0
KATA PENGANTAR
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
Masyarakat (Renstra Ditjen Paud-Dikmas) tahun 2015—2019 disusun berdasarkan (a)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (b) Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun (RPJPN) 2005—2025, (c) Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015—2019, (d) visi
Presiden Republik Indonesia yaitu ”Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, serta (e) Rencana Strategi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Renstra Kemendikbud) 2015—2019.
Dalam menyusun Renstra ini juga mempertimbangkan karakteristik pendidikan anak usia
dini dan pendidikan masyarakat yang dinamis, jika dilihat dari waktu, tempat, proses
belajar, peserta didik, bahkan pendekatan pendidikan yang dipilihnya, maka berbeda
pula dalam mengukur indikator, output, outcome, dan seterusnya, yang tampaknya
berbeda dengan pendidikan formal. Hal utama yang hendak ditekankan dalam Renstra
ini adalah, paradigma pendidikan yang mendasarinya, pilar-pilar strategis sebagai
acuannya, selain visi, misi, dan tujuan Kemendikbud tidak hanya demi pemenuhan hak-
hak warga negara dalam layanan pendidikan, melainkan juga untuk “menjangkau yang
tak terlayani” (to reach the unreach), baik disebabkan faktor ekonomi maupun karena
kendala geografis.
Renstra Ditjen Paud-Dikmas harus menjadi dasar dan pedoman bagi Unit Eselon II dan
Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Ditjen Paud-Dikmas, serta sebagai acuan bagi SKPD
Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam menyusun: (1) Rencana Strategis Daerah
(Renstrada); (2) Rencana Kerja Tahunan (RKT); (3) Program dan kegiatan pembangunan
lintas sektoral bidang Paud-Dikmas secara teruktur dan terarah; (4) Koordinasi
perencanaan dan pengendalian pembangunan Ditjen Paud-Dikmas; (5) Laporan Tahunan;
dan (6) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Daftar Grafik
Daftar Bagan
A
AKIP = Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
AMH = Angka Melek Huruf
APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APK = Angka Partisipasi Kasar
APM = Angka Partisipasi Murni
APS = Angka Partisipasi Sekolah
ASEAN = Association of Southeast Asian Nations
B
BAN = Badan Akreditas Nasional
BAN-PNF = Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal
BAN-SM = Badan Akreditasi Nasional Sekolah dan Madrasah
BMN = Barang Milik Negara
BNSP = Badan Nasional Sertifikasi Profesi
BSNP = Badan StandarNasional Pendidikan
BUMN = Badan Usaha Milik Negara
BP PAUDNI = Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan
Informal
BLK = Balai Latihan Kerja
D
Dikmas = Pendidikan Masyarakat
Ditjen = Direktorat Jenderal
DPR = Dewan Perwakilan Rakyat
DUDI = Dunia Usaha Dunia Industri
E
EDI = Education Development Index
EFA = Education for All
ESD = Education for Sustainable Development
G
GCI = Global Competitiveness Index
GDP = Gross Domestic Product
Gender = kesamaan peluang dan kesempatan dalam bidang sosial, politik dan
ekonomi antara laki-laki dan perempuan, kaya miskin, orang cacat dan
tidak, desa kota, atau sifat-sifat yang dilekatkan pada laki-laki atau
perempuan yang dibangun oleh sosial dan budaya
GOPTKI = Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-kanak Indonesia.
I
IKK = Indikator Kinerja Kegiatan
IKP = Indikator Kinerja Program
IKSS = Indikator Kinerja Sasaran Strategis
IKU = Indikator Kinerja Utama
IPTEKS = Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni
ISO = International Organization for Standardization
ITJEN = Inspektorat Jenderal
IGTKI = Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia
K
K/L = Kementerian/Lembaga
KBK = Kurikulum Berbasis Kompetensi
KB = Kelompok Belajar (0-3 tahun)
KIP = Kartu Indonesia Pintar
Kemendikbud = Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
KKN = Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
KKNI = Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
KPJM = Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
L
LAKIP = Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Life Skills = Kecakapan Hidup
Literasi = Melek Aksara
LK = Laporan Keuangan
LPTK = Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
LSP = Lembaga Sertifikasi Profesi
M
MA = Madrasah Aliyah
MAK = Madrasah Aliyah Kejuruan
MBS = Manajemen Berbasis Sekolah
MDGs = Millennium Development Goals
Mendikbud = Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
MI = Madrasah Ibtidaiyah
MIPA = Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
MTs = Madrasah Tsanawiyah
P
PAUD = Pendidikan Anak Usia Dini
PAUD-HI = Pendidikan Anak Usia Dini Holistik-Integratif
PUS = Pendidikan Untuk Semua/Education For All
PUG = Pengarusutamaan Gender
PDB = Produk Domestik Bruto
Permendikbud = Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Perpres = Peraturan Presiden
PISA = Programme for International Student Assessment
PKBM = Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
PNF = Pendidikan Nonformal
POD = Pendidikan Orang Dewasa
PP = Peraturan Pemerintah
PPB = Pengembangan Profesional Berkelanjutan
PPID = Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
PP-PAUDNI = Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan
Informal
R
RA = Raudhatul Athfal
RBI = Rumah Budaya Indonesia
RKA-KL = Rencana Kegiatan dan Anggaran Kementerian/Lembaga
Renstra = Rencana Strategis
Renja = Rencana Kerja
RI = Republik Indonesia
RKB = Ruang Kelas Baru
RPJMN = Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJPN = Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
RPPNJP = Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang
S
Satker = Satuan Kerja
SD = Sekolah Dasar
SDA = Sumber Daya Alam
SDLB = Sekolah Dasar Luar Biasa
SKKNI = Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
SKL = Standar Kompetensi Kelulusan
SKPD = Satuan Kerja Perangkat Daerah
SKB = Sanggar Kegiatan Belajar
SLB = Sekolah Luar Biasa
SM = Sekolah Menegah
Renstra Ditjen Paud & Dikmas 2015 - 2019 8
SMA = Sekolah Menengah Atas
SMLB = Sekolah Menengah
SMK = Sekolah Menengah Kejuruan
SMP = Sekolah Menengah Pertama
SMPLB = Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
SNP = Standar Nasional Pendidikan
SOP = Standar Operasi dan Prosedur
SP = Sasaran Program
SPS = Satuan Paud Sejenis
SPM = Standar Pelayanan Minimal
SS = Sasaran Strategis
Susenas = Survei Sosial Ekonomi Nasional
T
Tata Nilai = Pandangan hidup dan kesepakatan atas norma dalam mengelola
organisasi
TPA = Taman Penitipan Anak
TK = Taman Kanak-Kanak
TIMSS = Trends in International Mathematic and Science Study
TKLB = Taman Kanak-Kanak Luar Biasa
TUK = Tempat Uji Kompetensi
TBM = Taman Bacaan Masyarakat
U
UKP4 = Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian
Pembangunan
UN = Ujian Nasional
UNESCO = United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
UPT = Unit Pelaksana Teknis
UPTD = Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah
USB = Unit Sekolah Baru
UU = Undang-Undang
UUD = Undang-Undang Dasar
V
Vokasi = Keahlian Terapan
W
WBK = Wilayah Bebas Korupsi
Wajar = Wajib Belajar
WCF = World Culture Forum
WHC = World Heritage Convention
WDP = Wajar Dengan Pengecualian
WTP = Wajar Tanpa Pengecualian
3T = Terpencil, Tertinggal, Terdepan/Terluar
A. Latar Belakang
Dalam menghadapi pasar bebas, pemerintah perlu mempersiapkan dengan baik dan
mendapat dukungan dari berbagai pihak seperti para pelaku bisnis, praktisi dan
akademisi. Terutama dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) agar
mempunyai kualifikasi dan kompetensi yang memadai sehingga dapat bersaing dan
sejajar dengan bangsa/negara maju. SDM yang berkompeten dalam dunia usaha dan
dunia industri (DUDI) mempunyai andil yang sangat besar dalam menghasilkan
keluaran yang mampu bersaing di tingkat dunia pada era perdagangan bebas yang
terbatas di lingkungan ASEAN, tetapi juga antar negara-negara di dunia.
