Anda di halaman 1dari 11

1

Rahayu D.A Igirisa. 821410046. 2Dr. Teti S. Tuloli, M.Si., Apt. 3Hamsidar
Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1. Jurusan Farmasi.FIKK. UNG
EFEK ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK ETANOL SARANG
SEMUT (Myrmecodia pendans) TERHADAP TIKUS PUTIH
JANTAN (Rattus novergicus)

Rahayu D.A Igirisa1,Teti S. Tuloli2, Hamsidar Hasan2


1
Mahasiswa Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG
2, 3
Dosen Jurusan Farmasi, FIKK, UNG
E-mail : ayuigirisa@yahoo.com

ABSTRAK
Sarang semut merupakan salah satu tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat
sebagai obat tradisional. Sarang semut mengandung senyawa flavonoid yang
dapat menghambat kerja enzim xanthine oxidase. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efek antihiperurisemia ekstrak etanol sarang semut (Myrmecodia
pendans) pada tikus putih jantan yang diberi kalium bromat dan konsentrasi
optimal yang dapat memberikan efek menurunkan kadar asam urat. Penelitian ini
menggunakan desain eksperimental laboratorium, dimana hewan dikelompokkan
menjadi 5 kelompok yang masing- masing kelompok terdiri dari 3 ekor tikus putih
jantan. Masing-masing kelompok diinduksi kalium bromat (KBrO3) 138,75
mg/kg BB dan dibiarkan selama 72 jam kemudian dilakukan pengambilan darah
setelah 1 jam, 2 jam dan 3 jam perlakuan. Kelompok I sebagai kontrol negatif
diberikan Na-CMC, kelompok II diberikan suspensi allopurinol, kelompok III
diberikan infus sarang semut 5% b/v, kelompok IV diberikan infus sarang semut
10% b/v dan kelompok V diberikan ekstrak sarang semut 15% b/v. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendans)
dapat menurunkan kadar asam urat tikus putih jantan (Rattus novergicus) yang
diinduksi dengan Kalium bromat, dan ekstrak sarang semut (Myrmecodia
pendans) 15% b/v memberikan efek yang optimal menurunkan kadar asam urat
darah pada tikus sebesar 75.56%.

