Oleh
Munawaroh 1622230031
Dosen Pembimbing
Ligan monodentat, yaitu ligan yang mendonorkan satu pasang elektron bebasnya
kepada logam atau ion logam. Contoh : NH3, H2O, NO2-, dan CN-.
Ligan bidentat, yaitu ligan yang mendonorkan dua pasang elektronnya kepada logam
atau ion logam. Contoh : etyhlendiamine, NH2CH2CH2NH2.
Namun demikian, molekul netral seperti H2O dan NH3 dan anion seperti F-,Cl-,Br-
,CN- dapat bertindak sebagai ligan. Apabila satu atau lebih molekul netral berkoordinasi
dengan ion logam akan menghasilkan spesies ion logam transisi yang bermuatan
disebut ion kompleks. Misalnya ion-ion logam transisi sebagian besar membentuk ion
kompleks dengan molekul-molekul air ketika di dalam larutan air, misalnya
[Co(H2O)6]3+ dan [Ni(H2O)6]2+. Jika satu atau lebih anion berkoordinasi dengan ion
logam, dihasilkan ion kompleks yang bermuatan negatif, contohnya [Co(NO2)6]3- dan
[Fe(CN)6]4-.
Unsur transisi periode keempat memiliki tingkat oksidasi (bilangan oksidasi)
yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat energi subkulit 3d dan 4s yang
hampir sama. Oleh sebab itu, saat unsur transisi melepaskan elektron pada subkulit
4s membentuk ion positif (kation), sejumlah elektron pada subkulit 3d akan ikut
dilepaskan. Bilangan oksidasi umum yang dijumpai pada tiap unsur transisi periode
keempat adalah +2 dan +3. Sementara, bilangan oksidasi tertinggi pada unsur transisi
periode keempat adalah +7 pada unsur Mangan (4s2 3d7).
Bilangan oksidasi rendah umumnya ditemukan pada ion Cr3+, Mn2+, Fe2+, Fe3+, Cu+,
dan Cu2+, sedangkan bilangan oksidasi tinggi ditemukan pada anion oksida, seperti
CrO42-, Cr2O72-, dan MnO4-.
Perubahan bilangan oksidasi ditunjukkan oleh perubahan warna larutan. Sebagai
contoh, saat ion Cr+7 direduksi menjadi ion Cr3+, warna larutan berubah dari orange
(jingga) menjadi hijau.
Cr2O72-(aq) + 14 H+(aq) + 6 e- ——> 2 Cr3+(aq) + 7 H2O(l)
Besi (Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2% massa
kerak bumi). Besi jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Besi umumnya
ditemukan dalam bentuk mineral (bijih besi), seperti hematite (Fe2O3), siderite (FeCO3),
dan magnetite (Fe3O4).
Reaksi ion besi dalam larutan
Ion heksaaquobesi(II) - [Fe(H2O)6]2+.
Ion heksaaquobesi(III) - [Fe(H2O)6]3+.
Keduanya bersifat asam, tetapi ion besi(III) lebih kuat sifat asamnya.
Besi sangat mudah di oksidasi pada kondisi yang bersifat basa. Oksigen di
udara mengoksidasi endapan besi (II) hidroksida menjadi besi(III) hidroksida
terutama pada bagian atas tabung reaksi. Warna endapan yang menjadi gelap berasal dari
efek yang sama.
Pada kasus besi (III)
Logam Besi bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan gas hidrogen.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Fe(s) + 2 H+(aq) ——> Fe2+(aq) + H2(g)
Larutan asam sulfat pekat dapat mengoksidasi logam Besi menjadi ion Fe3+.
Sementara larutan asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe3O4 yang dapat
menghambat reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi dijumpai dalam bentuk senyawa
dengan tingkat oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa Besi (II) antara lain FeO
(hitam), FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS (hitam). Ion Fe2+ dapat dengan
mudah teroksidasi menjadi ion Fe3+ bila terdapat gas oksigen yang cukup dalam larutan
Fe2+. Sementara itu, senyawa yang mengandung ion Besi (III) adalah Fe2O3 (coklat-
merah) dan FeCl3 (coklat).
Kobalt (Co)
Reaksi ion heksaaquokobal(II) dengan ion hidroksida
Ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian
melekat ke ion kobal. Setelah ion hidrogen dihilangkan dari dua molekul air, maka
akan diperoleh kompleks tidak bermuatan - kompleks netral. Kompleks ini tidak larut
dalam air dan terbentuk endapan.
