PENDAHULUAN
1
1.2 PENGERTIAN IRIGASI
Irigasi adalah berkenaan dengan pengaturan pembagian pengaliran air yang
menggunakan suatu sistem tertentu dengan tujuan untuk mengairi sawah dan
kepentingan lainnya, seperti untuk mengairi perkebunan, pertenakan, dan
perikanan. Dalam definisi irigasi menurut KKBI Daring Edisi III ialah Pengaturan
pembagian pengaliran air menurut sistem tertentu untuk sawah dan sebagainya.
Pengertian ini mencakup pengertian yang sangat luas karena mencangkup maksud
dan tujuan selain bidang pertanian.
2
e. Untuk penggelontoran air di kota, yaitu dengan menggunakan air irigasi,
kotoran/sampah di kota digelontor ke tempat yang telah disediakan dan
selanjutnya dibasmi secara alamiah.
f. Pada daerah dingin, dengan mengalirkan air yang suhunya lebih tinggi
daripada tanah, dimungkinkan untuk mengadakan pertanian juga pada
musim tersebut.
3
Gambar 1.1 Contoh Saluran Sekunder dan Primer
(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP-01 )
4
Gambar 1.2 Sistem Jaringan Irigrasi Sederhana
(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP-01 )
5
1.5.3 Sistem Irigasi Teknis
Dalam sitem jaringan irigasi teknis ini bangunannya sudah buat lebih
lengkap agar dapat memenuhi keempat fungsinya. Salah satu prinsip sistem irigasi
teknis adalah pemisahan sistem jaringan pembawa dan sistem jaringan pemutus.
Sistem jaringan irigasi teknis ini disebut juga manajemen gabungan antara
pemerintah dan petani. Karena pemerintah bertanggung jawab didalam sistem
jaringan utama dimulai dari bangunan pengambilan sampai dengan saluran tersier
sepanjang 50 m dihilir bangunan sadap tersier, sedangkan petani bertanggung
jawab atas sistem jaringan di dalam petak tersier.
6
b. Aspek Agrikultural, menyangkut :
1. Kedalaman pemberian air.
2. Distribusi air secara seragam dan berkala.
3. Kapasitas dan aliran yang berbeda.
4. Reklamasi tanah tandus dan tanah alkaline.
7
d. Bangunan – bangunan yang ada diantara bangunan – bangunan bagi sadap
(gorong – gorong, jembatan, talang bangunan terjun dan sebagainya) diberi
nama sesuai dengan ruas dimana bangunan tersebut terletak juga mulai
dengan huruf B (bangunan).
Catatan: Untuk gambar teknis rencana dilampirkan.
8
1.13 DATA KOEFISIEN
Keterangan: (data terlampir)
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
10
Cara ini membutuhkan modal kecil, namun memerlukan biaya exploitasi
yang besar. Sumber air yang dapat dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil
dari sungai, misalnya Stasiun Pompa Gambarsari
11
Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendungnya terletak di sungai
lengkap dengan pintu pengambilan tanpa bangunan pengukur di bagian hilirnya.
Beberapa bangunan permanen biasanya juga sudah dibangun dijaringan
saluran. Sistim pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana.
Bangunan pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi daerah yang lebih luas
dari pada daerah layanan jaringansederhana.
12
Sumber: http://slideplayer.info/slide/11117124//, diakses pada tanggal 19
November 2018.
2.3.4 Cara Pemberian Air Irigasi
Untuk mengalirkan dan membagi air irigasi, dikenal 4 cara utama,yaitu :
a. Pemberian air irigasi lewat permukaan tanah, yaitu pemberian air irigasi
melalui permukaan tanah.
b. Pemberian air irigasi melalui bawah permukaan tanah, yaitu pemberian air
irigasi yang menggunakan pipa dengan sambungan terbuka atau berlubang-
lubang, yang ditanam 30 - 100 em di bawah permukaan tanah.