Kata Kunci : Sarang semut (Myrmecodia pendans), ekstrak, asam urat

Asam urat merupakan produk akhir katabolisme senyawa purin dalam tubuh
yang tidak memiliki fungsi fisiologis sehingga dapat dianggap sebagai produk
buangan (Katzung dkk, 2009). Asam urat ini dibawa ke ginjal melalui aliran darah
untuk dikeluarkan bersama dengan urin, jika terjadi gangguan eliminasi asam urat
melalui ginjal yang disebabkan oleh menurunnya sekresi asam urat kedalam tubuli
ginjal, akan menyebabkan terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah, hal
ini merupakan suatu kondisi yang disebut hiperurisemia (Syukri, 2007).
1
Rahayu D.A Igirisa. 821410046. 2Dr. Teti S. Tuloli, M.Si., Apt. 3Hamsidar
Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1. Jurusan Farmasi.FIKK. UNG
Hiperurisemia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan meningkatnya
kadar asam urat dalam darah. Konsentrasi asam urat yang lebih besar atau sama
dengan 6,8 mg/dL pada pria dan 6,8 mg/dL pada wanita adalah tidak normal dan
berkaitan dengan peningkatan resiko gout. Gout atau pirai adalah sindrom klinis
yang ditandai dengan adanya serangan berulang dari peradangan sendi akut, dapat
disertai dengan pembentukkan tofi, kerusakan sendi secara kronis, dan cedera
pada ginjal (Hawkins dan Rahn, 2005).
Tanaman Sarang semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) yang berasal
dari Papua dan Papua Nugini secara empiris ataupun ilmiah telah dibuktikan
mampu menurunkan respon inflamasi (Kristina, 2008), dan meningkatkan sistem
imun (Hendarsula, 2011). Masyarakat pedalaman bagian barat Wamena Papua
(suku-suku di Bogondini dan Tolikara) secara turun-temurun menggunakan
sarang semut sebagai bahan obat untuk mengatasi reumatik dan asam urat
(Simanjuntak dan Subroto, 2010), dan dilaporkan bahwa tumbuhan Myrmecodia
sebagai rumah semut, sehingga tumbuhan ini dipopulerkan dengan nama sarang
semut. Kemampuan tanaman ini untuk mengobati berbagai penyakit diduga
terkait dengan kandungan senyawa flavonoid yang berada di dalamnnya (Subroto
dan Saputro, 2008), yaitu aktivitas flavonoid sebagai penurun kadar asam urat
melalui penghambatan kerja enzim xantin oksida. Beberapa flavonoid selain dapat
menghambat enzim xantin oksidase juga bersifat sebagai antioksidan (Retnowati,
2009). Penelitian farmakologi dari sarang semut oleh Tayeb dkk pada tahun 2012
diperoleh bahwa pemberian infus sarang semut memiliki efek menurunkan kadar
asam urat.
Atas dasar tersebut dilakukan penelitian ini, untuk mengetahui konsentrasi
ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) yang memberikan
efek penurunan kadar asam urat sehingga dapat dibuktikan sarang semut
(Myrmecodia pendens Merr. & Perry) dalam pengobatan asam urat secara ilmiah.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei yang dilaksanakan di
Laboratorium Farmasi FIKK UNG. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
eksperimental laboratorium
Alat Dan Bahan
Alat-alat yang digunakan antara lain Alu, batang pengaduk, bejana maserasi
(Pyrex), blender (Miyako), cawan porselin, gelas kimia (Pyrex), gelas ukur
(Pyrex), pengecek asam urat (Easy Touch GCU : NESCO multicheck), lumpang,
rotary evaporator (Heidolf®), sendok tanduk, timbangan analitik (Precisa®),
timbangan gram (Ohaus®), timbangan hewan (Ohaus®).
Bahan-bahan yang digunakan Alkohol, allopurinol, aluminium foil,
aquadest, etanol (Pelarut) 96%, Kalium bromat, serbuk sarang semut
1
Rahayu D.A Igirisa. 821410046. 2Dr. Teti S. Tuloli, M.Si., Apt. 3Hamsidar
Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1. Jurusan Farmasi.FIKK. UNG
(Myrmecodia pendans), kapas, kertas perkamen, Na-CMC, tissu dan tikus putih
jantan (Rattus novergicus).
Pengambilan dan Pengolahan Sarang Semut
Sarang semut diambil di Biak-Papua, kemudian dibersihkan dan diblender
sampai diperoleh serbuk sarang semut yang halus.
Pembuatan Ekstrak Sarang Semut
Sampel sarang semut dibersihkan terlebih dahulu dengan cara mengupas
kulit terluar dan di belah menjadi beberapa bagian, lalu dibersihkan dari kotoran
dan semut yang masih menempel di dalamnya. Sarang semut kemudian dipotong
kecil-kecil dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada tempat yang tidak
terkena sinar matahari langsung. Sarang semut yang sudah kering kemudian
dihaluskan dengan blender sehingga menjadi serbuk.
Pembuatan Suspensi Na-CMC 1% b/v
Untuk membuat larutan Na-CMC 1%, ditimbng Na-CMC sebesar 1g yang
kemudian dimasukkan sedikit-demi sedikit kedalam 50 ml aquades panas (suhu
70oC) sambil diaduk dengan pengaduk hingga terbentuk larutan koloidal dan
dicukupkan volumenya hingga 100 ml dengan aquades.
Pembuatan Suspensi Allopurinol 0,018% b/v
Allopurinol sebanyak 10 tablet ditimbang dan dihitung bobot rata-rata. Setelah
itu, semua Allupurinol tablet dimasukkan kedalam lumpang dan digerus sampai
menjadi serbuk. Ditimbang 0,18 mg serbuk Allupurinol kemudian disuspensikan
dalam Na-CMC 1% sedikit demi sedikit sambil diaduk, dicukupkan volumenya
sampai 100 ml.
Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Sarang Semut
Konsentrasi Ekstrak kental Sarang Semut (Myrmecodia pendans) yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 5% b/v, 10% b/v, dan 15% b/v. Untuk
membuat suspensi ekstrak kental sarang semut dengan konsentrasi 5% b/v,
ditimbang ekstrak kental sarang semut sebanyak 5 g dan dimasukkan kedalam
lumpang kemudian digerus dan ditambahkan larutan koloidal Na-CMC 1% b/v
sedikit demi sedikit hingga homogen. Setelah homogen, dimasukkan kedalam
labu tentukur 100 ml kemudian dicukupkan dengan larutan koloidal Na-CMC 1%
b/v hingga 100 ml. Untuk membuat suspensi ekstrak kental sarang semut dengan
konsentrasi 10% b/v dan 15% b/v dalam hal ini menggunakan cara yang sama
seperti cara pembuatan suspensi ekstrak kental sarang semut dengan konsentrasi
5% b/v.
Pembuatan kalium bromat 0,2775 %
Serbuk Kalium bromat ditimbang Sebanyak 0,002775g dimasukkan
kedalam erlenmeyer yang telah dikalibrasi 100 ml lalu diaduk hingga larut.

