Abstrak
Pada dasarnya, dalam sebuah kawasan pabrik diperlukan akses jalan untuk menunjang
aktivitas dalam kawasan pabrik, yang nantinya akan dilewati oleh kendaraan-kendaraan
operasional pabrik dengan jangka waktu yang lama. Struktur perkerasan jalan merupakan
strukur yang terdiri dari satu atau beberapa lapis perkerasan dari bahan-bahan yang di proses,
dimana fungsinya untuk mendukung berat dari beban lalu lintas tanpa menimbulkan
kerusakan yang berarti pula pada konstruksi jalan itu sendiri. Tugas akhir ini merencanakan
jenis struktur perkerasan yang sesuai dengan kondisi sub grade dan ESAL rencana serta
merencanakan anggaran biaya yang dibutuhkan. Perencanaan mengacu pada metode Bina
Marga 2013 dan AASHTO 1993. Hasil perencanaan struktur perkerasan pada akses jalan
pabrik gula Bombana menggunakan jenis struktur perkerasan kaku ( rigid pavement )
menggunakan jenis perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan ketebalan 21 cm
menggunakan mutu beton K-350 dan anggaran biaya yang mengacu pada PERMEN PUPR
2016 dengan hasil perhitungan rencana anggaran biaya perencanaan pabrik gula yaitu Rp.
4.085.000,- per m3.
Kata kunci: perencanaan jalan, struktur perkerasan, ESAL, perkerasan kaku.
Persyaratan teknis
a. Tanah dasar
Daya dukung tanah dasar ditentukan
dengan pengujian CBR insitu sesuai
dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR
laboratorium sesuai dengan SNI 03-
1744-1989, masing-masing untuk Sumber : Bina Marga. (2003). Pd T-14-
perencanaan tebal perkerasan lama dan (2003)
Gambar 3: CBR tanah dasar efektif
perkerasan jalan baru. Apabila tanah
dasar mempunyai nilai CBR lebih kecil
c. Beton Semen
dari 2%,maka harus dipasang pondasi
Kekuatan beton harus dinyatakan dalam
bawah yang terbuat dari beton kurus
nilai kuat tarik lentur (flexural,
(Lean-Mix Concrete) setebal 15 cm
strength) pada umur 28 hari, yang di
yang dianggap mempunyai nilai CBR
dapat dari hasil pengujian balok dengan
tanah dasar efektif 5%.
pembebanan tiga titik (ASTM C-78)
b. Jenis dan tebal pondasi bawah
yang besarnya secara tipikal sekitar 3-5
ditentukan berdasarkan nilai CBR tanah
MPa (30-50 kg/cm²). Kuat tarik lentur
dasar dan repetisi sumbu yang terjadi.
beton yang di perkuat dengan bahan
Apabila tanah dasar mempunyai CBR
serat penguat seperti serat baja, aramit
lebih kecil dari 2%, maka harus
atau serat karbon harus mencapai kuat
dipasang pondasi bawah yang terbuat
tarik lentur 5-5,5 MPa (50-55 kg/cm²).
dari beton kurus (lean-mix concrete)
Kekuatan rencana harus dinyatakan
setebal 15 cm. Jenis dan tebal minimum
dengan kuat tarik lentur karakteristik
lapis pondasi bawah yang disarankan
dapat dilihat pada Gambar 2.
yang di bulatkan hingga 0,25 MPa (2,5 Sumber : Bina Marga. (2003). Pd T-14-
kg/cm²) terdekat. (2003)
Hubungan antara kuat tekan
karakteristik dengan kuat tarik-lentur - Pada suatu daerah dengan lalu lintas
beton dapat didekati dengan rumus rendah, jika data lalu lintas tidak
berikut : tersedia atau diperkirakan terlalu rendah
fcf = K (fc’)0,50 dalam MPa atau maka dapat dilihat pada Tabel berikut:
fcf = 3,13 K (fc’)0,50 dalam kg/cm2
Deskripsi Jalan LHR dua Kendaraa Umur Pertumbu
Dengan pengertian : arah n berat (% Rencana han Lalu
(kend/hari) dari lalu (th) Lintas (%)
fc’ : kuat tekan beton karakteristik lintas)
Jalan desa 30 3 20 1
28 hari (kg/cm2 minor dengan
fcf : kuat tarik lentur beton 28 hari akses
kendaraan berat
(kg/cm2) terbatas
Jalan kecil dua 90 3 20 1
K : konstanta, 0,7 untuk agregat arah
Jalan lokal 500 6 20 1
tidak dipecah dan 0,75 untuk Akses lokal 500 8 20 3,5
