan?
2. Sebutkan Tri Pusat Pendidikan!
3. Apa-apa saja komponen pendidikan?
4. Sebutkan macam-macam media!
5. Bagaimana implementasinya dalam pembelajaran PAI?
C. Tujuan Masalah
1. Memahami Tri Pusat Pendidikan.

1
2. Mengetahui macam-macam Tri Pusat Pendidikan.
3. Memahami Komponen Pendikan.
4. Mengetahui macam-macam media.
5. Memahami implementasinya dalam pembelajaran PAI.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. TRI PUSAT PENDIDIKAN
Tri pusat pendidikan adalah tiga pusat yang bertanggung jawab atas terselanggaranya
pendidikan terhadap anak yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
1. Keluarga
Keluarga adalah lembaga sosial yang terbentuk setelah adanya suatu perkawinan.
Keluarga mempunyai otonom melaksanakan pendidikan, orang tua mau tidak mau,
berkeahlian atau tidak, berkewajiban secara kodrati untuk menyelenggarakan pendidikan
terhadap anak-anaknya.
Lingkungan keluarga adalah merupakan lingkungan pendidikan yang pertama karena
dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Dan
dikatakan lingkungan yang terutama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di
dalam keluarga. Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah
dalam keluarga.
Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang
sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang-seorang (pendidikan individual)
maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat untuk melangsungkan pendidikan kearah
pembentukan pribadi yang sempurna, tidak saja bagi anak-anak kecil tetapi juga bagi
para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar, dan
sebagai pemberi contoh. Secara khusus terdapat dasar-dasar tanggung jawab orang tua
terhadap anaknya meliputi:
a. Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan
anak.
b. Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua
terhadap anaknya.
c. Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya akan
menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan negara.
d. Memelihara dan membesarkan anaknya.
e. Memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
berguna bagi kehidupan anak kelak.

3
2. Sekolah
Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam
keluarga, yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga Tidak
semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga,terutama dalam
hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan
anak ke sekolah. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia,sekolah telah
mencapai posisi yang sangat sentral dalam pendidikan keluarga. Hal ini karena
pendidikan telah berimbas pola pikir ekonomi yaitu efektivitas dan efesiensi dan hal ini
telah menjadi semacam ideologi dalam proses pendidikan disekolah. Yang dimaksud
dengan pendidikan sekolah disini adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di sekolah
secara teratur, sistematis, bertingkat dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan
ketat.
a. Sifat-sifat lembaga pendidikan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, yang bersifat formal
namun tidak kodrati, tetapi banyak orang tua yang menyerahkan tannggung jawab
pendidikan terhadap sekolah. Dari kenyataan-kenyataan tersebut maka sifat-sifat dari
pendidikan sekolah tersebut adalah:
1) Tumbuh sesudah keluarga
2) Lembaga pendidikan formal, Dinamakan lembaga pendidikan formal, karena
sekolah memilki bentuk yang jelas, dalam arti memiliki program yang telah
direncanakan dengan teratur dan ditetapkan dengan resmi.
3) Lembaga pendidikan yang tidak bersifat kodrati.
4) Lembaga pendidikan didirikan tidak atas hubungan darah antara guru dan murid
seperti halnya dikeluarga, tetapi berdasarkan hubungan yang bersifat kedinasan
b. fungsi dan peranan sekolah
Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah
bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak
didik yang di bawa dari keluarganya. Sementara itu dalam perkembangan kepribadian
anak didik, peranan sekolah dengan melalui kurikulum antara lain:
1) Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dengan anak didik, dan
antara anak didik dengan orang yang bukan guru (karyawan).