Tetapi proses tidak berhenti sampai disini. Ion hidrogen yang lebih benyak akan
dihilangkan untuk menghasilkan ion seperti [Cr(H2O)2(OH)4]- dan [Cr(OH)6]3-. Sebagai
contoh:
[Cr(H2O)3(OH)3] + 3OH- → [Cr(H2O)6]3- + 3H2O
Endapan larut kembali karena ion tersebut larut dalam air. Pada tabung reaksi,
perubahan warna yang terjadi adalah:
Endapan tersebut larut secara luas jika ditambahkan amonia berlebih (terutama jika
amonianya pekat). Amonia menggantikan air sebagai ligan untuk menghasilkan ion
heksaaminkrom(III).
[Cr(H2O)6]3+ + 6NH3 → [Cr(NH3)6]3+ + 6H2O
Mangan (Mn)
Reaksi ion heksaaquomangan(II) dengan ion hidroksida
Ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian
melekat pada ion mangan. Setelah ion hidrogen dihilangkan dari dua molekul air,
maka akan dipeeroleh kompleks tidak bermuatan - kompleks netral. Kompleks netral
ini tidak larut dalam air dan terbentuk endapan.
CUPRUM (Cu)
Reaksi ion hekasaquotembaga(II) dengan ion hidroksida
Ion hidroksida menggantikan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian melekat pada
ion tembaga. Hal ini dapat dilihat pada persamaan reaksi berikut:
2. Bilangan Oksidasi
Tidak seperti golongan IA dan IIA yang hanya mempunyai bilangan oksidasi +1
dan +2, unsur-unsur logam transisi mempunyai beberapa bilangan oksidasi. Seperti
vanadium yang punya bilangan oksidasi +2, +3, dan +4. Berikut contoh dari
keberagaman tingkat oksidasi unsur-unsur transisi periode keempat
Diambil dari McMurry dan Fay (2004)
3. Sifat Kemagnetan
Setiap atom dan molekul mempunyai sifat magnetik, yaitu paramagnetik , di
mana atom, molekul, atau ion sedikit dapat ditarik oleh medan magnet karena ada
elektron yang tidak berpasangan pada orbitalnya , dan diamagnetik , di mana atom,
molekul, atau ion dapat ditolak oleh medan magnet karena seluruh elektron pada
orbitnya berpasangan . Sedangkan pada umumnya unsur-unsur transisi bersifat
paramagnetik karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan pada orbital-
orbital d-nya. Sifat paramagnetik ini akan semakin kuat jika jumlah elektron yang
tidak berpasangan pada orbitalnya semakin banyak. Logam Sc, Ti, V, Cr, dan Mn
bersifat paramagnetik, sedangkan Cu dan Zn bersifat diamagnetik. Untuk Fe, Co,
dan Ni bersifat feromagnetik, yaitu kondisi yang sama dengan paramagnetik hanya
saja dalam keadaan padat (Brady, 1990: 698).
4. Ion-ion berwarna
- Dimasukkan ke dalam
- Amati
Perubahan
Warnanya
VI. Hasil Percobaan
a. Reaksi
1. Zn° + FeIISO4 → ZnIISO4 + Fe° (Reaksi redoks)
2. 2 FeIISO4 + CuIISO4 → Cu0 + Fe2III(SO4)3 (Reaksi Redoks)
3. 3 Cl + FeSO4 → FeCl3 + 0 Fe3O4 + SO4 (Reaksi Redoks)
4. FeSO4 + 2 NaOH → Na2SO4 + Fe(OH)2
b. Hasil
No Semyawa Larutan Ligan Warna
1. FeSO4 FeSO4 + ZnSO4 Kuning bening
2. FeSO4 FeSO4 + CuSO4 Berubah jadi warna menjadi kuning
kebiruan
3. FeSO4 FeSO4 + FeCl3 Warnanya menjadi kuning pekat
4. FeSO4 FeSO4 + NaOH Hijau lumut dan terdapat endapan
VII. Pembahasan
Percobaan kali ini membahas mengenai Reaksi Ion Logam Transisi, bahan-bahan
yang kami gunakan dalam praktikum, yaitu FeSO4, ZnSO4, CuSO4, FeCl3, NaOH.