c. Pemberian air irigasi dengan pancaran,. yaitu cara pemberian air irigasi
dalam bentuk pancaran dari suatu pipa berlubang yang tetap atau berputar
pada sumbu vertikal.Air dialirkan ke dalam pipa dan areal diairi dengan cara
pancaran seperti pemancaran pada waktu hujan. Alat pancar ini kadang-
kadang diletakkan di atas kereta dan dapat dipindah-pindahkan sehingga
dapat memberikan penyiraman yang merata. Pemberian air dengan cara
pancaran untuk keperluan irigasi semacam ini, belum lazim digunakan di
Indonesia.
d. Pemberian air dengan eara tetesan, yaitu pemberian air melalui pipa, dimana
pada tempat-tempat tertentu diberi perlengkapan untuk jalan keluarnyaair
aga menetes pada tanah. Cara pemberian air irigasi semacam inipun belum
lazim di Indonesia.
Cara pemberian air irigasi yang termasuk dalam cara pemberian air
lewatpermukaan, dapat disebut antara lain :
1. Wild flooding: air digenangkan pada suatu daerah yang luas pada waktu
banjir cukup tinggi sehingga daerah akan cukup sempurna dalam
pembasahannya; cara ini hanya cocok apabila cadangan dan ketersediaanair
cukup banyak.
2. Free flooding: daerah yang akan diairi dibagi dalam beberapa bagian/petak;
air dialirkan dari bagian yang tinggi ke bagian yang rendah.
3. Check flooding: air dari tempat pengambilan (sumber air) dimasukkan
kedalam selokan, untuk kemudian dialirkan pada petak-petak yang
13
kecil;keuntungan dari sistem ini adalah bahwa air tidak dialirkan pada
daerahyang sudah diairi.
4. Border strip method: daerah pengairan dibagi-bagi dalam luas yang
keeildengan galengan berukuran l0x 100 m² sampai 20 x 300 m², air
dialirkanke dalam tiap petak melalui pintu-pintu.
5. Zig-zig method: daerah pengairan dibagi dalam sejumlah petak
berbentukjajaran atau persegi panjang; tiap petak dibagi lagi dengan bantuan
galengandan air akan mengalir melingkar sebelum mencapai lubang
pengeluaran.Cara ini menjadi dasar dari pengenalan perkembangan teknik
dan peralatanirigasi.
a) Bazin method: eara ini biasa digunakan di perkebunan buah-buahan.
Tiapbazin dibangun mengelilingi tiap pohon dan air dimasukkan ke
dalarnnya melalui selokan lapangan seperti pada ehek flooding.
b) Furrow method: cara ini digunakan pada perkebunan bawang dan
kentangserta buah-buahan lainnya. Tumbuhan tersebut ditanam pada
tanah gundukan
14
bergantung pada jumlah jam penyinaran mataharid an radiasi matahari.
Untuk penentuan tahun/periode dasar bagi rancangan irigasi harus
dikumpulkan data curah hujan dengan jangka waktu yang sepanjang
mungkin. Disamping data curah hujan diperlukan juga penyelidikan
evapotranspirasi, kecepatan angin, arah angin, suhu udara, jumlah jam
penyinaran matahari, kelembaban.
d. Tekstur tanah: Selain membutuhkan air, tanaman juga membutuhkan
tempat untuk tumbuh, yang dalam tehnik irigasi dinamakan tanah. Tanah
yang baik untuk usaha pertanian ialah tanah yang mudah dikerjakan dan
bersifat produktif serta subur. Tanah yang baik tersebut memberi
kesempatan pada akar tanaman untuk tumbuh de~gan mudah, menjamin
sirkulasi air dan udara serta baik pada zona perakaran dan secara relatif
memiliki persediaan hara dankelembaban tanah yang cukup. Tanaman
membutuhkan air. Oleh karena itu, pada zone perakaran perlu tersedia
lengas tanah yang cukup. Tetapi walaupun kelembaban tanah perlu
dipelihara, air yang diberikan tidak boleh berlebih. Pemberian air harus
sesuai dengan kebutuhan dan sifat tanah serta tanaman.
15
Bendung baru merupakan salah satu dari bangunan-bangunan utama di
Sungai Yogyakarta. Bangunan-bangunan tersebut melayani daerah Bantul dan
Sleman yang diberi nama sesuai dengan daerah terdekat.
