PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
TESIS
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
1i
2
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
ii
3
Lembar Pengesahan
Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, SP.And,FAACS
NIP. 194606191976021001 NIP. 194612131971071001
Mengetahui
Prof.Dr.dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And.,FAACS Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi,Sp.S(K)
NIP. 194612131971071001 NIP. 195902151985102001
iii
4
iv
5
NIM : 0990761006
JUDUL TESIS : Pemberian Ekstrak Air Lidah Buaya (Aloe Vera L.)
Memperbaiki Profil Lipid Darah Tikus Jantan
Wistar Dengan Dislipidemia
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010
dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
v
6
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, penulis dapat
Buaya (Aloe Vera L.) Memperbaiki Profil Lipid Darah Tikus Jantan Wistar
yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS,
dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya pula penulis
Akademik, kepada Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK selaku Pembimbing I dan
kepada Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS selaku Pembimbing II
yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan
masukan yang sangat berharga selama masa studi maupun saat penelitian.
Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD, KHOM, atas kesempatan dan fasilitas yang
Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada
Direktur Program Pascasarjana Universits Udayana, Prof. Dr. dr. Anak Agung
vi
7
Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
Udayana. Ucapan terima kasih ditujukan juga pada Prof. Dr. Made Budiarsa,
M.A. selaku Asisten Direktur I dan Prof. Dr. Ir. Ketut Budi Susrusa, MS selaku
Asisten Direktur II. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dr. Ida Bagus
dr. I Gusti Made Aman, Sp. FK, selaku Koordinator Laboratory Animal Unit,
Bapak Gede Wiranatha selaku staf Laboratory Animal Unit, bagian Farmakologi
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada
Drs. I Ketut Tunas, MSi, yang telah membantu dalam melakukan analisis statistik
sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan
pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc.,Sp.And,
Prof. dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH.Ph.D dan Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK.M.Kes,
yang telah memberikan masukan, saran, dan koreksi sehingga tesis ini dapat
Ibu dan mendiang Ayah tercinta yang senantiasa mendorong penulis untuk maju
kepada suami tercinta, Ketut Suryadi Putra yang banyak memberi motivasi untuk
tetap semangat dan banyak belajar, serta anak Teniya, Divara, Oming dan Rara
vii
8
kasih juga penulis tujukan kepada staf administrasi serta rekan-rekan sejawat di
Medicine atas bantuan dan dukungan selama penulis menyelesaikan tesis ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu
Penulis
viii
9
ABSTRAK
Kata kunci : Ekstrak air lidah buaya, profil lipid darah, tikus putih jantan (albino
rat), dislipidemia
ix
10
ABSTRACT
Key words: water extracts of aloe vera, blood lipid profile, white male rats (albino
rat), dyslipidemia
x
11
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM.................................................................................. i
PRASYARAT GELAR............................................................................ ii
ABSTRAK .............................................................................................. ix
ABSTRACT ............................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
xi
12
Transport).......................................................... 18
2.3 Aterosklerosis............................................................................. 23
xii
13
xiii
14
Buaya ............................................................................. 63
xiv
15
Buaya ............................................................................. 66
6.2 Pengaruh Air Lidah Buaya terhadap Profil Lipid Darah .............. 70
LAMPIRAN ........................................................................................... 83
xv
16
DAFTAR TABEL
Kolesterol LDL..................................................................... 23
Perlakuan .............................................................................. 59
Perlakuan .............................................................................. 59
Perlakuan .............................................................................. 60
Perlakuan .............................................................................. 61
Perlakuan .............................................................................. 62
Perlakuan .............................................................................. 63
Perlakuan .............................................................................. 63
xvi
17
Tabel 5.11 Rerata HDL antara Sebelum dengan Sesudah Perlakuan ....... 66
xvii
18
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Pembuatan sediaan ekstrak air lidah buaya (Aloe vera L.) . 51
Buaya ............................................................................... 66
Buaya ............................................................................... 69
xviii
19
DAFTAR SINGKATAN
BB : Berat badan
Cm : Centimeter
dl : Desiliter
FDA : Food Drug Administration
HDL : High Density Lipoprotein
HMG-KoA : Hidroksimetil Glutarat-Koenzim A
IDL : Intermediate Density Lipoprotein
Kg : Kilogram
LD50 : Median Lethal Dose
LDL : Low Density Lipoprotein
LPL : Lipoprotein Lipase
LRP : LDL-Receptor Related Protein
LSD : Least Significant Difference
mg : milli gram
ml : Mililiter
MONICA : Multinational Monitoring of Trends Determinants in
Cardiovascular Disease
MPS : Mukopolisakarida
n : Besar sampel
nm : Nanometer
P : Populasi
PJK : Penyakit Jantung Koroner
PKV : Penyakit Kardiovaskular
PTU : Propil Tiourasil
R : Random
Ra : Random alokasi
RNA : Rebonucleic Acid
S : Sampel
SDF : Selulose Dietary Fiber
VLDL : Very Low Density Lipoprotein
xix
20
DAFTAR LAMPIRAN
xx
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap orang tentu menginginkan untuk dapat hidup sehat, panjang umur, serta
tetap produktif.
Jumlah penduduk usia lanjut di dunia termasuk Indonesia dari hari ke hari
diikuti dengan peningkatan derajat kesehatan dan kualitas hidup, sehingga sangat
ini. Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua yaitu melalui proses
penuaan. Selanjutnya akan diikuti oleh kematian yang merupakan suatu peristiwa
Penuaan (aging) adalah suatu proses bertambah tua atau adanya tanda-
komponen tubuh pada suatu tahap tidak dapat berkembang lagi, tetapi justru
Proses penuaan merupakan suatu proses yang tidak dapat dihindari dan
pada berbagai sel atau organ tubuh. Ada banyak faktor yang menyebabkan
seseorang menjadi tua, sakit, dan kemudian mati. Faktor tersebut dikelompokkan
menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti radikal bebas,
1
2
tubuh yang menurun, dan gen. Faktor eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat,
2007).
cepat dari yang seharusnya. Dengan bertambah baiknya kondisi sosial ekonomi
dan perubahan gaya hidup, sangat mempengaruhi pola hidup sehat seseorang.
Perubahan pola makan yaitu asupan lemak jenuh meningkat, sedangkan aktivitas
peningkatan kadar total kolesterol, kadar trigliserida, kadar LDL serta penurunan
yang disebut plak ateromatosa pada permukaan dalam dinding arteri (Rahayu,
Lipid sangat dibutuhkan oleh tubuh. Selain sebagai cadangan makanan dan
memberikan efek yang serius berupa kerusakan pembuluh koroner (Agus, 2006).