1
Rahayu D.A Igirisa. 821410046. 2Dr. Teti S. Tuloli, M.Si., Apt. 3Hamsidar
Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1. Jurusan Farmasi.FIKK. UNG
Rancangan Percobaan
Tikus putih jantan (Rattus novergicus) yang digunakan dalam penelitian
ini sebanyak 15 ekor dengan bobot badan 100-200 gram. Tikus diadaptasikan
terlebih dahulu di Laboratorium Fitokimia Farmasi UNG. Tikus sebanyak 15 ekor
dibagi dalam 5 kelompok perlakuan, tiap kelompok terdiri dari 3 ekor.
Kemudian tikus dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yang terdiri dari :
Kelompok I diberikan suspensi Na CMC sebagai kelompok negatif. Kelompok II
diberikan suspensi allopurinol yang merupakan kontrol positif. Kelompok III, IV
dan V merupakan kelompok perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antihiperurisemia ekstrak
etanol sarang semut (Myrmecodia pendans) terhadap tikus putih jantan (Rattus
novergicus). Sarang semut diambil sebagai sampel karena berdasarkan penelitian
(Subroto dan Saputro, 2008) tentang aktivitas sarang semut dibuktikan bahwa
ekstrak tumbuhan sarang semut mengandung senyawa flavonoid yang dapat
menghambat aktivitas enzim xanthine oxidase dengan aktivitas yang setara
dengan allopurinol. Enzim xanthine oksidase merupakan enzim yang bertanggung
jawab dalam pemecahan protein dari degradasi nukleotida purin menjadi asam
urat. Xanthine oksidase mengkatalisis hypoxanthine menjadi xanthine yang
selanjutnya menjadi asam urat.
Pada umumnya, penggunaan sarang semut oleh masyarakat dilakukan dengan
cara direbus dengan air. Ekstraksi dengan pelarut organik dilakukan karena
penguapan pelarut organik lebih mudah dibandingkan pelarut air. Etanol 96%
dipilih sebagai pelarut ekstraksi karena pelarut ini bersifat polar dan dapat
menarik senyawa flavonoid yang terkandung didalam umbi sarang semut.
Pengekstraksian menggunakan pelarut etanol 96% juga didasarkan pada
keamanan, kemudahan menguap dari pelarut, kapang sulit tumbuh dalam etanol
20% ke atas (Sharon, 2013 : 116). Metode ekstraksi yang digunakan adalah
maserasi (cara dingin) untuk mencegah pengrusakan senyawa-senyawa yang tidak
tahan terhadap pemanasan (Gupita, 2012 dalam Putri, dkk., 2013 : 58). Perubahan
warna yang terjadi dapat menjadi indikator telah tertariknya senyawa-senyawa
berbobot molekul rendah sepeti saponin, tannin, terpenoid dan flavonoid pada
proses ekstraksi (Harborne, 1996).
Ekstrak sarang semut diuji skrining fitokimia untuk memastikan adanya
senyawa flavonoid yang dapat menghambat aktivitas xantin oxidase. Uji skrining
fitokimia pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa ekstrak etanol sarang semut positif
mengandung senyawa flavonoid yang menghasilkan warna merah. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Faujia dkk (2008) hal ini menunjukkan terjadi
reaksi oksidasi reduksi antara logam Mg sebagai pereduksi, dengan sampel
1
Rahayu D.A Igirisa. 821410046. 2Dr. Teti S. Tuloli, M.Si., Apt. 3Hamsidar
Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1. Jurusan Farmasi.FIKK. UNG
flavonoid. Reaksi oksidasi reduksi antara logam Mg dan flavonoid, menyebabkan
terbentuknya senyawa kompleks yang menimbulkan warna merah pada sampel.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Natasha (2012) yang
melakukan identifikasi terhadap beberapa kandungan senyawa salah satunya
senyawa flavonoid pada sarang semut. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa sarang semut memiliki kadar senyawa flavonoid.
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia
Senyawa Pereaksi Hasil Uji Keterangan
Flavonoid HCL + Mg Merah Positif

