Anda di halaman 1dari 16

PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN

AKSES JALAN PABRIK GULA BOMBANA

Ahmad Safei Alkharis, Try Sugiyarto Soeparyanto, Umran Sarita


Program Studi D-III Teknik Sipil, Program Pendidikan Vokasi Universitas Halu Oleo
Kampus Bumi Tridharma Anduonohu, Kendari 93232
Kendari Sulawesi Tenggara, Indonesia
e-mail : safeialkharis16@gmail.com

Abstrak

Pada dasarnya, dalam sebuah kawasan pabrik diperlukan akses jalan untuk menunjang
aktivitas dalam kawasan pabrik, yang nantinya akan dilewati oleh kendaraan-kendaraan
operasional pabrik dengan jangka waktu yang lama. Struktur perkerasan jalan merupakan
strukur yang terdiri dari satu atau beberapa lapis perkerasan dari bahan-bahan yang di proses,
dimana fungsinya untuk mendukung berat dari beban lalu lintas tanpa menimbulkan
kerusakan yang berarti pula pada konstruksi jalan itu sendiri. Tugas akhir ini merencanakan
jenis struktur perkerasan yang sesuai dengan kondisi sub grade dan ESAL rencana serta
merencanakan anggaran biaya yang dibutuhkan. Perencanaan mengacu pada metode Bina
Marga 2013 dan AASHTO 1993. Hasil perencanaan struktur perkerasan pada akses jalan
pabrik gula Bombana menggunakan jenis struktur perkerasan kaku ( rigid pavement )
menggunakan jenis perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan ketebalan 21 cm
menggunakan mutu beton K-350 dan anggaran biaya yang mengacu pada PERMEN PUPR
2016 dengan hasil perhitungan rencana anggaran biaya perencanaan pabrik gula yaitu Rp.
4.085.000,- per m3.
Kata kunci: perencanaan jalan, struktur perkerasan, ESAL, perkerasan kaku.