HDL dalam darah akan mengakibatkan kemungkinan atau risiko lebih besar
terhadap terjadinya penyakit jantung koroner (Santoso dan Setiawan, 2005) dan
kolesterol LDL padat kecil yang disebut small dense LDL-cholesterol, yang
Dari banyak penelitian kohort menunjukkan bahwa makin tinggi kadar kolesterol
4
darah, makin tinggi angka kejadian kelainan kardiovaskular. Begitu juga dengan
penurunan risiko mortalitas kardiovaskular sebesar 2%. Begitu juga dengan kadar
total pada wanita adalah 206,6 mg/dl dan pria 199,8 mg/dl. Pada tahun 1993
terjadi peningkatan dimana rata-rata kolesterol total wanita menjadi 213 mg/dl
dan pria 204 mg/dl. Apabila dipakai batas kadar kolesterol > 250 mg/dl sebagai
hiperkolesterolomia sebesar 13,45% untuk wanita dan 11,4% untuk pria. Pada
MONICA II meningkat menjadi 16,2% untuk wanita dan 14% untuk pria (Anwar,
2004).
tingginya kadar lemak darah, selain melakukan olah raga teratur. Bila usaha ini
berfungsi menurunkan lemak darah. Obat penurun kadar kolesterol darah kadang
2005).
secara konsisten dapat mengurangi risiko penyakit jantung koroner (Lin et al.,
faktor risiko penyakit jantung koroner. Bahan alami yang dapat menurunkan
buaya. Bahan alami tersebut selain murah dan mudah didapat, memiliki risiko
efek samping yang kecil, sehingga relatif aman jika dibandingkan dengan obat-
obat sintetis (Widowati, 2007). Khasiat dari bahan alami tersebut harus dibuktikan
secara ilmiah melalui uji klinis terlebih dahulu, untuk dapat dimanfaatkan dengan
bahan aktif yang tinggi yaitu glukomanan yang berperan sebagai antikolesterol
(Agarwal, 2005).
Saat ini belum banyak masyarakat yang mengetahui bahwa lidah buaya (Aloe
vera L.) merupakan tanaman antioksidan yang mengandung lebih dari 200
komponen kimia dan nutrisi alami (Jatnika dan Saptoningsih, 2009). Kandungan
zat dalam lidah buaya lebih banyak mengandung air. Bagian lidah buaya yang
6
bermanfaat untuk pengobatan adalah jeli yang diambil dari daging daunnya. Hasil
vitamin E (Jatnika dan Saptoningsih, 2009). Pada penelitian Umi, tahun 2007
lemak darah pada hewan coba. Kadar kolesterol dan trigliserida mengalami
penurunan setelah pemberian jus lidah buaya dengan dosis efektifnya yaitu 1,5
ml/200gr BB/hari .
mannosa, dan galaktosa. Dalam lidah buaya terdapat kandungan bahan aktif yang
komposisi polisakarida lidah buaya dalam fraksi jumlah per%mol pada setiap
jaringan adalah 1) arabinosa pada daging 1,92 dan gel 1,15, 2) xylosa pada daging
terkandung 2,34 dan gel 1,38, 3) glukomanan pada daging sebesar 73,10 dan gel
76,49, 4) galaktosa pada daging 4,97 dan gel 3,50, 5) rhamnosa daging 1,69 dan
gel 0,84 dan 6) fucosa pada daging sebesar 1,94 dan gel 0,64 (Gallaher et al.,
2002).
(cairan berwarna kekuningan yang diproduksi oleh hati untuk memecah lemak di
dalam usus kecil). Sebagian besar kolesterol di dalam asam empedu akan
dikeluarkan bersama serat sebagai bahan buangan dan tidak diserap lagi.
7
2000).
1.2.1 Apakah pemberian ekstrak air lidah buaya dapat menurunkan kadar
1.2.2 Apakah pemberian ekstrak air lidah buaya dapat menurunkan kadar
1.2.3 Apakah pemberian ekstrak air lidah buaya dapat menurunkan kadar
1.2.4 Apakah pemberian ekstrak air lidah buaya dapat meningkatkan kadar HDL
buaya dapat memperbaiki profil lipid darah pada tikus yang menderita
dislipidemia.
1.3.2.1 Untuk mengetahui ekstrak air lidah buaya dapat menurunkan kadar
1.3.2.2 Untuk mengetahui ekstrak air lidah buaya dapat menurunkan kadar
1.3.2.3 Untuk mengetahui ekstrak air lidah buaya dapat menurunkan kadar
1.3.2.4 Untuk mengetahui ekstrak air lidah buaya dapat meningkatkan kadar
tentang potensi ekstrak air lidah buaya dalam memperbaiki profil lipid dan dapat
Pemanfaatan lidah buaya dalam dunia kesehatan secara klinis ekstrak air
lidah buaya dapat memperbaiki profil lipid dan sebagai obat alternatif dalam
menangani dislipidemia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penuaan
mengalami proses penuaan, menjadi tua dan berakhir dengan kematian. Penuaan
merupakan suatu proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh makhluk hidup
penyakit, penderitaan serta kesedihan di masa tua (Goldman dan Klatz, 2003).
pola makan dan pola hidup yang mempengaruhi kehidupan yang sehat di usia tua,
melibatkan 1091 laki-laki dan 1109 perempuan usia 70-75 tahun berasal dari
Belgia, Prancis, Denmark, Italia, Belanda, Portugal, Spanyol, New Zealand, dan
merokok, diet tidak sehat, aktivitas fisik rendah meningkatkan risiko kematian.
Individu yang tidak aktif dan perokok memiliki risiko penurunan status kesehatan
menyimpulkan pola hidup sehat pada usia tua secara positif menurunkan risiko
9
10
dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara
lain gen, hormon yang berkurang, sistem kekebalan yang menurun, dan radikal
bebas sedangkan faktor eksternal yang utama adalah diet yang tidak sehat, gaya
hidup yang tidak sehat, kemiskinan, dan lingkungan (Djuanda, 2005; Pangkahila,
2007).
penuaan, sehingga orang menjadi tua, sakit dan akhirnya meninggal. Namun,
kalau faktor penyebab itu dapat dihindari, proses penuaan tentu dapat dicegah,
Lebih jauh, ini berarti usia harapan hidup menjadi lebih panjang dengan kualitas
hidup yang baik. Dengan demikian, kita dapat menentukan faktor mana yang
dapat dihindari atau diatasi agar proses penuaan dapat dicegah atau diperlambat;
Pada dasarnya semua sistem atau fungsi tubuh mengalami penurunan karena
(Pangkahila, 2007).
atau perubahan yang terjadi dapat digunakan sebagai parameter. Dalam kaitan
pemeriksaan profil lipid yang meliputi kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
trigliserida, dan kolesterol HDL. Pemeriksaan profil lipid untuk mengetahui risiko
dengan fungsi berbagai organ tubuh yang menunjang aktivitas sehari-hari dan
berkaitan juga dengan kualitas hidup. Karena itu pemeriksaan adanya tanda atau
Lipid (lemak) adalah zat yang kaya energi, yang berfungsi sebagai sumber
energi utama untuk proses metabolisme tubuh. Lipid yang beredar di dalam tubuh
diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan (eksogen) dan hasil produksi organ
hati (endogen) (Junaidi, 2009). Lipid plasma yang utama adalah kolesterol,
trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas. Lipid tidak larut dalam air oleh
karena itu agar dapat diangkut dalam sirkulasi, maka susunan molekul lipid
tersebut perlu dimodifikasi, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang bersifat larut
dalam air. Partikel lipoprotein terdiri dari inti yang mengandung trigliserida dan
(Gambar 2.1). Zat-zat tersebut beredar dalam darah sebagai lipoprotein yang larut
dalam plasma. Lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya
Lipid berfungsi antara lain sebagai sumber energi, pelindung organ tubuh,
pembentuk sel, alat angkut vitamin larut lemak, pemberi rasa kenyang dan
2.2.1 Trigliserida
energi dan dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebihan dalam darah.
