Anda di halaman 1dari 8

1.

Risiko dan Keuntungan Mempertahankan Kas

Mempertahankan jumlah kas yang besar bagi suatu perusahaan bisa mendatangkan
keuntungan, terutama berkaitan dengan tingkat likuiduiditas perusahaan. Pada sisi lain
jumlah kas yang dimiliki terlalu kecil akan mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan
dalam kegiatan sehar-hari sepertinya terganggunya pembayaran hutang jangka pendek,
pembayaran gaji karyawan dan lain sebaagainya yang berhubungan dengan pembayaran
jangka pendek. Oleh kaarena itu, untuk menjaamin agar tidak mengalami kesulitan, maka
diperlukan jumlah kas yang cukup, perusahaan harus mempertahankan portofolio surat
berharga untuk menjaga likuiditas perusahaan.

Keuntungan yang di harapkan perusahaan memiliki jumlah kas yang cukup adalah:

a. Perusahaan dapat memperolehpotongan pembelian yang diberikan oleh supplier


bahan mentah sehingga menurunkan harga belinya.
b. Perusahaan seringkali memperoleh kesempatan pembelian lebih baik dengan
memiliki kas yang cukup. Seperti dalam kaitannya dengan promosi dari supplier.
c. Perusahaan akan dapat mendapatkan kepercayaandari bank, atau pihak lain
sebagai penyedia dana karena dapat membayar kewajiban tepat pada waktunya.
d. Perusahaan akan memperoleh rangking yang lebih baik dengan mempertahankan
aktiva lancer yang cukup.

2. Anggaran Kas (Budget Cash)

Salah satu untuk menjaga agar perusahaan tidak kekurangan kas adalah dengan
membuat perencanaan tentang penerimaan dan pengeluaran akan kas. Pembuatan
perencanaan tentang penerimaan dan pengeluaran akan kas. Pembuatan perencanaan akan
kas ini sering disebut anggaran kas. Anggaran kas adalah salah satu aspek penting bagi
manajer keuangan sebagai alat utama peramalan keuangan jangka pendek. Anggaran kas
dapat disusun pe rbulan, per minggu ataupun per hari. Pada umumnya anggaran kas disusun
berdasarkan waktu perbulan baik untuk setiap 6 bulan ataupun 12 bulan.

Anggaran kas dapat menunjukan kapan perusahaan menghadapi kekurangan arus kas
sehingga dapat diantisipasi sebelumnya dengan mencari pinjaman, dan sebaliknya kapan arus
kas cukup untuk melunasi hutang-hutang perusahaan.
Dalam penyusunan anggaran kas terdapat tiga tahap yaitu:

1. Penyusunan anggran kas bersifat operasional. Dalam penyusunan anggaran kas ini
akan dibuat estimasi tentang penerimaan kas dan pengeluaran kas yang diakibatkan
dari operasi perusahaan.
2. Penyusunan anggran finansiil yaitu anggran kas untuk menanganggulangi keadaan
deficit serta pembayaran utang apabila terjadi surplus.
3. Penyusunan anggaran kas keseluruhan yaitu merupakan penggabungan antara
anggaran kas operasional dengan anggaran kas finansial.