Sebagaimana yang diketahui sifat fisika dan kimia masing-masing bahan sebagai
berikut:
Nama
No
Bahan Sifat Fisika Sifat Kimia
Padatan kuning Heksagonal
Mr=270,3 gr/mol
1 FeCl3
ρ= 1,82 gr/cm3
TD= 280°C
Kristal biru Beracun
Mr=249,70 gr/mol Irritan
2 CuSO4
ρ= 2,284 gr/cm3 Berbahaya
TL= 150°C
Berbahaya (Xn)
Kristal higroskopis tak berwarna
Iritasi (Xi
3 FeSO4 Mr= 151.908 g/mol (anhidrat)
ρ= 2.84 g/cm3 (anhidrat)
TL= 70 °C (dehidrasi heptahidrat)
4 ZnSO4 Berbahaya (Xn)
white powder
Berbahaya untuk
lingkungan (N
Mr= 161.47 g/mol (anhidrat)
ρ= 3.54 g/cm3 (anhidrat)
TD= 740 °C (1360 °F; 1010 K) (anhidrat)
TL= 680 °C (1256 °F; 953 K) decomposes
(anhidrat)
5 NaOH Kristal putih Basa kuat
Mr=39,997 gr/mol Korosif
ρ= 2,19 gr/cm3 pH tinggi
TD= 1390°C
TL= 318°C
Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui sifat fisika dan kimia dari bahan-bahan
yang kami gunakan dalam praktikum ini. Pada percobaan ini kami melakukan 4
percobaan, yaitu FeSO4 + ZnSO4, FeSO4 + CuSO4, FeSO4 + FeCl3, dan FeSO4+ NaOH.
Pada percobaan yang pertama kami lakukan, yaitu FeSO4 + ZnSO4, kami
menggunakan FeSO4 0,001 M, ZnSO4 1 M, dengan menungkan terlebih dahulu FeSO4
0,001 M ke dalam tabung reaksi setelah itu baru kita masukkan ZnSO4 1 M pada hasil
percobaan yang dilakukan didapatkan warnanya kuning bening ketika kedua larutan
tersebut dicampurkan.
Seng (bahasa Belanda: zink), zink, atau timah sari adalah unsur kimia dengan
lambang kimia Zn , bernomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Ia merupakan
unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik. Seng merupakan logam yang berwarna
putih kebiruan, berkilau, dan bersifat diamagnetik (Debora, 2017).
Besi(II) sulfat (Br.E. iron(II) sulphate) atau fero sulfat adalah senyawa
kimia dengan rumus FeSO4. Dikenal sejak zaman kuno sebagai copperas dan
sebagai vitriol hijau, heptahidrat biru-hijau adalah bentuk yang paling umum dari bahan
ini. Semua besi sulfat larut dalam air dan bersifat aquo complex [Fe(H2O)6]2+. Besi
sulfat mempunyai geometri molekul oktahedral dan bersifat paramagnetik (Wikipedia,
2018).
Dari penjelasan tersebut pada bahan ZnSO4 yang kami gunakan benar adanya jika
warnanya putih kebiruan, seperti berikut:
Juga pada FeSO4 yang kami gunakan dalam praktikum ini bewarna hijau seperti
berikut:
Ketika kedua larutan tersebut dicampurkan menjadi kuning jernih, seperti berikut:
Jika dilihat dari jenis logam dari kedua larutan tersebut, yaitu Zn dan Fe keduanya
sama-sama dari golongan logam transisi. Menurut saya, setelah larutan 2 mL FeSO4
0,001 M ditambahkan atau dicampurkan dengan 1mL larutan ZnSO4 1 M menghasilkan
warna kuning yang awalnya masing-masing ZnSO4 (putih kebiruan) dan FeSO4 (hijau)
disebabkan karena yang kita tahu disini bahwa masing-masing larutan mengandung
SO4-2 (asam) dan ketika keduanya dicampurkan maka Fe dan Zn berubah menjadi
kuning sebab adanya perkaratan dan langsung berubah menjadi larutan berwarna
kuning atau bisa juga disebabkan karena, Perubahan warna akibat perubahan bilangan
oksidasi dari senyawa logam transisi dapat diperoleh dengan melakukan pemanasan,
penambahan asam-basa kuat.
Inilah pembuktian adanya perbedaan biloks dari percobaan yang pertama, kedua,
dan ketiga:
Zn + FeSO4 → ZnSO4 + Fe
0 +2 +2 0
Oksidasi
Reduksi
Reduksi
Oksidasi
Pada percobaan yang kedua kami lakukan, yaitu FeSO4 + CuSO4, kami
menggunakan FeSO4 0,001 M, CuSO4 1 M, dengan menungkan terlebih dahulu FeSO4
0,001 M ke dalam tabung reaksi setelah itu baru kita masukkan CuSO4 1 M pada hasil
percobaan yang dilakukan didapatkan warnanya kuning kebiruan ketika kedua larutan
tersebut dicampurkan.