Peningkatan kadar trigliserida ini dihubungkan dengan LDL padat kecil (small
karbohidrat yang memasuki tubuh lebih banyak dari yang dapat dipakai segera
jaringan adiposa. Demikian pula bila kelebihan protein, akan disimpan menjadi
2.2.2 Fosfolipid
mempunyai kekhususan karena bersifat polar dan non polar atau disebut juga
amfilitik. Sifat amfilitik inilah yang merupakan bagian penting dalam peranan
biologik fosfolipid dalam membran sel. Karena mempunyai daya tarik yang sama
terhadap zat larut air dan zat larut lemak, fosfolipid merupakan bahan struktur sel
yang efektif. Di dalam darah fosfolipid berfungsi sebagai alat angkut lipid
(Almatsier, 2009).
2.2.3 Kolesterol
Kolesterol adalah salah satu lemak tubuh yang berada dalam bentuk bebas
dan ester dengan asam lemak, merupakan komponen utama selaput sel otak dan
saraf (Murray et al., 2000). Kolesterol adalah suatu substansi yang berasal dari
lemak, ditemukan pada otak, hati, darah dan empedu. Kolesterol diproduksi
terutama di hati (Goldman dan Klatz, 2007). Kolesterol di dalam tubuh terutama
diperoleh dari hasil sintesis di dalam hati. Bahan bakunya diperoleh dari
karbohidrat, protein dan lemak. Jumlah yang disintesis tergantung pada kebutuhan
Pengendalian jumlah kolesterol dalam tubuh terjadi pada organ hati. Organ
ini merupakan pusat biosintesis dan degradasi kolesterol tubuh. Apabila asupan
kolesterol dan lemak dari makanan berlebih, maka hati sedemikian rupa akan
menjaga agar konsentrasi kolesterol tubuh tetap normal dengan cara mengurangi
enpedu sehingga jumlah kolesterol berkurang. Dengan regulasi dari hati, maka
14
2009).
hormon yang dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar gula
batas normal (> 240 mg/dl). Hal ini dapat terjadi karena adanya kelainan genetik,
obesitas serta diet tinggi kolesterol dan asam lemak jenuh. Kolesterol yang
berlebihan di dalam darah dapat membentuk plak pada dinding pembuluh darah
2006).
15
Asetil-koenzim A
Asetoasetil-koenzim A
Hidroksimetilglutarat-koenzim (HMG)
HMG-KoA reduktase
Mevalonat
Mevalonat fosfat
Mevalonat pirofosfat
Famesil Pirofosfat
Skualin Lanosterol
Kolesterol
Pencernaan lipid terjadi di dalam usus halus. Enzim utama yang berperan
dalam pencernaan lipid adalah lipase. Lipase sebagian besar dibentuk oleh
pankreas dan selebihnya oleh dinding usus halus. Trigliserida yang berasal dari
makanan dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol. Fosfolipid dicema oleh
enzim fosfolipase sedangkan ester kolesterol oleh enzim kolesterol esterase yang
Tabel 2.1
Ringkasan Proses Pencernaan Lipid (Almatsier, 2009)
4. Usus halus Asam empedu mengemulsi lemak. Lipase berasal dari pankreas
dan dinding usus halus menghidrolis lipid menjadi gliserol dan
asam lemak. Fosfolipase berasal dari pankreas menghidrolisis
fosfolipid dan kolesterol esterase berasal dari pankreas
menghidrolisis ester kolesterol.
5. Usus besar Sedikit lemak dan kolesterol yang terkurung dalam serat
makanan, dikeluarkan melalui feses.
Absorpsi lipid terutama terjadi dalam jejunum. Hasil pencernaan lipid di-
Jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis
menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida (Ahuja,
2003).
merupakan gabungan molekul lipid dan protein yang disintesis di dalam hati.
Lipid ditranspor melalui jalur eksogen, endogen dan jalur balik kolesterol.
Jalur eksogen dan endogen melibatkan trigliserida dan kolesterol LDL, sedangkan
Pada jalur ini, lipid yang berasal dari makanan masuk ke dalam usus halus
dan dicerna. Hasil pencernaan akan diabsorpsi ke dalam membran mukosa usus
halus. Monogliserida dan asam lemak bebas akan diubah kembali menjadi
melalui duktus torasikus hingga sampai pada jaringan perifer. Trigliserida yang
ada pada kilomikron dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) menjadi
asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak ini dapat digunakan sebagai energi
dan juga dapat diubah kembali menjadi trigliserida. Sel-sel otot cendrung
18
atas kolesterol dan protein akan dibawa ke hati melalui ikatan dengan reseptor
LDL dan LRP (LDL receptor related protein) untuk kemudian dimetabolisme
aliran darah dalam bentuk lipoprotein yaitu VLDL (very low density lipoprotein).
VLDL terutama terdiri dari trigliserida dan apoB100. Trigliserida dalam VLDL
akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL). VLDL yang kehilangan
trigliserida disebut VLDL remnants. VLDL remnants akan berubah menjadi IDL
(intermediate density lipoprotein). IDL sebagian kembali ke hati dan sebagian lagi
dihidrolisis menjadi LDL (low density lipoprotein). LDL yang kaya kolesterol,
akan masuk ke jaringan perifer setelah berikatan dengan reseptor LDL. Dalam
apoAII, apoC, dan apoE. HDL dibentuk di hati dan usus halus. HDL akan
membawa kolesterol yang ada pada jaringan perifer menuju ke hati melalui
Sebagian besar lipid disimpan dalam dua jaringan tubuh utama, yaitu
jaringan adiposa dan hati. Fungsi utama jaringan adiposa adalah menyimpan
trigliserida sampai diperlukan untuk membentuk energi dalam tubuh. Selain itu
jaringan adiposa juga berperan pada pengaturan proses homeostasis energi, yaitu
2007).
20
2.2.8 Dislipidemia
semuanya mempunyai peran yang penting dan sangat erat kaitannya antara satu
dengan yang lainnya (Anwar, 2004). Tikus dikatakan dislipidemia bila terjadi
kenaikan berat badan > 20% atau kadar kolesterol total > 200 mg/dl (Sunarsih dan
Prasetyastuti, 2008).
lipid seperti kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah melebihi normal disebut
hiperkolesterolemia.
Pola konsumsi saat ini adalah berpindahnya pilihan kepada jenis makanan
tinggi dalam darah dan menimbulkan suatu proses yang kompleks dalam
pembuluh darah, dan berpengaruh pada fungsi beberapa organ dalam tubuh
2004) :
21
c. Usia
bertambahnya usia.
d. Hiperkolesterolemia
e. Obesitas / kegemukan
f. Diet makanan yang mengandung asam lemak jenuh seperti mentega, margarin,
h. Penggunaan alkohol
i. Merokok
k. Gagal ginjal
dikaitkan dengan besarnya risiko untuk terjadinya PKV, dikenal patokan kadar
1. Kadar yang diinginkan dan diharapkan masih aman (desirable) adalah <
200 mg/dl.
2. Kadar yang sudah mulai meningkat dan harus diwaspadai untuk mulai
3. Kadar yang tinggi dan berbahaya (high) adalah > 240 mg/dl.
Tabel 2.2
Pedoman Klinis untuk Menghubungkan Profil Lipid dengan Risiko Terjadinya
Penyakit Kardiovaskular (PKV) (Anwar, 2004).
Kolesterol LDL
Trigliserida
Tabel 2.3
Kadar Kolesterol Total Dapat Juga Menggambarkan
Kadar Kolesterol LDL (Anwar, 2004)
2.3 Aterosklerosis
disertai intensitas makan yang tinggi dan stres yang menekan sepanjang hari,
akan menempel pada permukaan sebelah dalam dinding pembuluh darah koroner,
pembuluh darah menyempit dan tidak elastis yang dikenal sebagai aterosklerosis
(Juheini, 2002).
