Anda di halaman 1dari 13

METODELOGI PENELITIAN

Pengaruh Penggunaan Ekstrak Kulit Jeruk Manis Sebagai


Antioksidan terhadap Pembentukan Deposit pada Ruang Bakar
Mesin Diesel

Okta Rijal Nur Pratama


04211540000044

Dosen Pembimbing 1 :
Ir. Aguk Zuhdi Muhammad Fatallah, M.Eng, Ph.D

Dosen Pembimbing 2 :

Dr. I. Made Ariana, ST.,MT.

JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018
BAB I
1.1 Latar Belakang

Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi, industri, dan perkembangan


teknologi menyebabkan semakin meningkat pula jumlah energi yang dibutuhkan. Sementara
itu, ketergantungan terhadap bahan bakar fosil masih cukup tinggi sedangkan ketersediaannya
semakin menipis, sehingga perlu dilakukan terobosan untuk memanfaatkan sumber energi lain
yang terbarukan. Salah satunya yang dilakukan pemerintah yaitu mengelurakan kebijakan
penggunaan Biodiesel (B20) sebagai bahan bakar pengganti solar baik dalam bidang industri,
transportasi, atau pembangkit listrik.
Biodiesel sendiri merupakan bahan bakar alternative yang cukup potensial untuk
dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti bahan bakar diesel. Hal ini dikarenakan
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam sumber bahan baku
pembuatan biodiesel. Selain itu, biodiesel adalah bahan bakar yang ramah lingkungan,
sehingga penggunaan biodiesel dapat membawa dampak baik bagi sekitar terutama dibidang
pemanasan global. Meskipun demikian penggunaan biodiesel juga dapat menyebabkan
beberapa permasalahan pada mesin diesel, salah satunya adalah terjadinya degradasi biodiesel
yang menyebabkan adanya deposit dalam mesin diesel.
Deposit atau kerak pada mesin diesel dapat menyebabkan penurunan performa, mulai dari
berubahnya karakteristik sparay, penurunan power, meningkatnya konsumsi bahan bakar,
meningkatnya emisi, tingginya noise bahkan tersumbatnya lubang injector. Oleh karena itu
dibutuhkan inovasi untuk dapat mengatasi masalah tersebut, salah satunya adalah
menambahkan antioksidan pada biodiesel. Hal ini dibuktikan dari pengujian pada mesin diesel
dengan kondisi operasional yang diberikan zat aditif BHT 1000 ppm pada biodiesel kepala
sait mampu menurunkan emisi gas buang 24%, sedangkan untuk pembentukan deposit
memiliki efek berbeda-beda tergantung lokasi diantaranya, Piston : penurunan 32%, Cylinder
Head : penurunan 8%, Intake Valve : kenaikan 11%, Exhaust Valve : penurunan 23%
(Muhammad Ma’ruf, 2015)
Pembentukan deposit pada engine merupakan fenomena yang cukup kompleks dan sangat
tergantung pada kombinasi berbagai macam parameter seperti bahan bakar, permukaan
material, termperatur, tekanan, kondisi ruang bakar dll. Interaksi antara butiran bahan bakar
dengan permukaan logam akan menyebabkan terbentuknya lapisan film bahan bakar.
Pembentukan lapisan film tersebut merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
pembentukan deposit. Salah satu faktor penyebab bertambahnya jumlah deposit pada mesin
diesel diduga kuat berasal dari hasil oksidasi ataupun degradasi FAME biodiesel. Biodiesel
sangat mudah terdegradasi bila dibandingkan dengan solar. Hal ini dikarenakan adanya ikatan
tidak jenuh pada asam lemak biodiesel. Sehingga penambahan antioksidan bertujuan untuk
mencegah atau mengurangi biodiesel teroksidasi atau terdegradasi.
Dalam beberapa penelitian sebelumnya, zat antioksidan yang digunakan adalah
antioksidan sintesis. Padahal terdapat bahan-bahan alami yang sering ditemui namun belum
banyak digunakan, dan bahan tersebut memiliki sifat antioksidan yang cukup kuat.Salah
satunya zat alami yang memiliki sifat antioksidan kuat adalah kulit jeruk manis. Berdasarkan
hasil pengujian aktivitas antioksidan secara in vitro dengan metode DPH, diperoleh hasil
bahwa ekstrak kulit jeruk manis dengan nilai IC50 sebesar 7,98 mg/mL atau 7,98 ppm
(Muhtadi,dkk.,2013). Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat
kuat jika nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat untuk IC50 bernilai 151 – 200 ppm (Mardawati,
et al.,2008). Dapat disimpulkan kulit jeruk manis termasuk antioksidan yang sangat kuat.
Pada penelitian ini, pembentukan deposit pada mesin diesel didekati dengan melakukan
proses deposisi dan evoparasi bahan bakar secara berulang pada suatu plat panas. Metode
sederhana ini dibuat untuk mengatasi kompleksitas pengujian deposit pada mesin diesel
menghemat waktu, biaya serta sampel bahan bakar yang terbatas. Metode yang hamper sama
juga pernah digunakan oleh peneliti pada referensi. Pembentukan deposit pada plat panas
dilakukan untuk variasai bahan bakar biodiesel dengan potensial deposit paling rendah.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa permsalahan yaitu :


1. Ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang cukup tinggi sebagai sumber energi
utama, padahal bahan bakar fosil adalah energi yang tidak dapat diperbarui dan
semakin lama, semakin menipis.
2. Penggunaan Biodiesel diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan
bakar fosil, namun penggunaan biodiesel sendiri juga dapat menyebabkan kerugian.
Salah satunya adalah menyebabkan terbentuknya deposit yang semnakin banyak.
Sehingga dapat menyebabkan beberapa masalah pada mesin diesel.

1.3 Batasan Masalah


Agar penelitian ini lebih terarah, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti dengan
sebagai berikut :
1. Biodiesel yang digunakan adalah B20 atau solar produk PT. Pertamina yang dijual di
SPBU pada umumnya.
2. Zat antioksidan yang digunakan adalah berasal dari ekstraksi kulit jeruk manis dengan
kadar 100 ppm
3. Mesin uji yang digunakan adalah mesin diesel silider tunggal dengan merk Yanmar yang
ada di Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, FTK, ITS.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh penggunaan ekstraksi kulit jeruk manis terhadap proses
pembentukan deposit pada mesin diesel?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan ekstraksi kulit jeruk manis terhadap perfoma mesin
diesel ?
1.5 Tujuan Masalah
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh penggunaan ekstraksi kulit jeruk manis terhadap proses
pembentukan deposit pada mesin diesel.
2. Mengetahui pengaruh penggunaan ekstraksi kulit jeruk manis terhadap perfoma mesin
diesel.

1.6 Manfaat Masalah


Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan bahan pertimbangan para pengguna mesin diesel untuk mengurangi
intensitas perawatan mesin, terutama dibagian pembersihan deposit akibat penggunaan
biodiesel.
2. Meningkatkan nilai jual kulit jeruk manis sebagai zat antioksidan alami yang mampu
menjadi aditif biodiesel untuk mengurangi jumlah deposit pada mesin diesel.
3. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Bakar Biodiesel (B20)


Biodiesel merupakan campuran metil ester dengan asam lemak rantai panjang yang
dihasilkan dari sumber hayati seperti minyak nabati dan lemak hewani atau dari minyak
goreng bekas pakai. Minyak nabati merupakan sumber bahan baku yang menjanjikan bagi
proses produksi biodiesel karena bersifat terbarukan, dapat diproduksi dalam skala besar dan
ramah lingkungan (Wenten, 2010).
Rumus kimia trigliserida adalah CH2COOR-CHCOOR’-CH2COOR”, dimana R, R’,
dan R” masing-masing adalah sebuah rantai alkil yang panjang. Ketiga asam lemak RCOOH,
R’COOH dan R”COOH bisa jadi semuanya sama, semuanya berbeda ataupun hanya dua
diantaranya sama.
Biodiesel murni yang biasa disebut dengan B100 dan campurannya dengan minyak solar
(BXX) dapat digunakan sebagai bahan bakar motor diesel. B100 mempunyai sifat-sifat fisika
yang mirip dengan bahan bakar diesel, sehingga dapat digunakan langsung pada mesin-mesin
diesel tanpa adanya modifikasi. Secara umum karakteristik biodiesel adalah memiliki angka
setana yang lebih tinggi dari minyak solar, dapat terdegradasi dengan mudah (biodegradable),
tidak mengandung sulfur (atau sangat rendah, jika ada) dan senyawa aromatic, sehingga emisi
pembakaran yang dihasilkan lebih ramah lingkungan dari pada bahan bakar minyak jenis
minyak solar. Biodiesel dapat diproduksi dari tanaman penghasil minyak, lemak hewani atau
residu berlemak (lipidic residues) antara lain seperti yang tertuang dalam gambar 2.1. (yang
sudah komersial adalah biodiesel dari kelapa sawit).

