LBM 5 SKN
LBM 5 SKN
1. Tujuan Hiperkes
a. Agar masyarakat pekerja (karyawan perusahaan, pegawai negeri, petani, nelayan, pekerja-pekerja
bebas, dsbg) dapat mencapai derajat keseahtan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan
sosialnya
b. Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya-bahaya pengotoran oleh bahan-bahan
yang berasal dari perusahaan
c. Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan kesehatan masyarakat konsumennya
d. Agar efisiensi kerja dan daya produktifitas para karyawan meningkat dan dengan demikian akan
meningkatkan pula produksi perusahaan.
(Ilmu Kesehatan Masyarakat, Indan Entjang, 2000)
tujuan utama hiperkes
Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif
(Suma’mur, 1986. Higiene perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gnung Agung, Jakarta )
2. Manfaat Hiperkes
a. Hygiene perusahaan :
Melindungi pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan atau industri dari bahaya-bahaya
yang mungkin timbul.
Sasaran suatu kegiatan Higiene Perusahaan adalah lingkungan dengan jalan pengukuran-
pengukuran agar tahu bahaya-bahaya yang ada atau mungkin timbul kualitatif dan kuantitatif, dan
dengan pengetahuan tentang bahaya tersebut diadakan usaha-usaha perbaikan serta pencegahan.
Sumber : Dr. suma’mur P.K., M.Sc. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung.
Jakarta. 1986.
i. Pengamatan dengan pengumpulan data.
ii. Merencanakan dan melaksanakan pengawasan terhadap segala kemungkinan gangguan
kesehatan tenaga kerja dan masyarakat disekitar perusahaan.
Sumber : dr. Dainur. Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Widya Medika. Jakarta.
1992.
b. Kesehatan kerja :
i. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja.
ii. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
iii. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.
iv. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan
kerja.
v. Perlindungan masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya-
bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.
vi. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
produk-produk perusahaan.
Sumber : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip
Dasar. Rineka Cipta. Jakarta. 2003.
3. Hakekat Hiperkes
Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik buruh,
petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja bebas, dengan demikian dimaksudkan untuk
kesejahteraan tenaga kerja.
Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada meningginya efisiensi dan
daya produktifitas faktor manusia dalam produksi.
Dr. Suma’mur P.K., M.Sc, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : Gunung Agung
4. Usaha-Usaha Hiperkes
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja.
c. Pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktivitas tenaga kerja.
d. Pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja.
e. Pemeliharaan-pemeliharaan dan peningkatan higiene dan sanitasi perusahaan pada umumnya.
f. Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari pengotoran oleh
bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan.
g. Perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
hasil-hasil produksi perusahaan.
(Ilmu Kesehatan Masyarakat, dr. Indan Entjang)
Ada 5 golongan :
- Golongan fisik
1. suara yang keras dapat menyebabkan tuli
2. suu tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps, atau hyperpyrexia
3. suhu rendah mnyebabkan chilblains,trench foot, atau frotstbite
4. penerangan yang kurang atau terlalu terang menyebabkan kelainan penglihatan dan
memudahkan terjadinya kecelakaan
5. penurunan tekanan udara (dekompressi ) yang mendadak dapat menyebabkan caisson
disease
6. radiasi dari sinar rontgenatau sinar radio aktif menyebabkan penyakit-penyakit darah,
kemandulan, kanker kulit dan sebagainya
7. sinar infra merah dapat menyebabkan catharact lensa mata
8. sinar ultraviolet dapat menyebabkan konjungtivitis photo electrica
- Golongan kimia
1. gas yang menyebabkan keracunan misalnya :CO,HCN.H2S,SO2
2. uap dari logam yang dapat menebabkan ‘metal fume fever” ataupun keracunan logam
misalnya karena Hg,Pb
3. larutan ataupun cairan mislnya H2SO4,HCL dapat menyebabkankeracunan atau
dermatosis(penyakit kulit)
4. debu-debu misalnya debu silica , kapas, asbest ataupn debu logam berat bila terhirup
kedalam paru-paru menyebabkan pneumoconiosis
5. awan atau kabut dari insectisida ataupun fungicida pada penyemprotan serangga dan
hama tanaman dapat menyebabkan keracunan
- Penyakit infeksi
Misalnya penyakit anthrax yang disebabkan bakteri bacillus anthracis pada penyamak kulit
atau pengumpul wool.penyakit-penyakit infeksi pada karyawan yang bekerja dalam bidang
mikrobiologi ataupun dalam perawatan penderita penyakit menular
- Fisiologi
Penyakit yang disebabkan karena sikap badan yang kurang baik : karena konstruksi mesin
yang tidak cocok, ataupun karena tempat duduk yang tidak sesuai
- Mental psikologi
Penyakit yang timbul karena hubungan yang kurang baik antara sesame karyawan, antara
karyawan dengan pemipin, karena pekerjaan yang tidak sesuai dengan psikis karyawan,
karena pekerjaan yang membosankan ataupun karena upah yang terlalu sedikit sehingga
tenaga pikiranya tidak dicurahkan kepada pekerjaanya melainkan kepada usaha-usaha pribadi
untuk menambah penghasilan
(ILMU KESEHATAN MASYARAKAT, Indan Entjang)
1. Dermatosis
Gejala dan Tanda
Gejala-gejalanya antara lain batuk-batuk kering, sesak nafas, kelelahan umum, berat badan menurun,
banyak dahak, dan lain-lain. Gambaran rontgen paru-paru menunjukkan kelainan-kelainan dalam
paru-paru baik noduler, ataupun lain-lainnya.
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung, Jakarta
diagnosis
Cara menegakkan diagnosa untuk penyakit akibat kerja harus pula dipergunakan di sini. Harus ada
riwayat pekerjaan yang menghadapi debu berbahaya dan menyebabkan pneumoconiasis, misalnya
pernah atau sedang bekerja di pertambangan, di pabrik keramik, dan lain-lain. Gejala kilnis berbeda-
beda tergañtung dari derajat banyaknya debu yang ditimbun dalam paru-paru. Gejala-gejalanya antara
lain batuk-batuk kering, sesak nafas, kelelahan umum, berat badan menurun, banyak dahak, dan lain-
lain. Gambaran Rongten paru-paru menunjukkan kelainan-kelainan dalam paru-paru baik noduler,
ataupun lain-lainnya. Pemeriksaan tempat kerja harus menunjukkan adanya debu yang diduga
menjadi sebab penyakit pneumokoniasis. Bila pemeriksaan akan diteruskan dengan biopsi paru-paru,
maka paru-paru harus rmenunjukkan kadar zat penyebab yang lebih tinggi daripada kadar yang biasa.
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung, Jakarta
terapi
Secara umum dapatlah dikatakan bahwa terapi khusus yang kausal pada pneunokoniasis ini tidak ada.
Terapi berupa obat-obatan biasanya hanya untuk maksud simptomatis. Satu-satunya tindakan ialah
memindahkan penderita ke pekerjaan yang kurang atau tidak mengandung debu-debu berbahaya.
Umumnya untuk maksud memindahkan pekerja ini, beberapa faktor harus mendapat perhatian. yaitu
umur penderita, jenis kelamin, dan beratnya penyakit
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung
Jakarta
pencegahan
Satu-satunya tindakan ialah memindahkan penderita ke pekerjaan yang kurang atau tidak
mengandung debu-debu berbahaya
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung
Jakarta