Setiap saluran irigasi dibagi menjadi beberapa ruas. Bangunan pengelak
atau pembagi adala bangunan terakhir disuatu ruas dan diberi nama sesuai dengan
ruas terkhir. Bangunan bagi sadap terdiri dari gorong- gorong, jembatan, talang,
bangunan terjun dan sebagainya dengan diberi nama sesuai ruas letak bangunan
tersebut.
16
penyinaran matahri dapat diukur dengan menggunakan alatyang disebut sebagai
Camphell Stokes Recorder atau Suns Shine Recorder. Dalam pengukuran data
lama penyinaran matahari biasanya dinyatakan dalam persen (%).
2.4.5 Data Kecepatan Angin
Yang disebut arah angin adalah arah dari manaangin tertiup. Untuk
penentuan arah angin ini digunakan lingkaran arah angin dan pencatat angin.
Angin sebagai udara yang bergerak merupakan faktor yang sangat berpengaruh
dalam proses-proses hidrometeorologi. Angin cukup berpengaruh dalam proses
penguapan dan dalam memproduksi hujan. Kecepatan angin diukur dengan
anemometer dimana kecepatan anginnya dinyatakan dalam km/jam,mil/jam,m/dt
atau knots.
17
Curah hujan efektif adalah curah hujan andalan yang jatuh di suatu daerah
dan digunakan tanaman untuk pertumbuhan. Penentuan curah hujan efektif di
dasarkan atas curah hujan bulanan dengan urutan data mulai dari terkecil ke
terbesar, yaitu menggunakan R80 atau R50 Nilai tersebut didepan dari urutan data
dengan rumus Harza :
n
R80 1
5 ........................................................................................................(2.1)
n
R50 1
z ........................................................................................................(2.2)
Berdasarkan perhitungan Re 80 dan Re 50, data ke –3 dan data ke – 6. Dari
kedua data di tahun tersebut selanjutnya kita membagi data curah hujan ke dalam
hitungan tengah bulanan. Dari jumlah hari per bulan dibagi 2 bagian, 15 hari dan
16 hari untuk jumlah 31 hari, serta masing-masing 15 hari untuk jumlah hari 30
hari dan masing-masing 14 hari untuk jumlah hari 28 hari.
Besarnya curah hujan efektif untuk tahunan padi/palawija diambil 70% dari
curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahunan (
Perencanaan Jaringan Irigasi,KP-01,1986,165),dengan persamaan sebagai berikut:
R80
Re padi 0,7
n' ..........................................................................................(2.3)
R50
Re palawija 0,7
n' ....................................................................................(2.4)
Keterangan :
M80 = Rangking data dari urutan terkecil untuk tanaman padi
M50 = Rangking data dari urutan terkecil untuk tanaman palawija
n = Jumlah tahun pengamatan
Re padi = Curah hujan efektif untuk tanaman padi (mm/hr)
Re palawija = Curah hujan efektif untuk tanaman palawija (mm/hr)
R80 = Curah hujan kemungkinan tidak terpenuhi 20% (mm/hr)
R50 = Curah hujan kemungkinan tidak terpenuhi 50% (mm/hr)
n’ = Jumlah hari pada tengah bulan
Untuk menghitung Eto (Evapotranspirasi)
a. Menghitung es
Terdapat data dalam tabel sehingga harus diinterpolasikan
18
Suhu mm Hg
20 17.53
21 18.65
22 19.82
Menginterpolasi dengan nilai suhu.
b. Menghitung β
Terdapat data dalam tabel sehingga harus diinterpolasikan
T β
20 2.19
25 2.86
Menginterpolasi dengan nilai suhu.
c. Menghitung Lv
Lv= 597.3-0.564 x suhu˚C .......................................................................(2.5)
d. Menghitung Rh
Kelembapan(%)
Rh ..............................................................................(2.6)
100
e. Menghitung Ed
Ed= es x Rh ..............................................................................................(2.7)
f. Menghitung E
E 0.35 (0.5 (0.54 kecepa tan( mm / dt )) (es Ed )
.......................(2.8)
g. Menghitung Ln
Ln T 4 0,56 0,092 ed 0,1 0,9 Nn ..........................(2.9)
h. Menghitung Sn
n
Sn S o (1 ) (0,29 (0,42 ))
N
..................................................(2.10)
i. Menghitung Rn
Rn Sn Ln ...........................................................................................(2.11)
j. Menghitung En
Rn
En ............................................................................................(2.12)
w lv
k. Menghitung Eto
19
En E
Eto ....................................................................................(2.13)
1
2.5.2 Perkolasi
Perkolasi merupakan banyaknya air yang tergantung pada porositas tanah.