(a) (b) (c) (d) (e)


Gambar 2.1 Bahan baku pembuatan Biodiesel. (a) Kelapa Sawit, (b) Jarak, (c) Kedelai,
(d) Jagung, (e) Kelapa

Biodiesel dapat dihasilkan melalui proses transesterifikasi ataupun esterifikasi minyak


nabati dengan alkohol menggunakan katalis asam atau basa. Sodium metilat, NaOH atau KOH
serta H2SO4 merupakan katalis yang umum digunakan. Esterifikasi dilakukan untuk
membuat biodiesel dari minyak berkadar asam lemak bebas tinggi (berangka asam ≥ 5 mg
KOH/g).
Gambar 2.2 Reaksi pembuatan Biodiesel

2.2.1 Karakteristik Biodiesel


Biodiesel tidak mengandung nitrogen atau senyawa aromatik dan hanya
mengandung kurang dari 155 ppm (part per million) sulfur. Biodiesel mengandung 11%
oksigen dalam persen berat yang keberadannya mengakibatkan berkurangnya kandungan
energy namun menurunkan kadar emisi gas buang yang berupa karbon monoksida (CO),
Hidrokarbon (HC), partikulat dan jelaga. Kandungan energi biodiesel 10% lebih rendah
bila dibandingkan dengan solar, sedangkan efisiensi bahan bakar biodiesel lebih kurang
dapat dikatakan sama dengan solar, yang berarti daya dan torsi yang dihasilkan
proporsional dengan kandungan nilai kalor pembakarannya. Kandungan asam lemak
dalam minyak nabati yang merupakan bahan baku dari biodiesel menyebabkan bahan
bakar biodiesel sedikit kurang stabil dibandingkan dengan solar, kestabilan yang tidak
stabil dapat meningkatkan kandungan asam lemak bebas, menaikkan viskositas,
terbentuknya gums, dan terbentuknya sedimen yang dapat menyumbat saringan bahan
bakar.
Biodiesel memiliki sifat melarutkan (solvency). Hal ini menyebabkan suatu
permasalahan, dimana apabila digunakan pada mesin diesel yang sebelumnya telah lama
menggunakan solar dan didalam tankinya telah terbentuk kerak dan sedimen, maka
biodiesel akan melarutkan kerak dan sedimen tersebut, sehingga dapat menyumbat
saringan dan saluran bahan bakar. Oleh karena itu apabila kandungan sedimen dan kerak
didalam tangki bahan bakar cukup tinggi sebaiknya diganti sebelum digunakan biodiesel.
Beberapa material seperti kuningan, tembaga, timah, dan seng dapat mengoksidasi
biodiesel dan menghasilkan sedimen, untuk mencegah hal ini maka sebaiknya biodiesel
terbuat dari bahan stainless steel atau alumunium.
Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Jenis Biodiesel
Sebagai Bahan Bakar Lain yang Dipasarkan di Dalam Negeri diatur berdasarkan
Keputusan Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (DJ EBTKE) Nomor
723 K/10/DJE/2013 yang mengacu pada SNI 7182:2012 – Biodiesel.
Tabel 2.1 Standar dan Mutu (Spesifikasi) BBN Jenis Biodiesel
(Sumber : SNI 7182:2012)