Pemerintah telah dan sedang berbenah dalam meningkatkan kualitas dan kompetensi
sumber daya manusia dalam menghadapi liberasi dan globalisasi. Salah satu usaha
meningkatkan kompetensi SDM dapat dilakukan dengan meningkatkan keterampilan
yang terstandar, sehingga dapat mengantarkan insan Indonesia yang cerdas, terampil,
mandiri dan berdaya saing, yang dapat mempengaruhi kekuatan ekonomi sebuah
negara.
a. Menuju single market dan production base (arus perdagangan bebas untuk sektor
barang, jasa, investasi, pekerja terampil, dan modal);
B. Landasan Hukum
Landasan hukum penyusunan Renstra Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini
dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2015-
2019 adalah:
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015—2019;
12. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Percepatan dan
Renstra Ditjen Paud & Dikmas 2015 - 2019 15
Pemberantasan Buta Aksara;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 27 Tahun 2012 tentang Bantuan
Kepada Satuan PAUD, Nonformal, dan Lembaga Kemasyarakatan di Bidang PAUD,
Pendidikan Nonformal, dan Pendidikan Informal;
14. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman
penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementrian/Lembaga (Renstra K/L)
2015—2019;
15. Permendikbud Nomor 11Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan;
16. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019 ;
17. Deklarasi Incheon di Korea Selatan Tahun 2015.
C. Landasan Filosofis
Seiring dengan berjalannya RPJMN Tahap II dalam jajaran Kabinet Indonesia Bersatu
Jilid I dan II, nomenklatur tersebut diubah menjadi Direktorat Jenderal Pendidikan
Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal. Sedangkan pada perjalanan RPJMN Tahai III
dalam jajaran Kabinet Kerja nomenklatur tersebut diubah menjadi Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Namun demikian
tugas dan fungsi tetap sama dengan nomenklatur sebelumnya yaitu pendidikan anak
usia dini dan pendidikan sepanjang hayat.
Sekolah sebagai satuan pendidikan yang utama merupakan suatu ekosistem. Suatu
tempat yang di dalamnya terjadi hubungan saling ketergantungan antara manusia
dengan lingkungannya. Sekolah harus menjadi tempat yang menyenangkan bagi
Renstra Ditjen Paud & Dikmas 2015 - 2019 19
manusia yang berinteraksi di dalamnya, baik siswa, guru, tenaga pendidik, maupun
orang tua siswa.RENSTRA KEMENDI2015—2019 5
E. Pilar-Pilar Strategis
Dalam penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini
dan Pendidikan Masyarakat (Renstra Ditjen PAUD-Dikmas) 2015-2019, diperlukan
analisis kondisi yang telah dicapai selama periode 2010-2014 sebagai referensi untuk
mengetahui capaian dan permasalahan yang terjadipadasetiap program dan satuan
kerja malalui layanan pendidikan, sehingga dapat memperkaya alur pikir dan
mengantisipasi hambatan yang akan terjadi dalam lima tahun ke depan.
Penetapan kinerja yang telah diperjanjikan Ditjen PAUD-Dikmas pada tahun 2010-
2014, berkewajiban untuk mencapai target kinerja sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada stakeholders. Target yang akan dicapai sampai dengan
2014 ditetapkan dalam sasaran strategis sebagai berikut.
Target
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja
2010 2011 2012 2013 2014
1 Meningkatnya APK PAUD APK PAUD Kemendikbud 56,70% 60,10% 63,00% 69,00% 72,00%
Kemendikbud
2 Meningkatnya jumlah Anak Persentase Anak Lulus 12% 13% 15% 17% 19%
lulus SMP tidak SMP Tidak Melanjutkan,
melanjutkan, putus dan Putus dan/ atau Lulus
atau lulus sekolah Sekolah Menengah Tidak
menengah tidak Melanjutkan Mendapatkan
melanjutkan mendapatkan Layanan Pendidikan
Penetapan sasaran strategis yang telah diperjanjikan seperti tabel di atas, Ditjen
PAUD-Dikmas berkewajiban untuk mencapai target kinerja sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada masyarakat dan pemangku kepentingan (stakeholders).
Untuk mengetahui keberhasilan pencapaian dapat dijelaskan melalui sasaran strategis
Ketercapaian sasaran setrategis “meningkatnya APK PAUD” usia 3-6 tahun pada
tahun 2010 dengan target 56,7% tercapai 50,21%; tahun 2011 dengan target
60,1% tercapai 60,33%; tahun 2012 dengan target 63,0% tercapai 63,01%; tahun
2013 dengan target 69% tercapai 65,16; dan tahun 2014 dengan target 72%
tercapai 68,10% atau secara absolut jumlah anak usia 3-6 yang terlayani mencapai
13.555.942 anak dari total 18.520.685 anak. Jumlah 13.555.942 tersebut
merupakan kumulasi jumlah layanan tahun 2013 sebanyak 12.612.586 ditambah
dengan yang dilayani tahun 2014 sebanyak 943.356 anak. Angka 13.555.942
merupakan jumlah yang diperoleh melalui program pemberian BOP PAUD dan
program Satu Desa Satu PAUD. Dengan APK 68,10% tersebut menunjukkan bahwa
masih ada 31,90% anak Indonesia yang belum mendapat layanan PAUD. Sebaran
anak usia 3-6 tahun yang terlayani PAUD 2014 ketuntasan satu desa satu PAUD
dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1 Sebaran Anak 3-6 Tahun yang terlayani PAUD 2013/2014
ACEH (30)
41,2%
SUMUT(26)
60,7%
KALTARA(32)
RIAU(16)
38,4% SULUT(18)
KEP. RIAU(20) GORONTALO(9)
74,8% 72,8%
71,4% 88,8%
JAMBI(15)
78,2% KALBAR(28) KALTIM(19) SULTENG(21)
46,8% 72,0% 67,5% MALUKU
SUMBAR(6) PAPUA BARAT (33)
UTARA(29)
91,1% 24,1%
KEP. BABEL(8) 45,8%
SULBAR(17)
89,7% KALTENG(23) 74,8%
SUMSEL(22)
64,1%
65,1% KALSEL(13) PAPUA (34)
BENGKULU(24) MALUKU (31) 15,0%
61,3% 80,4% SULTRA(25)
60,8% 39,5%
LAMPUNG(14) SULSEL(11)
79,3% 84,9%
BANTEN(12) JAKARTA(2)
JATIM(4)
84,8% 99,6%
96,3% BALI (3)
JABAR (7)
99,2%
JATENG(5)
91,0% 96,2% JOGJA (1)
NTB (10) NTT (27)
100% 59,9%
88,1%
Ketuntasan Nasional 71,14% Masih ada 23.332 desa belum ada PAUD, dari total 80.858 desa yang ada
Sumber : Pendataan Online Ditjen PAUDNI tahun 2015
di seluruh Indonesia
Ketidaktercapaian target tersebut karena jumlah pembagi atau jumlah anak usia 3-
6 tahun bertambah pada tahun 2014, serta kegiatan pendukung yaitu pemberian
Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) PAUD dan program Satu Desa Satu
PAUD belum mampu memenuhi target, walaupun dilihat dari capaian tahunan
kedua kegiatan intervensi tersebut melampaui 100%. Pelaksanaan BOP PAUD dari
target 45.000 lembaga, terealisasi sebanyak 45.200 lembaga, dengan persentase
capaian kinerja 100.44%, sedangkan program satu desa satu PAUD mengalami
peningkatan yang cukup signifikan, dimana pada tahun 2013 jumlah desa yang
belum ada PAUD sebanyak 23.727 desa sedangkan pada tahun 2014 menjadi
23.365, sehingga ada penambahan sebanyak 362 desa.
Meskipun target APK tahun 2014 tidak tercapai, namun ada harapan yang cukup
menggembirakan bahwa stimulus yang diberikan oleh pemerintah melalui
kebijakan menobatkan bunda-bunda PAUD di seluruh Indonesia baik di tingkat
provinsi maupun kab/kota sampai dengan kecamatan guna mensosialisasikan
program PAUD disambut baik oleh masyarakat, yaitu dengan makin banyaknya
kontribusi masyarakat melalui swadaya mendirikan lembaga-lembaga PAUD di
desa-desa yang belum ada PAUD-nya. Hal ini berlanjut pada tahun 2014 dengan
melalui pemberian Bantuan Rintisan PAUD Baru sebanyak 2.056 lembaga dan
68,10
63,01 65,16
70,00 60,33
60,00 50,21
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
-
2010 2011 2012 2013 2014
Sumber: PDSP dan Ditjen PAUDNI 2014
APK PAUD tersebut meningkat lebih besar jika dibandingkan APK PAUD tahun-
tahun sebelumnya yakni, tahun 2010 mencapai 50,21%, tahun 2012 mencapai
63,01%, dan tahun 2014 mencapai 68,10%. Data capaian APK PAUD per provinsi
dapat dilihat pada grafikberikut.
