Anda di halaman 1dari 13

Tanggal Praktikum

Praktikum Uji Kualitatif Protein


Tujuan Praktikum  Untuk mengidentifikasi senyawa protein secara kualitatif
 Untuk mengetahui cara menghidrolisis protein
Kelompok 1 (satu)
Nama Anggota 1. FITRIA HANDAYANI
2. HURRIYATUL ULA
3. MUTIARA FEBRIANTI
4. TROY NOVANDI

DASAR TEORI
Protein adalah senyawa organic kompleks yang terdiri atas unsur-unsur karbon
(50-55%), Hidrogen (±7%), Oksigen(±13%), dan Nitrogen (±16%). Banyak pula protein
yang mengandung belerang (S) dan Fosfor (P) dalam jumlah sedikit (1-2%). Ada
beberapa protein lainnya mengandung unsur logam seperti tembaga dan besi. (Winarno,
1982)
Struktur Protein
Secara kimiawi, protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas satuan
asam-asam amino sebagai monomer-nya. Asam-asam amino terikat satu sama lain
melalui ikatan peptida, yaitu ikatan antara gugus karboksil (-COOH) asam amino yang
satu dengan gugus amino (-NH2) dari asam amino yang lain dengan melepaskan satu
molekul air, peptida yang terbentuk atas dua asam amino disebut dipeptida. Sebaliknya,
peptide yang terdiri atas tiga, empat, atau lebih asam amino masing-masing disebut
tripeptida, tetra peptide, dan seterusnya.
Protein adalah suatu polipeptida yang memiliki kira-kira 100 sampai 1.800 atau
lebih residu asam amino. Protein alamiah memiliki 20 jenis asam amino. Untuk setiap
protein tertentu, urutan dan jenis-jenis asam amino yang menyusunnya sangat spesifik.
Suatu protein yang hanya tersusun atas asam amino dan tidak mengandung gugus kimia
lain disebut protein sederhana. Contohnya enzim ribonuklease dan khimotripsinogen.
Namun, banyak protein yang mengandung bahan lain selain asam amino seperti derivat
vitamin, lipid, atau karbohidrat. Protein disebut protein konjugasi. Bagian yang bukan
asam amino dari jenis protein lain disebut gugus prostetik. Contohnya, lipoprotein
mengandung lipid dan glikoprotein mengandung gula.
Ikatan peptida
Sumber Protein
Sumber protein dari beberapa bahan makanan adalah daging, telur, susu, ikan,
beras, kacang, dan buah-buahan. Sumber protein nabati diantaranya terdiri dari kacang
kedelai, kacang-kacangan, biji-bijian, dan polong-polongan. Kacang kedelai memiliki
kandungan protein yang tinggi. Adapun sumber protein hewani terdapat pada bahan-
bahan makanan seperti daging merah (daging sapi, domba dan kambing), daging putih
(daging ayam), ikan, susu murni, dan telur. Susu murni diketahuis sebagai sumber
protein hewani paling baik karena memiliki kandungan asam amino esensial yang paling
lengkap.
Protein dalam makanan yang dikonsumsi manusia akan dipecah menjadi asam-
asam amino dalam proses pencernaan dengan dibantu oleh enzim seperti pepsin dan
tripsin.Asam–asam amino yang dihasilkan kemudian diserap oleh usus dan dibawa darah
ke hati atau didistribusikan ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Selain untuk
pembentukan sel-sel tubuh,protein dapat pula digunakan sebagai bahan bakar apabila
keperluan energi tubuh kita terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak.
Klasifikasi Protein
Berdasarkan struktur molekulnya, protein dapat dibagi menjadi dua golongan
utama,yaitu:
 Protein globuler, yaitu protein berbentuk bulat atau elips dengan rantai polipeptida
yang berlipat. Umumnya, protein globuler larut dalam air, asam, basa, atau etanol.
Contoh: albumin, globulin, protamin, semua enzim dan antibodi.
 Protein Fiber, yaitu protein berbentuk serat atau serabut dengan rantai polipeptida
memanjang pada satu sumbu. Hampir semua protein fiber memberikan peran
struktural atau pelindung. Protein fiber tidak larut dalam air, asam, basa, maupun