4
2) Anak didik belajar mentaati peraturan-peraturan sekolah.
3. Masyarakat
Masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati suatu daerah,
diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan
sadarkan persatuan dan kesatuannya, serta dapat bertindak bersama untuk mencukupi
krisis kehidupannya.
Dalam pembahasan ini masyarakat merupakan lingkungan ketiga dalam pendidikan.
Pendidikan masyarakat tersebut telah mulai sejak anak lepas dari asuhan keluarga dan
berada diluar pendidikan sekolah Untuk agak memperjelas pengertian kita tentang
lingkungan itu, baiklah kita jangan terlalu terikat pada “tempat”. Kita adakan tinjauan
tentang lingkungan bukan atas dasar tempat, melainkan atasa dasar “peranan” orang-
orang yang berada dalam lingkungan-lingkungan itu.
Jika orang tua atau anggota keluarga yang lain, tidak berperan lagi terhadap anak,
artinya tidak mengadakan pengawasan terhadap tingkah laku perbuatan anak, maka dapat
dikatakan bahwa anak tersebut tidak berada dalam lingkungan keluarga. Biarpun ia
mungkin masih berada di halaman rumahnya. Misalnya ia sedang bermain-main dengan
kawan-kawan sebayanya. Sebaliknya, biarpun ia tidak berada di sekitar halaman
rumahnya, akan tetapi orang tua atau anggota keluarga yang lain masih mengadakan
pengawasan terhadap tingkah laku perbuatan anak, maka dapat dikatakan, bahwa anak itu
berada di dalam lingkungan keluarga. Misalnya mereka sedang berjalan-jalan di sebuah
taman, mereka pergi ke tempat-tempat hiburan dan sebagainya.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan anak berada di dalam lingkungan
masyarakat, apabila anak itu tidak berada di bawah pengawasan orang tua atau anggota
keluarga yang lain, dan tidak berada di bawah pengawasan guru atau petugas sekolah
yang lain. Pengawasan tingkah laku perbuatan anak dalam lingkungan masyarakat ialah
oleh petugas-petugas hukum di dalam masyarakat, atau juga orang-orang lain yang
berada dalam masyarakat.
Sebenarnya di dalam masyarakat itu tidak ada pendidikan. Masyarakat tidak
mendidik orang- orang atau anak-anak yang berada di dalamnya. Di dalam masyarakat
yang ada hanyalah “pengaruh” dari masyarakat itu. Pendidikan yang ada di dalam
masyarakat adalah yang terdapat dalam perkumpulan-perkumpulan pemuda. Sehingga Ki

5
Hajar Dewantara secara tegas menyebutkan lingkungan pendidikan yang ketiga ialah
pergerakan pemuda.
Pengaruh-pengaruh dari masyarakat ada yang bersifat positif terhadap anak dan juga
bersifat negatif. Yang dimaksud dengan pengaruh yang bersifat positif ialah segala
sesuatu yang membawa pengaruh baik terhadap pendidikan dan perkembangan anak.
Yaitu pengaruh-pengaruh yang menuju kepada hal-hal yang baik dan berguna bagi anak
itu sendiri maupun bagi kehidupan bersama.
Pengaruh yang positif dari masyarakat banyak kita jumpai dalam perkumpulan-
perkumpulan pemuda, organisasi-organisasi pelajar atau mahasiswa maupun organisasi
yang lain. Baik perkumpulan atau organisasi itu bergerak dalam bidang kesenian,
kebudayaan, olahraga, politik, maupun yang merupakan organisasi biasa yang bersifat
menghimpun dan menyatukan para anggota, seperti halnya organisasi-organisasi pelajar
atau mahasiswa dari sesuatu jenis sekolah atau fakultas. Tetapi perlu ditekankan di sini
bahwa organisasi atau perkumpulan pemuda yang memberikan pengaruh positif ini ialah
organisasi atau perkumpulan pemuda yang di organisasi secara baik dan “legal”.
Sedang yang di maksud dengan pengaruh yang bersifat negatif ialah segala macam
pengaruh yang menuju kepada hal-hal yang tidak baik dan merugikan. Baik, merugikan
bagi pendidikan dan perkembangan anak maupun merugikan kepada kehidupan bersama.
Pengaruh yang bersifat negatif ini tidak terhitung banyaknya di dalam masyarakat.
Dan anehnya , pengaruh yang negatif ini sangat mudah di terima oleh anak, dan sangat
kuat meresap di hati anak. Anak yang tadinya baik di rumah, setelah mendapat pengaruh
dari temannya, akhirnya bisa menjadi anak brandalan. Oleh karena itu menjadi tugas bagi
orang tua untuk selalu mengadakan pengawasan terhadap putra-putrinya. Orang tua harus
tahu dan selalu mengawasi dengan siapa anaknya itu bergaul. Bukan maksudnya di sini
untuk membeda-bedakan kawan, tetapi justru untuk menjaga agar si anak tidak terlanjur
memperoleh pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan Contoh: setiap kali anak minta
izin untuk belajar di rumah kawannya. Berangkat, membawa buku dan pulang jam 10
atau 11 malam di mana orang tua sudah tidur. Demikian berjalan beberapa lama tetapi
apa hasilnya? Anak telah menjadi pecandu ganja.
Memang kita bisa menyalahkan kepada anak. Dan mungkin kita bisa juga
menyalahkan kepada kawan yang mengajaknya. Tetapi di samping itu, orang tua lah yang