I. PENDAHULUAN di Desa Tinabite, Kecamatan Lantari Jaya,


Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara.
Jalan raya merupakan suatu Akses jalan pabrik gula merupakan
lintasan yang bertujuan melewatkan lalu suatu akses jalan yang belum memiliki
lintas dari suatu tempat ke tempat yang struktur perkerasan. Kondisi tanah pada
lain. Struktur perkerasan merupakan akses jalan pabrik gula memiliki kondisi
strukur yang terdiri dari satu atau beberapa tanah yang labil (tidak menentu), serta
lapis perkerasan dari bahan-bahan yang di seringnya wilayah tersebut tergenang oleh
proses, dimana fungsinya untuk air hujan pada saat musim penghujan
mendukung berat dari beban lalu lintas karena faktor topografi wilayah, sehingga
tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti kenyamanan dan kelancaran berkendara
pula pada konstruksi jalan itu sendiri. menjadi terganggu. Oleh karena itu untuk
Pabrik gula merupakan salah satu dapat menunjang aktifitas dalam kawasan
industri di sektor perkebunan yang pabrik yang nantinya akan dilewati oleh
menghasilkan jenis-jenis produk gula. kendaraan-kendaraan operasional pabrik
Pabrik gula juga merupakan salah satu dengan jangka waktu yang lama maka
sumber perekonomian suatu daerah dan perlunya perencanaan suatu struktur
dapat membatu meningkatkan perkerasan pada akses jalan pabrik gula
perekonomian masyarakat sekitar. tersebut.
Pabrik gula Bombana merupakan
salah satu industri sektor perkebunan yang
merupakan kawasan industri baru yang berada
Berdasarkan permasalahan diatas, Letak muka air sangat berpengaruh
maka rumusan masalah dalam penelitian terhadap daya dukung tanah, sedangkan
ini, adalah sebagai berikut: letak muka air tanah mengalami fluktuasi
1. Bagaimana merencanakan struktur dengan adanya perubahan musim, yaitu
perkerasa pada akses jalan pabrik gula musim kemarau dan musim penghujan.
Bombana. Dalam pelaksanaan penelitian ini
2. Bagaimana rencana anggaran biaya dilakukan bertahap yaitu, dimulai dari
pada akses jalan pabrik gula Bombana. study pustaka penentuan lokasi penelitian,
pengumpulan data, perhitungan daya
Adapun tujuan penelitian yang ingin dukung tanah, analisis data kemudian
dicapai, yaitu sebagai berikut: disimpulkan.
1. Merencanakan jenis struktur perkerasan
yang sesuai dengan kondisi sub grade Beban jalan adalah berupa beban
dan ESAL rencana. repitisi atau pengulangan. Struktur
2. Mengetahui rencana anggaran biaya perkerasan jalan dalam menjalankan
pada struktur perkerasan dalam satu fungsinya berkurang sebanding dengan
satuan mata pembayaran. bertambahnya umur perkerasan dan
bertambahnya beban lalu lintas yang
Pada perencanaan struktur dipikul dari kondisi awal desain
perkerasan akses jalan pabrik gula perkerasan tersebut. Secara definisi beban
Bombana ini dibatasi pada : berlebih (overloading) adalah suatu
1. Perencanaan perkerasan jalan yang di kondisi beban gandar kendaraan melebihi
rencanakan yaitu akses jalan sekitar beban standar yang digunakan pada asumsi
pabrik gula Bombana. desain perkerasan jalan atau jumlah
2. Perencenaan perkerasan menggunakan lintasan operasional sebelum umur rencana
metode Manual Desain Perkerasan tercapai, atau sering disebut dengan
Jalan 2013 dan metode AASHTO kerusakan dini. Sedangkan umur rencana
(American Association of State High- perkerasan jalan adalah jumlah repetisi
way and Transportation Officials) guide beban lalu lintas yang dapat dilayani jalan
for design of pavement structures 1993 sebelum terjadi kerusakan struktural pada
(selanjutnya disebut ASSHTO 1993). lapisan perkerasan.
3. Rencana anggaran biaya dalam satuan
kuantitas ( per m3 ). Jenis-jenis Perkerasan
 Perkerasan jalan beton semen atau
secara umum disebut perkerasan kaku,
II. TINJAUAN PUSTAKA terdiri atas plat (slab) beton semen
Jalan raya ialah suatu lintasan yang sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi
bermanfaat untuk, melewatkan lalu lintas bawah (bisa juga tidak ada) di atas
(traffic) dari suatu tempat ke tempat lain. tanah dasar. Dalam konstruksi
Perkerasan direncanakan untuk memikul perkerasan kaku, plat beton sering
beban lalu lintas secara aman dan nyaman disebut sebagai lapis pondasi karena
serta selama umur rencana tidak terjadi dimungkinkan masih adanya lapisan
kerusakan yang berarti. (Ari Suryawan, aspal beton diatasnya yang berfungsi
2013). sebagai lapis permukaan.
Daya dukung tanah di bawah  Perkerasan lentur (flexibel pavement)
pondasi dangkal dipengaruhi oleh banyak merupakan perkerasan yang terdiri atas
faktor antara lain kedalaman penanaman beberapa lapis perkerasan. Susunan
pondasi, bentuk pondasi, letak muka air lapisan perkerasan lentur secara ideal
tanah dan lain-lain. Daya dukung tanah antara lain lapis tanah dasar (subgrade),
dasar ditentukan dengan pengujian CBR. lapisan pondasi bawah (subbase
course), lapisan pondasi atas (base perhitungannya, salah satunya ialah
course), dan lapisan permukaan parameter tanah dasar yang ditentukan
(surface course). Lapis permukaan oleh nilai CBR (California Bearing Ratio).
yang bisa digunakan untuk perkerasan Nilai CBR tanah dasar sangat menentukan
lentur antara lain LASTON, tebal lapis perkerasan kaku yang akan
LASBUTAG, HRA, LAPEN, dan lapis direncanakan. Jadi hal ini untuk membantu
pelindung ( BURAS/BURTU/BURDA) merencanakan perkerasan kaku dengan
 Perkerasan komposit merupakan lebih efisien untuk dapat memperkirakan
gabungan konstruksi perkerasan kaku tebal pelat pada perkerasan kaku secara
(rigid pavement) dan lapisan perkerasan cepat, dengan tujuan menyajilan grafik
lentur (flexible pavement) di atasnya, hubungan antara nilai CBR, mutu beton,
dimana kedua jenis perkerasan ini dan tebal pelat beton perkerasan kaku
bekerja sama dalam memikul beban lalu dengan metode Bina Marga 2003.
lintas. Untuk ini maka perlu ada
persyaratan ketebalan perkerasan aspal a. Struktur dan Jenis Perkerasan Kaku
agar mempunyai kekakuan yang cukup Perkerasan kaku yang didukung oleh
serta dapat mencegah retak refleksi dari lapis pondasi bawah atau tanah dasar,
perkerasan beton di bawahnya oleh akibat beban lalu-lintas, secara
tipikal umumnya akan terdefleksi
Perkerasan Kaku kurang dari 1 mm. disebabkan
Perkerasan Kaku adalah suatu tegangan-tegangan yang timbul oleh
susunan konstruksi perkerasan di mana akibat beban lalu-lintas dan pengaruh
lapisan atasnya menggunakan pelat beton lingkungan relatif kecil dibandingkan
yang terletak di atas pondasi atau langsung dengan kuat tarik beton semen Portland,
di atas tanah dasar. Beton memiliki sifat kebanyakan perkerasan beton tidak
tahan terhadap air maupun suhu tinggi membutuhkan tulangan, atau
sehingga pemeliharaan yang dilakukan membutuhkan tapi hanya sedikit saja.
terhadap jalan yang menggunakan Tulangan tidak dimaksudkan untuk
perkerasan kaku dilakukan dalam rentang menahan beban lalu-lintas, namun lebih
waktu yang lebih lama. dibutuhkan untuk mengendalikan retak.
Perkerasan kaku (perkerasan beton Adanya tulangan dalam pelat tidak
semen) merupakan suatu struktur mempengaruhi syarat daya dukung
perkerasan yang umumnya terdiri dari tanah dasar. Lapisan pondasi dapat
tanah dasar, lapis pondasi bawah dan lapis dihilangkan, jika volume lalu-lintas
beton semen dengan tulangan ataupun rendah atau kondisi tanah (daya dukung
tanpa tulangan. Metode dasar perencanaan tinggi). Sebaliknya, untuk volume lalu-
perkerasan kaku adalah perkiraan lalu lintas tinggi dan atau daya dukung
lintas dan komposisinya selama umur tanah dasar sangat buruk, lapis pondasi
rencana, kekuatan tanah dasar yang dapat distabilisasi dengan semen atau
dinyatakan dengan CBR(%), kekuatan aspal.
beton yang digunakan, jenis bahu jalan, Perkerasan kaku dapat dikategorikan
jenis perkerasan dan jenis penyaluran menjadi dua, yaitu perkerasan beton
beban. dengan sambungan dan tanpa
sambungan.Adapun tipe-tipe perkerasan
Merencanakan perkerasan kaku
beton adalah sebagai berikut :
dapat mempergunakan beberapa metode,
salah satunya ialah metode Bina Marga  Perkerasan beton semen tanpa
2003, karena metode tersebut dapat tulangan dengan sambungan (Jointed
memfasilitasi perencanaan perkerasan plain concrete pavement ).
kaku. Metode Bina Marga sendiri
membutuhkan beberapa parameter dalam
 Perkerasan beton semen bertulang
dengan sambungan (Jointed
reinforced concrete pavement ).
 Perkerasan beton semen tanpa
tulangan (Continuosly reinforced
concrete pavement ).

Sumber : Bina Marga. (2003). Pd T-14-


(2003)
Gambar 2. Tebal minimum pondasi bawah

Daya dukung tanah dasar ditentukan


dengan pengujian CBR insitu sesuai
dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR
laboratorium sesuai dengan SNI 03-1744-
1989. Apabila tanah dasar memiliki nilai
CBR kurang dari 2 % maka dianggap
mempunyai nilai CBR efektif 5%. Nilai
CBR tanah dasar efektif dapat dilihat
pada Gambar 3.
Sumber : Anas Aly, Perkerasan Beton
Semen 2004
Gambar 1. Jenis-Jenis Perkerasan Beton
Semen