SUMUT(12)
65,02%
KALTARA(13)
RIAU(22)
65,02% SULUT(7)
KEP. RIAU(6) GORONTALO(4)
56,72% 71,46%
76,71% 85,37%
JAMBI(10)
69,66% KALBAR(32) KALTIM(32)
50,97% 45,96% SULTENG(3) MALUKU
SUMBAR(14) 85,71% PAPUA BARAT(28)
UTARA(25)
63,45% 53,42%
KEP. BABEL(5) 56,11%
SULBAR(15)
84,66% KALTENG(11) 62,88%
SUMSEL(24)
67,09%
PAPUA (34)
56,30% KALSEL(20) 44,29%
BENGKULU(9) MALUKU (30)
70,59% 58,70% SULTRA(19)
60,30% 51,43%
LAMPUNG(23) SULSEL(17)
56,34% 61,10%
BANTEN(29) JAKARTA(21)
JATIM(2)
53,39% 58,60%
88,95% BALI (8)
JABAR (18) JATENG(5)
71,21%
60,48% 96,2% JOGJA (1)
98,98% NTB (16)
62,28%
NTT (31)
49,91%
Sumber : Pendataan Online Ditjen PAUDNI tahun 2015
65,0 60,7
60,0
55,0
2011 2012 2013 2014
Sumber: Ditjen PAUDNI 2014
60.000 55.462
50.000
40.000 31.628
26.269 26.352
30.000 23.885
18.939
20.000 13.297
-
2010 2011 2012 2013 2014
TK KB TPA SPS
Sumber: Ditjen PAUD-Dikmas 2014
Pendukung program PAUD lainnya yang mendorong perluasan akses adalah Gugus
PAUD.Pada tahun 2014 dialokasikan sebanyak 4.000 gugus dan terserap 98%.
Walaupun upayadalam peningkatan APK dan mutu layanan PAUD telah banyak
dilakukan, namun masih ditemukan sejumlah hambatan dan kendala yang terjadi
dilapangan. Beberapa diantaranya adalah penurunan anggaran dalam tiga tahun
terakhir, sering terjadinya perubahan pejabat di daerah menyebabkan sosialisasi
PAUD terhambat dan keberlanjutan progam menjadi lambat, serta belum semua
daerah memasukkan PAUD pada Renstrada di masing-masing daerah.
d. Penyusunan Kebijakan Wajib PAUD untuk anak usia 5-6 tahun, dan
pengalokasian anggaran untuk menunjang pelaksanaan Wajib PAUD.
Perkembangan anak lulus SMP tidak melanjutkan, putus sekolah atau lulusan
sekolah menengah tidak melanjutkan yang mendapatkan layanan pendidikan
keterampilan dari tahun 2010 – 2014 sebagai berikut.
24,48
16,34
12,91
8,40 8,17
Grafik 2.5 Jumlah Peserta Didik Kursus dan Pelatihan Memperoleh Sertifikasi Kompetensi
24,24
20,39
8,64
5,48
2,01
Data BPS bulan Agustus 2013 jumlah pengangguran terbuka sebesar 6,25% atau
7.338.737 jiwa, sedangkan menurut tingkat pendidikan yaitu SD ke bawah
sebanyak 7,51%, SD 18,12%, SMTP 22,76%, SMTA Umum 26,06%, SMTA Kejuruan
17,05%, Akademi/D III 2,53, Universitas 5,97%.
Pada bulan Agustus 2014, jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 121,9 juta
orang dengan tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 66,6% dan tingkat
pengangguran terbuka sebesar 5,9 %. Jika dilihat dari lapangan pekerjaan, dari
114 juta orang yang bekerja, 38,9 juta (33,9%) bekerja di sektor pertanian,
perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan dan hanya 15,3 juta (13,3%)
bekerja di sektor industri.
Kualitas tenaga kerja juga masih rendah tercermin pada jenjang pendidikan
tertinggi yang ditamatkan, juga masih mengemuka. Dari sekitar 114 juta penduduk
usia 15 tahun keatas yang bekerja (data 2013), sekitar 54,7 juta orang (47,9%)
hanya berpendidikan SD/MI atau kurang, dan hanya 34,3% yang lulus sekolah
menengah atau perguruan tinggi. Dengan pendidikan yang masih rendah dan
keahlian/keterampilan yang tidak memadai, para lulusan sekolah menengah dan
perguruan tinggi sekalipun hanya bisa masuk ke lapangan pekerjaan yang tidak
menuntut keahlian/keterampilan tinggi seperti pertanian dan pabrik. Sebagai
Capaian angka penurunan tuna aksara sebanyak 157.920 orang diperoleh melalui
dukungan APBN. Apabila ditambah dengan dukungan APBD I maupun APBD II,
angka niraksara penduduk dewasa tersebut diperkirakan lebih kecil. Penurunan
jumlah penduduk tuna aksara usia 15-59 tahun dari tahun 2010-2014 sebagai
berikut.
Penurunan tuna aksara selama kurun waktu 2004-2014 mencapai hasil yang
menggembirakan yakni tahun 2010 mencapai 4,75%, tahun 2011 mencapai
4,43%, tahun 2012 mencapai 4,21%, tahun 2013 mencapai 4,03%, dan tahun 2014
mencapai 3,76%. Capaian ini telah melampaui target RPJMN 2010-2014 sekaligus
melampaui target Dakar dari 15,41 juta (10,21%) menjadi 6,00 juta orang
(3,76%). Keberhasilan program ini mendapat pengakuan sekaligus penghargaan
internasional (UNESCO Paris) berupa King Sejong Literacy Prizes tahun 2012.
Peningkatan Budaya Tulis melalui koran Ibu, koran anak, dan cerita rakyat
merupakan afirmasi pelatihan jurnalis kepada peserta didik perempuan (koran
ibu) dan anak-anak (koran anak) dalam rangka memberikan penguatan
keberaksaraan sekaligus sebagai media informasi, komunikasi, dan
pembelajaran teknologi. Program ini sebagai upaya untuk mencegah tuna
aksara kembali.
c. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan pendidikan karakter yang diselenggarakan
melalui pusat kegiatan belajar masyarakat dengan mengenalkan 8 nilai dari 18
nilai pendidikan karakter. Kedelapan nilai tersebut adalah: (1) religius, (2)
toleransi, (3) tanggung jawab dan disiplin, (4) kreatif, (5) kerja keras, (6) jujur
dan adil, (7) Bhinneka Tunggal Ika, dan (8) Cinta Tanah Air. Pendidikan
karakter ini diharapkan mampu menyadarkan para warga belajar untuk selalu
belajar dan belajar khususnya bagi warga belajar pendidikan keaksaraan dasar.
Dari target 60 lembaga tahun 2014 telah terealisasi sebanyak 60 lembaga atau
capaian kinerja 100%.
Meskipun target kinerja yang ditetapkan dapat tercapai, namun dalam usaha
menurunkan penduduk tuna aksara, masih ditemui beberapa hambatan dan
kendala, di antaranya adalah: (1) lembaga penyelenggara program pada daerah
prioritas kurang berminat mengajukan proposal keaksaraan dasar; (2) lembaga
penyelenggara program daerah prioritas kurang memahami teknik dan kriteria
penyusunan proposal; dan (3) lembaga penyelenggara pendidikan keaksaraan
kesulitan membentuk kelompok belajar pendidikan keaksaraan dengan jumlah
warga belajar sepuluh orang karena faktor kondisi geografis dan jarak tempat
tinggal yang berjauhan.
Upaya mengatasi hal tersebut, langkah antisipasi yang dilakukan agar target
kinerja yang ditetapkan pada tahun 2014 tercapai adalah: (1) mengalihkan
bantuan padaa daerah yang membutuhkan; (2) melakukan bimbingan dan
orientasi penyusunan proposal; dan (3) melalukan strategi mengelompokkan
sasaran yang akan digarap tidak mesti berjumlah sepuluh orang serta memberikan
afirmasi atau intervensi kepada daerah-daerah 3T dan daerah prioritas lainnya.
80,00 72,04
64,78
70,00
57,34
60,00 48,70
50,00
40,00
30,00
15,69
20,00
10,00
-
2010 2011 2012 2013 2014
Sumber: Ditjen PAUD-Dikmas 2014
60,00 50,10
45,07
32,39
40,00
20,00
20,00 8,35
-
2010 2011 2012 2013 2014
100,00 83,00
70,00 68,00
56,00
40,00
50,00
-
2010 2011 2012 2013 2014
Perkembangan Kab/Kota yang telah Memiliki Minimal 10 TBM dari tahun 2010-
2014 sebagai berikut.