6
bersalah paling besar. Mengapa ia tidak selalu mengadakan pengawasan yang teliti
terhadap anaknya. Andaikata orang tua selalu mengadakan pengawasan dengan teliti,
selalu mengawasi dengan siapa saja anak itu bergaul, kiranya tidak akan terjadi hal-hal
yang demikian. Hal hal semacam itu kiranya akan bisa di cegah sebelumnya.1

B. KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN
Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau
terlaksananya proses mendidik minimal terdiri dari 6 komponen, yaitu :
1. Tujuan Pendidikan
2. Peserta Didik
3. Pendidik
4. Metode Pendidikan
5. Isi Pendidikan / Materi Pendidikan
6. Lingkungan Pendidikan
7. Alat dan Fasilitas Pendidikan

Berikut akan diuraikan satu persatu komponen- komponen tersebut.

1. Tujuan Pendidikan
Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada tujuan.
Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan bernilai pendidikan.
Keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu
pendidikan yang normative dan praktis.
a. pengetahuan normative Sebagai ilmu pengetahuan normative, ilmu pendidikan
merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma atau ukuran tingkah laku perbuatan
yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia.
b. Ilmu pengetahuan praktis
Tugas pendidikan atau pendidik maupun guru ialah menanamkan sistem-
sistem norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat
yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat.
Tujuan umum pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup
1
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001) hal. 93-95

7
tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai tingkah laku manusia akan menjiwai
tingkah laku pendidikan dan sekaligus akan menentukan tujuan pendidikan
manusia.

2. Peserta Didik

Peserta didik sangat menunjang dalam proses pendidikan, dengan perkembangan konsep
pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada
pengertian peserta didik. Kalau dulu orang mengansumsikan peserta didik terdiri dari anak-
anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga
didalamnya orang dewasa.

3. Pendidik

Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Terdapat beberapa jenis
pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak terbatas pada
pendidik di sekolah saja. Ditinjau dari lembaga pendidikan muncullah beberapa individu
yang tergolong pada pendidik. Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua
sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun
nonformal sebagai pendidik dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut yang
termasuk kategori pendidik adalah sebagai berikut :

a. Orang Dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian orang
dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh syaifullah yaitu, manusia yang memiliki
pandangan hidup yang pasti dan tetap, manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau
cita-cita hidup tertentu termasuk cita-cita untuk mendidik.
b. Orang Tua
Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan pendidik yang kodrati dalam
lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pendidik utama dan yang pertama
yang berlandaskan pada hubungan cinta kasih bagi keluarga atau anak yang lahir di

8
lingkungan keluarga mereka. Kedudukan orang tua sebagai pendidik sudah
berlangsung lama, bahkan sebelum ada orang yang memikirkantentang pendidikan.
c. Guru/Pendidik di Sekolah
Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara langsung maupun tidak langsung
mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat untuk melaksanakan pendidikan.
Karena itu kedudukan guru sebagai pendidik harus memenuhi persyaratan-
persyaratan baik persyaratan pribadi maupun persyaratan jabatan. Persyaratan pribadi
didasarkan pada ketentuan yang terkait dengan nilai dari tingkah laku yang dianut,
kemampuan intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan jabatan (profesi) terkait
dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang berhubungan dengan pesan yang ingin
disampaikan maupun cara penyampainnya dan memiliki filsafat pendidikan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
d. Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas
pemimpin dalam mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota yang
dipimpin. Pemimpin keagamaan sebagai pendidik tampak pada aktifitas pembinaan
atau pengembangan sifat kerokhanian manusia, yang didasarkan pada nilai-nilai
keagamaan.
4. Metode Pendidikan