etanol. Contoh: keratin pada rambut, kalogen pada tulang rawan, dan fibroin pada
sutera.(Winarno, 1982)
Berdasarkan kelarutannya, protein dapat diklasifikasikan menjadi protein fibrosa
dan protein globular.
 Protein fibrosa merupakan protein yang tidak larut dalam air. Termasuk dalam
golongan ini adalah :
1. kolagen : terdapat dalam tulang, gigi, dan kulit.
2. keratin : terdapat dalam rambut, kuku, wool
3. myosin : di jumpai pada otot-otot yang berkontraksi
4. elastin : pada kulit
 Protein globular merupakan protein yang larut dalam air atau air yang mengandung
garam-garam tertentu. Yang termasuk golongan ini adalah albumin, globulin, insulin,
dan protein enzim.
Apabila dilihat dari unsur penyusunnya protein dibagi ke dalam golongan protein
sederhana dan protein majemuk.
 Protein sederhana jika hasil hidrolisis sempurna protein akan menghasilkan hanya alfa
asam amino. Dari golongan termasuk diantaranya albumin dan globulin.
 Protein majemuk adalah protein yang mengandung gugus non protein di dalamnya
seperti gugus gula, lipida, logam-logam, asam inti dan ester fosfat. Protein golongan
ini meliputi lipoprotein (membawa lipida), Glikoprotein (membawa glukosa),
nucleoprotein (membawa asam inti seperti ribose), dan fosfoprotein (membawa gugus
ester fosfat seperti kasein).
Klasifikasi Asam Amino
Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsional
karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali
pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama
(disebut atom C "alfa" atau α). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina
memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifatamfoterik: cenderung
menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi
karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam amino termasuk golongan
senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu fungsinya sangat penting dalam
organisme, yaitu sebagai penyusun protein.
Asam amino adalah unsur-unsur yang membentuk protein. Kumpulan asam
amino di sebut sebagai protein. Sebagai contoh sederhana pengandaian : sebuah
bangunan bisa diartikan sebagai protein, sedangkan semen, batu-bata, atap, jendela,
pintu, kayu dan bahan-bahan yang membentuk bangunan tersebut bisa diibaratkan
sebagai asam amino.
Asam Amino sendiri di bagi menjadi 3 jenis :
1. Asam amino essensial, adalah asam amino yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh
tubuh, sehingga harus didapat dari konsumsi makanan.
Jenis-jenis asam amino essensial :
a. Leucine (Leu, L), (BCAA = Branched-Chain Amino Acids = Asam amino
dengan rantai bercabang) berfungsi membantu mencegah penyusutan otot dan
membantu pemulihan pada kulit dan tulang.
b. Isoleucine (Ile, I), (BCAA = Branched-Chain Amino Acids = Asam amino
dengan rantai bercabang) berfungsi membantu mencegah penyusutan otot dan
membantu dalam pembentukan sel darah merah
c. Valine (Val,V), (BCAA = Branched-Chain Amino Acids = Asam amino dengan
rantai bercabang). Tidak diproses di organ hati, dan lebih langsung diserap oleh
otot. Berfungsi membantu dalam mengirimkan asam amino lain (tryptophan,
phenylalanine, tyrosine) ke otak.
d. Lycine (Lys, K) Kekurangan lycine akan mempengaruhi pembuatan protein
pada otot dan jaringan penghubung lainnya. Bersama dengan Vitamin C
membentuk L-Carnitine, berfungsi membantu dalam pembentukan kolagen
maupun jaringan penghubung tubuh lainnya (cartilage dan persendian).
e. Tryptophan (Trp, W). Pemicu serotonin (hormon yang memiliki efek relaksasi).
Berfungsi merangsang pelepasan hormon pertumbuhan

