Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

REAKSI ION LOGAM TRANSISI

Oleh

Munawaroh 1622230031

Dosen Pembimbing

Luthfia Ulva Irmita, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2018
I. Judul Percobaan
Reaksi Ion Logam Transisi
II. Tujuan
1. Mempelajari reaksi antara ion logam transisi Fe2+, Fe3+, Co2+, Ni2+, Cu2+, Zn2+
dengan larutan NaOH
2. Mempelajari reaksi antara ion logam transisi Fe2+, Fe3+, Co2+, Ni2+, Cu2+, Zn2+
dengan larutan NH3
III. Dasar Teori
Unsur-unsur deret peralihan utama (kadang-kadang disebut juga unsur-unsur
“Kelompok d”) mengandung atom-atom atau ion-ion dengan orbital d yang belum terisi
penuh. Sedangkan unsur-unsur peralihan dalam mengandung atom-atom dengan orbital
f yang belum penuh. Kedua deskripsi ini cocok untuk semua unsur-unsur pada bagian
tengah tabel berkala. Sehingga lebih dari separuh unsur-unsur yang telah ditemukan
termasuk dalam deret peralihan atau peralihan dalam. Sifat kimia unsur-unsur ini
penting secara teoritis maupun secara praktis. Satu sifat penting unsur peralihan ialah
kemampuannya untuk membentuk ion kompleks. Sifat-sifat unsur peralihan deret
pertama (Z = 21 sampai Z = 29). Titik cair yang tinggi, daya hantar listrik yang baik,
dan kekerasan sedang sampai tinggi adalah akibat dari cepat tersedianya elektron dan
orbital untuk elektron dan orbital untuk membentuk ikatan logam. Potensial elektroda
baku meningkat sesuai dengan meningkatnya nomor atom sepanjang deret peralihan
(Petrucci, 1987).
Unsur-unsur transisi mempunyai karakteristik konfigurasi elektronik (n-1)d 1-10 ns
1-2, tidak penuh pada orbital d bagi atom atau ionnya. Energi elektron dalam orbital (n-
1)d isi selalu lebih rendah dibanding dengan energi elektron dalam orbital ns2, dengan
perkecualian stabilitas lebih tinggi pada konfigurasi penuh atau setengah penuh. Peran
orbital (n-1)d ini menentukan tingkat oksidasi yang bervariasi, pembentukan senyawa
kompleks, sifat magnetik spesies yang bersangkutan. Unsur transisi berperan sebagai
katalisator baik dalam bentuk unsurnya maupun dalam bentuk senyawa kompleksnya
(UNY, 2003).
Logam transisi memiliki sifat-sifat khas logam, yakni keras, konduktor panas dan
listrik yang baik dan menguap pada suhu tinggi. Walaupun digunakan luas dalam
kehdupan sehari-hari, logam transisi yang biasanya kita jumpai terutama adalah besi,
nikel, tembaga, perak, emas, platina, dan titanium. Namun, senyawa kompleks
molekular, senyawa organologam, dan senyawa padatan seperti oksida, sulfida, dan
halida logam transisi digunakan dalam berbagai riset kimia anorganik modern.Salah satu
yang menarik pada logam transisi adalah kemampuan logam-logam transisi untuk
membentuk senyawa koordinasi. Selain itu karena senyawa kompleks dapat
mebentuk warna-warna. Senyawa kompleks dapat berwarna karena senyawa tersebut
menyerap energi pada daerah sinar tampak. Penyerapan energi tersebut digunaan untuk
melakukan promosi atau transisi elektronik pada atom pusat.
Logam - logam golongan transisi memiliki sifat yang berbeda dengan logam-
logam golongan utama. Unsur-unsur transisi adalah unsur logam yang memiliki kulit
elektron d atau f yang tidak penuh dalam keadaan netral atau kation. Unsur transisi terdiri
atas 56 dari 103 unsur. Logam-logam transisi diklasifikasikan dalam blok d, yang terdiri
dari unsur-unsur 3d dari Sc sampai Cu, 4d dari Y ke Ag, dan 5d dari Hf sampai Au,
dan blok f, yang terdiri dari unsur lantanoid dari La sampai Lu dan aktinoid dari Ac
sampai Lr. Kimia unsur blok d dan blok f sangat berbeda.
Senyawa-senyawa koordinasi terbentuk antara atom logam atau ion logam dan
molekul dengan satu atau lebih pasangan elektron bebas yang disebut ligan. Ligan
diklasifikasikan berdasarkan jumlah pasangan atom donor yang dimilikinya dibedakan
menjadi:

