Disusun oleh:
NURROHKIM
17310109
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
NURROHKIM
17310109
( ) ( )
Mahasiswa
( ) ( )
( )
(Retno Sumiyarini, S.Kep., Ns.) (Nanik Budiastuti, S. Kep., Ns.)
2
TINJAUN TEORI CONGESTIF HEARTH FAILURE
1. Pengertian
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi di mana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan
sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan
peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak
untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku
dan menebal (Mansjoer, 2010).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan
akan oksigen dan nutrisi (Brunner & Suddarth, 2010).
CHF adalah sindroma kompleks yang secara klinik diakibatkan dari
ketidakmampuan dari jantung untuk memenuhi metabolisme tubuh
(Sjaifoellah, 2009).
2. Faktor Predisposisi
Gangguan aliran darah melalui jantung seperti stenosis katup
semiluner, ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah seperti tamponade
pericardium, perikarditis konstruktif atau stenosis katup AV, atau
pengosongan jantung abnormal seperti insufisiensi katup AV. Peningkatan
mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah sistemik seperti
hipertensi maligna.
Faktor sistemik, meningkatnya laju metabolisme (mis. Demam,
tirotoksikosis), hipoksia dan anemia. Asidosis (respiratorik atau metabolik)
dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
Tiga mekanisme kompensasi berusaha untuk mempertahankan fungsi
pompa jantung normal yaitu peningkatan respon sistem saraf simpatis, respon
Frank Starling, dan respon hipertrofi otot jantung.
a. Stimulasi simpatis
Pada CHF, stimulus sistem saraf simpatis adalah paling berperan
sebagai mekanisme kompensasi segera. Stimulasi dari reseptor adrenergik
menyebabkan peningkatan denyut jantung, kemampuan kontraksi jantung
dan vasokontriksi pada vena dan arteri. Sebagai akibat vasokontriksi vena,
maka akan meningkatkan aliran balik vena ke jantung sehingga akan
meningkatkan preload. Aliran darah balik dari jaringan perifer ke organ-
organ besar dan afterload menunjukkan peningkatan vasokontriksi
arteriole. Keadaan vasokontriksi pada arteri renal akan membuat aliran
darah di ginjal berkurang dan ginjal memberi reaksi berupa retensi garam
dan air.
b. Respon Frank Starling
Respon frank straling meningkatkan preload, dimana membantu
mepertahankan curah jantung. Pada reaksi ini, serabut-serabut otot jantung
berkontraksi secara lebih kuat dan lebih banyak diregang sebelum
berkontraksi. Dengan terjadinya peningkatan aliran balik vena ke jantung,
maka serabut-serabut otot diregang sehingga memberikan kontraksi yang
lebih kuat kemudian akan meningkatkan volume sekuncup, yang berakibat
pada peningkatan curah jantung.
c. Hipertrofi miokard
Hipertrofi miokard dengan atau tanpa dilatasi ruang, tampak
sebagai suatu penebalan dari dinding jantung menambah massa otot,
mengakibatkan kontraktilitas lebih efektif dan lebih lanjut meningkatkan
curah jantung.
3. Faktor Presipitasi
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi
arterial dan otot degeneratif atau inflamasi.
b. Aterosklerosis coroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke
otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung.
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
meningkatkan beban kerja jantung dan mengakibatkan hipertrofi serabut
otot jantung.
d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Berhubungan dengan gagal jantung karena secara langsung merusak
serabut otot jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
b. Forward failure
Forward failure adalah akibat ketidakmampuan jantung mempertahankan
curah jantung, yang kemudian menurunkan perfusi jaringan.
Efek forward failure
Kegagalan ventrikel kiri Kegagalan ventrikel kanan
1. Penurunan curah jantung 1. Peningkatan volume darah
2. Penurunan perfusi jaringan 2. Penurunan volume darah ke
3. Peningkatan sekresi hormom paru-paru
renin, adolsteron dan ADH
4. Peningkatan retensi garam dan
air
5. Peningkatan volume cairan
ekstraseluler
5. Patofisiologi
Penyebab gagal jantung meliputi apapun yang menyebabkan
peningkatan volume plasma sampai derajat tertentu sehingga volume diastolik
akhir meregangkan serat-serat ventrikel melebihi panjang optimumnya.
Seiring dengan peningkatan progresif volume diastolik akhir, sel-sel otot
ventrikel mengalami peregangan melebihi panjang optimumnya sehingga
serat-serat otot tertinggal dalam kurva panjang-tegangan. Tegangan yang
dihasilkan menjadi berkurang karena ventrikel teregang oleh darah.