daerah industri
agregat pecah. atau quarry
Kuat tarik lentur dapat juga ditentukan Jalan kolektor 2000 7 20 3,5
dari hasil uji kuat tarik belah beton yang Sumber : Bina Marga. (2017)
dilakukan menurut SNI 03-2491-1991
sebagai berikut: - Lajur rencana merupakan salah satu
fcf = 1,37.fcs, dalam MPa atau lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan
fcf = 13,44.fcs, dalam kg/cm2 raya yang menampung lalu-lintas
Dengan pengertian : kendaraan niaga terbesar. Jika jalan
fcs : kuat tarik belah beton 28 hari tidak memiliki tanda batas lajur, maka
jumlah lajur dan koefsien distribusi (C)
d. Lalu lintas kendaraan niaga dapat ditentukan dari
Data lalu lintas yang di butuhkan dalam lebar perkerasan sesuai Tabel berikut:
Jumlah Koefisien distribusi (C)
perencanaan perkerasan kaku yaitu: Lebar perkerasan (Lp)
lajur (n i) 1 Arah 2 Arah
- Penentuan beban lalu-lintas rencana Lp < 5.50 m
5.50 m = Lp < 8.25 m
1 lajur
2 lajur
1
0.70
1
0.50
untuk perkerasan beton semen, 8.25 m = Lp < 11.25 m 3 lajur 0.50 0.475
11.25 m = Lp < 15.00 m 4 lajur - 0.45
dinyatakan dalam jumlah sumbu 15.00m = L p < 18.75 m 5 lajur - 0.425
kendaraan niaga (commercial vehicle). 18.75m = L p < 22.00 m 6 lajur - 0.40
Utama 85 - 99 80 - 95
- Jumlah sumbu kendaraan niaga
selama umur rencana dapat dihitung Arteri 80 - 99 75 - 95
dengan rumus berikut : Kolektor 80 - 95 75 - 95
JSKN=JSKNH x 365 x R x C ........(2)
Lokal 50 - 80 50 - 80
Dimana :
JSKN :Jumlah total sumbu kendaraan Sumber: AASHTO, 1993
niaga selama umur rencana
JSKNH :Jumlah total sumbu kendaraan
Tabel Hubungan antara R dengan ZR
niaga per hari pada saat
R R
jalan dibuka. ZR ZR
(%) (%)
R :Faktor pertumbuhan komulatif
50 0.000 93 -1.476
yang besarnya tergantung dari
pertumbuhan lalu lintas 60 -0.253 94 -1.555
tahunan dan umur rencana; 70 -0.524 95 -1.645
C :Koefisien distribusi kendaraan 75 -0.674 96 -1.751
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
MP 1 1 - - 150 0 0 - - - - - -
Bus 3 5 - - 50 2 100 3 300 5 300 - -
Truk 2as Kcl 2 4 - - 250 2 500 2 650 - - - -
4 650 - - - -
650
Truk 2as Bsr 5 8 - - 150 2 300 5 780 8 780 -
Truk 3as 6 14 - - 50 2 100 6 300 - - 14 300
Truk Gandg. 6 14 5 5 5 4 20 6 10 - - 14 10
- - - -
5 10
- - - -
5 10
= 7x106 Total
5 50
1255
0,28
2,35
0,26 7E+06 4,75E+05
Dari hasil perhitungan jumlah sumbu STdRG 14 55 1,00 0,08 7E+06 5,22E+05
Total 310 1,00
kendaraan niaga di atas, selanjutnya Komulatif 7E+06
Beban
Beban Repetisi
Rencana FaktorTegangan
JenisSumbu Sumbu yang Repetisi Persen Repetisi Persen
Per Roda dan Erosi
ton (kN) Terjadi Ijin Rusak (%) Ijin Rusak (%)
(kN)
Lalu Lalu
Jenis Jumlah Faktor ESAL ESAL
lintas Lintas
Kendaraan sumbu pertumbuhan Faktor Rencana
sekarang Rencana
< 1 % 1 - 5 % 5 - 25 % > 25 %
Tebal pelat beton dapat digunakan Pada lokasi pembangunan pabrik gula
menggunakan persamaan : direncanakan :
Tebal plat = 21 cm
Lebar pelat = 600 cm
Panjang pelat = 600 cm
Koefisien gesek antara pelat beton
dengan pondasi bawah (µ)= 1,0
Penyederhanaan rumus: Kuat tarik baja = 300 Mpa
Berat isi beton = 2400 kg/m3
Gravitasi = 9,81 m/dt2
Saran
1. Perlu adanya perencanaan yang teliti
terutama dalam perencanaan struktur
agar perubahan pekerjaan dapat
diminimalkan sehingga pelaksanaan
pekerjaan dapat berjalan lancar.
2. Dalam pemilihan model perkerasan
harus disesuaikan dengan perencanaan
pada pekerjaan yang dikerjakan.
3. Bagi rekan-rekan mahasiswa dapat
dijadikan sebagai referensi tambahan
dalam menyusun tugas akhir dan bahan
kuliah yang berhubungan dengan
manajemen konstruksi dan tebal
perkerasan.
DAFTAR PUSTAKA