Persyaratan teknis
a. Tanah dasar
Daya dukung tanah dasar ditentukan
dengan pengujian CBR insitu sesuai
dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR
laboratorium sesuai dengan SNI 03-
1744-1989, masing-masing untuk Sumber : Bina Marga. (2003). Pd T-14-
perencanaan tebal perkerasan lama dan (2003)
Gambar 3: CBR tanah dasar efektif
perkerasan jalan baru. Apabila tanah
dasar mempunyai nilai CBR lebih kecil
c. Beton Semen
dari 2%,maka harus dipasang pondasi
Kekuatan beton harus dinyatakan dalam
bawah yang terbuat dari beton kurus
nilai kuat tarik lentur (flexural,
(Lean-Mix Concrete) setebal 15 cm
strength) pada umur 28 hari, yang di
yang dianggap mempunyai nilai CBR
dapat dari hasil pengujian balok dengan
tanah dasar efektif 5%.
pembebanan tiga titik (ASTM C-78)
b. Jenis dan tebal pondasi bawah
yang besarnya secara tipikal sekitar 3-5
ditentukan berdasarkan nilai CBR tanah
MPa (30-50 kg/cm²). Kuat tarik lentur
dasar dan repetisi sumbu yang terjadi.
beton yang di perkuat dengan bahan
Apabila tanah dasar mempunyai CBR
serat penguat seperti serat baja, aramit
lebih kecil dari 2%, maka harus
atau serat karbon harus mencapai kuat
dipasang pondasi bawah yang terbuat
tarik lentur 5-5,5 MPa (50-55 kg/cm²).
dari beton kurus (lean-mix concrete)
Kekuatan rencana harus dinyatakan
setebal 15 cm. Jenis dan tebal minimum
dengan kuat tarik lentur karakteristik
lapis pondasi bawah yang disarankan
dapat dilihat pada Gambar 2.
yang di bulatkan hingga 0,25 MPa (2,5 Sumber : Bina Marga. (2003). Pd T-14-
kg/cm²) terdekat. (2003)
Hubungan antara kuat tekan
karakteristik dengan kuat tarik-lentur - Pada suatu daerah dengan lalu lintas
beton dapat didekati dengan rumus rendah, jika data lalu lintas tidak
berikut : tersedia atau diperkirakan terlalu rendah
fcf = K (fc’)0,50 dalam MPa atau maka dapat dilihat pada Tabel berikut:
fcf = 3,13 K (fc’)0,50 dalam kg/cm2
Deskripsi Jalan LHR dua Kendaraa Umur Pertumbu
Dengan pengertian : arah n berat (% Rencana han Lalu
(kend/hari) dari lalu (th) Lintas (%)
fc’ : kuat tekan beton karakteristik lintas)
Jalan desa 30 3 20 1
28 hari (kg/cm2 minor dengan
fcf : kuat tarik lentur beton 28 hari akses
kendaraan berat
(kg/cm2) terbatas
Jalan kecil dua 90 3 20 1
K : konstanta, 0,7 untuk agregat arah
Jalan lokal 500 6 20 1
tidak dipecah dan 0,75 untuk Akses lokal 500 8 20 3,5
daerah industri
agregat pecah. atau quarry
Kuat tarik lentur dapat juga ditentukan Jalan kolektor 2000 7 20 3,5

dari hasil uji kuat tarik belah beton yang Sumber : Bina Marga. (2017)
dilakukan menurut SNI 03-2491-1991
sebagai berikut: - Lajur rencana merupakan salah satu
fcf = 1,37.fcs, dalam MPa atau lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan
fcf = 13,44.fcs, dalam kg/cm2 raya yang menampung lalu-lintas
Dengan pengertian : kendaraan niaga terbesar. Jika jalan
fcs : kuat tarik belah beton 28 hari tidak memiliki tanda batas lajur, maka
jumlah lajur dan koefsien distribusi (C)
d. Lalu lintas kendaraan niaga dapat ditentukan dari
Data lalu lintas yang di butuhkan dalam lebar perkerasan sesuai Tabel berikut:
Jumlah Koefisien distribusi (C)
perencanaan perkerasan kaku yaitu: Lebar perkerasan (Lp)
lajur (n i) 1 Arah 2 Arah
- Penentuan beban lalu-lintas rencana Lp < 5.50 m
5.50 m = Lp < 8.25 m
1 lajur
2 lajur
1
0.70
1
0.50
untuk perkerasan beton semen, 8.25 m = Lp < 11.25 m 3 lajur 0.50 0.475
11.25 m = Lp < 15.00 m 4 lajur - 0.45
dinyatakan dalam jumlah sumbu 15.00m = L p < 18.75 m 5 lajur - 0.425
kendaraan niaga (commercial vehicle). 18.75m = L p < 22.00 m 6 lajur - 0.40

Kendaraan yang ditinjau untuk Sumber : Bina Marga. (2003). Pd T-14-


perencanaan perkerasan beton semen (2003)
adalah yang mempunyai berat total
minimum 5 ton. Konfigurasi sumbu - Umur rencana perkerasan jalan
untuk perencanaan terdiri atas 4 jenis ditentukan atas pertimbangan klasifikasi
kelompok sumbu yaitu; sumbu tunggal fungsional jalan, pola lalu-lintas serta
roda tunggal (STRT), sumbu tunggal roda nilai ekonomi jalan yang bersangkutan.
ganda (STRG), sumbu tandem roda Umumnya perkerasan beton semen
ganda(STdRG) dan sumbu tridem roda dapat direncanakan dengan umur
ganda (STrGD). rencana (UR) 20 tahun sampai 40
Jenis Konfigurasi sumbu (ton) tahun.
Kendaraan RD RB RGD RGB
- Volume lalu-lintas akan bertambah
(1) (2)
sesuai dengan umur rencana atau
Truk kecil 2as 2 4 - - sampai tahap di mana kapasitas jalan
Truk besar 2as 5 8 - - dicapai denga faktor pertumbuhan lalu-
Truk Td 3as 6 4 - - lintas yang dapat ditentukan
Truk Gandeng 6 14 5 5 berdasarkan rumus sebagai berikut :
( )^ klasifikasi jalan dapat dilihat pada tabel
= − 1 .............................(1)
berikut:
Dengan pengertian : Tabel Nilai realibilitas (R)
Nilai (R) %
R : Faktor pertumbuhan lalu lintas Tipe
Perkotaan Pedesaan
i : Laju pertumbuhan lalu lintas per jalan
tahun dalam %. (urban) (rural)

UR : Umur rencana (tahun) Jalan tol 90 - 99,9 85 - 99,9

Utama 85 - 99 80 - 95
- Jumlah sumbu kendaraan niaga
selama umur rencana dapat dihitung Arteri 80 - 99 75 - 95
dengan rumus berikut : Kolektor 80 - 95 75 - 95
JSKN=JSKNH x 365 x R x C ........(2)
Lokal 50 - 80 50 - 80
Dimana :
JSKN :Jumlah total sumbu kendaraan Sumber: AASHTO, 1993
niaga selama umur rencana
JSKNH :Jumlah total sumbu kendaraan
Tabel Hubungan antara R dengan ZR
niaga per hari pada saat
R R
jalan dibuka. ZR ZR
(%) (%)
R :Faktor pertumbuhan komulatif
50 0.000 93 -1.476
yang besarnya tergantung dari
pertumbuhan lalu lintas 60 -0.253 94 -1.555
tahunan dan umur rencana; 70 -0.524 95 -1.645
C :Koefisien distribusi kendaraan 75 -0.674 96 -1.751