69,0
70,0 59,0
60,0 49,2
50,0 36,0
40,0
25,0
30,0
20,0
10,0
-
2010 2011 2012 2013 2014
Sumber: Ditjen PAUD-Dikmas 2014
40 36,26
35
28,27
30
22,92
25 20,41
20
15 11,75
10
5
0
2010 2011 2012 2013 2014
Sumber: Ditjen PAUD-Dikmas 2014
Keberhasilan capaian kinerja sasaran strategis ini, antara lain karena adanya
keterpaduan dan sinergitas antara kebijakan Pusat dengan Daerah melalui
dukungan APBD I, APBD II, dan CSR. Meskipun dana APBN yang tersedia untuk
peningkatan kualifikasi S-1/D-IV dan peningkatan kompetensi belum sepenuhnya
memadai namun peran serta APBD I, APBD II, CSR, dan kemandirian PTK PAUD-
Dikmas terutama guru-guru PAUD yang sangat tinggi mampu mendorong
pencapaian IKU.
a. Kebijakan diklat berjenjang (dasar, lanjutan dan mahir) bagi PTK PAUD bisa
diakui atau dikonversi SKS-nya oleh Perguruan Tinggi. Kebijakan ini telah
tersosialisasi dengan baik, sehingga Pemerintah Daerah, Organisasi Profesi,
b. Bantuan stimulus untuk diklat berjenjang bagi guru PAUD bagi lembaga
swadaya masyarakat dan asosiasi profesi mampu mendongkrak percepatan
peningkatan kompetensi guru PAUD.
Meskipun target kinerja yang ditetapkan dapat tercapai, namun dalam upaya
meningkatkan kualifikasi S-1/D-IV dan peningkatan kompetensi masih ditemui
beberapa hambatan yaitu: (a) keterbatasan jumlah anggaran untuk memperluas
akses dan pemerataan bantuan pendidikan pada semua jenis PTK PAUD-Dikmas;
(b) terbatasnya jumlah program studi PAUD yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi menyebabkan guru-guru PAUD yang akan mengikuti kuliah S1/D4 harus
meninggalkan tempat mengajar, karena letak perguruan tinggi berada di wilayah
Provinsi.
60,00
50,00
40,00
30,00 51,57
20,00 35,00
30,00
10,00 15,00 19,97
-
2010 2011 2012 2013 2014
Sumber: Ditjen PAUD-Dikmas 2014
Grafik 2.13
Persentase PTK PAUD-Dikmas Memperoleh Penghargaan dan Peningkatan Kesejahteraan
Keberhasilan capaian kinerja sasaran strategis ini, antara lain diperoleh Ditjen
PAUD-Dikmas melalui kebijakan untuk membayarkan tunjangan profesi bagi yang
lulus sebelum tahun 2012 dan lulusan sertifikasi tahun 2013 berdasarkan data
dari Badan PPSDM. Meskipun dari segi jumlah guru target tercapai, namun dari
jumlah dana tunjangan yang dibayarkan tidak mencapai 12 bulan karena
keterbatasan anggaran. Solusinya adalah kekurangan untuk 5 bulan dibayarkan
pada tahun 2015.
Hambatan dan kendala lain yang dihadapi dalam pencapaian sasaran strategis ini
diantaranya:
a. Jumlah anggaran yang tersedia untuk tunjangan profesi hanya 23,452 orang
sedangkan yang harus dibayar sebanyak 44.831 orang, sehingga tunjangan
profesi guru TK hanya mampu dibayar sebanyak 7 bulan.
c. SK Inpasing tidak sesuai dengan data based sehingga guru tidak dibayarkan
inpasingnya.
d. Calon penerima tunjangan telah mutasi ke jenjang non TK, menjadi tenaga
struktural, telah memasuki usia pensiun, meninggal dunia, sehingga
menyebabkan perbedaan antara jumlah guru yang di SK kan dengan jumlah
yang dibayarkan berbeda.
e. Perbedaan NUPTK antara yang diusulkan dengan yang ada di data “Padamu
Negeri”, menyebabkan guru tidak bisa mencairkan virtual account-nya, karena
data NUPTK berbeda.
f. Data kurang valid menyebabkan adanya guru yang menerima tunjangan ganda
yaitu menerima tunjangan profesi dan tunjangan fungsional sehingga
tunjangan fungsionalnya harus diberhentikan.
200
150
100 179
125
50 80
46
-
2011 2012 2013 2014
Sumber: Ditjen PAUD-Dikmas I 2014
Meskipun target kinerja yang ditetapkan telah tercapai, namun dalam usaha
meningkatkan nilai kemanfaatan model bagi masyarakat masih dijumpai beberapa
hambatan dan kendala, diantaranya adalah: (a) belum semua dinas pendidikan
provinsi maupun kab/kota mereplikasikan model tersebut; (b) rendahnya
dukungan pemerintah daerah.
Melihat hambatan dan kendala tersebut di atas beberapa langkah yang dilakukan
agar target kinerja ditetapkan tetap tercapai adalah: (a) melakukan sosialisasi dan
diseminasi kemanfaatan model; (b) mendorong pemerintah daerah
Beberapa kondisi eksternal yang berkenaan dengan faktor sosial, budaya dan
lingkungan yang mempengaruhi pendidikan anak usia dini dan pendidikan
masyarakat antara lain: (1) jumlah penduduk yang makin tinggi menempatkan
Indonesia dalam posisi yang makin penting dalam percaturan global, (2) angka
HDI Indonesia diurutan 111 dari 182 negara dan masih di bawah negara di Asia
Tenggara, (3) masih tingginya kesenjangan antargender, antara penduduk kaya
dan miskin, antara perkotaan dan perdesaan, antara wilayah maju dan wilayah
tertinggal, dan antarjenis kelamin, (4) masih rendahnya peringkat Indeks
Pembangunan Gender Indonesia.
Kondisi eksternal yang berkenaan sosial, budaya dan lingkungan lainnya adalah:
(1) perubahan gaya hidup yang konsumtif dan rendahnya kesadaran masyarakat
yang berpotensi menurunkan kualitas lingkungan, (2) adanya ketidakseimbangan
sistem lingkungan akibat pencemaran oleh industri, pertanian, dan rumah tangga,
dan (3) masih rendahnya pemanfaatan keanekaragaman hayati yang dapat
menjadi alternatif sumber daya termasuk penelitian-penelitian yang dapat
berpotensi menghasilkan Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI).
2. Ekonomi
Data BPS pada bulan Agustus 2013jumlah pengangguran terbuka sebesar 6,25%
atau 7.338.737 jiwa, sedangkan menurut tingkat pendidikan yaitu SD ke bawah
sebanyak 7,51%, SD 18,12%, SMTP 22,76%, SMTA Umum 26,06%, SMTA Kejuruan
17,05%, Akademi/D III 2,53, Universitas 5,97%.
Pada bulan Agustus 2014, jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 121,9 juta
orang dengan tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 66,6% dan tingkat
pengangguran terbuka sebesar 5,9 %. Jika dilihat dari lapangan pekerjaan, dari
114 juta orang yang bekerja, 38,9 juta (33,9%) bekerja di sektor pertanian,
perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan dan hanya 15,3 juta (13,3%)
bekerja di sektor industry.
Kualitas tenaga kerja juga masih rendah tercermin pada jenjang pendidikan
tertinggi yang ditamatkan, juga masih mengemuka. Dari sekitar 114 juta penduduk
usia 15 tahun keatas yang bekerja (data 2013), sekitar 54,7 juta orang (47,9%)
hanya berpendidikan SD/MI atau kurang, dan hanya 34,3% yang lulus sekolah
menengah atau perguruan tinggi. Dengan pendidikan yang masih rendah dan
keahlian/keterampilan yang tidak memadai, para lulusan sekolah menengah dan
perguruan tinggi sekalipun hanya bisa masuk ke lapangan pekerjaan yang tidak
menuntut keahlian/keterampilan tinggi seperti pertanian dan pabrik. Sebagai
contoh, pada tahun 2010, masih lebih dari 50% lulusan SMA/MA/SMK bekerja di
unskilled jobs dan lebih dari 30% di semi-skilled jobs. Untuk lulusan pendidikan
tinggi, masih ada sekitar 10% dan 40%, secara berturut-turut, yang bekerja di
unskilled dan semi-skilled jobs.
