Makalah
Makalah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Di Indonesia, regulator di sektor perbankan adalah Bank sentral, yaitu
Bank Indonesia dan didukung oleh pemerintah dalam mengelola stabilitas
ekonomi dan keuangan bangsa. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor
8/12/PBI/2006 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum
yang menjadi dasar hukum Good Corporate Governance dalam sektor perbankan.
Peraturan Bank Indonesia mewajibkan perbankan untuk melaporkan praktek tata
kelola perusahaan mereka dalam bentuk self-assessment working paper GCG.
Formulir ini terdiri dari skor komposit yang menggabungkan semua penilaian
pada CG di bank. Pelaporan self-assessment dari praktek tata kelola perusahaan
memiliki tujuan meningkatkan transparansi di sektor perbankan. Self-assessment
ini diharapkan dapat memenuhi tujuan dari regulator untuk meningkatkan kinerja
sektor perbankan melalui perbaikan dan pelaksanaan GCG.
2
kinerja keuanganperusahaan, mengurangi resiko yang merugikan akibat tindakan
pengelola yang cenderung menguntungkan diri sendiri dan meningkatkan harga
saham perusahaan dalam jangka panjang seperti riset yang dilakukan McKinsey
(2002) yang dikutip oleh Raharjo dan Amelia (2004) yang menyatakan bahwa
51% investor menuntut adanya transparansi sebagai acuan dalam melakukan
pembelian saham perusahaan oleh investor institusional. Dengan kata lain
corporate governance akan menciptakan kinerja perusahaan yang baik dan
meningkatkan kepercayaan investor terhadap kinerja perusahaan.
Badrinath, Kale, dan Ryan (1996), Falkenstein (1996), dan Huang (2009)
menunjukkan bahwa investor institusional lebih memilih saham-saham yang
memiliki likuiditas pasar yang lebih tinggi dan volatilitas return yang lebih
rendah. Studi lain menunjukkan bahwa investor institusional lebih memilih saham
perusahaan dengan pengungkapan yang lebih baik (Bushee dan Noe, 2000),
saham perusahaan yang lebih besar (Gompers dan Metrick, 2001), saham
perusahaan yang membayar dividen tunai atau pembelian kembali saham
(Grinstein dan Michaely (2005)), dan saham perusahaan dengan kinerja
manajerial yang lebih baik (Parrino, Sias, dan Starks (2003)).
3
Triyono (2014) menganalisis pengaruh kualitas corporate governance,
kepemilikan institusional, terhadap kinerja dan risiko. Hasilnya menunjukan
bahwa kualitas tata kelola perusahaan dan kepemilikan institusional berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan. Chung & Zhang (2011), menguji hubungan antara
tata kelola perusahaan dan kepemilikan institusional. Hasil penelitian mereka
menunjukkan bahwa sebagian kecil saham perusahaan yang dipegang oleh
investor institusional meningkat dengan kualitas struktur tata kelolanya. Dalam
hal yang sama, mereka menunjukkan bahwa proporsi institusi yang memegang
saham suatu perusahaan meningkat dengan kualitas tata kelola perusahaan.
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Self Assessment
Self Assessment merupakan metode penilaian mandiri tentang Good
Corporate Governance. Perusahaan yang baik, tidak hanya mencerminkan
azas-azas good corporate Governance seperti transparansi,
pertanggungjawaban, akuntabilitas, dan keadilan. Namun perlu dilakukan
suatu penilaian atau assessment yang sistematis untuk meyakinkan bahwa
perusahaan telah sungguh-sungguh melaksanakan Corporate Governance.
Maka terdapat beberapa tools (alat) yang dapat digunakan sebagai
penilaian mandiri (self assessment) apakah Corporate Governance pada
suatu perusahaan sudah baik. Salah satu alat untuk melakukan penilaian
mandiri tersebut dikembangkan oleh FCGI (Forum for Corporate
Governance in Indonesia). Alat itu berwujud seperangkat kuisioner yang
dapat diisi sendiri oleh perusahaan dan selanjutnya perusahaan
memberikan penilaian atau skor secara obyektif terhadap jawabannya
tersebut.
Secara singkat, ada lima aspek yang dinilai dalam kerangka penilaian
Good Corporate Governance (GCG) menurut FCGI, yaitu sebagai berikut :
1. Hak pemegang saham (bobot 20%)
Dalam hak-hak pemegang saha,,antara lain kita dapat memberikan
evaluasi, seperti :
a. Apakah perusahaan telah menyelenggarakan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) dalam kurun waktu 6 bulan setelah akhir
tahun buku, sesuai dengan pasal 65 ayat 2 UU Perusahaan
Terbatas.
b. Menyerahkan kepada pemegang saham pemberitahuan mengenai
Ratapat Tahunan Pemegang Saham sekurang-kurangnya 28 hari
sebelum RUPS diselenggarakan.
c. Mendorong para pemegang saham untuk menghadiri RUPS dan
memanfaatkan hak suara mereka.
6
d. Memberikan kesempatan yang cukup kepada para pemegang
saham untuk menyampaikan pertanyaan di RUPS.
7
c. Anggota Dewan Komisaris dan Dewan Direksi tidak terlibat
konflik kepentingan.
d. Ada sistem penilaian kinerja Dewan Direksi maupun Dewan
Komisaris.
4. Pengungkapan (bobot 20%)
Dalam sesi ini kita dapat menilai apakah perusahaan telah :
a. Menyediakan akses yang sama bagi pemegang saham dan analisis
keuangan.
b. Memberikan penjelasan yang tepat tentang risiko usaha.
c. Mengungkapkan remunerasi Dewan Direksi dan Dewan Komisaris
dengan benar.
d. Mengungkap transaksi pihak terkait.
e. Menyajikan hasil kinerja keuangan dan manajemen analisis melalui
internet.