2.2 Deposit atau Kerak


Penggunaan mesin pembakaran dalam (internal combustion engine), deposit bisa
terbentuk pada lokasi yang bervariasi. Pada mesin diesel, deposit terbentuk pada ruang bakar
dan nosel injector yang menyebabkan kenaikan kadar emisi khususnya emisi partikulat dan
emisi gas. Masalah juga akan muncul terhadap ketahanan mesin. (Lepperhoff, et. al.,1993)
Pada mesin diesel, bore polishing menyebabkan kerusakan mesin. Pembentukan lacquer
pada silinder liner menyebabkan peningkatan konsumsi oli. Suhu piston crown naik. Terjadi
fouling pada nosel injector baik untuk mesin diesel direct injection maupun indirect injection
yang juga akan meningkatkan emisi partikulat. Dengan modifikasi desain mesin dan
pengembangan bahan bakar, komposisi pelumas dan aditif maka pembentukan deposit bisa
dikendalikan. Dan jika dihubungkan dengan biodiesel, kandungan gliserin yang tinggi
khususnya trigliserida pada biodiesel akan menyebabkan pembentukan deposit pada nosel,
piston dan katup.

(a) (b) (c) (d)


Gambar 2.2 Deposit Karbon pada (a) Valve intake, (b) Piston, (c) Silinder Head, (d)
Injektor tip

2.3.1 Mekanisme Pembentukan Deposit


Mesin diesel disebut juga dengan sebutan mesin CI (Compression Ignition).
Mesin diesel mengkompresi udara di ruang bakar hingga temperaturnya melebihi titik
autoignition dari bahan bakar yang akan disemprotkan oleh injektor. Sehingga ketika
bahan bakar disemprotkan, partikel bahan bakar yang mengalami kontak langsung dengan
udara akan mengalami reaksi pembakaran. Pembakaran di atas disebut dengan
pembakaran secara difusi, yakni pembakaran yang reaksinya bersamaan dengan
pencampuran udara dengan bahan bakar.
Kekurangan dari pembakaran difusi adalah tingkat campuran udara-bahan bakar
(AFR) yang tidak merata. Pada gambar di bawah ini terlihat bahwa pada bagian terluar
spray penetration terjadi pembakaran (difusion flame) akibat AFR di daerah tersebut
sudah sesuai untuk terjadinya pembakaran. Akan tetapi di area dalam spray penetration
AFR-nya tidak sesuai dengan stoikiometri pembakaran karena minimnya udara di area
tersebut, sehingga terjadilah incomplete combustion yakni pembakaran yang tidak
sempurna yang menghasilkan residu berupa padatan carbon (deposit). Adapun juga
mekanisme pembentukan deposit menurut Lepperhoff, et. al. (1993) deposit terbentuk
melalui proses berikut:
1. Pembentukan lapisan film
Lapisan film dapat terbentuk akibat kondensasi dari heavy gaseous
component ataupun pembasahan dinding ruang bakar oleh bahan bakar. Reaktifitas
dan daya penguapan dari bahan bakar nantinya sangat menentukan hasil deposit di
dinding ruang bakar. Dalam kasus kondensasi, kondisi dinding ruang bakar
berpengaruh besar terhadap proses ini. Suhu dinding ruang bakar yang relatif lebih
rendah dibandingkan bahan bakar akan menyebabkan bahan bakar yang berwujud
gas yang menempel di dinding akan mentransfer kalor ke dinding ruang bakar.
Akibat kalor dari gas bahan bakar terbuang ke dinding, maka kemudian gas tersebut
akan mengalami kondensasi membentuk lapisan film di dinding ruang bahan bakar.
Pembasahan dinding secara langsung juga turut andil dalam pembentukan
deposit. Bahan bakar yang disemprotkan oleh injektor sebagian akan terbakar
secara difusi, tetapi sebagian tidak terbakar karena AFRnya tidak tercapai, sehingga
menempel di dinding ruang bakar. Area yang terkena pembasahan langsung
dimungkinkan memiliki deposit dengan jumlah yang cukup besar, antara lain :
piston crown dan injector tip.

2. Penempelan dan Penggabungan Partikel


Gradien temperatur di dinding menyebabkan gaya termoforesis yang cukup
tinggi. Gaya termoforesis ini adalah gaya percampuran, penempelan, atau
penggabungan partikel beda fase (padat dan cair) akibat perbedaan suhu. Semakin
tinggi gradien temperatur semakin besar gaya termoforesis. Fenomena ini
menyebabkan peningkatan konsentrasi partikel di dinding yang suhunya relatif
lebih dingin dibandingkan di ruang bakar. Partikel padat akan menempel di
tempat-tempat yang relatif dingin tersebut dan bergabung dengan lapisan film cair
yang sudah ada. Partikel karbon tidak dapat menempel pada permukaan yang
kering. Untuk membentuk suatu deposit dibutuhkan media kontak antara
permukaan dinding dan partikel. Media penempelan ini adalah lapisan film.
Deposit tumbuh secara terus menerus dengan penempelan lapisan film dan
partikel padat terus menerus.