3. Teknologi
1. Potensi
Potensi lain yang sangat strategis adalah dukungan pemerintah melalui Peraturan
Presiden Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik
Integratif (PAUD-HI), serta berbagai dukungan dari sektor lainnya seperti:Strategi
Nasional PAUD-Holistik Integratif dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas); Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 (ECED
Standard); Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 (Posyandu sebagai layanan
sosial dasar);Gerakan Nasional PAUD dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan layanan PAUD, serta peran perguruan tinggi yang memiliki
jurusan PG PAUD (calon pendidik PAUD yang kompeten).
Pada tingkat pengelola program Paud-Dikmas memiliki potensi yang cukup banyak
dan bervariasi mulai dari PAUD (TK, Kelompok Bermain, Taman Penitipan
Anak/TPA, Satuan Paud Sejenis/SPS), PKBM, TBM, SKB, BPKB.Program Paud-
Dikmas juga didukung oleh berbagai organisasi mitra penyelenggara Paud-Dikmas.
Ini merupakan potensi besar dalam penyelenggaraan maupun penjaminan/
pengendalian mutu program-program Paud-Dikmas di lapangan, antara lain: Bunda
2. Permasalahan
Usia dini merupakan periode emas yang sangat penting tidak hanya bagi
perkembangan intelektual anak, tetapi juga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan emosi dan sosial anak di masa depan. Seluruh aspek tumbuh
kembang anak dapat berkembang pesat apabila memperoleh stimulasi yang baik,
yang salah satunya diberikan dalam bentuk pendidikan anak usia dini. PAUD
dapat meningkatkan kesiapan sekolah pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Di sisi lain, kesenjangan partisipasi pendidikan untuk anak usia 3-6 tahun juga
masih menjadi hambatan, seperti kesenjangan antardaerah, antarjenis kelamin,
dan antarkelompok sosial ekonomi. Data tahun 2012 menunjukkan, partisipasi
pendidikan anak usia 3-6 tahun (telah memperhitungkan yang bersekolah di
SD/MI) berkisar dari sekitar 14,8% di Provinsi Papua sampai 72,6% di Provinsi
DI Yogyakarta. Indikator yang sama juga menunjukkan kesenjangan antarstatus
sosial ekonomi diindikasikan dengan angka 32,0% pada kelompok 20%
Struktur penduduk Indonesia terus mengalami perubahan dan saat ini sudah
mengalami masa dimana proporsi penduduk usia produktif (15-64) sudah lebih
besar dibandingkan penduduk usia non-produktif (0-14 tahun dan 65 tahun
keatas). Fenomena tersebut menghasilkan bonus demografi dengan rasio
ketergantungan mencapai titik terendah pada tahun 2028 dan 2031. Bila
dimanfaatkan dengan baik keadaan ini akan memberikan keuntungan untuk
peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Salah satu yang harus dipastikan
Tantangan yang akan dihadapi pada pencapaian sasaran dan penyelenggaraan Paud-
Dikmas antara lain:
a. Target capaian APK PAUD tahun 2015 adalah 70,1 % dan pada tahun 2014 sudah
tercapai 66,81%. Selain itu masih ada sekitar 6,5 juta anak usia 3-6 tahun yang
belum terlayani PAUD apapun, sedangkan target APK yang akan dicapai tahun
2019 sebesar 78,7%.
Untuk itu upaya yang akan dilakukan antara lain meningkatkan akses PAUD
terutama untuk masyarakat miskin; meningkatkan kompetensi guru, guru
pendamping, dan pengasuh PAUD melalui pendidikan dan pelatihan;
memperluas pemenuhan standar pelayanan PAUD; meningkatkan koordinasi
antarsektor dan pemberdayaan peran swasta dalam penyelenggaraan PAUD
holistik-integratif.
b. Tingkat ketuntasan nasional untuk program satu desa satu PAUD sudah
mencapai 71,14% pada tahun 2014 sehingga masih terdapat 28.86% atau 23.332
desa yang belum memiliki PAUD dari total 80.858 desa, namun demikian dari
188.647 lembaga PAUD yang ada, masih sangat perlu ditingkatkan kualitasnya.
d. Kompetensi dan kualifikasi angkatan kerja orang dewasa masih rendah. Dari
110,8 juta penduduk yang bekerja, 74,34% diantaranya hanya berpendidikan
SMP/MTs kebawah, dari 7,3 juta pencari kerja, 3,52 juta orang atau 48,39%
diantaranya belum menamatkan pendidikan SMA/Sederajat. Untuk itu mereka
perlu mendapatkan program kesetaraan (program paket A, B, dan C) dan
sisanya perlu mendapatkan pendidikan kursus dan pelatihan.
Dengan mangecu kepada Nawacta dan memperhatikan visi 2025, serta integrasi
pembangunan pendidikan dan kebudayaan, ditetapkan Visi Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan 2019 adalah “Terbentuknya Insan serta Ekosistem Pendidikan
dan Kebudayan yang Berkarakter dengan Berlandaskan Gotong Royong”.
Guru yang baik adalah guru yang mempunyai empat kompetensi yang mumpuni
meliputi kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan berkepribadian. Selain itu
seorang guru juga harus punya naluri yang sensitif atau peka terhadap
kemampuan dan perkembangan siswanya. Artinya sensitif terhadap kebutuhan
siswa serta mampu memberikan semangat kepada siswa untuk aktif, kreatif,
inovatif, dan sportif dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Orang tua berperan sejak awal sebagai pendidik bagi anak-anaknya sejak masa
sebelum dan sesudah mereka bersekolah. Keluarga sebagai lembaga pendidikan
memiliki beberapa fungsi, seperti: membentuk kepribadian anak, melaksanakan
pedidikan anak di rumah dan mendukung pendidikan di sekolah. Pemerintah
memang memiliki tanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan yang baik
bagi seluruh anak Indonesia. Orang tua memiliki hak dan kewajiban dalam
memilih satuan pendidikan, memperoleh informasi tentang perkembangan
pendidikan anaknya, serta memberikan masukan kepada sekolah. Orang tua yang
terlibat aktif dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah akan menciptakan
pendidikan yang lebih efektif.
Di negara-negara maju, peran industri ditunjukkan secara nyata berupa kerjas ama
program, dukungan finansial untuk penelitian dan beasiswa. Bahkan di beberapa
Berdasarkan hasil amandemen UUD 1945 IV (keempat) tahun 2002 yaitu tentang
pendidikan, bentuk dukungan pemerintah telah dituangkan dalam pasal 31 ayat 1,
2, 3, 4, dan 5. Khusus untuk dukungan pendanaan secara eksplisit dituangkan pada
pasal 31 ayat 4 yang berbunyi “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang kurangnya 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara”.
Terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan yang berkarakter dapat dimaknai
sebagai:
3. Terwujudnya budaya dan aktivitas riset, budaya inovasi, budaya produksi serta
pengembangan ilmu dasar dan ilmu terapan yang sesuai dengan kebutuhan dunia
usaha dan dunia industri untuk mendukung pusat-pusat pertumbuhan ekonomi;
6. Tingginya apresiasi terhadap keragaman seni dan kreativitas karya budaya, yang
mendorong lahirnya insan kebudayaan yang profesional yang lebih banyak;
7. Berkembangnya promosi dan diplomasi budaya.
Untuk mencapai Visi Kemendikbud 2019, ditetapkan 5 (lima) misi yang merupakan
rumusan umum dari upaya-upaya pencapaiannya yaitu:
KODE MISI
Misi Renstra dapat pula dijelaskan sebagai bagian dari revolusi mental. Penerapannya
terintegrasi pada pengelolaan pendidikan yang mencakup tujuh jalan revolusi mental,
yaitu:
Dalam upaya merealisasikan visi dan misi Kemendikbud, dirumuskan tujuan dan
sasaran-sasaran strategis tahun 2015—2019 yang lebih jelas guna menggambarkan
ukuran-ukuran terlaksananya misi dan tercapainya visi.
Penguatan peran orang tua dicirikan antara lain dalam bentuk peningkatan
partisipasi aktif mereka dalam proses pendidikan. Sejak awal, para orang tua
diupayakan memahami beberapa aspek pendidikan, seperti kurikulum dan proses
pengelolaan pendidikan. Mereka dilibatkan dalam sebagian pengambilan
keputusan tentang pengelolaan yang penting. Penguatan peran aparatur institusi
pendidikan antara lain dicirikan oleh perbaikan layanan birokrasi, kesesuaian
regulasi, dan sinkronisasi yang optimal dengan pelaku pendidikan lainnya.