Penelitian efek antihiperurisemia ekstrak etanol sarang semut terhadap hewan


coba dilakukan dengan menggunakan hewan coba tikus putih jantan (Rattus
novergicus) yang berumur 3-4 bulan dengan berat 100-200 gram. Tikus yang
digunakan sebanyak 15 ekor yang dibagi dalam 5 kelompok. Penggunaan variasi
dosis ditujukan untuk mengetahui perbedaan penurunan kadar asam uratnya.
Menurut Lidinilla (2014) digunakan tikus putih jantan berumur 3-4 bulan karena
rentang umur tersebut telah mewakili usia dewasa pada tikus sehingga diharapkan
proses absorbsi, metabolisme dan ekskresi sedang berjalan normal. Pemilihan
tikus jantan untuk menghindari pengaruh hormonal yang umumnya terjadi pada
tikus betina yang dapat mempengaruhi kadar asam urat sebenarnya dalam darah
(Lidinilla, 2014).
Allopurinol digunakan sebagai pembanding dengan maksud untuk
membandingkan efektivitas ekstrak sarang semut dari berbagai konsentrasi.
Allopurinol secara struktur kimia merupakan analog struktur dari hypoxanthine,
maka allopurinol adalah analog substrat untuk enzim xantin oxidase. Alloprinol
menghambat aktivitas enzim secara irreversible dengan mengurangi bentuk
xanthin oxidase sehingga menghambat pembentukkan asam urat (Lelyana, 2012).
Penelitian dilakukan selama 3 hari yang sebelumnya tikus telah diaklimatisasi
selama 1 minggu dengan pemberian pakan standar untuk mengadaptasikan tikus
dengan lingkungan sekitarnya. Dilanjutkan dengan pengukuran kadar asam urat
awal pada masing-masing hewan coba. Kemudian hewan coba dibuat dalam
kondisi hiperurisemia dengan menggunakan Kalium Bromat (KBrO3) secara oral
dengan dosis 0,2775% yang diperoleh dari konversi dosis kelinci 111mg/1,5
kgBB (Speicher dan Smith, 1996). Dipilih Kalium Bromat sebagai penginduksi
karena kalium bromat bekerja dengan cara merusak ginjal dan mengakibatkan
gangguan ekskresi asam urat sehingga kadar asam urat dalam darah akan
meningkat (Astuti, 2011). Setelah 72 jam diukur kembali kadar asam urat tikus
kemudian masing-masing kelompok diberi perlakuan peroral, kelompok 1 sebagai
1
Rahayu D.A Igirisa. 821410046. 2Dr. Teti S. Tuloli, M.Si., Apt. 3Hamsidar
Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1. Jurusan Farmasi.FIKK. UNG
kontrol negatif diberikan NaCMC, kelompok 2 sebagai kontrol positif diberikan
allopurinol, kelompok III, IV, V sebagai kelompok perlakuan masing-masing
diberikan ekstrak etanol sarang semut 5%, 10% dan 15%. Selanjutnya diukur
kembali kadar asam uratnya 2 jam dan 3 jam setelah perlakuan.
Hasil pengukuran masing-masing kadar asam urat darah tikus dapat dilihat
pada lampiran 6. Hasil tersebut kemudian dirata-ratakan dan dapat dilihat pada
grafik berikut.
Penurunan Kadar Asam Urat Darah
8
Kadar asam urat (mg/dl)