- Pada penentuan beban rencana, beban 80 -0.841 97 -1.881

sumbu dikalikan dengan faktor 85 -1.037 98 -2.054


keamanan beban (FKB). Faktor
90 -1.282 99 -2.327
keamanan beban ditentukan
berdasarkan tabel berikut: 91 -1.340 99.9 -3.09
Nilai 92 -1.405 99.99 -3.75
No Penggunaan
FKB
1 Jalan bebas hambatan
1,2 Sumber: AASHTO, 1993
utama (major freeway)
2 Jalan bebas hambatan
e. Bahu
( Freeway) dan jalan
arteri dengan volume 1,1
Bahu dapat terbuat dari bahan lapisan
kendaraan niaga pondasi bawah dengan atau tanpa
menengah lapisan penutup beraspal atau lapisan
Jalan dengan volume beton semen. Perbedaan kekuatan
3 kandaraan niaga 1,0 antara bahu dengan jalur lalu-lintas
rendah akan memberikan pengaruh pada
Sumber : Bina Marga. (2003). Pd T-14- kinerja perkerasan. Hal tersebut dapat
(2003) diatasi dengan bahu beton semen,
- Nilai realibility (R) adalah sebuah sehingga akan meningkatkan kinerja
probabilitas bahwa perkerasan yang perkerasan dan mengurangi tebal pelat
direncanakan akan tetap memuaskan yang dimaksud dengan bahu beton
selama umur rencana. Menentukan nilai semen dalam pedoman ini adalah bahu
realibilitas dan nilai ZR berdasarkan yang dikunci dan diikatkan dengan lajur
lalu-lintas dengan lebar minimum 1,50
m, atau bahu yang menyatu dengan 65 kN, maka nilai tersebut
lajur lalu-lintas selebar 0,60 m, yang digunakan sebagai batas tertinggi
juga dapat mencakup saluran dan kereb. pada gambar nomogram (Gambar a).
Nomogram Analisis fatik dan beban
f. Sambungan pada perkerasan beton repetisi ijin berdasarkan rasio
semen ditujukan untuk membatasi tegangan, dengan/tanpa bahu beton,
tegangan dan pengendalian retak yang Gambar b Nomogram Analisis erosi
disebabkan oleh penyusutan dan dan jumlah
pengaruh lenting serta beban lalu-lintas,  Menentukan jumlah repetisi ijin
memudahkan pelaksanaan, untuk fatik dari Gambar 4
mengakomodasi gerakan pelat. Semua Nomogram Analisis fatik dan beban
sambungan harus ditutup dengan bahan repetisi ijin berdasarkan rasio
penutup (joint sealer), kecuali pada tegangan, dengan/tanpa bahu beton
sambungan isolasi terlebih dahulu harus sesuai dengan FRT dan beban
diberi bahan pengisi (joint filler). rencana, yang dimulai dari beban
roda tertinggi pada jenis sumbu
g. Perencanaan Tebal Pelat STRT tersebut.
Prosedur perencanaan tebal plat beton  Menghitung persentase dari repetisi
semen adalah sebagai berikut: fatik yang direncanakan terhadap
 Memilih jenis perkerasan beton jumlah repetisi ijin.
semen.  Menentukan jumlah repetisi ijin
 Menentukan apakah menggunakan untuk erosi sesuai dengan faktor
bahu beton atau tidak. erosi (FE).
 Menentukan jenis dan tebal pondasi  Menghitung persentase dari repetisi
bawah, berdasarkan nilai CBR erosi yang direncanakan terhadap
rencana dan perkiraan jumlah sumbu jumlah repetisi ijin.
kendaraan niaga selama umur  Mengulangi langkah 10 hingga 13
rencana sesuai dengan Gambar 2. untuk setiap beban per roda pada
 MenentukanCBR efektif berdasarkan sumbu tersebut sampai jumlah
nilai CBR rencana dan pondasi repetisi beban ijin, yang masing-
bawah yang dipilih,sesuai Gambar 3. masing mencapai 10 juta dan 100
 Menentukan faktor keamanan beban juta repetisi.
lalu lintas (FK).  Menghitung jumlah total fatik
 Menaksir tebal pelat beton, dengan maupun erosi dengan menjumlahkan
tebal minimum 150 mm. persentase fatik maupun persentase
 Menentukan tegangan ekivalen (TE) erosi dari setiap beban roda pada
dan faktor erosi (FE) untuk STRT STRT tersebut.
dari tabel TE dan FE untuk  Mengulangi langkah 7 hingga 15
perkerasan tanpa bahu beton, untuk setiap jenis kelompok sumbu
maupun dengan bahu beton. lainnya.
 Menentukan faktor rasio tegangan  Menghitung jumlah total kerusakan
(FRT) dengan membagi tegangan akibat fatik dan jumlah total
ekivalen (TE) oleh kuat tarik lentur kerusakan akibat erosi untuk seluruh
(f). jenis kelompok sumbu.
 Menentukan beban per roda untuk  Mengulangi langkah 6 sampai 17,
setiap rentang kelompok beban hingga diperoleh ketebalan tertipis
kelompok cf sumbu, dan dikalikan yang menghasilkan total kerusakan
dengan faktor keamanan beban (Fk) fatik dan atau erosi ≤ 100%. Tebal
untuk menentukan beban rencana per tersebut sebagai tebal perkerasan
roda. Jika beban rencana per roda ≥ beton semen yang direncanakan.
(a) (b)

Sumber : Bina Marga. (2003). Pd T-14-(2003)


Gambar 2.4. (a) Analisa fatik dan beban repitisi ijin bersarkan rasio tegangan,
dengan/tanpa bahu beton. (b)Analisa erosi dan jumlah repetisi beban
berdasarkan faktor erosi, dengan bahu beton.