 Ligan monodentat, yaitu ligan yang mendonorkan satu pasang elektron bebasnya
kepada logam atau ion logam. Contoh : NH3, H2O, NO2-, dan CN-.
 Ligan bidentat, yaitu ligan yang mendonorkan dua pasang elektronnya kepada logam
atau ion logam. Contoh : etyhlendiamine, NH2CH2CH2NH2.
Namun demikian, molekul netral seperti H2O dan NH3 dan anion seperti F-,Cl-,Br-
,CN- dapat bertindak sebagai ligan. Apabila satu atau lebih molekul netral berkoordinasi
dengan ion logam akan menghasilkan spesies ion logam transisi yang bermuatan
disebut ion kompleks. Misalnya ion-ion logam transisi sebagian besar membentuk ion
kompleks dengan molekul-molekul air ketika di dalam larutan air, misalnya
[Co(H2O)6]3+ dan [Ni(H2O)6]2+. Jika satu atau lebih anion berkoordinasi dengan ion
logam, dihasilkan ion kompleks yang bermuatan negatif, contohnya [Co(NO2)6]3- dan
[Fe(CN)6]4-.
Unsur transisi periode keempat memiliki tingkat oksidasi (bilangan oksidasi)
yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat energi subkulit 3d dan 4s yang
hampir sama. Oleh sebab itu, saat unsur transisi melepaskan elektron pada subkulit
4s membentuk ion positif (kation), sejumlah elektron pada subkulit 3d akan ikut
dilepaskan. Bilangan oksidasi umum yang dijumpai pada tiap unsur transisi periode
keempat adalah +2 dan +3. Sementara, bilangan oksidasi tertinggi pada unsur transisi
periode keempat adalah +7 pada unsur Mangan (4s2 3d7).
Bilangan oksidasi rendah umumnya ditemukan pada ion Cr3+, Mn2+, Fe2+, Fe3+, Cu+,
dan Cu2+, sedangkan bilangan oksidasi tinggi ditemukan pada anion oksida, seperti
CrO42-, Cr2O72-, dan MnO4-.
Perubahan bilangan oksidasi ditunjukkan oleh perubahan warna larutan. Sebagai
contoh, saat ion Cr+7 direduksi menjadi ion Cr3+, warna larutan berubah dari orange
(jingga) menjadi hijau.
Cr2O72-(aq) + 14 H+(aq) + 6 e- ——> 2 Cr3+(aq) + 7 H2O(l)
Besi (Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2% massa
kerak bumi). Besi jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Besi umumnya
ditemukan dalam bentuk mineral (bijih besi), seperti hematite (Fe2O3), siderite (FeCO3),
dan magnetite (Fe3O4).
Reaksi ion besi dalam larutan
 Ion heksaaquobesi(II) - [Fe(H2O)6]2+.
 Ion heksaaquobesi(III) - [Fe(H2O)6]3+.
Keduanya bersifat asam, tetapi ion besi(III) lebih kuat sifat asamnya.

Reaksi ion besi dengan ion hidroksida


Ion hidroksidadapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian
melekat pada ion besi. Setelah ion hidrogen dihilangkan, maka diperoleh kompleks
yang bermuatan kompleks netral. Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan
terbentuk endapan.
Pada Kasus besi (II): [Fe(H2O)6]2+ + 20H- → [Fe(H2O)4(OH)2] + 2H2O
Pada kasus besi(III): [Fe(H2O)6]3+ + 30H- → [Fe(H2O)3(OH)3] + 3H2O

Pada kasus besi (II)

Besi sangat mudah di oksidasi pada kondisi yang bersifat basa. Oksigen di
udara mengoksidasi endapan besi (II) hidroksida menjadi besi(III) hidroksida
terutama pada bagian atas tabung reaksi. Warna endapan yang menjadi gelap berasal dari
efek yang sama.
Pada kasus besi (III)

Reaksi ion besi dengan larutan amonia


Amonia dapat berperan sebagai basa atau ligan.