Lesi lemak yang terbentuk pada permukaan dalam dinding arteri disebut
bahan baku industri obat (farmasi), bahan kosmetik, serta bahan produk olahan
Aloe vera L. adalah nama latin dari tumbuhan, di Indonesia yang lebih dikenal
dengan sebutan lidah buaya (Purbaya, 2003). Menurut para ahli, nama tersebut
dari Bahasa Arab, yakni : “Alloeh” yang berarti bahan obat yang berasa pahit atau
Aloe vera L. banyak digunakan sebagai obat jauh sebelum masa Cleopatra, yaitu
ratu ketujuh atau keturunan terakhir pada “Papyrus Ebers”, atau “Kitab
Pengobatan” dari Mesir Kuno. Bagian yang disebut berkhasiat sebagai obat adalah
isi daunnya yang tebal dan kenyal seperti daging. Bentuknya seperti gel atau jelly,
tahun yang lalu, salah satunya di Pontianak. Lidah buaya merupakan tanaman asli
lain menyebutkan bahwa lidah buaya berasal dari bombay yang kian menyebar ke
seluruh pelosok dunia termasuk ke Indonesia pada abad ke-17 (Jatnika dan
Saptoningsih, 2009).
Tanaman lidah buaya diberi nama Aloe vera L. oleh Carl Von Linme pada tahun
1720. Beberapa jenis Aloe yang umum dibudidayakan diantaranya Aloe perryl,
Aloe ferox, Aloe arborescens, Aloe barbadensis, dan Aloe chinensis yang populer
adalah Aloe barbadensis, yang berasal dari pulau Barbados Amerika Tengah.
(Rostita, 2008).
tumbuhan kaktus atau jenis xerovit, terutama karena sifat atau karakteristiknya
lebih mirip dengan kaktus. Tumbuhan ini dapat hidup di lingkungan kering atau di
Tumbuhan ini memiliki daun yang agak runcing berbentuk taji, tebal,
Panjang daun dapat mencapai 50-75 cm, dengan berat 0,5 kg – 1 kg, lebar 2-6 cm
(Purbaya, 2003).
Letak daun lidah buaya berhadap-hadapan dan mempunyai bentuk yang sama,
yakni daun tebal dengan ujung yang runcing mengarah ke atas. Setiap jenis lidah
buaya yang satu dan yang lain memiliki penampakan fisik daun yang berbeda.
dengan ukuran panjang 25-4 mm. Bunga ini berbentuk seperti lonceng, terletak di
ujung atau suatu tangkai yang keluar dari ketiak daun dan bercabang.
26
Panjang tangkai 50-100 cm dan berstekstur cukup keras, serta tidak mudah patah.
Bunga lidah buaya mampu bertahan 1-2 minggu (Jatnika dan Saptoningsih, 2009).
Batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh daun-daun yang rapat dan
sebagian terbenam dalam tanah. Umumnya batang lidah buaya tidak terlalu besar
dan relatif pendek (sekitar 10 cm). Jika pelepah daun lidah buaya (Aloe vera L.)
telah dipotong atau dipanen beberapa kali, batang akan tampak dengan jelas
(Purbaya, 2003).
buaya jenis barbadensis dan aloe chinensis tidak membentuk biji atau tidak
lidah buaya berserabut pendek dan tumbuh menyebar di batang bagian bawah
tanaman dan tumbuh ke arah samping, sehingga tanaman mudah tumbang karena
akan tidak cukup kuat menahan beban daun lidah buaya yang cukup berat.
Pada jaman sekarang, gel lidah buaya telah dimanfaatkan secara luas, tidak
hanya sebagai obat luar tetapi untuk mengobati luka dalam, seperti radang saluran
pencernaan. Sampai sekarang ini manfaat lidah buaya masih banyak dikenal dan
ajaib yang serba guna di abad modern ini. Melalui teknologi yang terus
daging daun lidah buaya, antara lain : glukosa, asam amino, polisakarida dan
Selain itu, terdapat lebih 200 komponen aktif seperti vitamin, mineral,
enzim, protein dan terdapat kandungan bahan aktif yang tinggi berupa
glukomanan.
molekul gula manosa, glukosa, dan galaktosa. MPS mempunyai rantai gula
panjang dan tidak dapat dipecah, masuk ke dalam aliran darah atau membrane sel
dengan proses pinositosis. Sebab itu lidah buaya dapat menyokong sistem
kekebalan tubuh.
Kingdom : plantae
Divisi : spermatophyta
Subdivisi : angiospermae
Kelas : monocotyledoneae
Bangsa : liliflorae
Suku : liliceae
Genus : aloe
Komposisi kimia lidah buaya dalam 100 g bagian yang dapat dimakan :
1. Air : 95,51%
a. Lemak : 0,050-0,090 gr
c. Protein : 0,010-0061 gr
d. Vitamin A : 4,59 iu
e. Vitamin C : 3,47 mg
Lidah buaya terkandung nutrisi yang diperlukan tubuh diantaranya vitamin A, B1,
Kalsium (Ca), magnesium (Mg), potasium (K), sodium (Na), besi (Fe), zinc (Zn),
Beberapa unsur vitamin dan mineral tersebut dapat berfungsi sebagai pembentuk
Antioksidan tersebut berguna untuk mencegah penuaan dini, serangan jantung dan
Pada daun lidah buaya mengandung juga sejumlah asam amino arginin, asparagin,
asam aspartat, alanin, serin, valin, glutamat, treonin, glisin, lisin, dan isoleusin
(Astawan, 2009).
(Geissler, 2005).
2000).
yang dapat dicerna oleh saluran cerna, sehingga sangat efektif dalam menyerap
asam empedu yang akan mengemulsi lemak dan membawanya keluar bersama
feces, akibatnya kolesterol yang diikat oleh serat glukomanan tersebut tidak
30
sampai ke cairan darah. Glukomanan juga bekerja dalam usus mengikat asam
2.4.2 Glukomanan
Dietary Fiber, dimana satu gram glukomanan dapat menyerap 200 ml air.
fisiologis, serat makanan yang larut (SDF) lebih efektif dalam mereduksi plasma
kolesterol yaitu low density lipoprotein (LDL), serta meningkatkan kadar high
dengan beberapa gram/hari akan efektif menurunkan kolesterol total darah, LDL-
kolesterol dan trigliserida, dan dalam beberapa kasus dapat menaikkan HDL-
Mannosa (M) dengan proporsi 5 : 8 dalam ikatan (1 4). Contoh unit polimer
monosakarida dengan interval antara 50-60 unit yang tersebar dengan ikatan
rantai 1 mata rantai nomor 4. Kemudian, kelompok asetat pada atom karbon
kolesterol di dalam empedu (cairan berwarna kuning yang diproduksi oleh hati
untuk memecah lemak di dalam duodenum). Glukomanan tidak dapat dicerna oleh
penyerapan kembali saat mencapai ileum, lebih dari 95% garam empedu
dibuang bersama feses. Kedua, glukomanan di dalam usus mengikat asam lemak
garam empedu dari kolesterol yang diambil dari peredaran darah. Kedua hal
2000).