5. Audit (bobot 15%)
Pada bagian ini kita dapat menilai apakah perusahaan telah :
a. Memiliki audit internel yang efektif.
b. Diaudit oleh akuntan publik yang independen.
c. Memiliki komite audit yang efektif.
d. Mengembangkan komunikasi yang efektif antara audit intenal,
audit eksternal dan komite audit.
8
Selanjutnya untuk menentukan skor keseluruhan digunakan metode
rata-rata tertimbang (dengan pembobotan seperti dijelaskan di awal tulisan
ini). Dengan demikian skor keseluruhan untuk perusahaan tersebut adalah:
9
B. Kelebihan dan Kekurangan Assesment
Perlu disadari bahwa metode penilaian mandiri (self assessment)
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari metode ini yaitu
sangat sederhana, suatu perusahaan dapat dengan mudah menilai sendiri
bagaimana nilai pelaksanaan Corporate Governance-nya dengan memberi
angka kepada setiap bidang kuisioner dan menjumlahkannya. Sedangkan
kekurangannya adalah dimana assessment yang dilakukan tidak
independen karena dilakukan sendiri dan dapat menimbulkan pertanyaan
apakah assessment telah dilakukan secara obyektif. Akibatnya mungkin
timbul keraguan bagi pihak di luar perusahaan (bahkan mungkin di dalam
perusahaan sendiri) apakah penilaian mandiri tersebut telah dilaksanakan
secara obyektif dan apakah hasil penilaian mandiri tersebut telah benar-
benar mencerminkan kondisi Corporate Governance yang sesungguhnya
terdapat di perusahaan. Namun demikian bukan berarti metode penilaian
mandiri ini tidak ada manfaatnya. Metode penilaian mandiri tetap besar
potensi manfaatnya sepanjang assessment tersebut dikerjakan secara jujur
dan obyektif.
C. Kegunaan Assessment
Adapun kegunaan dari Self Assessment yaitu sebagai berikut :
1. Untuk membantu perusahaan memahami kondisi Corporate
Governance-nya.
2. Mengidentifikasi bidang-bidang Corporate Governance yang masih
lemah.
3. Memperbaiki bidang yang masih lemah tersebut.
10
publik, maupun pihak-pihak lainnya yang mempunyai kompetensi di
bidang Corporate Governance dan dapat melakukan assessment secara
obyektif. Walaupun pada prakteknya ide sertifikasi Corporate Governance
ini tidaklah mudah untuk disamakan secara persis dengan sertifikasi mutu
pada ISO 9000. Sebagai contoh sertifikasi ISO menjamin bahwa produk-
produk yang dihasilkan sesuai standar mutu dan konsistensi yang
dirumuskan dengan baik, sedangkan sertifikasi Corporate Governance
berkaitan dengan sistem dan proses yang nyata di dalam sebuah
perusaahaan. Sertifikasi Corporate Governance berbeda dengan standar-
standar ISO yang diakui dan terdaftar pada ISO. Namun yang tak kalah
penting adalah juga karena Corporate Governance, sebagaimana
disebutkan di muka, sangat kaya dimensi sehingga termasuk di dalam
Corporate Governance ini adalah juga persoalan moral conduct.
D. Tujuan Kuisioner
Kuisioner dibuat oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia
(FCGI) sebagai alat penilaian mandiri (self-assessment) yang disediakan
untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia guna mengetahui dan menilai
kualitas tata kelola (governance) masing-masing perusahaan. Maksud
dibuatnya kuisioner ini adalah untuk dipergunakan oleh setiap perusahaan
tanpa melihat apakah itu badan usaha milik negara, perusahaan yang listed
maupun yang belum listed dipasar modal serta tanpa melihat bidang-
bidang industri yang dikelola oleh perusahaan yang bersangkutan.
Kuisioner dapat diisi secara manual yaitu dengan mengisi kuisioner
terlampir, ataupun secara online yaitu melalui situs FCGI pada
www.fcgi.or.id.
E. Beberapa Pembatasan
Hasil pengisian kuisioner hendaknya dapat ditanggapi secara hati-hati.
Ada beberapa alasan yang mendasari hal ini, yaitu sebagai berikut :
1. Good corporate Governance bukan hanya pertanyaan apakah
perusahaan telah memiliki proses yang tepat, akan tetapi lebih dari
sekedar itu yaitu apakah proses-proses yang dipersyaratkan tersebut
dijalankan secara efektif dalam rangka menciptakan Good Corporate
11
Governance. Oleh karena itu suatu penilaian diperlukan untuk
menafsirkan angka yang diperoleh dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan kuisioner ini, yang sebagian besar jawabannya adalah “ya”
atau “tidak”.
2. Karena kuisioner ditujukan untuk setiap perusahaan dalam pengertian
yang luas, maka jangkauan pertanyaan-pertanyaannya pun bersifat luas
pula. Sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak terlampau
mendetil ditujukan pada permasalahan-permasalahan Corporate
Governance yang dihadapi perusahaan-perusahaan yang bergerak
dalam industri tertentu. Akhirnya, sebagaimana umumnya penilaian
mandiri, penilaian dalam mengevaluasi kuisioner yang telah diisi
sangat tergantung pada pengetahuan, pengalaman dan obyektivitas
para pihak yang bertanggungjawab untuk mengisi kuisioner.
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
ada lima aspek yang dinilai dalam kerangka penilaian Good Corporate
Governance (GCG) menurut FCGI
13
DAFTAR PUSTAKA
14