Perkiraan perkolasi dari hasil percobaan lapangan.Menurut tekstur tanah
dilapangan :
Pola tata tanam ini merupakan kala ulang tiap tahun untuk daerah ini,
dimana dalam satu tahun ini area persawahan daerah tersebut akan ditanami padi
jenis FAO dengan kualitas yang unggul sebanyak dua kalidan satu kali akan
ditanami palawija jenis jagung.
20
Skema pola tata tanam ini menunjukan bahwa pola tanam diawali dengan
menanam padi yang ditanam diawal bulan Juni dimana pada tengah minggu
pertama bulan Juni masih dalam tahap pengolahan lahan (Land Preparation) dan
masa akhir dari tanaman padi ini adalah dibulan September di tengan bulan
pertama. Setelah pola tanam padi selesai akan diganti ke pola tanam padi, dimana
sebelum penanaman padi dimulai terdapat jeda waktu 2 tengah bulan untuk
pengolahan lahan (Land Prepration) hal ini juga akan dilakukan pada pola tanam
selanjutnya.
Notasi dalam skema pola tata tanam ini dibuat miring-miring, artinya bahwa
dalam penanaman untuk seluruh area persawahan tidak dilakukan secara
serentak/dilakukan secara berkala, dan periode yang digunakan adalah periode
setengah bulanan atau 15 harian, dengan waktu kosong atau time lag 15 hari (1
kali setengah bulanan) sebelum pengolahan atau penyiapan lahan (Land
Preparation).
Keterangan :
1. Tentukan nilai Eto,Re,P untuk periode tengah bulanan
2. Nilai WLR dipakai 50 mm/jam.
3. Pola tata tanm dimulai dari bulan Juli dengan pola tanaman padi-padi-
palawija.
4. Jenis padi: Jenis FAO, varietas unggul.
5. Jenis palawija: Jagung
Etc Eto Kcr ......................................................................................(2.14)
Keterangan : Etc = Ketentuan air komsumtif (mm/hr)
Eto = Evapotransipirasi (mm/hr)
Kcr = Koefisien tanaman (mm/hr)
21
Tabel 2.3. Harga-Harga Koefisien Tanaman Kacang Panjang Dan Jagung
½ Bulan Kacang Panjang Jagung
1 0,5 0,40
2 0,75 0,48
3 1,00 0,85
4 1,00 1,09
5 0,82 1,05
6 0,45 0,80
7 0,00 0,00
Sumber : Dirjen Pengairan, Bina Program PSA 010, 1985
dimana : P = perkolasi
Sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/bangunan-air/analisis-kebutuhan-air-
irigasi, diakses 20 November 2018
22
Tabel 2.5. Tabel Nilai E
E Hari S
2.718 31 300
2.718 30 300
2.718 28 300
Keterangan :
NFR = Kebutuhan air bersih di sawah (mm/hari)
Etc = Kebutuhan air komsumtif (mm/hari)
P = Perkolasi (mm/hari)
Re = Curah hujan efektif untuk padi/palawija (mm/hari)
WLR = Kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (mm/hari)
Qp
Qb ..........................................................................................................(2.20)
y
Qb
Qe ...........................................................................................................(2.21)
y
Qtotal n Qen ..................................................................................................(2.22)
23
Qtotal n 1 Qtotal n Qen 1 ..............................................................................(2.23)
Dimana:
y = Efisiensi saluran dengan Y Y1 m (X X1)
(y2 y1)
m
(x2 x1) ............................................................................................(2.25)
Qp = Debit petak (liter/dt)
Qe = Debit efektif (liter/dt)
Qtotal = Debit total pada saluran (𝑀3 /𝑑𝑡)
Dimana :
Qp = debit petak (lt/det)
α = koefisien dengan nilai 1,00
β = koefisien bangunan, dapat dilihat ditabel.