f. Methionine (Met, M). Methionine adalah asam amino yang mengandung sulfur
dan esensial bagi manusia dan ternak monogastrik. Asam amino Methionine
merupakan salah satu kerangka yang membentuk protein tubuh, dan protein
pada tiap jaringan tubuh. Sumber utama methionin adalah buah-buahan, daging
( ayam, sapi, ikan), susu (susu murni, beberapa jenis keju), sayuran (spinach,
bayam, bawang putih dan jagung), serta kacang-kacangan (kapri, pistacio,
kacang mete, kacang merah, tahu, tempe Prekusor dari cysteine dan creatine.
Berfungsi menurunkan kadar kolestrol darah dan membantu membuang zat
racun pada organ hati dan membantuk regenerasi jaringan baru pada hati dan
ginjal.
g. Threonine (Thr, T). Salah satu asam amino yang membantu detoksifikasi.
Membantu pencegahan penumpukan lemak pada organ hati. Komponen penting
dari kolagen. Biasanya kekurangannya diderita oleh vegetarian
h. Phenylalanine (Phe, F). Prekursor untuk tyrosine. Meningkatkan daya ingat,
mood, fokus mental. Digunakan dalam terapi depresi. Membantuk menekan
nafsu makan.

2. Asam amino non-essensial, adalah asam amino yang bisa diprosuksi sendiri oleh
tubuh, sehingga memiliki prioritas konsumsi yang lebih rendah dibandingkan
dengan asam amino esensial.
a. Aspartic Acid (Asp, D). Membantu mengubah karbohidrat menjadi energy,
membangun daya tahan tubuh melalui immunoglobulin dan antibodi,
meredakan tingkat ammonia dalam darah setelah latihan
b. Glyicine (Gly, G) membantu tubuh membentuk asam amino lain, merupakan
bagian dari sel darah merah dan cytochrome (enzim yang terlibat dalam
produksi energi), memproduksi glucagon yang mengaktifkan glikogen,
berpotensi menghambat keinginan akan gula.
c. Alanine (Ala, A), membantu tubuh mengembangkan daya tahan, merupakan
salah satu kunci dari siklus glukosa alanine yang memungkinkan otot dan
jaringan lain untuk mendapatkan energi dari asam amino.
d. Serine (Ser, S). Diperlukan untuk memproduksi energi pada tingkat sel,
membantuk dalam fungsi otak (daya ingat) dan syaraf