Gagal jantung adalah suatu lingkaran yang tidak berkesudahan.
Semakin terisi berlebihan ventrikel, semakin sedikit darah yang dapat
dipompa keluar sehingga akumulasi darah dan peregangan serat otot
bertambah. Akibatnya, volume sekuncup, curah jantung dan tekanan darah
turun. Respon-respon reflek tubuh yang mulai bekerja sebagai jawaban
terhadap penurunan tekanan darah akan secara bermakna memperburuk
situasi.
Penurunan tekanan darah dirasakan oleh baroreseptor. Sebagian besar
respon reflek yang dicetuskan oleh pengaktifan baroreseptor secara bermakna
memperparah perkembangan gagal jantung. Hal ini terjadi karena respon-
respon reflek tersebut menyebabkan peningkatan pengisian ventrikel (preload)
atau semakin menurunkan volume sekuncup dengan meningkatkan afterload
yang harus dilawan oleh kerja ventrikel. Peningkatan preload dan afterload
menyebabkan peningkatan beban kerja dan kebutuhan oksigen jantung.
Apabila kebutuhan oksigen yang meningkat tersebut tidak dapat terpenuhi,
maka serat-serat otot akan menjadi semakin hipoksik sehingga kontraktilitas
berkurang.
Akibat buruknya kontraktilitas, mulai terjadi akumulasi volume di
vantrikel. Siklus perburukan gagal jantung berulang. Karena reflek-reflek
tersebut terus menyebabkan peningkatan pengisian dan peregangan jantung
dan/atau afterload, maka tekanan darah terus berada di bawah normal,
sehingga reflek-reflek tersebut terus dipertahankan dan ditingkatkan. Gagal
jantung akan berlanjut kecuali apabila siklus pengisian berlebihan, penurunan
volume sekuncup dan penurunan tekanan darah dapat diatasi.
Gagal jantung dapat dimulai di sisi kiri atau kanan jantung. Sebagai
contoh, hipertensi sistemik yang kronik akan menyebabkan ventrikel kiri
mengalami hipertrofi dan melemah. Hipertensi paru yang berlangsung lama
akan menyebabkan ventrikel kanan mengalami hipertrofi dan melemah. Letak
suatu infark miokardium akan menentukan sisi jantung yang pertama kali
terkena setelah terkena serangan jantung.
Karena ventrikel kiri yang melemah menyebabkan darah kembali ke
atrium, lalu ke sirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium kanan, maka jelaslah
bahwa gagal jantung kiri akhirnya akan menyababkan gagal jantung kanan.
Pada kenyataannya penyebab gagal jantung kanan adalah gagal jantung kiri.
Karena tidak dipompa secara optimum keluar dari sisi kanan jantung, maka
darah ,mulai terkumpul di sistem vena perifer. Hasil akhirnya adalah semakin
berkurangnya volume darah dalam sirkulasi dan menurunnya tekanan darah
serta perburukan siklus jantung.
6. Pathway
Hambatan
Pengosongan
Ventrikel
Gagal pompa
Ventrikel kiri
Intoleransi aktifitas Bersihan jalan nafas tidak efektif Kerusakan pertukaran gas
7. Tanda dan Gejala
Menurut Brunner & Suddarth (2010), tanda dan gejala dari kegagalan
jantung secara umum meliputi: kelemahan, takipnea, dispnea, nokturia,
takikardi, intoleransi aktivitas, anemia, crackles, mual dan muntah, irama
gallop (S3-S4),sianosis perifer, ansietas, ronchi, cheynestokes. Tanda dan
gejala gagal jantung kiri : sesak nafas, gelisah, dispnea pada saat aktivitas
atau saat istirahat, orthopnea, takipnea, batuk kering tidak prosuktif,
haemoptisis, peningkatan tekanan darah, takikardi, gallop ventrikel kiri (S3),
hipokalemia, crackles, ronki, sianosis. Tanda dan gejala gagal jantung
kanan : asites, nyeri tekan abdomen kuadran kanan atas, peningkatan tekanan
vena, distensi vena leher, edema, hepatomegali, splenomegali, diaforesis,
peningkatan berat badan, gallop ventrikel kanan (S4), penurunan haluaran
urin, anoreksia.