A = luas petak tersier (ha)
NFRmax
K
8,64 .................................................................................................(2.27)
24
γ : koefisien efisiensi bangunan, nilai yang ditetapkan = 0.85
Qb
Qeff .......................................................................................................(2.29)
y
Dimana :
Q eff : debit efektif (lt/det)
Qb : debit bangunan (lt/det)
y : efisiensi saluran
Efisiensi saluran ini dapat dihitung dengan mencari persamaan garis lurus:
y y1 x x1
Persamaan garis lurus : .......................................................(2.30)
y2 y1 x2 x1
Dimana :
y1 : efisiensi saluran terpendek
y2 : efisiensi saluran terpanjang
x1 : saluran terpendek (m)
x2 : saluran terpanjang (m)
25
1,00 – 1,50 1,0 0,5
1,50 – 3,00 1,5 0,5
3,00 – 4,50 1,5 0,5
4,50 – 5,00 1,5 0,5
5,00 – 6,00 1,5 0,5
6,00 – 7,50 1,5 0,5
7,50 – 9,00 1,5 0,5
9,00 – 10,00 1,5 0,5
10,00 – 11,00 2 0,5
11,00 – 15,00 2 0,5
15,00 – 25,00 2 0,7
25,00 – 40,00 2 1
m.h 2h m.h
P 2 m h2 b
......................................................................................(2.34)
A
R ..............................................................................................................(2.35)
P
1
C 45 Koefisien Chezy m /det ...............................................................(2.36)
2
V2
I .......................................................................................................(2.37)
R C2
Keterangan :
26
I = Kemiringan slope saluran memanjang
V = Kecepatan aliran (m/s)
Q = Debit saluran (m/s)
A = Luas tampang basah saluran (𝑚2 )
b/h = Perbandingan antara beban dan muka air
m = Kemiringan dinding profil
F = Tinggi jagaan (m)
H = Tinggi MA pada saluran (m)
P = Keliling basah saluran (m)
R = Radius hidraulika (m)
1
c = Koefisien chezy (m2/det)
27
n = Jumlah data
b. Uji Chi-Kudrat
K 1 3,322log n
DK K R 1 ................................................................................................(2.39)
n
Ef
k ..........................................................................................................(2.40)
Dx
Xmax Xmin
n 1
......................................................................................(2.41)
Xawal Xmin 0,5 Dx
...........................................................................(2.42)
X 2 i 1
n Of Ef 2
Ef
......................................................................................(2.43)
Keterangan :
k = Banyaknya kelas
Log n = Banyaknya data
R = Banyaknya parameter (Untuk Uji Chi-kuadrat adalah 2)
Ef = Frekuensi yang diharapkan sesuai dengan pembagian kelasnya
n = Banyaknya data
c. Parameter Statik
S
1
n
X1 X rt 2
n 1 i 1
..............................................................................(2.44)
X X rt
n n
Cs
3
n 1n 2s 2 i 1 1
..............................................................(2.45)
S
Cv
X rt
.........................................................................................................(2.46)
X X rt
n n
Ck
4
n 1n 2s 4 i 1 1
............................................................(2.47)
Keterangan :
S = Standar deviasi
28
Cs = Koefisien asimetri
Cv = Koefisien variasi
Ck = Koefisien kurtosis
No Ditribusi Persyaratan
( Xrt ± s) =68,27%
( Xrt ± 2s ) = 95,44%
1 Normal Cs ≈ 0
Ck ≈ 3
Cs = 𝐶𝑣 3 + 3Cv
Ck = 𝐶𝑣 8 + 6𝐶𝑣 6 + 15𝐶𝑣 4 + 16𝐶𝑣 2
2 Log Normal
+3
Cs = 1,14
3 Gumbel Ck = 5,4
f. Distribusi Normal
Distribusi normal adalah simetris terhadap sumbu vertikal dan berbentuk
lonceng yang juga disebut distribusi Gauss. Distribusi normal mempunyai dua
parameter yaitu rerata μ dan deviasi standar σ dari populasi. Dalam praktek, nilai
rerata Xrt dan desiasi standar s diturunkan dari data sampel untuk menggantikan μ
dan σ.