7
6
5 Na-CMC
4 Allopurinol
3
Ekstrak 5%
2
Ekstrak 10%
1
0 Ekstrak 15%
Awal 0 2 3
Waktu (jam)

Gambar 4.1 Grafik rata-rata penurunan Kadar Asam Urat darah


Gambar 4.1 menggambarkan hasil rata-rata kadar asam urat darah setiap
kelompok setelah diinduksi dengan kalium bromat. Pada grafik tersebut dapat
dilihat pada waktu-0 (72 jam setelah induksi) tikus telah dikatakan hiperurisemia
karena kadar asam urat darahnya tidak masuk dalam range kadar asam urat tikus.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lidinilla (2014) kadar asam urat normal
tikus berkisar antara 1,5 mg/dl-1,6 md/dl dan menurut penelitian Artini dkk
(2012) kadar asam urat normal tikus adalah berkisar antara 1,6 mg/dl-1,8 mg/dl.
Berdasarkan Gambar 4.1 terlihat bahwa masing-masing kelompok terjadi
penurunan kadar asam urat yang berbeda-beda. Namun, pada kelompok 1 (kontrol
negatif) yang diberi suspensi Na-CMC hanya terjadi sedikit penurunan kadar
asam urat darah dibandingkan dengan kelompok II (kontrol positif) yang diberi
suspensi allopurinol, sehingga Na-CMC tidak begitu berpengaruh dalam
penurunan kadar asam urat darah. Pada grafik 4.2 juga dapat dilihat pada
kelompok II (kontrol positif) yang diberi suspensi allopurinol dan kelompok V
yang diberi ekstrak sarang semut 15% memiliki kemampuan yang baik dalam
menurunkan kadar asam urat darah.

1
Rahayu D.A Igirisa. 821410046. 2Dr. Teti S. Tuloli, M.Si., Apt. 3Hamsidar
Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1. Jurusan Farmasi.FIKK. UNG
Dari Gambar 4.1 diplot diagram sehingga diperoleh histogram presentasi
penurunan kadar asam urat darah berikut ini.