Tembaga(II) sulfat, juga dikenal dengan cupri sulfat, adalah sebuah senyawa
kimia dengan rumus molekul CuSO4. Senyawa garam ini eksis di bumi dengan
kederajatan hidrasi yang berbeda-beda. Bentuk anhidratnya berbentuk bubuk hijau
pucat atau abu-abu putih, sedangkan bentuk pentahidratnya (CuSO4·5H2O), berwarna
biru terang(Wikipedia, 2017).
Pada percobaan yang kami lakukan benar bahwa kami menggunakan CuSO4 yang
berwarna biru terang, seperti berikut:
Pada percobaan kedua ini warna berubah menjadi kuning kebiruan yang
seharusnya menjadi warna hijau toska, hal ini dapat disebabkan oleh CuSO4 atau
FeSO4 yang kadawarsa sehingga warna yang didapatkan tidak sesuai dengan teori yang
ada, seperti berikut:
Pada percobaan yang ketiga kami lakukan, yaitu FeSO4+FeCl3, kami menggunakan
FeSO4 0,001 M, FeCl3 1 M, dengan menungkan terlebih dahulu FeSO4 0,001 M ke
dalam tabung reaksi setelah itu baru kita masukkan FeCl3 1 M pada hasil percobaan
yang dilakukan didapatkan warnanya kuning pekat ketika kedua larutan tersebut
dicampurkan. Hasil pada percobaan ketiga ini menghasilkan warna kuning pekat ini
kemungkinan disebabkan warna dari FeCl3 yang memang berwarna kuning atau
perubahan warna itu akibat perubahan bilangan oksidasi dari senyawa logam transisi
dapat diperoleh dengan melakukan pemanasan, penambahan asam-basa kuat. larutan
FeCl3 1 M yang kami gunakan, sebagai berikut:
Warna dari kristal besi(III) klorida tergantung pada sudut pandangnya: dari cahaya
pantulan ia berwarna hijau tua, tetapi dari cahaya pancaran ia berwarna ungu-merah.
Besi(III) klorida bersifat deliquescent, berbuih di udara lembap, karena
munculnya HCl, yang terhidrasi membentuk kabut. Bila dilarutkan dalam air, besi (III)
klorida mengalami hidrolisis yang merupakan reaksi eksotermis (menghasilkan panas).
Hidrolisis ini menghasilkan larutan yang coklat, asam, dan korosif, yang digunakan
sebagai koagulan pada pengolahan limbah dan produksi air minum. Larutan ini juga
digunakan sebagai pengetsa untuk logam berbasis-tembaga pada papan sirkuit
cetak (PCB). Anhidrat dari besi(III) klorida adalah asam Lewis yang cukup kuat, dan
digunakan sebagai katalis dalam sintesis organik(Wikipedia, 2017).
Dan jika kita telaah dari reaksi yang dihasilkan antara FeSO4 + NaOH tidak adanya
perubahan biloks yang menyebabkan warnanya tetap hijau dan lumut yang dihasilkan
sebab NaOH tidak larut dalam pelarut nonpolar lainnya dan FeSO4 termasuk nonpolar.
VIII. Kesimpulan
1. Perubahan warna akibat perubahan bilangan oksidasi dari senyawa logam transisi
dapat diperoleh dengan melakukan pemanasan, penambahan asam-basa kuat.
2. reaksi yang dihasilkan antara FeSO4 + NaOH tidak adanya perubahan biloks yang
menyebabkan warnanya tetap hijau dan lumut yang dihasilkan sebab NaOH tidak
larut dalam pelarut nonpolar lainnya dan FeSO4 termasuk nonpolar.
IX. Daftar Pustaka
Amaria, & dkk. (2014). Penuntun Praktikum Kimia Anorganik III Unsur-unsur
Golongan Transisi. Surabaya: UNESA Press.
Petrucci, R. H. (1987). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3 Edisi
Keempat. Jakarta: Erlangga.
Vogel. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Ke-
5 Bagian 1. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
LAMPIRAN GAMBAR
No Gambar Keterangan
1
Bahan-bahan yang digunakan
diantaranya FeSO4, ZnSO4, FeCl3,
CuSO4 dan NaOH
2
Hasil percobaan FeSO4 + ZnSO4
3
Hasil dari FeSO4 + CuSO4
4
Hasil FeSO4 + FeCl3
5
Hasil percobaan FeSO4 + NaOH