Pada kasus besi(III):

Logam Besi bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan gas hidrogen.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Fe(s) + 2 H+(aq) ——> Fe2+(aq) + H2(g)
Larutan asam sulfat pekat dapat mengoksidasi logam Besi menjadi ion Fe3+.
Sementara larutan asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe3O4 yang dapat
menghambat reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi dijumpai dalam bentuk senyawa
dengan tingkat oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa Besi (II) antara lain FeO
(hitam), FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS (hitam). Ion Fe2+ dapat dengan
mudah teroksidasi menjadi ion Fe3+ bila terdapat gas oksigen yang cukup dalam larutan
Fe2+. Sementara itu, senyawa yang mengandung ion Besi (III) adalah Fe2O3 (coklat-
merah) dan FeCl3 (coklat).

Kobalt (Co)
Reaksi ion heksaaquokobal(II) dengan ion hidroksida
Ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian
melekat ke ion kobal. Setelah ion hidrogen dihilangkan dari dua molekul air, maka
akan diperoleh kompleks tidak bermuatan - kompleks netral. Kompleks ini tidak larut
dalam air dan terbentuk endapan.

Reaksi-reaksi ion heksaaquo kobalt(II) dengan larutan amonia


Amonia dapat berperan sebagai basa maupun ligan. Dengan jumlah kecil amonia,
ion hidrogen ditarik ion heksaaquo dengan tepat seperti pada kasus perubahan ion
hidroksida menjadi kompleks netral.
Co(H2O)6]2+ + 2NH3 → [Co(H2O)4(OH)2] + 2NH4+
Endapan tersebut melarut jika kamu menambahkan amonia berlebih. Amonia
menggantikan air sebagai ligan untuk menghasilkan ion heksaaminkobal(II).
Co(H2O)6]2+ + 6NH3 → [Co(NH3)6]2+ + 6H2O
Kromium (Cr)
Reaksi ion heksaaquokrom(III) dengan ion hidroksida
Ion hidroksidadapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air kemudian
didempetkan pada ion krom. ion hidrogen dapat dihilangkan dari tiga molekul air, maka
akan memperoleh kompleks yang tidak bermuatan (komplek netral). Kompleks netral ini
tidak larut dalam air dan endapan terbentuk.
[Cr(H2O)6]3+ + 3OH- → [Cr(H2O)3(OH)3] + 3H2O

Tetapi proses tidak berhenti sampai disini. Ion hidrogen yang lebih benyak akan
dihilangkan untuk menghasilkan ion seperti [Cr(H2O)2(OH)4]- dan [Cr(OH)6]3-. Sebagai
contoh:
[Cr(H2O)3(OH)3] + 3OH- → [Cr(H2O)6]3- + 3H2O

Endapan larut kembali karena ion tersebut larut dalam air. Pada tabung reaksi,
perubahan warna yang terjadi adalah:

Reaksi ion heksaaquokrom(III) dengan larutan amonia


Amonia dapat berperan sebagai basa maupun sebagai ligan. Dengan jumlah
amonia yang sedikit, ion hidrogen tertarik oleh ion heksaaquo seperti pada kasus ion
hidroksida untuk menghasilkan kompleks netral yang sama.
[Cr(H2O)6]3+ + 3NH3 → [Cr(H2O)3(OH)3] + 3NH4+

Endapan tersebut larut secara luas jika ditambahkan amonia berlebih (terutama jika
amonianya pekat). Amonia menggantikan air sebagai ligan untuk menghasilkan ion
heksaaminkrom(III).
[Cr(H2O)6]3+ + 6NH3 → [Cr(NH3)6]3+ + 6H2O

Mangan (Mn)
Reaksi ion heksaaquomangan(II) dengan ion hidroksida

Ion hidroksida dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian
melekat pada ion mangan. Setelah ion hidrogen dihilangkan dari dua molekul air,
maka akan dipeeroleh kompleks tidak bermuatan - kompleks netral. Kompleks netral
ini tidak larut dalam air dan terbentuk endapan.

Reaksi ion heksaaquomangan(II) dengan larutan amonia


Amonia dapat berperan sebagai basa maupun sebagai ligan. Pada gambar dibawah
ini, pada konsentrasi laboratorium yang biasa, amonia berperan sebagai basa - dapat
menghilangkan ion hidrogen dari kompleks aquo.