3. Penyerapan Gas
Penggabungan dan impact partikel memungkinkan perkembangan deposit
dengan kadar deposit yang tinggi. Fenomena ini menyebabkan porositas deposit
menjadi tinggi dan deposit menjadi mudah menyerap gas. Gas tersebut berdifusi
dengan deposit melalui pori pori yang ada, terserap atau akhirnya terkondensasi
pada permukaan bersuhu rendah. Efek peristiwa ini menghasilkan deposit yang
memiliki densitas tinggi.

4. Reaksi Hidrokarbon
Ketika deposit menempel di dinding sangat dimungkinkan reaksi kimia
terjadi misalkan oksidasi, pirolisis, dehidrasi, polimerisasi dll. Reaksi kimia ini
disebabkan karena pengaruh temperatur disertai dengan masa tinggal yang lama.
Jika temperatur dinding relative rendah, bahan bakar yang terakumulasi di dinding
akan menguap oleh panas yang diberikan oleh gas, dan meninggalkan sisa bahan
bakar yang mengeras seperting proses coating.

5. Tekanan pada permukaan


Tekanan selama mesin bekerja turut mempengaruhi pembentukan
deposit. Tekanan dapat mengubah struktur deposit menjadi lebih padat. Setelah
mengalami tekanan secara terus menerus, deposit akan terkumpul dan mengeras
menjadi suatu gumpalan padat yang dengan mudah lepas dari permukaan akibat
gaya mekanis seperti getaran, impak dari spray, ataupun gaya gesek akibat aliran
gas.
2.3.2 Degredasi Biodiesel dan Pembentukan deposit
Salah satu faktor penyebab bertambahnya jumlah deposit pada mesin diesel
diduga kuat berasal dari hasil oksidasi ataupun degradasi termal dari FAME biodiesel.
Deposit yang terbentuk khususnya di injektor diidentifikasi sebagai senyawa garam
karboksilat dan polimer yang merupakan produk degradasi dari biodiesel. Pada sistem
common rail adanya kondisi ekstrim berupa pressure stress dan thermal stress terhadap
bahan bakar dapat meningkatkan terjadinya degradasi biodiesel dan memperburuk
terbentuknya deposit.
Biodiesel sangat mudah terdegradasi bila dibandingkan dengan petroleum diesel
karena adanya ikatan tidak jenuh pada rantai asam lemak. Ikatan rangkap pada FAME
diduga kuat berperan dalam memfasilitasi terbentuknya ikatan oksigen membentuk gugus
fungsi eter (C-O-C) atau ikatan peroksida (C-O-O-C). Ikatan peroksida akan membentuk
senyawa siklis intermediet yang dapat terbuka membentuk asam karboksilat ataupun
aldehid atau dapat juga bereaksi dengan rantai asam lemak lain membentuk dimer
(polimer).
Degradasi biodiesel melalui proses oksidasi terjadi melalui pembentukan
hidroperoksida (R-O-O-H). Senyawa peroksida merupakan senyawa yang tidak stabil,
reaksi lebih lanjut akan menghasilkan senyawa oksidasi sekunder yang dapat
menyebabkan degradasi rantai karbon menjadi lebih pendek seperti asam karboksilat,
aldehid, keton, atau menyebabakan rantai karbon menjadi molekul yang lebih besar
melalui proses polimerisasi.
Asam karboksilat hasil dekomposisi biodiesel dapat menyebabkan korosi dan
melarutkan material logam pada komponen kendaraan / engine membentuk deposit garam
karboksilat. Garam karboksilat memiliki kecenderungan untuk menjebak senyawa
polimer hasil degradasi biodiesel melalui proses adsorpsi fisika yang dapat melekatkan
deposit. Mekanisme yang dikemukakan oleh Omori, et. al. disajikan pada gambar berikut
:

Gambar 2.3 Mekanisme pembentukan deposit


2.3 Antioksidan sebagai Zat Aditif
Antioksidan adalah suatu senyawa atau komponen kimia yang dalam kadar atau jumlah
tertentu mampu menghambat atau memperlambat kerusakan akibat proses oksidasi.
Sementara itu zat aditif merupakan komponen yang ditambahkan ke dalam bahan bakar dalam
jumlah kecil untuk meningkatkan atau merubah properties dari bahan bakar. Semenjak
biodiesel dijual bebas, terjadi peningkatan kebutuhan aditif untuk meningkatkan stabilitas dan
menghambat korosi yang diakibatkan oleh sifat stabilitas biodiesel yang rendah dan
inkompatibilitas biodiesel terhadap beberapa material logam. Sehingga zat aditif berupa
antioksidan dapat digunakan untuk mencegah prekursor deposit yang timbul melalui
pembentukan peroksida. Dari beberapa penelitian antioksidan mampu menghambat proses
degradasi biodiesel secara signifikan.
Antioksidan fenolik menjadi pilihan yang cukup baik karena memiliki donor atom
hidrogen dan memiliki bentuk intermediet radikal yang stabil. Penstabilan radikal terjadi
melalui resonansi/delokalisasi elektron tak berpasangan disekitar cincin aromatik.

Gambar 2.4 Mekanisme penstabilan radikal oleh antioksidan jenis fenolik

Beberapa penelitian terkait pemanfaatan aditif antioksidan pada biodiesel disajikan pada
tabel berikut;

Peneliti Antioksidan Konsentrasi Keterangan


Dunn, 2005 BHA, PG 1000-5000 Peningkatan tajam parameter
ppm stabilitas oksidasi pada konsentrasi
disekitar 1000 ppm
Tang e.t al., PG, PY, TBHQ, 250, 500, Meningkatkan stabilitas oksidasi
2008 BHA, BHT, 1000 ppm
DTBHQ, and IB
Lin, TBHQ, BHT, 1000 ppm Menurunkan deposit yang terbentuk
Y.S.,et.al.,2011 and BHA pada simulator deposit & injektor tip,
dengan bahan bakar emulsi biodiesel
Serrano BHT, PG, and 1000 ppm Meningkatkan stabilitas oksidasi
et.al.,2013 Tocopherol untuk memenuhi EN 14214
Muhammad BHA, BHT, PG 1000 ppm Efek penggunaan aditif antioksidafi
Ma’ruf, 2015 teriiadap pembentukan Deposit
biodiesel, kajian pada plat panas dan
mesin diesel
Tabel 2.2 Penelitian Antioksidan untuk Biodiesel
Dari beberapa penelitian mengenai antioksdian, belum ada yang menggunakan
antioksidan alami. Padahal terdapat juga bahan alam yang dapat digunakan menjadi
antioksidan, bahkan bisa dikatakan antioksidan kuat. Salah satunya adalah dari bahan Kulit
Jeruk Manis.

2.4.1 Kulit Jeruk Manis sebagai Antioksidan


Kulit buah kaya akan senyawa antioksidan alami berupa senyawa fenolik,
flavonoid, karotenoid dan antosianin. Kulit sebagai sumber senyawa antioksidan secara
perlahan mendapatkan perhatian karena aktivitas biologinya lebih baik daripada bagian
yang lain (Zulkifli et al, 2012). Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antioksidan secara
in vitro dengan metode DPH, diperoleh hasil bahwa ekstrak kulit jeruk manis dengan nilai
IC50 sebesar 7,98 mg/mL atau 7,98 ppm (Muhtadi,dkk.,2013). Nilai IC50 merupakan
bilangan yang menunjukkan konsentrasi sampel uji (μg/ml) yang memberikan peredaman
DPPH sebesar 50% (mampu meredam proses oksidasi DPPH sebesar 50%). Secara
spesifik, suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang
dari 50 ppm, kuat untuk IC50 bernilai 50-100 ppm, sedang jika IC50 bernilai 100-150
ppm, dan lemah jika IC50 bernilai 151-200 ppm (Mardawati, et al., 2008).

Tabel 2.3 Penelitian Kekuatan antioksidan beberapa kulit buah


(Sumber : Muhtadi,dkk, 2013)

Anda mungkin juga menyukai