Pada umumnya perusahaan menggunakan proyeksi anggaran kas bulanan untuk tahun
yang akan dating. Namun ada juga yang melengkapi dengan anggran kas mingguan dan
bahkan harian untuk bulan yang akan dating. Untuk masing-masing penyusunan anggaran
kas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Contoh:
Suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang percetakan akan membuat
anggaran kas dari bulan Juli sampai dengan bulan Desember . penjualan perusahaan dari
bulan Januari sampai Juni adalah Rp 50 juta. Pada bulan Juli sampai dengan Desember
masing-masing adalah: Rp 100 juta, Rp 150 juta, Rp 200 juta, Rp 100 juta, Rp 100 juta,
Rp 50 juta. Semua penjualan dilakukan secara kredit. Syarat kredit 2/10 net 60 sehingga
kemungkinan pembeli menerima potongan. Dengan syarat semacam ini pengalaman
menunjukan bahwa 20 persen penjualan dibayar dngan periode potongan, 70 persen
penjualan dibayar pada bulan berikutnya dan selebihnya dibayar dengan batas kredit.
Dalam proses produksi diperkirakan biaya bahan baku dan materi lainnya adalah
70 persen dari penjualan. Perusahaan membeli bahan baku biasanya satu bulan dimuka
dan dibayar satu bulan kemudian. Jadi misalkan penjualan pada bulan juli adalah Rp 100
juta maka perusahaan membeli bahan baku Rp 70 juta pada bulan Juni secara kredit dan
dibayar pada bukan Juli. Pengeluaran lain meliputi pembayaran upah/Gaji bulan Juli Rp
7.500.000 Agustus Rp 10.000.000 bulan September Rp 12.500.000, Oktober, November
masing-masing Rp 7.500.000 dan bulan Desember rp 5.000.000 sedangkan untuk sewa
Juli sampai dengan Desember masing-masing Rp 2.500.000. disamping itu terdapat
pengeluaran lainnya Juli Rp 1.000.000, Agustus RP 1.500.000, September Rp 2.000.000,
Oktober, November masing-masing Rp 1.000.000 dan Desember Rp 500.000.
Pembayaran pajak dilakukan bulan September dan Desember sebesar Rp 20 Juta.
Perusahaan mengadakan investasi baru pada bulan Oktober sebesar 50 juta. Perusahaan
mempunyai kebijakan untuk mempertahankan saldo kas minimal Rp 25 juta dan saldo
kas awal bulan Juli Rp 30 juta.

Dalam pembuatan anggaran kas ini diawali dengan pembuatan anggaran penerimaan
piutang.

Anggaran Penerimaan Piutang( dalam jutaan rupiah).

Keterangan Mei Juni Juli Agust Sep Oktob Nov Des


Penjualan 50 50 100 150 200 100 100 50
0.2 Discount 10 10 20 30 40 20 20 10
0.7 35 35 70 105 70 70 70
Penjualan
0.1 5 5 10 20 20 10
Penjualan
Total 10 45 60 105 155 110 110 90

Anggaran Kas Operasional (dalam jutaan rupiah).

Keterangan Juli Agust Sep Oktob Nov Des


Penerimaan: 60 105 155 175 110 90
Pengeluaran:
Pembelian bahan 70 105 140 70 70 35
Upah/Gaji 7.5 10 12.5 7.5 7.5 5
Sewa 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Pengeluaran lain 1 1.5 2 1 1 0.5
Pemb Pajak 20
Investasi Baru 50
Jumlah 81 119 177 131 81 63
Surplus (Defisit) (21) (14) (22) 44 29 27

Anggaran kas Finansiil (Dalam jutaan Rupiah)


Keterangan Juli Agust Sep Oktob Nov Des
Saldo Kas Awal 30 25 25 25 25 46
Surplus (Defisit) (21) (14) (22) 44 29 27
Pinjaman (16) (44) (22) 44 29 27
Pemb. Pinjaman (44) (8)
Saldo kas Akhir 25 25 25 25 46 73
Uang Kumulatip (16) (30) (52) (8) 0 0
Surplus kas 0 0 0 0 21 48

Anggaran kas keseluruhan (dalam jutaan rupiah)

Keterangan Juli Agust Sep Oktob Nov Des


Saldo Kas Awal 30 25 25 25 25 46
Penerimaan: 60 105 155 175 110 90
Pinjaman: 16 14 22
Jumlah 106 144 202 200 135 136
Pengeluaran:
Pembelian Bahan 70 205 140 70 70 35
Upah/Gaji 7.5 10 12.5 7.5 7.5 5
Sewa 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Pengeluaran lain 1 1.5 2 1 1 0.5
Pemb pajak 20 20
Investasi baru 50
Pemb pinjaman 44 8
Jumlah 81 119 177 175 89 63
Saldo kas 25 25 25 25 46 73
Jumlah Pinjaman 16 30 52 8 0 0
Kelebihan kas 0 0 0 0 21 48

3. Penerimaan Jumlah Kas Optimal

Kas dan surat berharga yang optimal sangat tergantung atas trade-off antara tingkat
bunga dengan biaya transaksi. Jika kondisi yang dating diketahui dengan pasti maka akan
sangat mudah menentukan kas minimal. Apabila diperkirakan perusahaan kelebihan kas akan
segera diinvestasikan kedalam surat berharga sepanjang tidak mempersulit perusahaan untuk
melakukan pembayaran. Jika tidak ada biaya transaksi dan surat berharga dapat diubah
menjadi kas seketika maka perusahaan sebenarnya tidak memerlukan persediaan kas yang
banyak. Model persediaan kas yang optimal meliputi : Model Boumel dan Model Miller-Orr