Dalam interaksi pendidikan tidak terlepas dari metode atau bagaimana pendidikan
dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam mendidik,yaitu :

a. Metode Diktatoral
Metode ini bersumber dari teori empiris yang menyatakan bahwa perkembangan
manusia semata-mat ditentukan oleh faktor luar manusia. Metode ini menimbulkan
sikap dictator dan otoriter, pendidik yang menentukan segalanya.
b. Metode Liberal
Bersumber dari pendirian Naturalisme yang berpendapat bahwa perkembangan
manusia itu sebagian besar ditentukan oleh kekuatan dari dalam yang secara wajar
ada pada diri manusia. Pandangan ini menimbulkan sikap bahwa pendidik jangan

9
terlalu banyak ikut campur terhadap perkembangan anak. Membiarkan anak
berkembang sesuai dengan kodratnya secara bebas.
c. Metode Demokratis
Bersumber dari teori konvergen yang mengatakan bahwa perkembangan manusia
itu tergantung pada faktor dari dalam dan dari luar. Didalam perkembangan anak kita
tidak boleh bersifat menguasai anak, tetapi harus bersifat membimbing perkembangan
anak. Disini tampak bahwa pendidik dan anak didik sama-sama penting dalam proses
pendidikan untuk mencapai tujuan.

5. Isi Pendidikan/Materi Pendidikan


Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai
tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/materi yang biasanya disebut
kurikulum dalam pendidikan formal.Macam-macam pendidikan tersebut terdiri dari
pendidikan agama, pendidikan social, pendidikan keterampilan, pendidikan jasmani dll.

6. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal ini
didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak
membatasi pendidikan pada sekolah saja. Dalam artian yang sederhana lingkungan
pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekeliling anak didik dan komponen-komponen
pendidikan yang lain.2

C. MACAM-MACAM MEDIA DALAM PEMBELAJARAN PAI

Media pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan wadah dari pesan yang
disampaikan oleh sumber atau penyalurnya yaitu pendidik, kepada sasaran atau penerima
pesan, yakni peserta didik yang belajar pendidikan agama Islam. Tujuan penggunaan media

2
Puranto, M. Ngalim, Ilmu pendidikan teoritis dan praktis. (Bandung: PT. Remaja Kosda Karya, 1995) hal.
67-69

10
pembelajaran pendidikan agama Islam tersebut adalah supaya proses pembelajaran
pendidikan agama Islam dapat berlangsung dengan baik. Dari jenisnya, media pembelajaran
pendidikan agama Islam dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yakni media yang bersifat
materi (benda) dan media yang bersifat non materi (bukan benda).

1. Media yang Bersifat Materi

Media pembelajaran yang bersifat materi ialah media yang berupa benda mati yang dapat
mendukung proses kegiatan belajar-mengajar yangdisebut juga dengan media peraga, seperti
ruang kelas, perlengkapan belajar, dan lain sebagainya. Media ini mempunyai cakupan yang
sangat luas, di antaranya adalah:

a. Media Audio

Media audio ialah media atau bahan yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (pita
suara atau piringan suara) yang dapat merangsang pikiran dan perasaan pendengar sehingga
terjadi proses belajar. Media audio berkaitan dengan indra pendengar, dimana pesan yang
disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang auditif, baik verbal ( kedalam kata-kata
atau bahasa lisan ) maupun non verbal.