33
Asetil-koenzim A
Asetoasetil-koenzim A
Hidroksimetilglutarat-koenzim (HMG)
HMG-KoA reduktase
Lidah buaya (Aloe vera)
Mevalonat
Mevalonat fosfat
Mevalonat pirofosfat
Famesil Pirofosfat
Skualin Lanosterol
Kolesterol
(Mahfouz, 2000)
35
Pada penelitian Nurina tahun 2008, pemberian lidah buaya pada hewan uji
mencit putih sejumlah 50 ekor (25 jantan dan 25 betina), diberikan Masing-
masing jenis kelamin dibagi kedalam lima kelompok perlakuan dengan 5 mencit
pada setiap kelompoknya. Kelompok I diberi dosis 650 mg/Kg BB, kelompok II
diberi dosis 1300 mg/Kg BB, kelompok III diberi dosis 2600 mg/Kg BB,
pemberian larutan uji dan didapati bahwa tidak ada hewan uji yang mati sehingga
Dengan demikian ekstrak air lidah buaya mempunyai LD50 yang tergolong dalam
penggunaan hewan coba dalam penelitiannya. Salah satu hewan coba yang
menjadi pilihan adalah tikus. Tikus laboratorium adalah spesies tikus Rattus
norvegicus ( Gambar 2.5 ) yang dibesarkan dan disimpan untuk penelitian ilmiah.
36
Jenis galur ini dikembangkan di Institut Wistar pada tahun 1906 untuk
digunakan dalam biologi dan penelitian medis. Saat ini tikus wistar ini menjadi
salah satu strain tikus paling populer digunakan untuk penelitian laboratorium.
Ciri tikus ini adalah mempunyai kepala lebar, telinga panjang, dan memiliki ekor
peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
Demikian pula dengan rendahnya kadar kolesterl HDL dalam darah akan
kolesterol melalui feses, mengendapnya lendir yang ada pada permukaan dinding
37
38
terdiri dari ikatan rantai glukosa, mannose, dan galaktosa. Zat ini secara alami
terdapat pada tanaman dan tidak dapat tercerna secara enzimatik menjadi bagian-
bagian yang dapat dicerna oleh saluran cerna. Glukomanan sangat efektif dalam
menyerap asam empedu yang akan mengemulsi lemak dan membawanya keluar
bersama feces, akibatnya kolesterol yang diikat oleh serat glukomanan tersebut
kolesterol dicampur dengan ekstrak lidah buaya, mampu menurunkan kadar LDL
menurunkan profil lipid pada tikus dislipidemia. Tikus yang diberi diet tinggi
ekstrak lidah buaya. Dengan demikian ekstrak air lidah buaya dapat menurunkan
kadar kolesterol darah, sehingga dapat memperbaiki profil lipid dan aman untuk
dikonsumsi.
39
Tikus Dislipidemia
1. Kolesterol Total
2. Trigliserida
3. Kolesterol LDL
4. Kolesterol HDL
Gambar 3.1
Konsep Penelitian
40
a. Pemberian ekstrak air lidah buaya oral dapat menurunkan kadar kolesterol
b. Pemberian ekstrak air lidah buaya oral dapat menurunkan kadar kolesterol
METODE PENELITIAN
Test-Post Test Control Group Design (Pocock, 2008). Tikus yang sudah
dislipidemia setelah diberikan diet tinggi kolesterol dibagi secara acak menjadi
P0
O1 O2
R
P S Ra
P1
O3 O4
Keterangan:
P = Populasi sampel
S = Sampel
dan perlakuan
pre-test
41
42
post test
pre-test
post-test
ekstrak air lidah buaya dengan dosis 1500 mg/200 g berat badan
Langkah awal adalah membuat kondisi tikus seragam, semua tikus coba
diberi diit standar (HN51) selama 7 hari. Selanjutnya, untuk mendapatkan tikus
coba dislipidemia, semua tikus diberikan pakan standar ditambah makanan tinggi
kolesterol selama 28 hari. Pada tahap ini dilakukan pengujian kadar kolesterol
total, trigliserida, LDL dan HDL (data pretest). Selanjutnya tikus diberikan
ekstrak air lidah buaya secara oral sesuai dosis seperti yang dinyatakan pada
Gambar 4.1 selama 14 hari. Langkah akhir adalah pemeriksaan kadar total
kolesterol, trigliserida, LDL dan HDL (data post test). Pada penelitian ini
digunakan ekstrak air lidah buaya yang diperoleh dari Laboratorium Fakultas
minggu.
1. Populasi target : seluruh tikus yang diberikan perlakuan dengan diet tinggi
2 2
n= x f ( , )
1 2 2
Keterangan :
n = Besar sampel
= SD (Standar Deviasi)
= 0,05
= 0,10
Berdasarkan data penelitian yang sudah ada Umi ( 2007) tentang ”Pengaruh
Jus Lidah Buaya Terhadap Kadar LDL dan HDL Serum Darah Tikus”
kontrol = 8,4.
2(8,4) 2
n = x10,5
(53,5 40,4) 2
= 8,6 9
n = 10,8
= 11
45
1. Dari jumlah sampel yang telah memenuhi syarat sesuai kriteria inklusi
2. Pada penelitian ini jumlah sampel ditambah 20% sehingga menjadi sebelas
Variabel tergantung :
Variabel kendali : jenis tikus, umur tikus, berat badan tikus, jenis kelamin
tikus, makanan dan minuman, waktu pemberian makan, jenis dan ukuran
kandang.
sebagai berikut.
1. Ekstrak air lidah buaya adalah ekstrak yang dibuat dari bahan alami yang
diambil dari daging atau gel daun lidah buaya segar dilarutkan dengan air
Hasil filtrat ini diberikan per oral menggunakan sonde lambung dengan dosis
2. Plasebo adalah air suling yang diberikan per oral menggunakan sonde
lambung dengan volume 1,5 cc diberikan setiap hari pada pagi hari (antara
3. Profil lipid adalah kadar kolesterol total, LDL dan HDL darah tikus yang
masing-masing diukur dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan (pre test-
4. Kolesterol adalah bagian dari lipid yang struktur dasarnya terbentuk dari inti
5. Trigliserida adalah bagian dari lipid yang terdiri dari asam lemak dan gliserol
dapat melekat pada dinding arteri dan mengganggu aliran darah. Kadar
7. HDL adalah lipoprotein berdensitas tinggi yang bersifat non aterogenik yang
penurunan kadar HDL. Tikus dikatakan dislipidemia bila kadar kolesterol total
9. Diet tinggi kolesterol adalah makanan yang dibuat dengan campuran khusus
Kuning telur 5%
Minyak goreng 1%
Santoso, 1991).
10. Diet standar adalah makanan yang diberikan menggunakan HPS 511.
11. Tikus yang dipakai dalam penelitian adalah tikus putih (Rattus norvegicus)
galur wistar, berkelamin jantan, berumur empat bulan, berat 180-200 gram.
12. Umur tikus ditentukan dengan melihat tanggal kelahiran yang telah dicatat
13. Berat badan adalah berat tikus yang ditimbang dengan timbangan khusus
1. Ekstrak air lidah buaya yang diperoleh dari Fakultas Teknologi Pertanian
4. Propiltiaurasil 0,01%
7. Diet standar
49
2. Masker
4. Gelas ukur
7. Spuit 3 cc
8. Jarum sonde
9. Kit kolesterol
10. Mortir
11. Timbangan
20 x 20 cm
2. Tikus diadaptasi selama tujuh hari dan diberikan makanan standar yang
tinggi kolesterol ditambah ekstrak air lidah buaya dengan dosis 1500
4.7.1 Pembuatan sediaan ekstrak air lidah buaya (Aloe vera L.)
Gambar 4.1 Pembuatan sediaan ekstrak air lidah buaya (Aloe vera L.)