8. Akibat yang Ditimbulkan
Menurut Esty (2012), akibat yang ditimbulkan :
a. Peningkatan volume intravaskular.
b. Kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat
turunnya curah jantung.
c. Edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis yang
menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli;
dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek.
d. Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat peningkatan
tekanan vena sistemik.
e. Pusing, kekacauan mental (confusion), keletihan, intoleransi jantung
terhadap latihan dan suhu panas, ekstremitas dingin, dan oliguria akibat
perfusi darah dari jantung ke jaringan dan organ yang rendah.
f. Sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan volume
intravaskuler akibat tekanan perfusi ginjal yang menurun (pelepasan renin
ginjal).
9. Studi Diagnostik CHF
a. Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau
polisitemia vera
b. Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain
c. Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam
basa baik metabolik maupun respiratorik.
d. Fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang
merupakan resiko CAD dan penurunan perfusi jaringan
e. Serum katekolamin: Pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit
adrenal
f. Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi akut.
g. Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap
fungsi hepar atau ginjal
h. Tiroid: menilai peningkatan aktivitas tiroid
i. Echocardiogram: menilai senosis/ inkompetensi, pembesaran ruang
jantung, hipertropi ventrikel
j. Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang
penurunan kemampuan kontraksi.
k. Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
l. Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksi ventrikel.
m. EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia
Pemeriksaan Fisik
1. Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan,
toleransi aktivitas, nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus
kordis, tekanan darah, mean arterial presure, bunyi jantung,
denyut jantung, pulsus alternans, Gallop’s, murmur.
2. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi,
rales, wheezing)
3. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular
refluks
4. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/
takut yang kronis
5. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
6. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
7. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin,
diaforesis, warna kulit pucat, dan pitting edema.
7 Resiko tinggi injury b/d immobilisasi, Setelah dilakukan tindakan Environment Management (Manajemen
penekanan sensorik patologi keperawatan selama 3x8 jam , resiko lingkungan)
intrakranial dan ketidaksadaran tinggi injuri klien teratasi dengan Sediakan lingkungan yang aman untuk
kriteria hasil : pasien
Definsi : Domain: Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
Dalam risiko cedera sebagai hasil dari Clas: sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
interaksi kondisi lingkungan dengan Dengan indikator Environment kognitif pasien dan riwayat penyakit
respon adaptif indifidu dan sumber Management (Manajemen terdahulu pasien
pertahanan. lingkungan): Menghindarkan lingkungan yang
Klien terbebas dari cedera berbahaya (misalnya memindahkan
Faktor resiko : Klien mampu menjelaskan perabotan)
Eksternal cara/metode untukmencegah Memasang side rail tempat tidur
- Mode transpor atau cara injury/cedera Menyediakan tempat tidur yang nyaman
perpindahan Klien mampu menjelaskan dan bersih
- Manusia atau penyedia factor resiko dari Menempatkan saklar lampu ditempat
pelayanan kesehatan (contoh : lingkungan/perilaku personal yang mudah dijangkau pasien.
agen nosokomial) Mampumemodifikasi gaya Membatasi pengunjung
- Pola kepegawaian : kognitif, hidup untukmencegah injury Memberikan penerangan yang cukup
afektif, dan faktor psikomotor Menggunakan fasilitas Menganjurkan keluarga untuk menemani
- Fisik (contoh : rancangan kesehatan yang ada pasien.
struktur dan arahan Mampu mengenali perubahan status Mengontrol lingkungan dari kebisingan
masyarakat, bangunan dan atau kesehatan Memindahkan barang-barang yang dapat
perlengkapan) membahayakan
- Nutrisi (contoh : vitamin dan Berikan penjelasan pada pasien dan
tipe makanan) keluarga atau pengunjung adanya
- Biologikal ( contoh : tingkat perubahan status kesehatan dan penyebab
imunisasi dalam masyarakat, penyakit.
mikroorganisme)
- Kimia (polutan, racun, obat,
agen farmasi, alkohol, kafein
nikotin, bahan pengawet,
kosmetik, celupan (zat warna
kain))
Internal
- Psikolgik (orientasi afektif)
- Mal nutrisi
- Bentuk darah abnormal, contoh
: leukositosis/leukopenia,
perubahan faktor pembekuan,
trombositopeni, sickle cell,
thalassemia, penurunan Hb,
Imun-autoimum tidak
berfungsi.
- Biokimia, fungsi regulasi
(contoh : tidak berfungsinya
sensoris)
- Disfugsi gabungan
- Disfungsi efektor
- Hipoksia jaringan
- Perkembangan usia (fisiologik,
psikososial)
- Fisik (contoh : kerusakan
kulit/tidak utuh, berhubungan
dengan mobilitas)
DAFTAR PUSTAKA
Sjaifoellah, N. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, Edisi 8, Jakarta
FKUI.
Mansjoer, Arif. (2010). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I dan II. EGC : Jakarta.