Asam amino non essensial


3. Asam amino essensial bersyarat, adalah kelompok asam amino non-esensial, namun
pada saat tertentu, seperti setelah latihan beban yang keras, produksi dalam tubuh
tidak secepat dan tidak sebanyak yang diperlukan sehingga harus didapat dari
makanan maupun suplemen protein.
a. Arginine (Arg, R), (asam amino essensial untuk anak-anak). Diyakini
merangsang produksi hormon pertumbuhan, sebagai pemicu Nitric Oxide (suatu
senyawa yang melegakan pembuluh darah untuk aliran darah dan pengantaran
nutrisi yang lebih baik) dan GABA, bersama glycine dan methionine
membentuk creatine
b. Histidine (His, H), (asam amino essensial pada beberapa individu). Salah satu
zat yang menyerah ultraviolet dalam tubuh, diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah dan sel darah putih dan banyak digunakan untuk terapi rematik dan
alergi.
c. Cystine (Cys, C) Mengurangi efek kerusakan dari alkohol dan asap rokok.
Merangsang aktivitas sel darah putih dalam peranannya meningkatkan daya
tahan tubuh, bersama L-Aspartic Acid dan L-Citruline menetralkan radikal
bebas, salah satu komponen yang membentuk otot jantung dan jaringan
penyambung (persendian, ligamen, dan lain-lain), siap diubah menjadi energi,
dan salah satu elemen besar dari kolagen
d. Glutamic Acid (Glu, E), (Asam Glutamic)
e. Tyrosine (Tyr, Y)
f. Glutamine (Gln, Q)
g. Taurine
h. Ornithine
Peranan dan Fungsi Protein dalam Tubuh
Di dalam tubuh, protein mempunyai peranan yang sangat penting. Fungsi
utamanya sebagai zat pembangun atau pembentuk struktur sel, misalnya untuk
pembentukan kulit, otot, rambut, membran sel, jantung, hati, ginjal, dan beberapa organ
penting lainnya. Kemudian, terdapat pula protein yang mempunyai fungsi khusus, yaitu
protein yang aktif. Beberapa diantaranya adalah enzim yang berperan sebagai
biokatalisator, hemoglobin sebagai pengangkut oksigen, hormon sebagai pengatur
metabolisme tubuh dan antibody untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit.
Kekurangan protein dalam waktu lama dapat mengganggu berbagai proses metabolisme
di dalam tubuh serta mengurangi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
(Winarno, 1982).
Sifat Protein
Pada umunya protein mempunyai sifat sebagai senyawa amorf, tidak berwarna,
mempunyai titik leleh dan titik didih yang tidak tetap, tak larut dalam pelarut organik dan
apabila dilarutkan dalam air membentuk suatu larutan koloid. Protein ini mudah rusak
karena pengaruh panas, penambahan logam, dan pengaruh asam atau basa.
Karena protein tersusun oleh asam-asam amino, maka protein mempunyai sifat
mirip dengan asam-asam amino. Protein merupakan suatu koloid elektrolit yang bersifat
amfotir. Dengan sifat ini protein dapat bersifat asam maupun basa. Sifat amfotir ini,
tergantung jumlah gugus NH2 dari amina dan COOH dari asam. Dalam bentuk netral
senyawa ini berbentuk dua kutub ion (zwizter ion). Pada keadaan dua kutub ion ini,
disebut titik isoelektrik.
Pada keadaan titik isoelektrik ini jumlah muatan positif dan negative sama.
Dengan menambahlan asam (menurunkan pH di bawah titik isoelektrik) membuat sifat
proteinbertindak sebagai basa, sedangkan pada penambahan basa, protein menjadi asam.
Titik isoelektrik ini berguna untuk memisahkan asam-asam amino penyusun protein
karena setiap asam amino mempunyai titik isoelektrik (pI) yang berlainan. Sebagai
contoh pada pH di atas isoelektrik protein berada dalam bentuk ion negative mampu
bereaksi dengan suatu kation sedang pada pH di bawah titik isoelektrik (berbentuk
muatan positif) protein mampu mengikat ion.
Adanya berbagai gugus fungsional (NH2, NH, OH, CO) dan bentuk ion ganda
(switzer ion) yang terdapat dalam struktur protein dapat menyebabkan terjadinya reaksi
pengendapan protein. Gugus fungsional tersebut mampu mengikat molekul air melalui
pembentukan ikatan hydrogen. Reaksi pengendapan dapat terjadi karena penambahan
bahan-bahan kimia seperti garam-garam dan pelarut organic yang dapat merubah sifat
kelarutan protein dalam air.
Berat molekul protein sangat besar, ribuan sampai jutaan, sehingga merupakan
suatu makromolekul seperti senyawa polimer lain (misalnya: pati), protein dapat pula
dihidrolisis oleh asam, basa, atau enzim tertentu dan menghasilkan campuran asam-asam
amino.
Sifat fisik kimia protein berbeda satu sama lain, tergantung pada komposisi dan