h. Penentuan Tebal Pelat Beton J = koefisien transfer beban


Penentuan tebal perkerasan beton dapat Ec = modulus elastisitas beton
dilakukan dengan menggunakan (psi)
nomogram. Tebal perkerasan beton juga k = modulus reaksi tanah
dapat ditentukan menggunakan dasar (pci)
persamaan menurut AASHTO (1993)
berikut ini:
Perkerasan Lentur
Konstruksi perkerasan lentur
(flexible pavement) adalah perkerasan yang
menggunakan aspal sebagai bahan
pengikat. Lapisan-lapisan perkerasannya
bersifat memikul dan menyebabkan beban
Dengan: lalu lintas tanah dasar. Suatu struktur
W18 =lalu lintas rancangan perkerasan lentur biasanya terdiri atas
(ESAL) beberapa lapisan bahan, dimana setiap
ZR = deviasi standar normal lapisan akan menerima beban dari lapisan
So = standar deviasi diatasnya, meneruskan dan menyebarkan
keseluruhan beban tersebut ke lapisan dibawahnya.
D = tebal pelat beton (in.) Lapisan paling atas adalah material dengan
ΔPSI = kehilangan kemampuan daya dukung terhadap beban paling besar
pelayanan = po - pt (dan paling mahal harganya), dan semakin
po = indeks kemampuan kebawah adalah lapisan dengan daya
pelayanan awal dukung terhadap beban semakin kecil dan
pt = indeks kemampuan semakin murah harganya (Sukirman,
pelayanan akhir 1992).
Sc’ = kuat lentur beton (psi)
Cd = koefisien drainase
Parameter Perencanaan Tebal Lapis DD = faktor distribusi arah.
Konstruksi Perkerasan DL = faktor distribusi lajur.
Di dalam petunjuk teknis pedoman W18 =beban gandar standar
perencanaan tebal perkerasan lentur kumulatif untuk dua arah.
metode Pt T-01-2002-B yang diterbitkan  Indeks Permukaan
oleh Departemen Permukiman dan Dalam menentukan indeks permukaan
Prasarana Wilayah, menjelaskan tentang (IP) pada akhir umur rencana, perlu
parameter dalam penentuan tebal dipertimbangkan faktor-faktor
perkerasan lentur antara lain : klasifikasi fungsional jalan sebagai
mana diperlihatkan pada tebel berikut:
1. Lapis permukaan (surface course) Klasifikasi Jalan
Lapis permukaan adalah lapisan yang Lokal Kolektor Arteri Bebas
terletak paling atas. Untuk menahan Hambatan
beban selama masa pelayanan, lapisan 1,0 – 1,5 1,5 1,5 – 2,0 –
ini menggunakan aspal sebagai bahan 1,5 1,5 – 2,0 2,0 –
pengikatnya dan sebagai lapis penahan 1,5 – 2,0 2,0 2,0 – 2,5 –
beban roda dan lapis aus. – 2,0 – 2,5 2,5 2,5
2. Lapis pondasi atas (base course) Sumber:Manual Desain Perkerasan Jalan
Lapisan ini terletak diantara lapis 2013
permukaan dan lapis pondasi bawah.
Untuk lapis pondasi atas tanpa bahan Dalam menentukan indeks
pengikat dapat menggunkan material permukaan pada awal umur rencana
dengan CBR > 50% dan Plastisitas (IP0) perlu diperhatikan jenis lapis
Indeks (PI) < 4%. permukaan perkerasan pada awal
3. Lapis pondasi bawah (subbase course) umur rencana sesuai dengan Tabel :
Lapisan ini terletak dibawah lapis
pondasi atas dan berada diatas tanah Ketidakrataan
Perkerasan IP0
dasar (subgrade). Tanah dasar (IRI,m/km)
(subgrade) LASTON ≥4 ≤ 1,0
Lapis tanah dasar adalah lapisan dengan 3,9 – 3,5 > 1,0
ketebalan 50-100 cm, yang selanjutnya LASBUTAG 3,9 – 3,5 > 2,0
akan diletakkan lapis pondasi bawah 3,4 – 3,0 ≤ 2,0
diatasnya. Tanah dasar dapat berupa LAPEN 3,4 – 3,0 > 3,0
tanah asli dari lokasi pengerjaan jika 2,9 – 2,5 ≤3,0
memenuhi syarat dan juga bisa dengan Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan
tanah dari lokasi lain. 2013
4. Lalu Lintas
 Lalu Lintas Pada Lajur Rencana  Indeks Tebal Perkerasan (ITP)
Untuk mendapatkan parameter lalu ITP merupakan fungsi dari ketebalan
lintas pada lajur rencana ini lapisan dan koefisien relatif
digunakan perumusan berikut ini : perkerasan.
ESAL = ΣLHRi * Ei  Batas-batas Minimum Tebal Lapisan
W18 pertahun = ESAL*DD*DL*365 Perkerasan
Dimana : Pada saat menentukan tebal lapis
ESAL =Perhitungan Repetisi perkerasan, perlu dipertimbangkan
Beban Lalu Lintas keefektifannya dari segi biaya,
E =Angka ekivalen beban pelaksanaan konstruksi, dan batasan
kendaraan pemeliharaan untuk menghindari
LHRi = Lalu Lintas Harian Rata- kemungkinan dihasilkannya
rata perencanaan yang tidak praktis.
III. METODOLOGI PENELITIAN metode Pd T-14-2003 dan Manual
Lokasi Penelitian desain perkerasan jalan 2013. Langkah
Lokasi penelitian dilakukan pada perhitungan didapat dari data – data
proyek Perencanaan Jalan untuk akses sebagai berikut :
jalan Pabrik Gula Desa Tinabite, Kec. a. CBR tanah efektif 90%.
Lantari Jaya Kab. Bombana Sulawesi b. Kuat tekan beton atau kuat tarik
Tenggara, Indonnesia. beton.
c. Menentukan tegangan ekivalen (TE)
Prosedur Perancangan dan faktor erosi (FE) untuk jenis
Tahap - tahap pengerjaan sebagai berikut : sumbu masing – masing kendaraan.
d. Menentukan faktor rasio tegang
1. Persiapan. Tahap persiapan ini meliputi (FRT) dengan membagi tegangan
kegiatan seperti studi pustaka dan dasar ekivalen (TE) dengan kuat tarik
teori terhadap materi – materi dan lentur.
metode untuk menentukan garis besar e. Menentukan faktor beban per roda
proses rancangan, menentukan dan dikalikan dengan faktor
kebutuhan data. keamanan beban (FKB).
2. Pengumpulan Data. Data yang f. Dengan faktor rasio tegang (FRT)
dibutuhkan dalam perancangan ini dan beban per roda, menghitung
adalah: persentasi dari repitisi fatik yang
a. Data CBR Tanah Dasar. direncanakan terhadap jumlah
b. Data LHR adalah data primer hasil repitisi ijin.