Dosis lidah buaya untuk dikonsumsi manusia yaitu 2 kali sehari 2 sendok
makan (1 sdm 10 ml), setara dengan 40 ml/hari (Umi, 2007). Pemberian dosis
ekstrak air lidah buaya untuk tikus menggunakan tabel perbandingan luas
permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis manusia dengan berat
konversi dosis ekstrak air lidah buaya adalah sebagai berikut : 40 ml x 0,018 =
Pemberian dosis ekstrak air lidah buaya dalam penelitian ini adalah 1500 mg/200
gr BB/hari (1,5 ml/200 gr BB/hari), mengacu dari penelitian Umi tahun 2007
Tikus setiap hari diberikan makanan tinggi lemak tinggi kolesterol. Bahan
kuning telur 5%, lemak hewan 10%, minyak goreng 1%, makanan standar sampai
hari sebelum perlakuan dengan ekstrak lidah buaya dimulai. Untuk memastikan
hewan uji tikus telah dislipidemia maka diambil serum dari semua tikus untuk
kelompok secara random, diadaptasi dalam kandang selama 1 hari dan dipuasakan
selama kurang dari 18 jam hanya diberi minum. Timbang berat badan, perlakuan
kelompok kontrol yang diberikan diet tinggi kolesterol ditambah plasebo (air
suling) dengan volume 1,5 cc setiap pagi selama 14 hari. Kelompok II merupakan
kelompok perlakuan yang diberikan diet tinggi kolesterol ditambah bahan uji yang
53
berupa ekstrak air lidah buaya dengan dosis 1500 mg/200 gr BB tikus (1,5 ml/
Pengambilan darah dilakukan pada pembuluh darah besar tikus yaitu dari
Mada.
4.7.5 Pengamatan
Setelah mendapatkan berat badan rata-rata hampir sama, maka tikus dibagi
alur penelitian yang dijabarkan dalam alur penelitian pada Gambar 4.2
55
Analisis data
Laporan
1. Analisis Deskriptif
dasar untuk statistik analitis (uji hipotesis) untuk mengetahui karakteristik data
penyajian data dan uji hipotesis tergantung dari normal tidaknya distribusi
data.
2. Uji Normalitas
Karena sampel yang digunakan kurang dari 30 sampel dan uji Shapiro-Wilk
3. Uji Homogenitas
homogen (p>0,05).
4. Uji Komparasi
Data homogen antara sebelum dan sesudah perlakuan (pre test dan post test).
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 22 tikus putih jantan jenis Wistar
(albino rat) dislipidemia sebagai sampel, yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok
ekstrak air lidah buaya. Dalam pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data,
Tabel 5.1
Hasil Uji Normalitas masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan
58
59
Data Kolesterol Total, LDL, HDL, dan Trigliserida antar kelompok baik
Tabel 5.2
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kolesterol Total, LDL, HDL,
dan Trigliserida Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kolesterol Total pre test 0,135 0,717 Homogen
Trigliserida pre test 2,338 0,142 Homogen
HDL pre test 0,081 0,779 Homogen
LDL pre test 1,076 0,223 Homogen
Kolesterol Total post test 0,627 0,438 Homogen
Trigliserida post test 0,000 0,994 Homogen
HDL post test 0,703 0,412 Homogen
LDL post test 0,691 0,416 Homogen
diberikan perlakuan berupa ekstrak air lidah buaya. Hasil analisis kemaknaan
Tabel 5.3
Rerata Kolesterol Total antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Rerata Kolesterol
Kelompok Subjek n SB t p
Total (mg/dl)
Placebo (air suling) 11 212,02 6,44
0,11 0,913
Ekstrak air lidah buaya 11 212,33 6,81
60
placebo adalah 212,026,44 dan rerata kelompok ekstrak air lidah adalah
nilai t = 0,11 dan nilai p = 0,913. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
ekstrak air lidah buaya, rerata kolesterol totalnya tidak berbeda secara bermakna
(p > 0,05).
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak air lidah buaya. Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.4 berikut.
Tabel 5.4
Rerata Kolesterol Total antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Rerata Kolesterol
Kelompok Subjek n SB t p
Total (mg/dl)
Placebo (air suling) 11 215,98 5,26
19,86 0,001
Ekstrak air lidah buaya 11 176,26 4,04
plasebo adalah 215,985,26 dan rerata kelompok ekstrak air lidah adalah
nilai t = 2,15 dan nilai p = 0,138. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak air lidah buaya, rerata kolesterol totalnya
ekstrak air lidah buaya dianalisis dengan uji t-paired dan hasilnya disajikan pada
Tabel 5.5
Rerata Kolesterol Total antara Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
kelompok plasebo tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05), sedangkan rerata
kelompok ekstrak air lidah buaya mengalami penurunan secara bermakna sebesar
36,07 (16,99%).
Kolesterol Total
212,02 215,98 212,33
250,00
176,26
200,00
150,00
mg/dl
Pre
100,00
Post
50,00
0,00
Air Suling
Air Suling Ekstrak
Ekstrak AirBuaya
Air Lidah Lidah(1500 mg)
Kontrol
Kontrol BuayaPerlakuan
(1500 mg)
Perlakuan
Gambar 5.1 Kolesterol Total Sesudah di Berikan Ekstrak Air Lidah Buaya
62
5.4 Trigliserida
5.4.1 Uji komparabilitas
diberikan perlakuan berupa ekstrak air lidah buaya. Hasil analisis kemaknaan
Tabel 5.6
Rerata Trigeliserida antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Rerata Trigliserida
Kelompok Subjek n SB t P
(mg/dl)
Plasebo (air suling) 11 115,98 2,36
0,31 0,760
Ekstrak air lidah buaya 11 115,58 3,54
plasebo adalah 115,982,36 dan rerata kelompok ekstrak air lidah adalah
nilai t = 0,31 dan nilai p = 0,760. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
ekstrak air lidah buaya, rerata trigeliseridanya tidak berbeda secara bermakna
(p > 0,05).
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak air lidah buaya. Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.7 berikut.
63
Tabel 5.7
Rerata Trigliserida antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Rerata Trigeliserida
Kelompok Subjek N SB t P
(mg/dl)
Plasebo (air suling) 11 119,53 2,83
24,69 0,001
Ekstrak air lidah buaya 11 89,30 2,91
plasebo adalah 119,532,83 dan rerata kelompok ekstrak air lidah adalah
nilai t = 24,69 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak air lidah buaya, rerata trigliseridanya berbeda
dianalisis dengan uji t-paired dan hasilnya disajikan pada Tabel 5.8 berikut.
Tabel 5.8
Rerata Trigliserida antara Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
plasebo tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05), sedangkan rerata kelompok
64
ekstrak air lidah buaya mengalami penurunan secara bermakna sebesar 26,28
(22,74%).
Trigliserida
115,98 119,53 115,58
120,00
89,30
100,00
80,00
mg/dl
60,00 Pre
40,00 Post
20,00
0,00
AirSuling
Air Suling Ekstrak
EkstrakAirAir
Lidah Buaya
Lidah (1500 mg)
Buaya
Kontrol Perlakuan
Kontrol (1500 mg)
Perlakuan
5.5 HDL
5.5.1 Uji komparabilitas
perlakuan berupa ekstrak air lidah buaya. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-
Tabel 5.9
Rerata HDL antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Rerata HDL
Kelompok Subjek n SB T P
(mg/dl)
Plasebo (air suling) 11 49,92 2,65
1,85 0,079
Ekstrak air lidah buaya 11 47,65 3,08
65
adalah 49,922,65 dan rerata kelompok ekstrak air lidah adalah 47,653,08.
dan nilai p = 0,079. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan
makanan tinggi kolesterol dan sebelum diberikan perlakuan berupa ekstrak air
lidah buaya, rerata HDLnya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05).