jenis asam amino penyusunnya sebagian besar protein bila dilarutkan dalam air akan
membentuk dispersi koloidal dan tidak dapat berdifusi bila dilewatkan melalui membran
semipermeabel. Beberapa protein mudah larut dalam air, tetapi ada juga yang sukar larut.
Namun, semua protein tidak dapat larut dalam pelarut organik seperti eter, kloroform,
atau benzena. (Winarno, 1982).
Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik dan zat
kimia, sehingga mudah mengalami perubahan bentuk. Perubahan atau modifikasi pada
struktur molekul protein di sebut denaturasi. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya
denaturasi adalah: panas, pH, tekanan, aliran listrik, dan adanya bahan kimia seperti urea,
akohol, atau sabun. Proses denaturasi kadang berlangsung secara reversible, tetapi ada
pula yang irreversible, tergantung pada penyebabnya. Protein yang mengalami denaturasi
akan menurunkan aktivitas biologinya dan berkurang kelarutannya, sehingga mudah
mengendap. Molekul protein mempunyai gugus amino (-NH2) dan gugus karboksilat
(-COOH) pada ujung-ujung rantainya. Hal ini menyebabkan protein mempunyai banyak
muatan (polielektrolit) dan bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan asam dan basa.
Dengan larutan asam atau ph rendah, gugus amino pada protein akan bereaksi dengan ion
H+. Sehingga protein bermuatan positif. Sebaliknya, dalam larutan basa gugus
karboksilat bereaksi dengan ion OH- sehingga protein bermuatan negative. Adanya
muatan pada molekul protein menyebabkan protein bergerak di bawah pengaruh medan
listrik. (Winarno, 1982)
Setiap jenis protein dalam larutan mempunyai pH tertentu yang disebut titik
isoelektrik (TI). Pada pH isoelektrik (pI), molekul protein mempunyai muatan positif dan
negatif yang sama, sehingga saling menetralkan atau bermuatan nol. Akibatnya, protein
tidak bergerak di bawah pengaruh medan listrik. Pada titik isoelektris, protein akan
mengalami pengendapan (koagulasi) paling cepat dan prinsip dapat digunakan untuk
pemisahan atau pemurnian suatu protein. (Winarno, 1982).
Hidrolisis Protein
Ikatan peptida yang membangun rantai polipeptida dalam protein dapat diputus
(dihidrolisis) menggunakan asam, basa atau enzim pemecahan ikatan peptida dalam
kondisi asam atau basa kuat merupakan proses hidrolisis kimia dan pemecahan ikatan
peptida menggunakan enzim merupakan proses hidrolisis biokimia reaksi hidrolisis
peptida akan menghasilkan produk reaksi yang berupa satu molekul dengan gugus
karboksil dan molekul lainnya memiliki gugus amina (Juniarso dki, 2007).
Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baik
menggunakan enzim maupun asam. Dengan cara ini diperoleh campuran
bermacam-macam asam amino dan untuk menentukan jenis asam amino maupun
kuantitas masing-masing asam amino perlu diadakan pemisahan antar asam amino
tersebut. Ada beberapa metode analisis asam amino, misalnya metode gravimetri,
kalorimetri, mikrobiologi, kromatografi, dan elektroforesis. Salah satu metode yang
banyak memperoleh pengembangan adalah metode kromatografi. Macam-macam
kromatografi adalah kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi
penukar ion (Poejadi, 1994).
Uji Kualitatif Protein
1. Uji Ninhidrin. Merupakan uji kualitatif protein yang paling umum dilakukan dalam
rangka mencari tahu apakan suatu bahan mengandung protein di dalamnya. Apabila
positif maka hasil reaksi adalah terbentuknya kecenderungan warna dari ungu sampai
biru.
2. Uji Biuret. Sama seperti reaksi biuret, uji kualitatif protein ini ditujukan untuk
mendeteksi apakah ada atau tidak ikatan peptida yang merangkai molekul protein.
Apabila positif maka wakan muncul warna dari merah muda hingga ungu.
3. Uji Reduksi Sulfur. Uji ini tujuannya untuk mengetahui apakah suatu protein
mengandung unsur asam amini dengan gugus atom S (contoh Cystein dan juga
methionin). Uji ini akan terjadi rekasi yang pada akhirnya membentuk gram pbS
dengan warna hitam.
4. Uji Xantoprotein. Uji ini sama dengan reakasi Xantoprotein. Hasil akhirnya akan
dihasilkan endapan yang putih dan berubah menjadi kuning tua. Apabila ditambahkan
pelarut ammonia pekat maka zat akan berubah warna menjadi jingga.
Reaksi Dalam Uji Kualitatif Protein
Pembagian reaksi dalam lingkup analisa kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Reaksi Xantoprotein. Untuk mendapatkan reaksi ini, perlu penambahan larutan asam