Aparatur institusi pendidikan diarahkan untuk tidak sekadar menjalankan tugas
kerja, melainkan juga menjadi pendukung utama pembangunan pendidikan.
2. Tujuan Strategis 2 (T2): Peningkatan Akses Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan Masyarakat
Peningkatan akses Pendidikan Anak Usia Dini perlu ditingkatkan dalam lima tahun
ke depan mengingat PAUD mempunyai peran penting dalam mendorong tumbuh
kembang anak Indonesia secara optimal dan menyiapkan mereka untuk memasuki
jenjang pendidikan dasar dengan fokus utama pada pembentukan karakter dan
pengenalan ekosistem/lingkungan sekitarnya. Oleh karenanya, peningkatan akses
PAUD terutama untuk masyarakat miskin, pemenuhan standar pelayanan PAUD,
Renstra Ditjen Paud & Dikmas 2015 - 2019 65
pemberdayaan peran swasta dalam penyelenggaraan PAUD holistik-integratif
perlu diagendakan pada periode pembangunan pendidikan ke depan.
Partisipasi anak usia 3-6 tahun dalam pendidikan anak usia dini masih belum baik
yang ditunjukkan dengan APK PAUD mencapai sebesar 68,10% pada tahun 2014.
Di samping itu, jumlah lembaga PAUD masih terbatas yaitu dari 77.961 desa,
terdapat 71% desa yang sudah memiliki PAUD. Lebih lanjut, kualifikasi PTK PAUD
masih rendah, hanya 24,09% yang berpendidikan S1/D4, bahkan sebanyak 38,6%
hanya lulus SMA. Oleh karenanya, peningkatan akses PAUD terutama untuk
masyarakat miskin, pemenuhan standar pelayanan PAUD, pemberdayaan peran
swasta dalam penyelenggaraan PAUD holistik-integratif perlu diagendakan pada
periode pembangunan pendidikan ke depan.
SS1 merupakan sasaran yang memfokuskan pada partisipasi orang tua dan
pemangku kepentingan yang terlibat daam pendidikan. Pencapaian sasaran
strategis diukur dari tingkat pencapaian indicator sasaran strategis, yang
merupakan tolok ukur keberhasilan T1. Disamping itu SS1 juga mendukung
pencapaian sasaran pembangunan nasional, khususnya sasaran pokok
pembangunan masyarakat serta pencapaian agenda prioritas pembangunan
Nawacita 5 yaitu: (a) meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat; (b)
Nawacita 8 yaitu melakukan revolusi karakter bangsa.
SS3 merupakan sasaran yang berorientasi pada mutu pendidikan PAUD dan
pendidikan masyarakat yang berwawasan gender dan pendidikan untuk
pembangunan berkelanjutan. Sedangkan SS4 memfokuskan pada lembaga/satuan
Terwujudnya T3 dapat dilihat dari tercapainya sasaran strategis (SS3 dan SS4)
yang pencapaiannya dikukur dari tingkat pencapaian IKSS yang merupakan tolok
ukur keberhasilan T3. Di samping itu SS3 juga mendukung pencapaian agenda
prioritas pembangunan Nawacita 5 yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia
dan masyarakat Indonesia, malalui pelaksanaan PIP dengan sasaran diantaranya
meningkatnya kualitas layanan PAUD, tersedianya kurikulum yang andal dan
tersedianya sistem penilaian pendidikan yang komprehensif, serta mendukung
pencapaian sasaran pembangunan nasional khususnya akreditasi satuan
pendidikan.
SS4 mencakup pendidikan keluarga bagi orang tua siswa yang dilaksanakan oleh
lembaga/satuanpendidikan masyarakat, dengan demikian orang tua/masyarakat
akan memiliki pemahaman dalam meningkatkan pendidikan karakter siswa. Selain
itu SS4 juga mendukung agenda prioritas pembangunan Nawacita 8 yaitu
melalukan revolusi karakter bangsa dengan sasaran diantaranya, meningkatkan
kualitas pendidikan karakter untuk membina budi pekerti, membangun watak,
dan menyeimbangkan kepribadian peserta didik.
a. Sasaran pokok pembangunan tata kelola dan reformasi birokrasi yaitu pencapaian
opini WTP laporan keuangan Kemendikbud dan pencapaian akuntabilitas kinerja
kemendikbud pada tingkatan yang baik.
b. Agenda priroritas pembangunan Nawacita 2 yaitu membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya sub agenda
peningkatan partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan publik
Kemendikbud, dengan sasaran (i) meningkatnya keterbukaan informasi publik dan
komunikasi publik tentang pembangunan pendidikan dan kebudayaan; (ii)
meningkatnya akses terhadap informasi publik terkait pembangunan pendidikan
dan kebudayaan; (iii) meningkatnya implemetasi open government di Kemendikbud.
Dukungan, SS4, SS5 dan SS6 berdampak pada meningkatnya mutu birokrasi dan
tata keloka pemerintahan yang baik dalam mendukung peningkatan daya saing
dan kinerja pembangunan nasional di nberbagai bidang yang ditandai dengan, (i)
meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan akuntable; (ii)
terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien; (iii)
meningkatnya mutu pelayanan publik.
D. Tata Nilai
Pelaksanaan misi dan pencapaian visi memerlukan penerapan tata nilai yang sesuai
dan mendukungnya. Tata nilai merupakan dasar sekaligus arah bagi sikap dan
perilaku seluruh pegawai dalam menjalankan tugas. Tata nilai yang di utamakan pada
Renstra Ditjen PAUD-Dikmas 2015—2019 ini adalah sebagai berikut:
1. Memiliki Integritas
Konsisten dan teguh dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan,
terutama dalam hal kejujuran dan kebenaran dalam tindakan, memiliki integritas,
bersikap jujur, dan mampu mengemban kepercayaan.
Memiliki pola pikir, cara pandang, dan pendekatan yang variatif terhadap setiap
permasalahan, serta mampu menghasilkan karya baru.
4. Pembelajar
5. Menjunjung Meritokrasi
6. Terlibat Aktif
Suka berusaha mencapai tujuan bersama serta memberikan dorongan agar pihak
lain tergerak untuk menghasilkan karya terbaiknya.
7. Tanpa Pamrih
Arah kebijakan dan strategi ini juga memperhatikan komitmen pemerintah terhadap
pengembangan Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index-HDI),
Agenda diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community-
AEC) pada tahun 2015, konvensi internasional mengenai pendidikan, khususnya
Konvensi Dakar tentang Pendidikan untuk Semua (Education for All) termasuk
agenda EFA setelah tahun 2015, Konvensi Hak Anak (Convention on the Right of
Child), UN Post 2015 Development Agenda, dan World Summit on Sustainable
Development, serta Konvensi Perlindungan Warisan Dunia (Convention Concerning the
Protection of the World Cultural and Natural Heritage), Konvensi untuk Perlindungan
Warisan Budaya Takbenda (Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural
Heritage–CSICH) dan konvensi pelindungan dan promosi keragaman dan ekspresi
budaya (Convention on the Protection and promotion of the diversity and cultural
expression), Pertemuan Kebudayaan Seluruh Dunia (World Cultural Forum) di Bali,
juga hasil-hasil pertemuan dan kesepakatan World Heritage Convention (WHC)
lainnya, untuk melestarikan alam, budaya, situs sejarah dunia untuk kepentingan
masyarakat, ASEM Language Diversity Forum (2012), dan Kongres Bahasa Indonesia
XIII (2013).
Oleh karena itu, upaya untuk mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia perlu
dilengkapi dengan gerakan revolusi mental untuk mengubah cara pandang, pikiran,
sikap, dan perilaku semua orang, yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan,
sehingga Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-
bangsa lain di dunia. Revolusi mental mengandung nilai-nilai esensial yang harus
diinternalisasi baik pada setiap individu maupun bangsa, yaitu: etos kemajuan, etika
kerja, motivasi berprestasi, disiplin, taat hukum dan aturan, berpandangan optimistis,
produktif-inovatif-adaptif, kerja sama dan gotong royong, dan berorientasi pada
kebajikan publik dan kemaslahatan umum.