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak air lidah buaya. Hasil analisis
Tabel 5.10
Rerata HDL antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Rerata HDL
Kelompok Subjek n SB t P
(mg/dl)
Placebo (air suling) 11 49,67 2,95
6,26 0,001
Ekstrak air lidah buaya 11 62,74 6,26
adalah 49,672,95 dan rerata kelompok ekstrak air lidah adalah 62,746,26.
dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan
perlakuan berupa ekstrak air lidah buaya, rerata HDLnya berbeda secara
Tabel 5.11
Rerata HDL antara Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
plasebo tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05), sedangkan rerata kelompok
ekstrak air lidah buaya mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 15,08
(31,65%).
HDL
62,74
70,00
40,00
mg/dl
Pre
30,00 Post
20,00
10,00
0,00
Air Suling Kontrol
Air Suling Ekstrak
Ekstrak AirAir Lidah
Lidah Buaya
Buaya (1500 mg)
Kontrol (1500 mg) Perlakuan
Perlakuan
5.6 LDL
perlakuan berupa ekstrak air lidah buaya. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-
Tabel 5.12
Rerata LDL antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Rerata LDL
Kelompok Subjek n SB t p
(mg/dl)
Plasebo (air suling) 11 137,45 3,72
1,39 0,180
Ekstrak air lidah buaya 11 141,71 9,46
adalah 137,453,72 dan rerata kelompok ekstrak air lidah adalah 141,719,46.
dan nilai p = 0,180. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan
makanan tinggi kolesterol dan sebelum diberikan perlakuan berupa ekstrak air
lidah buaya, rerata LDLnya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05).
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak air lidah buaya. Hasil analisis
Tabel 5.13
Rerata LDL antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Rerata LDL
Kelompok Subjek n SB t P
(mg/dl)
Plasebo (air suling) 11 144,16 4,41
22,69 0,001
Ekstrak air lidah buaya 11 98,09 5,09
adalah 144,164,41 dan rerata kelompok ekstrak air lidah adalah 98,095,09.
dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan
perlakuan berupa ekstrak air lidah buaya, rerata LDLnya berbeda secara bermakna
(p < 0,05).
dengan uji t-paired dan hasilnya disajikan pada Tabel 5.14 berikut.
Tabel 5.14
Rerata LDL antara Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
plasebo tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05), sedangkan rerata kelompok
69
ekstrak air lidah buaya mengalami penurunan secara bermakna sebesar 43,62
(30,78%).
LDL
100,00
mg/dl
80,00 Pre
60,00 Post
40,00
20,00
0,00
Air suling
Air Suling Kontrol Ekstrak Air Lidah
Ekstrak BuayaBuaya
Air Lidah (1500 mg)
Kontrol Perlakuan
(1500 mg) Perlakuan
profil lipid dalam darah tikus Wistar, maka dilakukan penelitian pada tikus putih
Sebagai hewan coba digunakan tikus putih jantan jenis Wistar (albino rat)
Hasil penelitian dan analisis data profil lipid darah pada kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levene test) untuk kelompok pre dan post-test masing-masing
kelompok kontrol adalah 212,02212,33 dan rerata kelompok ekstrak air lidah
dan rerata kelompok ekstrak air lidah adalah 115,583,54. Analisis kemaknaan
dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 0,31 dan nilai p = 0,760.
Rerata HDL kelompok plasebo adalah 49,922,65 dan rerata kelompok ekstrak air
70
71
lidah adalah 47,653,08. Rerata LDL kelompok plasebo adalah 137,453,72 dan
rerata kelompok ekstrak air lidah buaya adalah 141,719,46. Uji perbandingan pre
kontrol dengan kelompok perlakuan (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa profil lipid
pada kedua kelompok adalah sama atau dengan kata lain kedua kelompok
ekstrak air lidah buaya adalah 176,264,04. Rerata Trigliserida kelompok plasebo
adalah 119,532,83 dan rerata kelompok ekstrak air lidah buaya adalah
kelompok ekstrak air lidah buaya adalah 62,746,26. Rerata LDL kelompok
plasebo adalah 144,164,41 dan rerata kelompok ekstrak air lidah buaya adalah
lipid darah antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Hal ini berarti
bahwa terjadi perubahan profil lipid secara bermakna pada kedua kelompok
aktivitas fisik atau olah raga, diet tinggi kolesterol (Anwar, 2004). Kolesterol yang
72
tersebut sehingga menyumbat aliran darah yang membawa oksigen dan nutrien ke
profil lipid darah pada kelompok perlakuan yang diberi ekstrak air lidah buaya.
Hal ini disebabkan karena ekstrak air lidah buaya mempunyai kandungan
antioksidan dan mengandung bahan aktif yang tinggi yaitu glukomanan yang
lidah buaya mengandung lebih dari 200 komponen kimia dan nutrisi alami
(Jatnika dan Saptoningsih, 2009). Kandungan zat dalam lidah buaya lebih banyak
mengandung air. Lebih lanjut, bagian lidah buaya yang bermanfaat untuk
pengobatan adalah jeli yang diambil dari daging daunnya. Berdasarkan hasil uji
vitamin C dan vitamin E (Jatnika dan Saptoningsih, 2009). Lidah buaya kaya akan
dibangun oleh ribuan molekul glukosa, mannosa dan galaktosa. Dalam lidah
(empelur) lidah buaya (Purbaya, 2003). Glukomanan terdiri dari glukosa (G) dan
Mannosa (M) dengan porporsi 5:8. Kandungan komposisi polisakarida aloe vera
dalam fraksi jumlah per % mol pada setiap jaringan arabinosa pada daging 1,92
dan gel 1,15, xylosa daging 2,34 dan gel 1,38, glukomanan daging 73,10 dan gel
73
76,49, galaktosa daging 4,97 dan gel 3,50, rhamnosa daging 1,69 dan gel 0,84 dan
fucosa daging 1,94 dan gel 0,64 (Gallaher et al., 2002). Glukomanan dapat
oleh hati untuk memecah lemak di dalam usus kecil). Sebagian besar kolesterol di
dalam asam empedu akan dikeluarkan bersama serat sebagai bahan buangan dan
tidak diserap lagi. Kolesterol merupakan bahan dasar pembentuk asam empedu.
bergabung dengan kolesterol, serat di dalam usus mengikat asam lemak sehingga
secara langsung dapat mengurangi kolesterol dalam tubuh (Wang et al., 2002).
serat makanan. Secara fisiologis, serat makanan yang larut (SDF) lebih efektif
dalam mereduksi plasma kolesterol yaitu low density lipoprotein (LDL), serta
kolesterol dan trigliserida, dan dalam beberapa kasus dapat menaikkan HDL-
kolesterol (Siagian, 2000). Lebih lanjut diketahui bahwa adanya kadar HDL yang
tinggi akan mencegah terjadinya penimbunan LDL pada dinding pembuluh darah.