Hubungan media audio ini dengan tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam sangat
erat. Dari sisi kognitif media audio ini dapat dipergunakan untuk mengajarkan berbagai
aturan dan prinsip. Dari segi afektif media audio ini dapat menciptakan suasana pembelajaran
dan segi psikomotor, media audio ini untuk mengajarkan media ketrampilan verbal. Sebagai
media yang bersifat auditif, maka media ini berhubungan erat dengan radio, alat perekam pita
magnetik, piringan hitam, atau mungkin laboratorium bahasa.

Beberapa kelebihan yang dapat diambil dengan menggunakan media ini diantaranya:

1) Dengan menggunakan alat perekam, program audio dapat digunakan sesuai dengan
kebutuhan pendengar atau pemakai.
2) Media audio dapat melatih siswa untuk mengembangkan daya imajinasi yang abstrak.

11
3) Media audio dapat merangsnag partisipasi aktif para pendengar. Misalnya sambil
mendengar siaran, siswa dapat melakukan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang
terhadap pencapaian tujuan.
4) Program audio dapat menggugah rasa ingin tahu siswa tentang sesuatu, sehingga dapat
merangsang kreatifitas.
5) Media audio dapat menanamkan nilai-nilai dan sikap positif terhadap para pendengar
yang sulit dicapai dengan media lain.

Disamping beberapa kelebihan, media ini juga memiliki beberapa kelemahan sebagai
berikut:

1) Sifat komunikasi satu arah (one way communication). Dengan demikian, sulit bagi
pendengar untuk mendiskusikan hal-hal yang sulit dipahami.
2) Media audio yang lebih banyak menggunakan suara atau bahasa verbal, hanya mungkin
dapat dipahami oleh pendengar yang mempunyai tingkat penguasaan kata dan bahasa
yang baik.
3) Media audio hanya akan mampu melayani secara baik untuk mereka yang sudah mampu
berpikir abstrak.
4) Penyajian materi melalui media audio dapat menimbulkan verbalisme bagi pendengar.
5) Media audio yang menggunakan program siaran radio, biasanya dilaksanakan serempak
dan terpusat, sehingga sulit untuk melakukan pengontrolan.
b. Media Cetak

Dalam proses pembelajaran, media cetak merupakan media yang paling banyak dan
paling sering digunakan. Media ini berfungsi untuk menyalurkan pesan dari pemberi ke
penerima pesan (dari guru kepada siswa). Secara sederhana, media cetak dapat diartikan
sebagai media yang mengandung pesan yang dituangkan dalam bentuk tulisan, huruf-huruf,
gambar-gambar, dan simbol-simbol yang mengandung arti.

Hubungan media cetak ini untuk tujuan kognitif dapat berfungsi untuk menyampaikan
informasi yang bersifat nyata. Untuk tujuan afektif media cetak ini dapat menunjang suatu
materi dalam hubungannya dengan perubahan sikap dan tingkah laku. Untuk tujuan
psikomotor media cetak ini dapat menunjukkan posisi sesuatu yang sedang terjadi dan

12
mengajarkan berbagai langkah dan prinsip dalam proses pembelajaran.[6] Macam-macam
media cetak diantaranya: gambar/foto, diagram, bagan, poster, grafik, buku.

1) Gambar/foto

Gambar atau foto merupakan salah satu media cetak paling umum digunakan dalam
proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena gambar atau foto memiliki beberapa
kelebihan, yakni sifatnya konkret, lebih realistis dibandingkan dengan media verbal; dapat
memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja; murah harganya dan tidak memerlukan
peralatan khusus dalam menyampaikannya. Namun demikian, di samping kelebihan, gambar
dan foto memiliki kelemahan di antaranya yakni hanya menekankan persepsi indera mata dan
ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

2) Diagram

Diagram adalah gambar yang sederhana yang menggunakan garis-garis dan simbol-
simbol untuk menunjukkan hubungan antara komponen atau menggambarkan suatu proses
tertentu. Dengan menggunakan diagram pesan yang bersifat kompleks akan lebih sederhana,
sehingga pesan dapat lebih mudah ditangkap dan dipahami.