1. Arah kebijakan dan strategi untuk mencapai sasaran strategis (SS) pada
tujuan strategis (T) dalam mendukung Nawacita 5: Meningkatkan kualitas
hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
a. Sasaran strategis 1 (SS1): Penguatan Peran Orang Tua dalam Ekosistem
Pendidikan. Arah kebijakan dan strategi yang diperlukan untuk mendorong
tercapainya SS1 melalui:
2. Arah kebijakan dan strategi untuk mencapai sasaran strategis (SS) pada
tujuan strategis (T) dalam mendukung Nawacita 2: Membangun Tata Kelola
Pemerintahan yang Bersih, Efektif, Demokratis, dan Terpercaya
(Pembangunan Efektivitas Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola.
Sistem tata kelola ini terdiri dari dua aspek yaitu: (i) tata kelola pembangunan
pendidikan; dan (ii) tata kelola Ditjen Paud-Dikmas. Tata kelola pembangunan
pendidikan mendukung efisiensi pembiayaan pendidikan, sedangkan tata kelola
Ditjen Paud-Dikmas berperan penting dalam mendukung efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan dan keberhasilan pembangunan nasional di
berbagai bidang. Upaya yang dilakukan dalam rangka membangun tata kelola
Ditjen Paud-Dikmas yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya, yaitu: (i)
membangun transparansi dan akuntabiltas kinerja Ditjen Paud-Dikmas; (ii)
menyempurnakan dan meningkatkan kualitas Reformasi Birokrasi Nasional
(RBN) di Ditjen Paud-Dikmas; dan (iii) meningkatkan partisipasi publik dalam
proses pengambilan kebijakan publik Ditjen Paud-Dikmas.
Arah kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas selanjutnya dilaksanakan melalui program
dan kegiatan tahun 2015-2019 dengan menggunakan struktur perencanaan dan
anggaran yang terbaru. Penyesuaian dan penyempurnaan dilakukan pada struktur
kinerja yang mencakup sasaran strategis (SS) dan indikator kinerja sasaran strategis
(IKSS), sasaran program (SP) dan indikator kinerja program (IKP), serta sasaran
kegiatan dan indicator kinerja kegiatan.
Upaya untuk mencapai Indikator Kinerja Program (IKP) Ditjen Paud-Dikmas yang
telah dijabarkan melalui:
Tabel 4.3 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Paud-Dikmas
Sasaran kegiatan layanan kursus dan pelatihan adalah fasilitas kursus dan pelatihan,
kompetensi penyelenggara/pendidik Kursus dan pelatihan, dan regulasi/kebijakan
penyelengaraan kursus dan pelatihan yang berwawasan pendidikan untuk pembangunan
berkelanjutan (ESD), dan kewarganegaraan global, dilakukan melalui:
Target
No Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
2015 2016 2017 2018 2019
IKK.3.2018.1.1 Jumlah Orang Dewasa Memperoleh 150.525 150.525 150.525 150.525 150.525
Layanan Pendidikan Keaksaraan Dasar
IKK.3.2018.1.2 Jumlah Orang Dewasa Memperoleh 95.200 95.200 95.200 95.200 95.200
Layanan Pendidikan Keaksaraan
Usaha Mandiri (KUM) dan Pra Paket A
IKK.3.2018.1.3 Jumlah Remaja dan Orang Dewasa 3.140 2.635 2.345 2.245 2.025
Memperoleh Layanan Pendidikan
Setara Pendidikan Dasar: Jumlah
Siswa Paket A yang menerima bantuan
operasional
IKK.3.2018.1.4 Jumlah Remaja dan Orang Dewasa 652.213 169.660 156.558 143.456 130.354
Memperoleh Layanan Pendidikan
Setara Pendidikan Dasar: Jumlah
g. Menciptakan ekosistem belajar yang aman, nyaman, dan kondusif untuk belajar
secara produktif dengan meningkatkan pemahaman dan kesadaran orang tua
untuk melindungi dan mencegah terjadinya kecelakaan, kekerasan,
penelantaran, eksploitasi anak, perilaku menyimpang, perilaku gratifikasi, dan
korupsi;
B. Kerangka Regulasi
Dalam upaya meningkatkan akses dan mutu Paud-Dikmas diperlukan aturan atau
ketentuan dengan menyiapkan antara lain: (i) penyusunan kurikulum dan metode
pendidikan karakter pada jenjang pendidikan usia dini; (ii) penyusunan rencana
strategis Paud-Dikmas 2015–2019; (iii) menyusun pedoman umum pelaksanaan
program Paud-Dikmas; (iii) menyusun petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan
Paud-Dikmas; (iv) review dan penyusunan perundangan untuk memungkinkan
penyediaan bantuan secara berkesinambungan kepada satuan pendidikan baik
negeri maupun swasta melalui bantuan sosial.
Selain itu diupayakan juga untuk: (i) penguatan lembaga yang menangani
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuantermasuk perlindungan
perempuan dari berbagai tindak kekerasan; (ii) penguatan lembaga pelayanan
perempuan korban kekerasan termasuk TPPO; (iii) penguatan lembaga dan
jejaring PUG di tingkat nasional dan daerah; (iv) peningkatan kapasitas SDM dalam
penerapan PUG dan perlindungan perempuan dari tindak kekerasan termasuk
TPPO; dan (v) peningkatan koordinasi antara pemerintah, lembaga layanan,
masyarakat, dan dunia usaha dalam penerapan PUG serta pencegahan,
C. Kerangka Pendanaan
Kerangka pendanaan pendidikan terdiri dari: (1) membagi beban dan tanggung jawab
pembiayaan pembangunan pendidikan (pemerintah pusat, provinsi, kab/kota,
masyarakat); (2) memperbaiki Norma Standar Prosedur dan Kriteria (NSPK); (3)
memperbaiki mekanisme dan cakupan penggunaan dana bantuan; (4) memperbaiki
pentunjuk teknis pelaksanaan kegiatan.
Selain itu pendanaan pembangunan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
Masyarakat dalam kurun waktu 2015-2019 mengacu pada amanat UUD RI 1945 dan
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, serta melanjutkan fungsi dan tujuan
pendidikan dan kebudayaan sebagaimana telah ditetapkan pemerintah untuk jangka
waktu 2005-2025, yaitu (1) memperjelas pemihakan kepada masyarakat miskin; (2)
penguatan desntralisasi dan otonomi pendidikan; (3) insentif dan disinsentif bagi
peningkatan kases, mutu dan tata kelola pendidikan dan kebudayaan. Pelaksanaan
ketiga fungsi pendidikan dan kebudayaan tersebut bertujuan untuk mewujudkan
pelayanan pendidikan dan kebudayaan sesuai dengan standard nasional pendidikan
dan standard pelayanan minimal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
Masyarakat, yang dicerminkan dalam kerangka pendanaan dan anggaran serta
pembagian tanggungjawab pendanaan antara pemerintah dengan pemerintah daerah.
Sejak tahun 2009, amanat UUD 1945 dan UU Sisdiknas (sesuai Keputusan MK RI
Nomor 13 Tahun 2008), pemerintah selalu berusaha memenuhi kewajiban dengan
menyediakan anggaran pendidikan 20% dari total APBN. Namun demikian,
penyediaan anggaran untuk pembangunan pendidikan anak usia dini danpendidikan
masyarakat relative kecil jika dibandingkan dengan jumlah sasaran yang harus
dilayani. Oleh karena itu, partisipasi pemangku kepentingan seperti pemerintah
daerah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dunia usaha/industri serta lembaga
mitra lainnya sangat-sangat diperlukan (RPJMN 2015-2019-Buku II).
Prinsip efisiensi dilakukan dengan mengoptimalkan akses, mutu, relevansi dan daya
saing lapayanan pendidikan. Prinsip transparansi dilakukan dengan memanuhi asas
kepatutan dan tata kelola yang baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,
penyelenggara pendidikan yang didirikan oleh masyarakat, dan satuan pendidikan
sehingga dapat diaudit atas dasar standard audit yang berlaku, dan menghasilkan
opini audit wajar tanpa perkecualian, serta dapat dipertanggungjawabkan secara
transparan kepada pemangku kepentingan pendidikan. Prinsip akuntabilitas publik
dilakukan dengan memberikan pertanggungjawaban atas kegiatan yang dijalankan
oleh penyelenggara atau satuan pendidikan kepada pemangkukepentingan
pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
A. Reformasi Program
Ditjen Paud-Dikmas melaksanakan reformasi perencanaan dan penganggaran
berpedoman pada Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Sehubungan dengan hal tersebut, penyusunan Renstra Ditjen
Paud-Dikmas 2015—2019 menjadi keharusan bagi setiap kementerian/lembaga
sampai dengan level Eselon I. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan
keberlanjutan program selama lima tahun ke depan. Renstra juga merupakan
persyaratan utama bagi upaya mewujudkan akuntabilitas dan transparansi serta
peningkatan mutu keluaran (output) dan hasil (outcome) dalam pemanfaatan APBN.