74
(Adam, 2004).
empedu mengalami penyerapan kembali saat mencapai ileum, lebih dari 95%
kurang dari 5% dibuang bersama feses. Selain itu, glukomanan di dalam usus
secara alami membentuk garam empedu dari kolesterol yang diambil dari
darah menurun. Dalam proses perbaikan profil lipid, lidah buaya juga bekerja
2000).
penurunan sebesar 26,28 (22,74%) dan terjadi peningkatan yang bermakna pada
kelompok penelitian didapatkan hasil dari analisis regresi kadar HDL setelah
perlakuan p<0,05, sebesar 84,3% dan kadar LDL sebesar 89,6%. Pada penelitian
Umi tidak diteliti pengaruh pemberian jus lidah buaya terhadap kolesterol total
dan trigliserida. Penelitian Umi menggunakan Jus Lidah Buaya, sedangkan pada
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pemberian ekstrak air lidah buaya pada tikus
1. Pemberian ekstrak air lidah buaya oral dapat menurunkan kadar kolesterol
2. Pemberian ekstrak air lidah buaya oral dapat menurunkan kadar kolesterol
7.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian serupa pada manusia atau uji klinis, karena
manusia.
76
77
DAFTAR PUSTAKA
Ahuja, K.D., Ashton, E.L., Ball, M.J. 2003. Effects of two lipid-lowering,
carotenoid-controlled diets on the oxidative modification of low-density
lipoproteins in free-living humans. Clin Sci (Lond). Sep; 105(3):355-61.
Almatsier. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan VII. Jakarta: penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama. H.51-69.
Dachriyanus, Katrin, D.O., Oktarina, R., Ernas, O., Suhatri, Mukhtar, M.H. 2007.
Uji Efek Mangostin terhadap Kadar Kolesterol Total, Trigliserida,
Kolesterol HDL, dan Kolesterol LDL Darah Mencit Putih Jantan serta
Penentuan Lethal Dose (LD 50). J Sains Tek Far. 12 (2): 64-72.
Djuanda, E. 2005. Anti Aging : Rahasia Awet Muda. Cetakan ke-2. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI. Hal. 1-8.
Goldman, R., Klatz, R. 2003. The New Anti Aging Revolution. Australasian
Edition. Theories of Aging. Page : 19-32.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2007. Keseimbangan Diet; Aturan Pemberian
Makanan; Obesitas dan Kelaparan; Vitamin dan Mineral. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Terjemahan Irawati et. al. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. H. 916-918.
79
Jatnika, A., Saptoningsih, M.P. 2009. Meraup Laba dari Lidah Buaya. Budi Daya
& Pengolahan. Jakarta : Agro Media Pustaka.
Lin, T.L., Lin, H.H., Chen, C.C., Lin, M.C., Chou, M.C., Wang, C.J. Hibiscus
sabdariffa extract reduces serum cholesterol in men and women. Nutrition
Research. 2007:27(3): 140-145.
Mahfouz, M.M., Kummerow, F.A. 2000. Cholesterol Rich Diets Have different
Effect on Lipid Peroxidation, Choleterol Oxides and Antioxidant Enzymes
in Rats and Rabbits. J. Nuts. Biochem, 2000; 11:294-302.
Murray, K., Robert et al. 2000. Harper’s Biochemistry. Ed 25. Appleton & Lange.
P. 160-191, 268-297.
Nies, A.H., Groof, L.C.G.M., Staveren, W.A. 2003. Dietary Quality, Life Style
Factors and Healthy Aging in Europe : the seneca study. Age and Aging
2003, 32:427-434, British Geriatric Society.
80
Pocock. 2008. Clinical Trial : A Practical Approach. Chinester : Jhon Willey &
Sons.
Prasetyo. 2006. Aspek Seluler dan Molekuler Aterosklerosis. Media Medika Muda
(M3) (2). ISSN 1858-3318.
Purbaya, J.R. 2003. Mengenal dan Memanfaatkan Khasiat Aloe Vera (Lidah
Buaya). Bandung : Penerbit PIONIR JAYA.
Pusparini. 2006. Low Density Lipoprotein Padat Kecil sebagai Faktor Risiko
Aterosklerosis. Universa Medicina. Vol.25 No.1:23.
Rostita, 2008. Sehat dan Penuh Vitalitas Berkat Lidah Buaya. Bandung : PT.
Mizan Pustaka.
Suharjo, J.B. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta: Penerbit
kanisius. H. 47
Umi, K. 2007. Skripsi Pengaruh Pemberian Jus Lidah Buaya Terhadap Kadar
Kolesterol HDL dan LDL serum tikus putih Hiperkolesterolemia : Jurusan
Biologi MIPA Universitas Negeri Semarang.
Wang, M.Y., West, B.J., Jensen, C.J., Nowicki, D., Anderson, G., Chen, X. 2002.
Morinda Citrifolia (Noni); a Literature Review and Recent Advances in
Noni Research. Acta Pharmacologica Sinica, 23(12): 1127-41.
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Potensi dan Aplikasinya
dalam Kesehatan. Edisi Pertama. Yogyakarta : Kanisius. Hal : 18,19.
82
Lampiran 1
Lampiran 2
Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Kolesterol_ Air suling .193 11 .200 .894 11 .156
total_pre *
ekstrak air lidah buaya .208 11 .200 .898 11 .173
*
Trigeliserida Air suling .155 11 .200 .955 11 .707
_pre ekstrak air lidah buaya .177 11 .200 *
.957 11 .733
*
HDL_pre Air suling .155 11 .200 .955 11 .713
*
ekstrak air lidah buaya .109 11 .200 .959 11 .762
LDL_pre Air suling .224 11 .127 .886 11 .123
ekstrak air lidah buaya .164 11 .200* .909 11 .240
Kolesterol_ Air suling .206 11 .200* .938 11 .499
total_post ekstrak air lidah buaya .173 11 .200* .921 11 .330
*
Trigliserida_ Air suling .149 11 .200 .947 11 .603
post *
ekstrak air lidah buaya .137 11 .200 .975 11 .934
*
HDL_post Air suling .107 11 .200 .958 11 .752
ekstrak air lidah buaya .326 11 .122 .661 11 .089
LDL_post Air suling .204 11 .200* .958 11 .744
ekstrak air lidah buaya .161 11 .200* .919 11 .313
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
85
Lampiran 3
Uji t-independent
Group Statistics
Std. Error
Kelompok N Mean Std. Deviation Mean
Kolesterol_ Air suling 11 2.1202E2 6.43719 1.94088
total_pre
ekstrak air lidah buaya 11 2.1233E2 6.80565 2.05198
Trigliserida_ Air suling 11 1.1598E2 2.35669 .71057
pre ekstrak air lidah buaya 11 1.1558E2 3.54302 1.06826
HDL_pre Air suling 11 49.9191 2.64999 .79900
ekstrak air lidah buaya 11 47.6518 3.08134 .92906
LDL_pre Air suling 11 1.3745E2 3.71739 1.12083
ekstrak air lidah buaya 11 1.4171E2 9.45769 2.85160
Lampiran 4
Uji t-independent
Group Statistics
Std. Std. Error
Kelompok N Mean Deviation Mean
Kolesterol_ Air suling 11 2.1598E2 5.26496 1.58745
total_post
ekstrak air lidah buaya 11 1.7626E2 4.03858 1.21768
Trigliserida_ Air suling 11 1.1953E2 2.82989 .85325
post
ekstrak air lidah buaya 11 89.2955 2.91443 .87873
HDL_post Air suling 11 49.6709 2.94884 .88911
ekstrak air lidah buaya 11 62.7355 6.26090 1.88773
LDL_post Air suling 11 1.4416E2 4.41224 1.33034
ekstrak air lidah buaya 11 98.0891 5.08975 1.53462
Lampiran 5
Uji t-paired