Presentase penurunan kadar Asam Urat darah

80 75.56 71.21% 67.37%


. 53.14% 50.57%
60

40

20

0
ESS 15% Allopurinol ESS 10% ESS 5% Na-CMC
Perlakuan
Gambar 4.2 Histogram presentasi penurunan kadar asam urat darah
setelah perlakuan
Berdasarkan Gambar 4.2 histogram persentase penurunan kadar asam urat
darah dari yang paling besar memiliki efek penurunan berturut-turut yaitu
kelompok V (ekstrak sarang semut 15% b/v), kelompok II (kontrol positif) yang
diberi suspensi allopurinol, kelompok IV (ekstrak sarang semut 10% b/v),
kelompok III (ektrak etanol 5% b/v) dan kelompok I kontrol negatif) yang diberi
suspensi Na-CMC.
Penurunan kadar asam urat darah pada kelompok III, IV dan V (ekstrak
sarang semut 5% b/v, 10% b/v, 15% b/v) disebabkan karena adanya senyawa
flavonoid pada sarang semut yang menghambat aktivitas enzim xanthine oksidase.
Enzim xanthine oksidase merupakan enzim yang bertanggung jawab dalam
pemecahan protein melalui degradasi purin menjadi asam urat. Xanthine oksidasi
mengkatalis hipoxantine menjadi xantine, dan xanthine menjadi asam urat
(Natasha, 2012). Menurut pengujian sebelumnya, umbi sarang semut (Mymecodia
pendens) terbukti secara in vitro memiliki aktivitas penghambatan xanthine
oksidase.
Hasil dari pengukuran kadar asam urat pada penelitian ini kemudian diuji
secara statistik. Uji normalitas data diuji dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk
dan uji homogenitas diuji dengan menggunakan uji Levene. Pengujian ini perlu
dilakukan karena akan menentukan penggunaan uji statistik lanjutan. Apabila data
tersebut berdistribusi normal dan memiliki variasi yang homogen maka pengujian
hipotesis bisa dilakukan dengan model statistik parametrik (Abdurrahmat, 2009).
Berdasarkan kedua uji tersebut didapatkan data pengukuran kadar asam urat
terdistribusi normal dan bervariansi homogen (α 0.01), sehingga dapat dilanjutkan
dengan uji ANOVA untuk melihat perbedaan bermakna tiap kelompok. Hasil dari
1
Rahayu D.A Igirisa. 821410046. 2Dr. Teti S. Tuloli, M.Si., Apt. 3Hamsidar
Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1. Jurusan Farmasi.FIKK. UNG
uji ANOVA adalah nilai P < 0.01 yaitu 0.000 Hal ini menunjukkan bahwa H0
(tidak ada perbedaan) ditolak. Pada uji ANOVA bila nilai P < 0.01 maka akan
dilanjutkan dengan uji lanjutan berdasarkan uji Duncan untuk melihat perbedaan
signifikan penurunan berdasarkan masing-masing kelompok I (kontrol negatif),
kelompok II (kontrol positif) dan kelompok III, IV, V (ekstrak sarang semut
dengan masing-masing konsentrasi 5% b/v, 10% b/v, 15% b/v).
Berdasarkan uji lanjutan tersebut, hasil analisis dari uji beda rata-rata Duncan
menunjukkan bahwa pada kelompok 1 (kontrol negatif) yang diinduksi suspensi
Na-CMC dan kelompok III (ekstrak sarang semut 5% b/v) terdapat perbedaan
yang sangat nyata terhadap kelompok II (kontrol positif) yang diinduksi suspensi
allopurinol dan kelompok III, IV, V (ekstrak sarang semut 10% b/v, 15% b/v).
Hal ini dapat dilihat pada nilai rata-rata ketiga kelompok tersebut terletak pada 1
subset yang sama yaitu subset 2 yang memiliki penurunan yang sangat besar
dibandingkan kelompok 1 (kontrol negatif) dan kelompok III (ekstrak sarang
semut 5% b/v).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tayeb dkk
(2012) bahwa infus sarang semut (Myrmecodia pendans) pada konsentrasi 5-20%
b/v memiliki efek menurunkan kadar asam urat kelinci yang diinduksi kalium
bromat. Hal ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Natasha
(2012) bahwa ekstrak etanol sarang semut dari jenis Hydnophytum moseleyanum
dengan dosis 119 dan 179 mg/200 g BB dapat menurunkan kadar asam urat tikus.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendans) dapat menurunkan kadar asam
urat tikus putih jantan (Rattus novergicus) yang diinduksi dengan Kalium
bromat.
2. Ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendans) 15% b/v memberikan efek yang
optimal menurunkan kadar asam urat darah pada tikus sebesar 75.56%.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian isolasi senyawa flavonoid yang ada pada sarang
semut (Myrmecodia pendans).
2. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya terhadap efek hepatotoksik dari ekstrak
sarang semut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahmat, A.S. 2009. Bahan Ajar Biostatistika. Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan MIPA Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo

1
Rahayu D.A Igirisa. 821410046. 2Dr. Teti S. Tuloli, M.Si., Apt. 3Hamsidar
Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1. Jurusan Farmasi.FIKK. UNG
Fauzia., Astari Larasati. 2008. Uji Efek Ekstrak Air dari Daun Avokad (Persea
gratissima) terhadap Streptococcus Mutans dari Saliva dengan Kromatografi
Lapisan Tipis (TLC) dan Konsentrasi Hambat Minimum (MIC). Majalah
Kedokteran Nusantara Volume 41.No. 3. September 2008. Departemen
Farmasi Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis


Tumbuhan. Terjemahan: Kosasih P, Soediro Iwang hlm 6-17. ITB.Bandung

Harmita. Radji, M. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati Edisi 3. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta

Hawkins, D.W, Rahn, D.W. 2005. Gout and Hyperurisemia. Dalam Natasha,Y.
2012. Efek Pemberian Ekstrak Etanol 70% Umbi Sarang Semut
(Hydnophytum moseleyanum Becc.) Terhadap Kadar Asam Urat Tikus Putih
Jantan yang di Induksi Kalium Oksonat. Skripsi. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Farmasi. Universitas Indonesia

Hendarsula, R.A. 2011. Efek Immunostimulan Ekstrak Umbi Sarang Semut


(Myrmecodia archboldiana) Pada Tikus Putih Jantan. Skripsi. Departemen
Farmasi FMIPA. Universitas Indonesia

Katzung, B.G, Masters, S.B, Trevor, A.J. 2009. Basic and Clinical Pharmacology
(11th.Ed). New York. Mc-Grow-Hill, 818-826.