Data yang diperlukan untuk menghitung distribusi normal yaitu :
Xt s k X rt ..............................................................................................(2.48)
Keterangan :
29
Xrt = Rata-rata banyaknya data
S = Standar deviasi
k = Tabel reduksi gauss
2.7 TAHAPAN PERHITUNGAN BENDUNG
Sketsa bendung
30
h. Penepatan dimensi hidraulika bangunan pembilas.
i. Penetapan tipe, bentuk dan ukuran bangunan peredam energy.
j. Perhitungan panjang lantai udik bendung.
k. Penepatan dimensi tembok pangkal, tembok sayap udik dan tembok sayap
hilir dan sebagainya.
31
Bp ≤ (m. Lpt) dengan (m= n + 1)
Btotal pengambilan = ( m x Lpt) + (n x L pilar
Bp = m x Lpt, Lpt = 2m.............. .............. ......(2.57)
3. Saluran Pembilasan
Q2 = Q Pengambilan
Dengan V pembersian dipakai 1.5 m/s
Q2 = A x V = B pembilasan x Heff x V.............. .............(2.58)
Dengan Heff = H – 0.2
H = tebal air pada saluran pembilas
= elv. Mercu bendung – elv. Dasar sungai (lokasi
bendung)
4. Tanggul Banjir
Q = Cd x b1 x d x √𝑔 𝑥 𝑑..................................(2.59)
Q = Q banjir
b1 = lebar sungai (terbendung)
Cd = koef.debit = 1.33
d = kedalaman kritis
H = (3/2) x d
Elv. Muka Air Banjir Depan Bendung = Elv. Mercu bendung + H
Elv. Tanggul = Elv. Muka air banjir didepan bendung + Tinggi
jagaan
32
Banjir di hilir bendung.
Elv.banjir di hilir bendung = elv.dasar saluran hilir bendung-
ketebalan air dihilir bendung (h’)
𝐴
R = 𝑃, A = Luas tampang basah.............. ..........(2.63)
33
BAB 3
METODE PERANCANGAN
PERENCAAN SALURAN
DATA PERENCANAAN
RE 50 RE 80
34
A
PERHITUNGAN PERHITUNGAN
DEBIT BANGUNAN DEBIT EFEKTIF
PENDIMENSIAN
Selesai
35
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dari data-data yang diperoleh serta teori-teori yang digunakan berikut adalah
langkah-langkah perencanaan irigasi dan bangunan air :
R 50
n : 2 1 24 : 2 1 13 (tahun 2009)
R 80
n : 5 1 24 : 5 1 5,8 (tahun 2012)
36
c. Suhu udara (T) : 21,91oC
d. Albedo (α) : 0,14
e. Tekanan air jenuh (es) : 19,76 mmHg
f. Penyinaran matahari (n/N) : 54,1 %
g. Kecepatan angin (U2) : 2,38m/s
h. Fungsi tempratur (β) : 2,75
i. Bilangan Boltzman (σ) : 1,17x10-7 cal/cm2/ht/K4
j. Kelembaban udara (RH) : 70,20 %
a. Menghitung β
Menghitung nilai β menggunakan data temperatur yang sudah diolah
dan dirata-rata dari jumlah total data temperatur selama 10 tahun. Contoh
perhitungan untuk bulan Juni.
Diperoleh data temperatur pada bulan Juni sebesar 21,91˚C, kemudian
lihat pada tabel Nilai β Fungsi Temperatur.
Tidak terdapat data dalam tabel sehingga harus diinterpolasikan
21,91 20 x 2,19
25 20 2,86 2,19
1,19 x 2,19
5 0,67
x 2,75
Sehingga diperoleh nilai β = 2,75
b. Menghitung En
Mencari nilai ed
ed es Rh
37
21,91 20 x 18,65
22 21 19,82 18,65
0,91 x 18,65
1 1.17
x 19,76
Sehingga diperoleh nilai es = 23,786 mmHg
Jadi
ed 19,76 0,70
ed 163,87 mmHg
Terlebih dahulu adalah mencari nilai Iv dan Rn
Mencari nilai Iv
lv 597,3 0,564T
lv 597,3 (0,564 21,91)
lv 584,94cal / gr
Mencari nilai Rn
Rn Sn Ln
Diperlukan data dari tabel penyinaran matahari rerata pada bulan Juni
adalah sebesar 70,20% = 0,702, nilai α diperoleh dari tabel albedo
diasumsikan tanah pada daerah tersebut termasuk tanah kering sehingga
nilai α = 0,14, dan nilai S₀ yang diperoleh dari tabel nilai radiasi gelombang
pendek di tepi luar atmosfir pada 10 LU sebesar 905cal/cm²/hr.