CUPRUM (Cu)
Reaksi ion hekasaquotembaga(II) dengan ion hidroksida
Ion hidroksida menggantikan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian melekat pada
ion tembaga. Hal ini dapat dilihat pada persamaan reaksi berikut:

ion heksaaquotembaga(II) dengan larutan amonia membentuk senyawa kompleks


yang memiliki warna tertentu. Dan timbulnya warna tersebut akibat digantikannya molekul
H2O oleh amonia. Hal tersebut dapat dilihat pada reaksi di bawah ini:
[Cu(H2O)6]+2 + 2NH3 → [Cu(H2O)4(H2O)] + 2NH4+
Kemudian amonia menggantikan H2O sebagai ligan untuk menghasilkan ion tetra
amin diaquo tembaga II. Dengan catatan hanya 4 dari 6 molekul air yang digantikan.
Persamaan reaksinya sebagai berikut:
[Cu(H2O)6]2+ + 4NH3 → [Cu(NH3)4(H2O)2]2+ + 4H2O

Sifat Umum Logam Transisi


1. Bersifat logam
Semua unsur transisi adalah unsur-unsur logam. Logam bersifat lunak,
mengkilap, dan penghantar listrik dan panas yang baik. Perak merupakan unsur
transisi yang mempunyai konduktivitas listrik paling tinggi pada suhu kamar dan
tembaga di tempat kedua. Namun demikians sifat-sifat logam transisi agak berbeda
dari logam pada golongan utama, terutama diliat dari titik leleh dan titik didihnya.
Dibandingkan dengan golongan IA dan IIA, unsur logam transisi lebih keras, punya
titik leleh, titik didih, dan kerapatan lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena unsur
transisi berbagi elektron pada kulit d dan s (akan dijelaskan selanjutnya) , sehingga
ikatannya semakin kuat (Mc. Murry dan Fay, 2000: 867).

2. Bilangan Oksidasi
Tidak seperti golongan IA dan IIA yang hanya mempunyai bilangan oksidasi +1
dan +2, unsur-unsur logam transisi mempunyai beberapa bilangan oksidasi. Seperti
vanadium yang punya bilangan oksidasi +2, +3, dan +4. Berikut contoh dari
keberagaman tingkat oksidasi unsur-unsur transisi periode keempat
Diambil dari McMurry dan Fay (2004)
3. Sifat Kemagnetan
Setiap atom dan molekul mempunyai sifat magnetik, yaitu paramagnetik , di
mana atom, molekul, atau ion sedikit dapat ditarik oleh medan magnet karena ada
elektron yang tidak berpasangan pada orbitalnya , dan diamagnetik , di mana atom,
molekul, atau ion dapat ditolak oleh medan magnet karena seluruh elektron pada
orbitnya berpasangan . Sedangkan pada umumnya unsur-unsur transisi bersifat
paramagnetik karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan pada orbital-
orbital d-nya. Sifat paramagnetik ini akan semakin kuat jika jumlah elektron yang
tidak berpasangan pada orbitalnya semakin banyak. Logam Sc, Ti, V, Cr, dan Mn
bersifat paramagnetik, sedangkan Cu dan Zn bersifat diamagnetik. Untuk Fe, Co,
dan Ni bersifat feromagnetik, yaitu kondisi yang sama dengan paramagnetik hanya
saja dalam keadaan padat (Brady, 1990: 698).
4. Ion-ion berwarna