3.1. Model persediaan (Model Boumel)


Model Boumel adalah model penentuan kas optimal yang paling sederhana,
dimana kebutuhan kas dapat diketahui dengan pasti. Konsep dasar manajemen kas dalam
model ini bahwa opportunity cost atas bunga yang hilang karena menahan uang tunai
sama dengan biaya tetap untuk mengubah surat berharga menjadi uang tunai (kas).
Asumsi model ini adalah bahwa perusahaan memiliki permintaan uang kas yang tetap
atau relative konstan setiap periode. Perusahaan dapat memperoleh dana kas dengan
menjual surat berharga.

Model persediaan tersebut adalah :

Total cost = B(T/C) + i ( C/2)

Dimana :

b = biaya tetap transaksi yang diasumsikan independen terhadap banyaknya


transfer.

T = total permintaan kas selama periode tertentu

I = tingkat bunga atas surat berharga yang diasumsikan konstan selama periode
tertentu.

C* = kas optimal (EQQ = Economic Cash Quantity)

T/C = menunjukkan banyaknya transaksi yang jika dikalikan dengan biaya tetap setiap
kali transaksi akan sama dengan total biaya tetap selama satu periode.

C/2 = menunjukkan rata-rata kas dan jika dikalikan dengan tingkat bunga maka sama
dengan laba yang hilang karena menahan kas, semakin besar C maka rata-rata kas
juga besar berarti investasi surat berharga menjadi semakin kecil.

Kas Optimal
C∗¿
√ 2 bT
i

Contoh:

Suatu perusahaan memerlukan kebutuhan akan kas setiap tahunnya Rp 1.200 juta dengan
pemakaian perharinya konstan. Biaya transaksi setiap kali dari surat berharga menjadi kas
sebesar Rp 50.000. Tingkat bunga yang diperoleh karena memiliki surat berharga 12%.
Berapa besarnya kas optimal?

C∗¿
√ 2 ( 1.200 ) ( 50.000 )
0,12

= Rp 31.623 juta.

Ini berarti perusahaan perlu menjual surat berharga senilai Rp31.623 setiap kali saldo kas
nya mencapai nol. Dengan cara tersebut perusahaan akan meminimumkan biaya karena
kehilangan kesempatan untuk menanamkan dana pada surat berharga dan biaya transaksi.

Biaya-biaya tersebut adalah

1. Biaya kehilangan kesempatan

(Rp 31.623 juta/2) x 0,12 Rp 1.897 juta

2. Biaya transaksi

(Rp 1.200/Rp 31.623) x Rp 50.000 Rp 1.897 juta


Total biaya Rp 3.794 juta

3.2. Model Stokhastik (Miller-Orr)

Model ini dikembangkan oleh miller and orr dengan merumuskan model sebagai
berikut. Dalam pengeluaran dan pemasukan kas perusahaan yang berfluktuasi dari waktu-
kewaktu. Secara random perusahaan perlu menetapkan batas atas dan bawah dari saldo
kas. Apabila saldo kas mencapai batas atas perusahaan perlu merubah sejumlah kas
menjadi surat berharga agar saldo kas kembali pada saldo kas yang diinginkan sebaliknya
apabila saldo kas menurun sampai batas bawah perusahaan perlu menjual surat berharga
agar saldo kas naik kembali kejumlah yang diinginkan. Secara diagramatis

Rumus kas optimal

Z=
√3 3 br ²
4i

Dimana :

Z = Kas optimal

B = biaya tetap untuk transaksi surat berharga

r2 = variance kas masuk bersih

I = bunga harian transaksi surat berharga

h = nilai kas maksimal

L = Batas bawah

Nilai optimal h adalah 3Z

Rata-rata kas kira-kira (Z + h) – L

Contoh:

Biaya tetap untuk transaksi sebesar Rp 500 dan variance kasnya Rp 1.000 sedangkan
bunga i sebesar 18% (satu tahun = 360 hari) maka besarnya Z adalah:


3(500)(1.000)
Z =3
0,18
4( )
360
Z =Rp 908,56

h = 3Z = 3 x Rp 908,56 = Rp 2.725,68

Anda mungkin juga menyukai