n
Sn So (1 ) (0,29 (0,42 ))
N
70,20
Sn 905 (1 0,14) (0,29 (0,42 ))
100
Sn 455,18cal / cm2 / hr
38
n
Ln T 4 0,56 0,092 ed 0,1 0,9
N
Ln 1,17 10 4 0,56 0,092 13,87 0,1 0,9
54,1
100
Ln 112,91cal / cm 2 / hr
Rn Sn Ln
Rn 445,18 112,91 342,57cal / cm 2 / hr
Rn
En
w lv
342,57
En 10 0,59mm / hari
1 584,894
Menghitung nilai E
E 0,35 0,5 0,54 V 2 es ed
E 0,35 0,5 0,54 2,38 19,76 13,87
E 2,82mm / hr
d. Menghitung NFR
Untuk bulan Juni ET0 adalah 2,50 mm/hari, nilai Re palawija adalah
3,667 mm/hari, P (Perkolasi) adalah 3 mm/hari.
1) Menentukan nilai WLR
Asumsi bahwa nilai WLR setiap bulan adalah sama yaitu 0 dan 1,667
mm sehingga WLR pada bulan Juni adalah
WLR= 1,667 mm/hari
39
2) Menghitung nilai Koefisien Tanaman (Kc)
Koefisien tanaman terdapat dalam tabel, pada bulan Juni nilai koefisien
tanaman terbagi menjadi dua yaitu Kc1 dan Kc2.
3) Menghitung Etc
Pada bulan Juni nilai m dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
m 1,1 ETo P
m 1,1 2,498 3 2,748
Lalu mencari nilai K
30
K m
250
30
K 2,748 0,328
250
e k 2,7183k
e k 2,71830,328 1,390
m e k 2,748 1,390 3,823
m ek
IR
ek 1
3,823
IR 9,783
1,390 1
IR Etc
Maka nilai Etc adalah 12,568 nilai Etc dihitung per awal dan akhir
bulan di jenis-jenisnya.
40
NFR ETc Re Padi
NFR 9,783 0,270
NFR 9,512mm / hari
NFR 1,1009lt / dt / ha
Perhitungan NFR selanjutnya terlampir (tabel Perhitungan Kebutuhan
Air).
Dengan
Qp = Debit petak (lt/det)
Α = 1,00
β = koefisien bangunan (tabel)
K = NFRmaks
A = Luas petak tersier (ha)
41
4.4 MENGHITUNG PELAYANAN IRIGASI
Perhitungan pelayanan irigasi mencakup debit perhitungan debit bangunan
dan debit efektif. Kapasitas masing-masing ruas saluran baik saluran primer
maupun sekunder menggunakan jumlah debit komulatif dari jumlah ruas saluran.
Tujuan digunakannya debit komulatif adalah agar saluran-saluran dengan debit
yang lebih besar akan memiliki dimensi yang besar pula. Setiap ruas saluran
memiliki efisiensi yang berbeda untuk mengetahui faktor kehilangan tenaga saat
pengaliran.
Menghitung debit bangunan (Qbangunan).
Qp
Qb
Dengan :
Qb = debit bangunan (lt/det)
Qp = debit petak (lt/det)
γ = efisiensi bangunan (ditetapkan 0,865)
Perhitungan debit bangunan untuk saluran S.P1.P1
38,054
S .P1.P1
0,855
S .P1.P1 44,508lt / det
Perhitungan debit bangunan selanjutnya terlampir (tabel Perhitungan
Kebutuhan Air Irigasi Pada Petak Tersier).