Tingkat energi elektron pada unsur-unsur transisi yang hampir sama


menyebabkan timbulnya warna pada ion-ion logam transisi. Hal ini terjadi karena
elektron dapat bergerak ke tingkat yang lebih tinggi dengan mengabsorpsi sinar
tampak. Pada golongan transisi, subkulit 3d yang belum terisi penuh menyebabkan
elektron pada subkulit itu menyerap energi cahaya, sehingga elektronnya tereksitasi
dan memancarkan energi cahaya dengan warna yang sesuai dengan warna cahaya
yang dapat dipantulkan pada saat kembali ke keadaan dasar.
Misalnya Ti2+ berwarna ungu, Ti4+ tidak berwarna, Co2+ berwarna merah muda,
3+
Co berwarna biru, dan lain sebagainya. 5.Unsur-Unsur Transisi dapat Membentuk
Senyawa Kompleks (Senyawa Koordinasi). Senyawa koordinasi terdiri atas ion
logam positif yang disebut juga atom pusat dan sejumlah gugus koordinasi yang
disebut ligan. Ion positif bertindak sebagai asam Lewis dan ligan merupakan basa
Lewis.
Pada umumnya kation yang dapat membentuk senyawa kompleks adalah ion-
ion unsur transisi, namun dikenal pula beberapa senyawa koordinasi unsur
representatif seperti Mg(III), Ca(II), Al(III), Pb(II), Sn(II), Sn(IV), dan Sb(III).
Ligan yang merupakan basa Lewis sekurang-kurangnya harus mempunyai sepasang
elektron bebas dalam orbital ikatan. Perbandingan besarnya ligan dan atom pusat
menentukan jumlah ligan maksimum yang dapat diikat. Jumlah ikatan kovalen
koordinasi yang dapat terbentuk pada pembentukan kompleks disebut bilangan
koordinasi dari ion pusat.
Pada beberapa kasus, reaktifitas ion– ion logam transisi berhubungan dengan
sifat kekerasandan kelunakan dari kation dan anionnya. Reaktifitassuatu senyawa
dapat diamati dari adanya perubahanwarna maupun terbentuknya endapan.
Reaktifitassuatu senyawa khususnya yang mengandung ionlogam transisi tergantung
beberapa faktor, misalnyamuatan dan jari–jari ion, serta konfigurasi elektron
diorbital d. Reaktifitas berbeda dengan kestabilan,dimana reaktifitas lebih
ditekankan pada kecepatanterjadinya suatu reaksi kimia dengan zat lainsedangkan
kestabilan difokuskan pada besarnya nilaiK yang dihasilkan suatu reaksi. Suatu
senyawa dapat bersifat labil akan bereaksi lebih cepat daripadasenyawa yang inert
(Amaria & dkk, 2014).
Nikel adalah logam putih perak yang keras. Nikel bersifat liat, dapatditempa dan
sangakukuh. Logam ini melebur pada 14550C, dan bersifat sedikit magnetis. Asam
klorida (encer maupun pekat) dan asam sulfat encer, melarutkannikel dengan
membentuk hidrogen:
Ni + 2HCl → Ni2+ + 2Cl-+ H2↑
Garam-garam nikel(II) yang stabil, diturunkan dari nikel(II) oksida, NiO,yang
merupakan zat berwarna hijau. Garam-garam nikel yang terlarut, berwarnahijau
disebabkan oleh warna dari kompleks heksakuonikelat(II), [Ni(H2O)6]2+ tetapi untuk
singkatnya, kita akan menganggapnya sebagai ion nikel(II) Ni2+ saja.
Reaksi-reaksi ion nikel(II) dengan larutan natrium hidroksida: endapanhijau
nikel(II) hidroksida:
Ni2++ 2OH-→Ni(OH)2↓.
Reaksi-reaksi ion nikel(II) dengan larutan ammonia: endapan hijaunikel(II)
hidroksida:
Ni2++ NH3+ 2H2O→Ni(OH)2↓+ 2NH4+ (Vogel, 1985).
IV. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan, yaitu:
a. Tabung reaksi
b. Rak tabung reaksi
c. Pipet tetes
d. Gelas ukur
e. Beaker Gelas
f. Spatula
g. Botol semprot
h. Batang pengaduk
i. Kaca arloji
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan, yaitu:
a. Aquadest
b. FeSO4 (aq) / FeCl2 (aq) 1 M
c. FeCl3 (aq) 1 M
d. Co(NO3)2 (aq) 1 M
e. NiCl2 (aq) / NiSO4 (aq) 1 M
f. CuSO4 (aq) 1 M
g. ZnCl2 (aq) / ZnSO4 (aq) 1 M
h. NaOH (aq) 2 M
i. NH3 (aq) 1 M
V. Prosedur Percobaan
2 mL Larutan FeSO4