3) Bagan

Bagan atau sering disebut chart adalah media cetak yang didesain untuk menyajikan
ringkasan visual secara jelas dari suatu proses yang penting. Agar pesan yang disampaikan
melalui bagan dapat dimengerti dan mudah dipahami, maka biasanya dalam bagan disertai
dengan media lainnya, seperti gambar, foto, atau lambang-lambang verbal lainnya. suatu
bagan dianggap baik jika berbentuk sederhana, tidak rumit dan berbelit-belit.

4) Poster

Poster adalah media yang digunakan untuk menyampaikan suatu informasi, saran, atau
ide tertentu, sehingga dapat merangsang keinginan yang melihatnya untuk melaksanakan isi
pesan tersebut. Misalnya poster tentang keluarga berencana, poster tentang kebersihan, dan
lain sebaiknya. Suatu poster yang baik harus mudah diingat, mudah dibaca, dan mudah untuk
ditempelkan dimana saja.

13
5) Grafik

Grafik adalah media cetak yang berupa garis atau gambar yang dapat memberikan
informasi mengenai keadaan atau berkembangan sesuatu berdasarkan data secara kuantitatif.
Melalui grafik, siswa dapat menangkap gambaran secara lebih mudah tentang data-data
statistik.[7]

c. Media Elektronik

Media ini diciptakan untuk menyampaikan informasi pendidikan yang dapat


dimanfaatkan secara umum, baik di kalangan pendidikan maupun masyarakat secara luas.
Beberapa media elektronik yang di maksud antara lain:

1) Slide dan film strip


Merupakan gambar yang diproyeksikan dan dapat dilihat, serta dapat dioprasikan
secara mudah. Media ini berfungsi untuk memeudahkan penyajian seperangkat materi
tertentu, membangkitkan minat anak dan menjangkau semua bidang pelajaran , termasuk
pendidikan agama Islam.
2) Film
Media ini mempunyai nilai tertentu, seperti dapat melengkapi berbagai
pengalaman yang dimiliki peserta didik, dapat memancing inspirasi baru, menarik
perhatian, serta dapat memperlihatkan perlakuan objek yang sebenarnya.
3) Televisi
Penggunaan media ini dapat dilakukan dengan alternatif dari melihat siaran
televisi. Dengan menggunakan media ini materi pembelajaran yang diberikan dapat
bersifat langsung dan nyata, jangkauannya luas, dan memungkinkan penyajian aneka
ragam peristiwa.
4) Radio
Radio selain sebagai media audio juga merupakan media elektronik. Melalui
media ini peserta didik dapat mendengarkan siaran dari berbagai penjuru dan berbagai
peristiwa. Media ini dapat memberikan berbagai berita yang sesuai dengan
pembelajaran, menarik minat, jangkauannya luas, dapat mendorong timbulnya
kreatifitas dan mempunyai nilai-nilai yang rekreatif.

14
5) Komputer
Komputer merupakan jenis media elektronik yang mampu menyimpan dan
memanipulasi informasi sesuai dengan kebutuhan. Teknologi komputer dapat pula
dimanfaatkan sebagai sarana dalam melakukan simulasi untuk melatih keterampilan dan
kompetensi tertentu.
Perkembangan teknologi komputer saat ini telah membentik suatu jaringan
(network) yang dapat memberi kemungkinan bagi siswa untuk berinteraksi dengan
sumber belajar secara luas. Jaringan komputer berupa internet dan web telah membuka
akses bagi setiap orang untuk memperoelh informasi dan ilmu pengetahuan yang aktual
dalam berbagai bidang studi. Diskusi dan interaksi keilmuan dapat terselenggara melalui
tersedianya fasilitas internet dan web di sekolah.[9]
2. Media yang Bersifat Non-Materi

Media pendidikan yang bersifat non materi memiliki sifat yang abstrak dan hanya dapat
diwujudkan melalui perbuatan dan tingkah laku seorang pendidik terhadap anak didiknya.
Diantara media yang termasuk dalam kategori ini adalah: keteladanan, perintah, tingkah laku,
ganjaran dan hukuman.