pengamata yang telah dilakukan. g. Dengan menggunakan faktor erosi
c. Memilih jenis perkerasan kaku. (FE), menentukan jumlah repitisi ijin
d. Menentukan klasifikasi menurut untuk erosi, lalu menghitung
kelas jalan. persentasi repitisi erosi yang
e. Menentukan apakah menggunakan direncanakan terhadap jumlah
bahu beton atau tidak menggunakan repitisi ijin.
bahu beton. h. Jika total kerusakan akibat fatik dan
3. Analisis Data. Semua data yang telah erosi kurang dari 100%, maka
didapat lalu dihitung sesuai dengan data ketebalan tersebut bisa digunakan.
lapangan dan data CBR tanah yang di 5. Peerhitungan Equivalent Single Axle
peroleh dari instansi terkait. Untuk Load (ESAL) selama umur rencana
mengetahui berapa tebal perkerasan (traffic design).
jalan yang dibutuhkan pada umur 6. Desain Tebal Perkerasan. Data hasil
rencana yang telah ditentukan, maka perhitungan perkerasan dengan metode
perlu untuk: Pd T-14-2003, AASHTO 1993 yang
a. Menentukan CBR efektif diperoleh kemudian dimodelkan dalam
berdasarkan nilai CBR tanah. bentuk gambar lapisan perkerasan
b. Menentukan kuat tekan beton atau menggunakan software autocad 2012
kuat tarik beton. sesuai dengan perhitungan rancangan
c. Menentukan faktor keamanan beban perkerasan kaku.
(FKB) sesuai penggunaan jalan.
d. Menentukan nilai koefisien distribusi
sesuai jumlah lajur berdasarkan lebar
perkerasan.
4. Perhitungan Struktur dan Tebal
Perkerasan. Setelah analisis data,
selanjutnya dilakukan perhitungan tebal
perkerasan jalan dengan menggunakan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut data CBR tanah dasar yang
Pabrik gula Bombana adalah salah didapatkan:
satu industri di sektor perkebunan yang Titik Pengujian CBR Lapangan (%)
menghasilkan jenis-jenis produk gula. 01 3,90
Pabrik gula juga ini juga merupakan salah 02 3,32
satu sumber perekonomian daerah dan 03 4,82
dapat membatu meningkatkan 04 3,32
perekonomian masyarakat sekitar. Akses 05 4,62
jalan pabrik gula Bombana merupakan
suatu kawasan jalan baru yang terletak di Dan Nilai CBR Laboratorium yang
Desa Tinabite, Kecamatan Lantari Jaya, diperoleh yaitu:
Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Jenis Material CBR (%) Kondisi
Lokasi pabrik gula merupakan are Tanah Dasar 5,28 Soaked
khusus/baru, dimana data jumlah 7,33 Unsoaked
Tanah Laterit 7,92 Soaked
kendaraan belum ada. Untuk tujuan
11,88 Unsoaked
perencanaan ini data lalu lintas di
asumsikan yang berdasarkan pada
pernyataan pihak pabrik tentang jumlah Pemilihan Jenis Perkerasan
kendaraan yang akan masuk di lokasi Pada dasarnya, dalam sebuah
pabrik, selanjutnya umur rencana 25 tahun kawasan pabrik diperlukan akses jalan
dengan pertumbuhan 3,3%. Koefesien untuk menunjang aktivitas dalam kawasan
distribusi untuk lebar perkerasan 12 m pabrik yang nantinya akan dilewati oleh
yakni 0,45. Asumsi Jumlah Kendaraan kendaraan-kendaraan operasional pabrik
Yang Beroperasi Pada Lokasi Pabrik Gula: dengan jangka waktu yang lama.
Dalam perencanaan perkerasan
Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan
Mobil penumpang 150
untuk akses jalan pabrik gula ini
Bus 50 dibutuhkan jenis perkerasan yang efektif,
Truk 2as kecil 250 mulai dari umur rencana yang lama, proses
Truk 2as besar 150 pelaksanaan yang relatif sederhana
Truk 3as 50 dikarenakan lokasi pabrik yang jauh dari
Truk gandengan 5 jalan utama, serta kondisi tanah pada
Sumber : PT Barata Indonesia (Persero), wilayah tersebut adalah kondisi tanah yang
Pabrik Gula Bombana labil (tidak menentu), faktor topografi
wilayah. Untuk itu, akan direncanakan
Volume lalu-lintas akan bertambah jalan dengan menggunakan perkerasan
sesuai dengan umur rencana atau sampai kaku (rigid pavement) yang mampu
tahap di mana kapasitas jalan dicapai mendukung beban tonase kendaraan berat
denga faktor pertumbuhan lalu-lintas yang serta lebih tahan terhadap air, proses
dapat ditentukan berdasarkan rumus: pelaksanaan relatif sederhana, serta umur
rencana yang mencapai 20-40 tahun
(1 + 3,5%) −1 dibandingkan dengan perkerasan lentur
= = 38,95% yang memiliki umur rencana relatif pendek
3,5%
5-15 tahun.
Untuk penentuan jumlah lajur dan Perkerasan beton yang kaku
koefisien distribusi lebar perkerasan memiliki modulus elastisitas yang tinggi,
rencana yaitu 12 m di peroleh jumlah lajur akan mendistribusikan beban terhadap
yaitu 4 lajur 2 arah dengan koefisien bidang area tanah yang cukup luas,
distribusi yaitu 0,45. sehingga bagian terbesar dari kapasitas
struktur perkerasan diperoleh dari slab
beton sendiri, serta adanya beragam
kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi Pada lokasi akses jalan pembangunan
hanya berpengaruh kecil terhadap pabrik gula menggunakan tipe
kapasitas struktural perkerasannya (tebal perkerasan beton bersambung dengan
pelat beton), hal ini berbeda dengan tulangan (BBDT) dengan peran yaitu
perkerasan lentur dimana kekuatan jalan khusus kemudian bahu jalan
perkerasan diperoleh dari lapisan–lapisan terbuat dari betong dengan
tebal pondasi bawah, pondasi dan lapisan menggunakan ruji
permukaan.  Analisa Lalu Lintas
Berdasarkan data-data perencanaan
Perancangan Perkerasan Kaku (Rigid lalu-lintas yang diperoleh dari hasil
Pavement) perhitungan selanjutnya dapat
 Pemilihan Jenis Perkerasan Beton dilakukan perhitungan jumlah sumbu
sebagaiberikut.