- Dimasukkan ke dalam

Tabung Tabung Tabung Tabung


Reaksi 1 Reaksi 2 Reaksi 3 Reaksi 4

- Ditambahkan - Ditambahkan - Ditambahkan - Ditambahkan

1mL Larutan ZnSO4 1 mL Larutan CuSO4 1 mL Larutan FeCl3 1 mL Larutan NaOH

- Amati

Perubahan
Warnanya
VI. Hasil Percobaan
a. Reaksi
1. Zn° + FeIISO4 → ZnIISO4 + Fe° (Reaksi redoks)
2. 2 FeIISO4 + CuIISO4 → Cu0 + Fe2III(SO4)3 (Reaksi Redoks)
3. 3 Cl + FeSO4 → FeCl3 + 0 Fe3O4 + SO4 (Reaksi Redoks)
4. FeSO4 + 2 NaOH → Na2SO4 + Fe(OH)2
b. Hasil
No Semyawa Larutan Ligan Warna
1. FeSO4 FeSO4 + ZnSO4 Kuning bening
2. FeSO4 FeSO4 + CuSO4 Berubah jadi warna menjadi kuning
kebiruan
3. FeSO4 FeSO4 + FeCl3 Warnanya menjadi kuning pekat
4. FeSO4 FeSO4 + NaOH Hijau lumut dan terdapat endapan

VII. Pembahasan
Percobaan kali ini membahas mengenai Reaksi Ion Logam Transisi, bahan-bahan
yang kami gunakan dalam praktikum, yaitu FeSO4, ZnSO4, CuSO4, FeCl3, NaOH.
Sebagaimana yang diketahui sifat fisika dan kimia masing-masing bahan sebagai
berikut:

Nama
No
Bahan Sifat Fisika Sifat Kimia
Padatan kuning Heksagonal
Mr=270,3 gr/mol
1 FeCl3
ρ= 1,82 gr/cm3
TD= 280°C
Kristal biru Beracun
Mr=249,70 gr/mol Irritan
2 CuSO4
ρ= 2,284 gr/cm3 Berbahaya
TL= 150°C
Berbahaya (Xn)
Kristal higroskopis tak berwarna
Iritasi (Xi
3 FeSO4 Mr= 151.908 g/mol (anhidrat)
ρ= 2.84 g/cm3 (anhidrat)
TL= 70 °C (dehidrasi heptahidrat)
4 ZnSO4 Berbahaya (Xn)
white powder
Berbahaya untuk
lingkungan (N
Mr= 161.47 g/mol (anhidrat)
ρ= 3.54 g/cm3 (anhidrat)
TD= 740 °C (1360 °F; 1010 K) (anhidrat)
TL= 680 °C (1256 °F; 953 K) decomposes
(anhidrat)
5 NaOH Kristal putih Basa kuat
Mr=39,997 gr/mol Korosif
ρ= 2,19 gr/cm3 pH tinggi
TD= 1390°C
TL= 318°C
Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui sifat fisika dan kimia dari bahan-bahan
yang kami gunakan dalam praktikum ini. Pada percobaan ini kami melakukan 4
percobaan, yaitu FeSO4 + ZnSO4, FeSO4 + CuSO4, FeSO4 + FeCl3, dan FeSO4+ NaOH.
Pada percobaan yang pertama kami lakukan, yaitu FeSO4 + ZnSO4, kami
menggunakan FeSO4 0,001 M, ZnSO4 1 M, dengan menungkan terlebih dahulu FeSO4
0,001 M ke dalam tabung reaksi setelah itu baru kita masukkan ZnSO4 1 M pada hasil
percobaan yang dilakukan didapatkan warnanya kuning bening ketika kedua larutan
tersebut dicampurkan.
Seng (bahasa Belanda: zink), zink, atau timah sari adalah unsur kimia dengan
lambang kimia Zn , bernomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Ia merupakan
unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik. Seng merupakan logam yang berwarna
putih kebiruan, berkilau, dan bersifat diamagnetik (Debora, 2017).
Besi(II) sulfat (Br.E. iron(II) sulphate) atau fero sulfat adalah senyawa
kimia dengan rumus FeSO4. Dikenal sejak zaman kuno sebagai copperas dan
sebagai vitriol hijau, heptahidrat biru-hijau adalah bentuk yang paling umum dari bahan
ini. Semua besi sulfat larut dalam air dan bersifat aquo complex [Fe(H2O)6]2+. Besi
sulfat mempunyai geometri molekul oktahedral dan bersifat paramagnetik (Wikipedia,
2018).
Dari penjelasan tersebut pada bahan ZnSO4 yang kami gunakan benar adanya jika
warnanya putih kebiruan, seperti berikut:
Juga pada FeSO4 yang kami gunakan dalam praktikum ini bewarna hijau seperti
berikut:

Ketika kedua larutan tersebut dicampurkan menjadi kuning jernih, seperti berikut:

Jika dilihat dari jenis logam dari kedua larutan tersebut, yaitu Zn dan Fe keduanya
sama-sama dari golongan logam transisi. Menurut saya, setelah larutan 2 mL FeSO4
0,001 M ditambahkan atau dicampurkan dengan 1mL larutan ZnSO4 1 M menghasilkan
warna kuning yang awalnya masing-masing ZnSO4 (putih kebiruan) dan FeSO4 (hijau)
disebabkan karena yang kita tahu disini bahwa masing-masing larutan mengandung
SO4-2 (asam) dan ketika keduanya dicampurkan maka Fe dan Zn berubah menjadi
kuning sebab adanya perkaratan dan langsung berubah menjadi larutan berwarna
kuning atau bisa juga disebabkan karena, Perubahan warna akibat perubahan bilangan
oksidasi dari senyawa logam transisi dapat diperoleh dengan melakukan pemanasan,
penambahan asam-basa kuat.
Inilah pembuktian adanya perbedaan biloks dari percobaan yang pertama, kedua,
dan ketiga:
Zn + FeSO4 → ZnSO4 + Fe
0 +2 +2 0
Oksidasi
Reduksi

2 FeSO4 + CuSO4 → Cu + Fe2(SO4)3


+2 +2 0 +3
Oksidasi

Reduksi

3 Cl + FeSO4 → FeCl3 + 0 Fe3O4 + SO4


0 +2 +3 -1
Reduksi

Oksidasi
Pada percobaan yang kedua kami lakukan, yaitu FeSO4 + CuSO4, kami
menggunakan FeSO4 0,001 M, CuSO4 1 M, dengan menungkan terlebih dahulu FeSO4
0,001 M ke dalam tabung reaksi setelah itu baru kita masukkan CuSO4 1 M pada hasil
percobaan yang dilakukan didapatkan warnanya kuning kebiruan ketika kedua larutan
tersebut dicampurkan.
Tembaga(II) sulfat, juga dikenal dengan cupri sulfat, adalah sebuah senyawa
kimia dengan rumus molekul CuSO4. Senyawa garam ini eksis di bumi dengan
kederajatan hidrasi yang berbeda-beda. Bentuk anhidratnya berbentuk bubuk hijau
pucat atau abu-abu putih, sedangkan bentuk pentahidratnya (CuSO4·5H2O), berwarna
biru terang(Wikipedia, 2017).
Pada percobaan yang kami lakukan benar bahwa kami menggunakan CuSO4 yang
berwarna biru terang, seperti berikut:

Pada percobaan kedua ini warna berubah menjadi kuning kebiruan yang
seharusnya menjadi warna hijau toska, hal ini dapat disebabkan oleh CuSO4 atau
FeSO4 yang kadawarsa sehingga warna yang didapatkan tidak sesuai dengan teori yang
ada, seperti berikut:
Pada percobaan yang ketiga kami lakukan, yaitu FeSO4+FeCl3, kami menggunakan
FeSO4 0,001 M, FeCl3 1 M, dengan menungkan terlebih dahulu FeSO4 0,001 M ke
dalam tabung reaksi setelah itu baru kita masukkan FeCl3 1 M pada hasil percobaan
yang dilakukan didapatkan warnanya kuning pekat ketika kedua larutan tersebut
dicampurkan. Hasil pada percobaan ketiga ini menghasilkan warna kuning pekat ini
kemungkinan disebabkan warna dari FeCl3 yang memang berwarna kuning atau
perubahan warna itu akibat perubahan bilangan oksidasi dari senyawa logam transisi
dapat diperoleh dengan melakukan pemanasan, penambahan asam-basa kuat. larutan
FeCl3 1 M yang kami gunakan, sebagai berikut:

Warna dari kristal besi(III) klorida tergantung pada sudut pandangnya: dari cahaya
pantulan ia berwarna hijau tua, tetapi dari cahaya pancaran ia berwarna ungu-merah.
Besi(III) klorida bersifat deliquescent, berbuih di udara lembap, karena
munculnya HCl, yang terhidrasi membentuk kabut. Bila dilarutkan dalam air, besi (III)
klorida mengalami hidrolisis yang merupakan reaksi eksotermis (menghasilkan panas).
Hidrolisis ini menghasilkan larutan yang coklat, asam, dan korosif, yang digunakan
sebagai koagulan pada pengolahan limbah dan produksi air minum. Larutan ini juga
digunakan sebagai pengetsa untuk logam berbasis-tembaga pada papan sirkuit
cetak (PCB). Anhidrat dari besi(III) klorida adalah asam Lewis yang cukup kuat, dan
digunakan sebagai katalis dalam sintesis organik(Wikipedia, 2017).

Pada percobaan yang keempat kami lakukan, yaitu FeSO4+NaOH, kami


menggunakan FeSO4 0,001 M, NaOH 1 M, dengan menungkan terlebih dahulu FeSO4
0,001 M ke dalam tabung reaksi setelah itu baru kita masukkan NaOH 1 M pada hasil
percobaan yang dilakukan didapatkan warnanya Hijau lumut dan terdapat endapan dan
kehitaman ketika kedua larutan tersebut dicampurkan.
Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai larutan baku sekundere
adalah NaOH. Larutan NaOH tergolong dalam larutan baku sekunder yang bersifat
basa. Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, adalah sejenis
basa logam kaustik. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia
dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. NaOH bersifat
lembab cair dan secara spontan menyerap karbondioksida dari udara bebas. Ia sangat
larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. NaOH juga larut dalam
etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil
daripada kelarutan KOH. NaOH tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non polar
lainnya dan kemungkinan besar inilah yang menyebabkan NaOH tidak larut dalam
FeSO4.
Pada percobaan ke-empat tidak terjadi perubahan warna bisa kita lihat bahwa
FeSO4 bewarna hijau seperti berikut:

Juga pada larutan NaOH warnanya putih bening seperti berikut:

Dan jika kita telaah dari reaksi yang dihasilkan antara FeSO4 + NaOH tidak adanya
perubahan biloks yang menyebabkan warnanya tetap hijau dan lumut yang dihasilkan
sebab NaOH tidak larut dalam pelarut nonpolar lainnya dan FeSO4 termasuk nonpolar.
VIII. Kesimpulan
1. Perubahan warna akibat perubahan bilangan oksidasi dari senyawa logam transisi
dapat diperoleh dengan melakukan pemanasan, penambahan asam-basa kuat.
2. reaksi yang dihasilkan antara FeSO4 + NaOH tidak adanya perubahan biloks yang
menyebabkan warnanya tetap hijau dan lumut yang dihasilkan sebab NaOH tidak
larut dalam pelarut nonpolar lainnya dan FeSO4 termasuk nonpolar.
IX. Daftar Pustaka

Amaria, & dkk. (2014). Penuntun Praktikum Kimia Anorganik III Unsur-unsur
Golongan Transisi. Surabaya: UNESA Press.

Debora, Indriani. 2017. Reaksi ion-ion pada unsur-unsur di golongan transisi.


https://www.scribd.com/document/360415562/zn-znso4. Diakses pada tanggal 14
desember2014 pada pukul 19.00 WIB.

Petrucci, R. H. (1987). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3 Edisi
Keempat. Jakarta: Erlangga.

Tim Dosen UNY. 2003. Kimia Unsur-unsur Transisi.


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/1b.%20Rangkuman%20Diktat%20Kimia%2
0Anorg.%20III_0.pdf . Diakses pada tanggal 13 desember 2014 pada pukul 19.47
WIB.

Tim Wikipedia. 2017. Unsur-unsur Kimia transisi. https://id.wikipedia.org/wiki/.


Diakses pada tanggal 14 desember2014 pada pukul 17.00 WIB.

Vogel. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Ke-
5 Bagian 1. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
LAMPIRAN GAMBAR

No Gambar Keterangan
1
Bahan-bahan yang digunakan
diantaranya FeSO4, ZnSO4, FeCl3,
CuSO4 dan NaOH

2
Hasil percobaan FeSO4 + ZnSO4

3
Hasil dari FeSO4 + CuSO4
4
Hasil FeSO4 + FeCl3

5
Hasil percobaan FeSO4 + NaOH

Anda mungkin juga menyukai