a. Keteladanan

Pada umumnya, manusia memerlukan figure (sosok) identifikasi yang dapat


membimbing manusia ke arah kebenaran. Untuk memenuhi keinginan tersebut, Allah
mengutus Muhammad menjadi tauladan bagi manusia dan wajib diikuti oleh umatnya. Untuk
menjadi sosok yang ditauladani, Allah memerintahkan manusia termasuk pendidik selaku
khalifah fi al-ardh untuk mengerjakan perintah Allah dan Rasul-Nya sebelum
mengajarkannya kepada orang yang akan dipimpin.

b. Perintah dan Larangan

Seorang muslim diberi oleh Allah tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan “Amar
ma’ruf nahi munkar”. Amar ma’ruf nahi munkar merupakan media dalam pendidikan.
Perintah adalah suatu keharusan untuk berbuat atau melaksanakan sesuatu. Suatu perintah
akan mudah ditaati oleh peserta didik jika pendidik sendiri menaati peraturan tersebut, atau

15
apa yang dilakukan si pendidik sudah dimiliki atau menjadi pedoman pula bagi hidup si
pendidik.

Sementara larangan dikeluarkan apabila si peserta didik melakukan sesuatu yang tidak
baik atau membahayakan dirinya. Larangan sebenarnya sama dengan perintah. Kalau
perintah merupakan suatu keharusan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat, maka larangan
adalah keharusan untuk tidak melakukan sesuatu yang merugikan.

c. Ganjaran dan Hukuman

Ganjaran dalam konteks ini adalah memberikan sesuatu yang menyenangkan


(penghargaan) dan dijadikan sebuah hadiah bagi peserta didik yang berprestasi, baik dalam
belajar maupun sikap prilaku.

Selain ganjaran, hukuman juga merupakan media pendidikan. Dalam Islam hukuman
disebut dengan iqab. Sejak dahulu, hukuman dianggap sebagai media yang istimewa
kedudukannya, sehingga hukuman itu diterapkan tidak hanya dibidang pengadilan saja, tetapi
juga diterapkan pada semua bidang, termasuk bidang pendidikan. 3

D. IMPLEMENTASI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN PAI

Sebelum pendidik mengajarkan pokok bahasan pembelajaran terlebih dahulu harus


menyiapkan dan memperhitungkan alat bantu/media apa saja yang dapat dipakai dari
berbagai kegiatan pembelajaran yang mungkin dilakukannya sesuai dengan mata pelajaran
yang akan diajarkan. Dalam menerapkan media pembelajaran pendidikan agama Islam harus
dilakukan cara yang tepat dan praktis yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, sehingga
dalam proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Selain hal tersebut

3
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 199-201

16
pemilihan metode mengajar yang sesuai dengan media pembelajaran juga sangat penting
karena akan berdampak pada tercapainya tujuan pembeajaran.

Media pembelajaran yang diterapkan oleh guru pendidikan agama Islam harus sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Demikian juga halnya dengan penyesuaian antara media
pembelajaran yang dipakai dengan kebutuhan peserta didik yang banyak dan bermacam-
macam, namun secara garis besarnya pemilihan media pembelajaran tersebut harus sesuai
dengan kebutuhan kebanyakan peserta didik.

Berikut adalah penerapan media pembelajaran sesuai mata pelajaran pendidikan agama
Islam:

1. Media pembelajaran al-Qur’an dan Hadits

Pembelajaran al-Qur'an dan Hadis menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik
dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan
kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Media pembelajaran al-Qur’an dan hadis dapat
menggunakan media audio, yaitu misalnya dengan menggunakan media tape recorder,
peserta didik mendengarkan rekaman yang berisi ayat-ayat al-Qur’an atau hadis-hadis Nabi,
sehingga peserta didik dapat mengetahui, menulis, dan melafalkan bacaan-bacaan yang
didengarkannya.

2. Media pembelajaran akhlak

Media pembelajaran akhlak mencakup nilai suatu perbuatan, sifat-sifat terpuji dan tercela
menurut ajaran agama Islam, membicarakan berbagai hal yang langsung ikut mempengaruhi
pembentukan sifat-sifat pada diri seseorang, maka ada beberapa media pembelajaran yang
dapat membantu pencapaian pembelajaran akhlak, antara lain:

a. Melalui bahan bacaan atau bahan cetak.