Jml Sumbu Jml


Konfigurasi Beban Jml Kend
Per Kend Sumbu STRT STRG STdRG
Sumbu (ton) (bh)
Jenis (bh) (bh)
Kendaraan
RG RG BS JS BS
RD RB JS (bh) BS (hb) JS (bh)
D B (ton) (bh) (ton)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

MP 1 1 - - 150 0 0 - - - - - -
Bus 3 5 - - 50 2 100 3 300 5 300 - -
Truk 2as Kcl 2 4 - - 250 2 500 2 650 - - - -
4 650 - - - -
650
Truk 2as Bsr 5 8 - - 150 2 300 5 780 8 780 -
Truk 3as 6 14 - - 50 2 100 6 300 - - 14 300
Truk Gandg. 6 14 5 5 5 4 20 6 10 - - 14 10
- - - -
5 10
- - - -
5 10

Total 1020 2710 1080 310

niaga pada jalur perkerasan kaku sesuai


Dari hasil di atas maka diperoleh total dengan umur rencana 25 tahun yang
jumlah sumbu kendaraan sebesar 1020, meliputi proporsi beban dan sumbu serta
maka selanjutnya direncanakan jumlah distribusi beban pada setiap jenis sumbu
total sumbu kendaraan niaga sesuai dengan kendaraan. Adapun data perencanaan
umur rencana yaitu 25 tahun menggunakan tersebut diperoleh melalui perhitungan
persamaan: repetisi sumbu rencana yang disajikan
JSKN = 365 x JSKNH x R pada Tabel 4.7 berikut.
Beban
Jumlah Proporsi Proporsi Lalulintas Repetisi yang
JenisSumbu Sumbu
= 365 x 1020 x 38,95 (ton)
Sumbu Beban Sumbu Rencana terjadi
7
= 1,45x10 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
STRT 6 55 0,11 0,66 7E+06 4,74E+05
Dan jumlah sumbu kendaraan niaga 5 150 0,30 0,66 7E+06 1,29E+06
4 250 0,24 0,66 7E+06 1,03E+06
rencana yaitu 3 50 0,11 0,66 7E+06 4,74E+05
JSKN rencana = JSKN x C 2 250 0,24 0,66 7E+06 1,03E+06
Total 755 1,00
= 1,45x107 x 0,45 STRG 8 150 0,72 0,26 7E+06 1,22E+06

= 7x106 Total
5 50
1255
0,28
2,35
0,26 7E+06 4,75E+05

Dari hasil perhitungan jumlah sumbu STdRG 14 55 1,00 0,08 7E+06 5,22E+05
Total 310 1,00
kendaraan niaga di atas, selanjutnya Komulatif 7E+06

dilakukan perhitungan lalu-lintas rencana


yaitu jumlah komulatif sumbu kendaraan
Perhitungan Perkerasan Beton Metode  CBR tanah dasar : 7,33 %
Bina Marga 2013 (Pd T-2003)  Tebal pondasi bawah minimum:
Diketahui data parameter perencanaan 100mm BP
sebagai berikut:  Estimasi tebal pelat beton semen:
Data Asumsi: 210mm
 Jenis jalan : Jalan Tol
 Jenis bahan : beton Untuk menetahui tebal perkerasan
 Tebal taksiran pelat beton: 210 mm aman atau tidak, maka harus dilakukan
 Kuat tekan beton (fc’) : 350 kg/cm2. analisa fatik dan erosi sesuai dengan
 Kuat tarik lentur (fcf) : 4 MPa pedoman Pt T-14-2003 Perencanaan
 Kuat tarik lentur beton(f’cf) Perkerasan Beton Semen. Tabel
umur 28 hari perhitungan mengacu pada peraturan yang
Diketahui : sudah ada. Diketahui tebal slab 210 mm
kuat tekan beton (f’c) = 350 kg/cm2 dan CBR efektif maka di peroleh tegangan
=35MPa ekivalen (TE) dan faktor erosi (FE) : CBR
Angregat batu pecah efektif dan perkiraan tebal perkerasan yang
f’cf = K x (f’c)0,50 ...... MPa dapat dilihat pada tabel berikut ini.
= 0,75 x (35 MPa) 0,50 Tegangan Ekivalen: Faktor Erosi
= 4 Mpa
 Mutu baja tulangan: BJTU 30 ( Fy : STRT = 0,94 STRT = 2,16
tegangan leleh =2400 kg/cm) untuk
BBDT. STRG = 1,54 STRG = 2,75

Data Perhitungan STdRG = 1,32 STdRG = 2,87


 Koefisien gesek antara pelat beton dan
pondasi (μ) : 1,0
 Jenis perkerasan : beton bersambung Dengan menentukan tegangan ekivalen
dengan tulangan (BBDT) dengan Ruji (TE) dan faktor erosi (FE),maka dapat
 Umur rencana : 25 tahun ditentukan faktor rasio tegangan (FRT)
 JSK : 7x106 untuk masin–masing beban rencana per
 Faktor keamanan beban : 1,1 roda seperti tabel dibawah ini.

Analisa Fatik Analisa Erosi

Beban
Beban Repetisi
Rencana FaktorTegangan
JenisSumbu Sumbu yang Repetisi Persen Repetisi Persen
Per Roda dan Erosi
ton (kN) Terjadi Ijin Rusak (%) Ijin Rusak (%)
(kN)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


STRT 6 (60) 33,70 4,74E+05 TE = 0,94 TT 0 TT 0,00
5 (50) 27,50 1,29E+06 FRT = 0,24 TT 0 TT 0,00
4 (40) 22,00 1,03E+06 FE = 2,16 TT 0 TT 0
3 (30) 16,50 4,74E+05 TT 0
2 (20) 11,00 1,03E+06 TT 0

STRG 8 (80) 22,00 1,22E+06 TE = 1,54 1E+08 1,22 2E+06 61,08


5 (50) 13,75 4,75E+05 FRT = 0,39 TT 0 TT 0,00
FE = 2,75

STdRG 14 (40) 19,25 5,22E+05 TE = 1,32 TT 0 1E+07 5,22


FRT = 0,33
FE = 2,87
Total 1,22% < 100% 66% < 100%
`
Perhitungan Perkerasan Beton Metode AASHTO 1993
 Perhitungan ESAL

Lalu Lalu
Jenis Jumlah Faktor ESAL ESAL
lintas Lintas
Kendaraan sumbu pertumbuhan Faktor Rencana
sekarang Rencana

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


Bus 50 100 33,06 844683 0,207 174849,4
Truk 2as 250 500 33,06 4223415 0,091 384330,8
Kcl
Truk 2as 150 300 33,06 2534049 1 2739307
Bsr
Truk 3as 50 100 33,06 844683 1,838 1552527
Td
Truk 5 20 33,06 168936,6 2,188 369633,3
Gandg.
Total 1020 5220648

 Nilai Realibilitas (R) = 90 - 99,9 %.


 Deviasi Standar Normal (ZR) = -1,282.
 Standard Deviasi (So) = 0.35
 Modulus reaksi tanah dasar (k) =170 psi/in.
 Kuat tekan beton fc’ = 350 kg/cm2
= 3433,5 kPa = 34 MPa
 Penentuan nilai modulus elastisitas beton menggunakan persamaan:
Ec = 57000 ′ (fc' dalam psi)
2
fc' = 350 Kg/cm atau fc' = 4977 psi
Ec = 57000√4977 = 4021227,798 psi
 Kuat Lentur Beton (S'o). Digunakan S'c = 45 kg/cm S'c = 640 psi
 Koefisien Drainase (Cd) Diasumsikan data : 1,20 dari tabel berikut:

Persen waktu struktur perkerasan terkena air hingga tingkat


Kualitas kelembabannya mendekati jenuh air
drainase

< 1 % 1 - 5 % 5 - 25 % > 25 %

Sempurna 1,25 - 1,20 1,20 - 1,15 1,15 - 1,10 1,10

Baik 1,20 - 1,15 1,15 - 1,1,10 1,10 - 1,00 1,00

Sedang 1,15 - 1,10 1,10 - 1,00 1,00 - 0,90 1,90

Buruk 1,10 - 1,00 1,00 - 0,90 0,90 - 080 0,80

Sangat Buruk 1,00 - 0,90 0,90 - 0,80 0,80 - 0,70 0,70

 Koefisien Transfer Beban (J) = 2,5 – 3,1. Diambil J= 3,0

 Kemampuan Pelayanan (Serviceability) Po = 4,5 ; PT = 3 maka ΔPSI = 1,5


Penentuan Tebal Pelat Beton Perhitungan Tulangan

Tebal pelat beton dapat digunakan Pada lokasi pembangunan pabrik gula
menggunakan persamaan : direncanakan :
Tebal plat = 21 cm
Lebar pelat = 600 cm
Panjang pelat = 600 cm
Koefisien gesek antara pelat beton
dengan pondasi bawah (µ)= 1,0
 Penyederhanaan rumus: Kuat tarik baja = 300 Mpa
Berat isi beton = 2400 kg/m3
Gravitasi = 9,81 m/dt2

 Perhitungan tulangan memanjang dan


tulangan melintang

Tulangan memanjang dan melintang


μLMgh
 Perhitungan (Metode Trial and Error) : As perlu = 2 f
s
Trial 1( D = 8 inch) 1,0*6*2400*9,81*0,21
L1 = 6,717724 R4B = 1,107151053 = 2*240
= 58,86
R1 = -0,4487 R5 = 3,26 2
mm /m’ 2
= 0,0024 inch /inch’
R2 = 7,10725 R6 = 2875,180794
As min = 0,1 % x luas pelat
R3 = -0,06 R7 = 2193,236386
R4A = -0,30103
= 0,001 x 210 x 1000
= 210 mm2/m’
As min > As perluMaka digunakan
L1 = R1 + R2 + R3 + (R4 A/R4B) + R5 * log10 (R6/R7)
6,7 = 6,628453 tulangan diameter 12mm
As nominal 0,200
Jarak = As Perlu = , = 82,20 inch ≈
Ruas kanan lebih kecil dibandingkan
ruas kiri, artinya ketebalan plat beton 20,88 cm = 21 cm
yang dipakai dalam trial and error Maka digunakan tulangan memanjang
masih terlalu tipis. dan melintang D12-210
 Dowel (Ruji)
Tebal Plat Dowel
Trial 2 (D = 8,26) Perkerasan Diameter Panjang Jarak
L1 = 6,717724 R4B = 1,107151053 inci Mm Inci mm inci mm inci mm
R1 = -0,4487 R5 = 3,26 6 150 0,75 19 18 450 12 300
R2 = 7,10725 R6 = 2875,180794 7 175 1,0 25 18 450 12 300
R3 = -0,06 R7 = 2193,236386 8 200 1,0 25 18 450 12 300
9 225 1,25 32 18 450 12 300
R4A = -0,30103
10 250 1,25 32 18 450 12 300
L1 = R1 + R2 + R3 + (R4 A/R4B) + R5 * log10 (R6/R7) 11 273 1,25 32 18 450 12 300
6,7 = 6,71 12 300 1,5 38 18 450 12 300
13 325 1,5 38 18 450 12 300
14 350 1,5 38 18 450 12 300
Ruas kanan sama dengan ruas kiri, artinya Dengan tebal pelat beton 210 mm
ketebalan plat yang dipakai dalam trial and maka di peroleh diameter ruji = 25 mm
error dapat dipakai yaitu setebal 8,2 inchi dengan panjang = 450 mm dan jarak
atau 20,828 cm (dibulatkan menjadi 21 300 mm.
cm)
 Batang Pengikat ( Tie Bar)
Adapun tie bar yang umum di gunakan
yaitu diameter : 16 mm Panjang : 600
mm jarak antar batang : 250 mm
V. KESIMPULAN DAN SARAN menggunakan metode
Kesimpulan analisa komponen bina
Kesimpulan dari hasil penelitian yaitu: marga”, tapak vol.6 no.6. ISSN
1. Berdasarkan hasil perhitungan, untuk 2579-6402.Bandar Lampung.
jenis perkerasan pada perencananaan Jaya, Fery Hendi. (2016). “Analisis
struktur perkerasan akses jalan pabrik Rancangan Perbandingan
gula Bombana yang sesuai dengan Metode (Bina Marga Dan
kondisi sub grade dan ESAL rencana AASHTO 1993) Konstruksi
yaitu jenis struktur perkerasan kaku Perkerasan Jalan Beton Dengan
(rigid pavement) menggunakan jenis Lapis Tambahan Pada Kondisi
perkerasan beton semen bersambung Existing”, Tapak Vol.5 No.2. ISSN
dengan tulangan yang diperoleh 2089-2098. Bandar Lampung.
ketebalan 21 cm dengan menggunakan Kementrian Pekerjaan Umum. (2013).
mutu beton K-350. Manual Desain Perkerasan Jalan.
2. Rencana anggaran biaya yang diperoleh Direktorat Jendral Bina Marga
untuk perencanaan struktur perkerasan Kementrian Pekerjaan Umum. (2017).
akses jalan pabrik gula Bombana yaitu: Manual Desain Perkerasan Jalan.
a. Pekerjaan fondasi bawah beton kurus Direktorat Jendral Bina Marga
: Rp. 1.500.000,- per m3 Suryawan Ari.2015. “Perkerasan Jalan
b. Pekerjaan perkerasan jalan beton Beton Semen Portland (Rigid
: Rp. 2.585.000,- per m3 Pavement)” Beta Offset,
Total rancana anggaran biaya Yogyakarta.
perencanaan perkerasan akses jalan
pabrik gula yaitu Rp.4.085.000,- per m3

Saran
1. Perlu adanya perencanaan yang teliti
terutama dalam perencanaan struktur
agar perubahan pekerjaan dapat
diminimalkan sehingga pelaksanaan
pekerjaan dapat berjalan lancar.
2. Dalam pemilihan model perkerasan
harus disesuaikan dengan perencanaan
pada pekerjaan yang dikerjakan.
3. Bagi rekan-rekan mahasiswa dapat
dijadikan sebagai referensi tambahan
dalam menyusun tugas akhir dan bahan
kuliah yang berhubungan dengan
manajemen konstruksi dan tebal
perkerasan.

DAFTAR PUSTAKA

AASHTO.(1993)."Guide for Design of


Pavement Structures",
Washington DC.
Ida Hadijaha, Mohamad Harizalsyahb.
(2017). “Perencanaan jalan
dengan perkerasan kaku

Anda mungkin juga menyukai