nitrat yang pekat ke dalam larutan protein. Pada saat dicampur, akan terlihat
pembentukan endapan berwarna putih yang apabila dipanaskan akan berubah warna
menjadi kekuningan. Reaksi ini terjadi pada protein yang di dalamnya terkandung
senyawa antara lain fenilalanin, triptofan, dan juga tirosin.
2. Rekasi Hopkins Case. Reaksi ini terjadi apabila larutan senyawa protein yang
mengandung unsur triptofan bereaksi dengan pereaksi yang disebut dengan istilah
Hopkins cole. Pereaksi ini mengandung beberapa senyawa antara lain asam glikosilat.
3. Reaksi Millon. Jenis reaksi dari uji kualitatif protein ini terjadi apabila larutan protein
ditambahkan dengan pereaksi berupa larutan merkuri serta merkuri nitrat yang ada di
dalam asam nitrat. Sebagai hasilnya, akan muncul endapan berwarna putih yang akan
berubah menjadi warna merah apabila terjadi pemanasan.
4. Reaksi Natriumnitroprusida. Rekasi ini terjadi apabila pelarutnya adalah larutan
amoniak. Protein yang mengandung senyawa sistein akan menunjukkan hasil yang
positif.
5. Reaksi Sakaguchi. Jenis reaksi uji kualitatif protein ini menggunakan pereaksi berupa
naftol dan juga natriumhipobromit. Apabila terdapa gugus guanidine pada protein
maka hasilnya akan positif.
6. Reaksi Biuret. Merupakan uji kualitatif protein yang dibentuk menjadi alkalis dengan
menggunakan NaOH dan selanjutnya ditambahkan cairan CuSO4. Uji ini bertujuan
untuk mencari tahu apakah di dalam sebuah senyawa mengandung gugus amida asam
yang lebur bersama asam amida lainnya.
1. ALAT dan BAHAN
Alat : Bahan :
 Tabung reaksi  Larutan HgSO4
 Rak Tabung reaksi  Larutan H2SO4
 Penjepit tabung Reaksi  Larutan NaNO2
 Pipet Tetes  Larutan Ninhidrin
 Bunsen  Larutan HNO3
 Gelas ukur  Larutan NaOH
 Beaker glass  larutan CuSO4
 Chamber  Larutan CH3COO
 Botol semprot  Larutan N-butanol
 Cawan petri  Larutan asam asetat glasial
 Kaki tiga  Aquadest
 Kassa asbes
 Korek api
2. PROSEDUR
No Uji Cara Kerja Hasil Pengamatan
Hidrolisa ☺ Sampel dimasukkan dalam labu
protein erlenmeyer 50 ml
☺ Ditambahkan 10 ml HCl 8 N, sumbat
dengan kapas dan dibungkus kertas.
☺ Dimasukkan dalam autoklaf 1 atm.
☺ Diamati warnanya dan diukur pHnya
☺ Ditambah Ba(OH)2. 8H2O sampai pH
netral
☺ Ditambah air mendidih
☺ Disaring hingga didapat filtrat
1. Uji Millon ☺ 2 ml sampel + 1ml pereaksi merkuri sulfat
(menguji (1% HgSO4, dilarutkan dalam 10% asam
gugus fenil) sulfat).
☺ Panaskan, sampai terjadi endapan kuning,
dinginkan.
☺ Tambahkan 1 tetes NaNO2 1%.
☺ Panaskan lagi hingga endapan atau
larutannya menjadi warna merah.
2. Uji Ninhidrin ☺ 1 ml sampel+ 10 tetes ninhidrin 0,2%
(menguji ☺ Panaskan pada suhu 1000C selama 10
gugus asam menit.
amino bebas) ☺ Uji positif apabila terbentuk warna ungu
atau biru yang menandakan asam amino
bebas.
3. Uji ☺ 3 ml sampel + 1ml HNO3 pekat
Xanthoprotein ☺ Panaskan sampai larutan hingga menjadi
(gugus benzen) kuning tua, dinginkan.
☺ Tambahkan NaOH pekat sampai larutan
dalam tabung menjadi basa dan warna
kuning hilang berubah menjadi kuning
muda hingga jingga.
4. Uji Biuret ☺ 3 ml sampel+ 1 mL NaOH 40%
(ikatan ☺ Tambahkan tetes demi tetes larutan CuSO4
peptida) sampai terbentuk warna biru, ungu, atau
merah
5. Uji Reduksi ☺ Tetesi 5 pipet sampel ke dalam tabung
Sulfur reaksi.
(menguji asam ☺ 3 ml sampel + 2 pipet NaOH 40%
amino dengan ☺ Dicampur dengan 3 tetes CH3COO
atom S) ☺ Panaskan selama 3 menit, amati.

6. Hidrolisis ☺ Isi chamber dengan eluent (n-butanol : asam


protein asetat glasial : aq.dest dengan perbandingan
2:1:1), jenuhkan.
☺ Totolkan hidrolisa protein(sampel) dan
asam amino (standart) dengan jarak 2 cm
satu sama lain pada lempeng KLT.
☺ Letakkan lempeng KLT dengan hati-hati
dalam chamber yang berisi eluent
☺ Tutup chamber dan biarkan eluent mengalir
ke atas hingga batas yang telah ditentukan.
☺ Keluarkan lempeng KLT, keringkan di
udara.
☺ Semprot perlahan-lahan permukaan
lempeng KLT dengan larutan Ninhidrin
dengan jarak kurang lebih 45 cm. (lakukan
dengan hati-hati)
☺ Biarkan mengering 2-3 menit, keringkan
dalam oven 1000 C sampai muncul bintik-
bintik berwarna.
☺ Amati
7. Denaturasi, ☺ Masukkan 3 mL sampel kedalam tabung
Plokalasi, reaksi
koagulasi ☺ Panaskan dengan api kecil, amati
3. HASIL PRAKTIKUM
NO REAGEN HASIL KETERANGAN

Anda mungkin juga menyukai