17
Melalui bahan ini peserta didik akan memperoleh pengalaman dengan membaca. Yang
termasuk media ini buku teks akhlak, buku teks agama pelengkap, bahan bacaan umum
seperti, majalah, koran dan sebagainya.

b. Melalui alat-alat audio visual (AVA).

Melaui media ini peserta didik akan memperoleh pengalaman secara langsung dan
mendekati kenyataan, misalnya dengan alat dua atau tiga dimensi, maupun dengan alat-alat
teknologi modern seperti televisi, internet, dan lain sebagainya.

c. Melalui contoh-contoh kelakuan.

Melalui profil pendidik yang baik, dalam menyampaikan bahan pembelajaran


diharapkan peserta didik bisa meniru tingkah laku pendidik, misalnya mimik, berbagai
gerakan badan dan anggota badan, dramatisasi, suara dan perilaku sehari-hari.

d. Melalui media masyarakat dan alam sekitar.

Untuk memperoleh suatu pemahaman dan pengalaman yang komprehensif, pendidik


dapat membawa anak ke luar kelas untuk memperoleh pengalaman langsung dan masyarakat
maupun alam sekitar.[12]

3. Media pembelajaran Fiqih

Media pembelajaran sebagai alat bantu penghubung (media komunikasi) dalam proses
interaksi belajar mengajar untuk meningkatkan efektifitas hasil belajar harus disesuaikan
dengan orientasi dan tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran fiqih, media yang sering
digunakan adalah media bahan cetakan seperti buku bacaan, koran, majalah, dan sebagainya.
Kemudian media suara yang didengar, sebenarnya masih ada media yang bias memperjelas
pemahaman peserta didik, misalnya untuk memehami jenis dan bentuk transaksi ekonomi
tertentu biasa digunakan media video yang menceritakan berbagai macam transaksi ekonomi.
Bahkan bisa digunakan media yang bersumber dari lingkungan, misalnya bank, pegadaian,
pasar modal dan sebagainya.

4. Media pembelajaran sejarah kebudayaan Islam

18
Hendaknya pendidik menyiapkan bermacam-macam alat peraga dan menggunakannya
demi pemahaman anak didik. Dalam menguraikan peristiwa hijrah Nabi misalnya pendidik
dapat menggunakan slide atau film yang tersedia, memperdengarkan rekaman tentang drama
yang sering diputar dari pemancar radio pada hari-hari besar seperti Maulid, Hijrah Nabi
ataupun Isra’ Mi’raj.4

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tri pusat pendidikan adalah tiga pusat yang bertanggung jawab atas terselanggaranya
pendidikan terhadap anak yaitu:
1. Keluarga
2. Sekolah

4
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kalam Mulia, 2002), hal. 107.

19
3. masyarakat.
Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau
terlaksananya proses mendidik minimal terdiri dari 6 komponen, yaitu :
1. Tujuan Pendidikan
2. Peserta Didik
3. Pendidik
4. Metode Pendidikan
5. Isi Pendidikan / Materi Pendidikan
6. Lingkungan Pendidikan
7. Alat dan Fasilitas Pendidikan

Media pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan wadah dari pesan yang
disampaikan oleh sumber atau penyalurnya yaitu pendidik, kepada sasaran atau penerima
pesan, yakni peserta didik yang belajar pendidikan agama Islam. Tujuan penggunaan media
pembelajaran pendidikan agama Islam tersebut adalah supaya proses pembelajaran
pendidikan agama Islam dapat berlangsung dengan baik. Dari jenisnya, media pembelajaran
pendidikan agama Islam dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yakni media yang bersifat
materi (benda) dan media yang bersifat non materi (bukan benda).

DAFTAR PUSTAKA

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997.

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.

20
Puranto, M. Ngalim, Ilmu pendidikan teoritis dan praktis. Bandung: PT. Remaja Kosda
Karya, 1995.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2002.

21

Anda mungkin juga menyukai