Kristina, D. 2008. Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Umbi Sarang Semut


(Myrmecodia pendans Merr. & Perry) pada Tikus (Rattus novergicus L.).
Skripsi. Jurusan BIologi FMIPA. Universitas Surakarta

Lelyana, R. 2008. Pengaruh Kopi Terhadap Kadar Asam Urat Darah studi
Eksperimen Pada Tikus Rattus Norwegicus galur Wistar. Tesis. Program
Pascasarjana Magister Ilmu Biomedik universitas Diponegoro. Semarang

Lidinilla, G.N. 2014 Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten) Steenis) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Dalam
Darah Tikus Putih Jantan Yang Diinduksi Dengan Kafeina. Skripsi.
Program Studi Farmasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Jakarta

Natasha,Y. 2012. Efek Pemberian Ekstrak Etanol 70% Umbi Sarang Semut
(Hydnophytum moseleyanum Becc.) Terhadap Kadar Asam Urat Tikus Putih
1
Rahayu D.A Igirisa. 821410046. 2Dr. Teti S. Tuloli, M.Si., Apt. 3Hamsidar
Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1. Jurusan Farmasi.FIKK. UNG
Jantan yang di Induksi Kalium Oksonat. Skripsi. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Farmasi. Universitas Indonesia

Putri, W. S. Warditiani, N. K. Larasanty, L. P. F. 2013. Skrining Fitokimia


Ekstrak Etil Asetat Kulit Buah Manggis (Garnicia mangostana L.). E-
journal Universitas Udayana

Retnowati, K. 2009, Pengaruh Infus Akar Tempuyung (Sonchus arvensis)


Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Tikus Putih (Rattus
norvegicus). Univ. Muhammadiyah. Surakarta

Sharon, N. Anam, S. Yuliet. 2013. Formulasi Krim Antioksidan Ekstrak Etanol


Bawang Hutan (Eleutherine palmifolia L. Merr). Online Jurnal of Natural
Science,Vol 2 (3) :111-122 ISSN: 2338-0950 Desember 2013

Simanjuntak, F, Subroto M.A., 2010, Isolasi Senyawa Aktif dari Ekstrak


Hipokotil Sarang Semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) sebagai
Penghambat Xantin oksidase. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol.8
No.1. April 2010. Hal 49-54

Speicher. Smitd, J. 1996. Pemilihan Uji Laboratorium yang Efektif. EGC. Jakarta

Subroto, M.A, Saputro, H., 2008, Gempur Penyakit dengan Sarang Semut.
Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 27

Syukri, M., 2007, Asam Urat dan Hiperurisemia. Majalah Kedokteran Nusantara,
Vol.40 No.1. Maret 2007. Hal 52

Tayeb R, Amelia V, Usmar. 2012. Pengaruh Pemberian Infus Sarang Semut


(Myrmecodia pendans) Terhadap Kadar Asam Urat Darah Pada Kelinci
(Orytolagus cuniculus). Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16, No. 1,
hlm 31-36. Maret. 2012. Fakultas Farmasi Universitas Hasanudin. Makasar

Weaver, A. L., Edwards, N. L, Simon, L. S. (2010). The gout clinical


companion:The latest evidence and patient support tools for the primary
care physician. The France Foundation: an educational grant fromTakeda
Pharmaceuticals North America, Inc

1
Rahayu D.A Igirisa. 821410046. 2Dr. Teti S. Tuloli, M.Si., Apt. 3Hamsidar
Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1. Jurusan Farmasi.FIKK. UNG

Anda mungkin juga menyukai