Renstra akan menjadi acuan (guidance) pelaksanaan program dan kegiatan bagi
setiap satuan kerja agar dalam melaksanakan tugas dan fungsinya semakin akuntabel.
Sejalan dengan itu juga tetap dilakukan reformasi bidang perencanaan yang
dimaksudkan agar di dalam penyusunan Renstra tergambar secara jelas keterkaitan
antara sasaran kementerian/lembaga, sasaran program, dan sasaran kegiatan dengan
Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS), Indikator Kinerja Program (IKP) dan
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Hal ini dimaksudkan untuk lebih memantapkan
penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja/performance based budgeting.
Penetapan target kinerja ditentukan setelah IKSS, IKP, dan IKK disusun dan
disepakati baik di tingkat kementerian sampai di tingkat Eselon II. Target kinerja
menunjukkan tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai oleh Kementerian,
program, dan kegiatan dalam periode 2015—2019. Oleh karena itu didalam
menyusun dan menetapkan target kinerja mengacu dan memperhatikan beberapa
kriteria, yaitu:
1. Target kinerja harus dapat menggambarkan angka kuantitatif dan satuan yang
akan dicapai dari setiap indikator kinerja sasaran (IKSS, IKP, dan IKK);
NASIONAL
FUNGSI PRIORITAS
SASARAN IK SASARAN
TARGE
PEMBANGUNA PEMBANGUNA
KABINET T
N NASIONAL N NASIONAL
KEMENTERIAN/LEMBAGA
SASARAN
BAGIAN STRATEGIS K/L IK SASARAN
KEMENTERIAN/L KEBIJAKAN K/L TARGET
ANGGARAN/ (IMPACT/ STRATEGIS
EMBAGA
ORGANISASI OUTCOME)
Pengawasan internal di dalam sektor publik dilaksanakan oleh dua pihak, yaitu:
atasan langsung; dan unit pengawasan independen. Pengawasan atasan langsung
termasuk yang dilakukan oleh unit pengawasan Kementerian. Sedangkan unit
pengawasan independen adalah seperti Badan Pemeriksaan Keuangan
Pembangunan (BPKP) yang bertanggung jawab kepada Presiden, dan Badan
Pemeriksa Keuangan yang bertanggung jawab kepada DPR-RI.
Sistem pemantauan dan evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
implementsi Renstra. Pemantauan dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui
tingkat pencapaian dan kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan dalam
Renstra Ditjen Paud-Dikmas2015–2019 dengan hasil yang dicapai berdasarkan
kebijakan yang dilaksanakan melalui kegiatan dan/atau program Paud-Dikmas.
Pemantauan dan evaluasi mencakup aspek (1) penjaminan mutu, relevansi, dan
daya saing; (2) pemerataan dan perluasan akses Paud-Dikmas; (3) peningkatan
tata kelola, akuntabilitas, dan kemitraan pendidikan. Pemantauan dan evaluasi
dapat dilakukan oleh pemerintah, dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan
kabupaten/kota, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) atau dinas pendidikan
kecamatan.
Strategi Percepatan
MONITORING
Selain itu, hasil pemantauan dan evaluasi juga dapat digunakan sebagai
masukan bagi BSNP, BAN-PNF, dan lembaga sertifikasi kompetensi untuk
meningkatkan kinerja badan-badan tersebut dalam melaksanakan
standarisasi, akreditasi, penjaminan dan pengawasan mutu, pemantauan dan
evaluasi program, kegiatan serta hasil belajar tingkat nasional.
Sebagian besar program yang ada di unit utama dan unit kerja di lingkungan
Ditjen Paud-Dikmas dilaksanakan di kabupaten/kota melalui provinsi, dan
bahkan ada yang langsung ke PKBM melalui mekanisme pendanaan
dekonsentrasi, dana alokasi khusus, bantuan sosial/block grant, dan bantuan
langsung ke PKBM melalui mekanisme bantuan operasional pendidikan
(BOP). Sejalan dengan pelaksanaan program unit utama di lingkungan Ditjen
Paud-Dikmas yang dilaksanakan oleh SKPD pendidikan kabupaten/kota,
pencapaian indikator kinerja yang tertuang dalam Renstra Ditjen Paud-
Dikmas 2015-2019 sebagaian besar dicapai oleh SKPD bidang pendidikan
kabupaten/kota.
KEMENDIKBUD
Dalam menyajian laporan dan evaluasi baik melalui sistem dan teknologi
informasi maupun secara berkala mengacu kepada:
Draft Draft
Laporan
Laporan Laporan
Laporan Pelaksanaan
Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan
Analisis dan Evaluasi Analisis dan Evaluasi
Koordinasi dan oleh Pimpinan Unit oleh Sekretariat
Konsolidasi Lap. Eselon I Jenderal
Bulanan oleh Subdit
Koordinasi dan Program Eselon II/
Konsolidasi Lap. Sekretariat UPT Draft Draft
Bulanan oleh Laporan Laporan
Tidak Tidak
Sekretariat SKPD
Draft
Tidak Laporan Validasi
oleh Validasi
Draft Pimpinan oleh Menteri
Laporan Eselon I
Tidak
Validasi Lap.
Ya Ya
Pim. Unit Eselon
II / UPT Laporan Laporan
Bulanan Bulanan
Validasi
Lap. Pim. Ya
SKPD
Laporan
Masalah Kritis/ Masalah Kritis/
Bulanan Tidak Selesai Tidak Selesai
Mendesak Mendesak
Ya
Laporan Ya Ya
Bulanan
Tindak Lanjut Tindak Lanjut
Sesuai dengan peran dan fungsinya serta untuk memudahkan dalam pengelolaan
maka desain arsitektur SIM secara umum dikelompokkan dalam beberapa
komponen (subsistem) fungsional sebagai berikut: (a) subsistem pendataan, (b)
subsistem manajemen program, (c) subsistem informasi eksekutif (EIS), (d)
subsistem pembelajaran (e-learning), (e) subsistem penyebaran informasi,
komunikasi dan kolaborasi, (f) subsistem manajemen pendukung.
Sistem Informasi Eksekutif (EIS) secara khusus berfungsi untuk mengolah dan
mengemas/menyajikan berbagai informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan
oleh para eksekutif untuk kepentingan perumusan kebijakan, perencanaan dan
penetapan program dan sasaran, pengambilan keputusan manajemen,
Karena sifatnya yang tidak statis melainkan dinamis (terkadang sangat mobile) inilah
maka baik peserta didik dan tenaga pendidik nonformal haruslah diperlakukan sebagai
agen pendidikan yang berperan aktif dalam proses belajar dan membelajarkan di jalur
pendidikan ini. Tanpa pengenalan dan pemahaman yang akrab akan sifatnya yang
dinamis itu agak sulit kita mengukur indikator, output, outcome dan komponen-
komponen pendukung lainnya ketika harus menyusun Renstra ini. Belum lagi kalau kita
harus berbicara tentang sistem penjaminan mutu pendidikan pada jalur pendidikan
nonformal, dengan memahami fakta bahwa pendidikan nonformal berbeda dengan
pendidikan formal, akan sangat membantu kita untuk memahami dan mengapresiasi
poin-poin penting yang hendak disampaikan dalam Renstra ini.
Fakta bahwa untuk mengukur indikator, output, outcome dan seterusnya dalam
pendidikan masyarakat demikian kompleks, luas, dan beragam, terkadang tuntutan di
lapangan masih bergantung pula pada situasi dan kondisi yang kerap berubah dan bisa
jadi dapat berubah lagi setiap saat. Namun, terlepas dari sifat pendidikan masyarakat
yang dinamis bahkan cenderung mobile, kiranya Renstra ini sudah cukup memadai untuk
menampung hasrat, minat dan aspirasi masyarakat untuk mendapat layanan pendidikan
nonformal, lebih khusus lagi bagi mereka yang belum beruntung, baik karena faktor
ekonomi maupun karena kendala geografis, untuk mendapatkan layanan pendidikan yang
sudah semestinya menjadi haknya sebagai warga Negara Indonesia.