Menghitung debit efektif (Qefektif)
Qb
Qeff
Dengan
Qeff = debit efektif (lt/det)
Qb = debit bangunan (lt/det)
y = efisiensi bangunan
42
Efisiensi saluran dihitung menggunakan persamaan garis lurus dari grafik
x,y dibawah ini:
Keterangan :
y1 = efisiensi saluran terpendek (tabel)
y2 = efisiensi saluran terpanjang (tabel)
x1 = saluran terpendek (m)
x2 = saluran terpanjang (m)
Menghitung efisiensi saluran Dagadu
y1 = 0,9
y2 = 0,655=0,7
x1 = 725 m
x2 = 3250 m
y y 2 y1 0,7 0,9
m 0,00008
x x 2 x1 3250 725
Menghitung debit efektif
Qb 44,508
Qeff S .P1.P1 63,583
ef .saluran 0,855
Sehingga jumlah debit pada saluran
43
Qkumulatif = 63,853+111,132
= 174,715 lt/det
= 0,175 m3/det
44
Tabel 4.4. Parameter Perhitungan untuk Kemiringan Saluran
Q (m3/det) M N K F (m)
0,15 – 3,00 1,0 1,0 35 0,3
0,30 – 0,50 1,0 1,0 – 1,2 35 0,4
0,50 – 0,75 1,0 1,2 – 1,3 35 0,5
0,75 – 1,00 1,0 1,3 – 1,5 35 0,5
1,00 – 1,50 1,0 1,5 – 1,8 40 0,5
1,50 – 3,00 1,5 1,8 – 2,3 40 0,5
3,00 – 4,50 1,5 2,3 – 2,7 40 0,5
4,50 – 5,00 1,5 2,7 – 2,9 40 0,5
5,00 – 6,00 1,5 2,9 – 3,1 42,5 0,5
6,00 – 7,50 1,5 3,1 – 3,5 42,5 0,5
7,50 – 9,00 1,5 3,5 – 3,7 42,5 0,5
9,00 – 10,0 1,5 3,7 – 3,9 42,5 0,5
10,0 – 11,0 2,0 3,9 – 4,2 45 0,5
11,0 – 15,0 2,0 4,2 – 4,9 45 0,5
15,0 – 25,0 2,0 4,9 – 6,5 45 0,7
25,0 – 40,0 2,0 6,5 – 9,6 45 1,0
Keterangan:
k = koefisien kekasaran
m = kemiringan tal ud
n = perbandingan lebar dasar saluran dengan kedalaman air
F = tinggi jagaan
Dimensi saluran dapat dihitung dengan cara:
V = 0,51xQ0,225
dimana:
b
n
h
A b h m h 2 n m
P b 2h 1 m 2 h n 2 1 m 2
A
R
P
v2
I 2
c R
dengan
Q = debit rencana m3/det
V = kecepatan pengaliran m/det
45
C = 45
m = kemiringan talud
b = lebar dasar saluran (m)
h = tinggi air (m)
46
Menghitung keliling basah saluran
P b 2h 1 m 2
P 0,825 20,432 1 12
P 1,992m
P
R
A
0,511
R
1,992
R 0,256m
Menghitung kemiringan rencana saluran
v2
I
c2 R
0,294 2
I 2
45 0,256
I 0,000166
47
h2 = 0,15 m
d = 0,2 m
Profil saluran
Q = 1,2 Qpengambilan
Qprofil = 0,771
Qpengambilan = 0,643 m3/det
Q = 1,2 x 0,643
= 0,771 m3/det
b/h = 1,5
f = 0,5
m =1
V = 0,350
48
0,350
A =
0,5
= 1,425 m2
h = 0,7551 m
b = 1,132 m
Elv. Muka air saluran pengambilan = elv. Mercu bendung – 0,15
= 189,25– 0,15
= 189,1 m
Elv. Dasar saluran pengambilan = elv. Muka air saluran pengambilan – h
= 189,1–0,7551
= 188,344 m
Elv. Ambang = elv. Dasar saluran pengambilan - d
= 188,344 - 0,2
= 188,544 m
Tinggi ambang (p) = elv. Ambang – elv. Dasar sungai (lokasi bendung)
= 188,544 – 185
= 3,544 m
Karena lebih tinggi dari 0,5 – 1,5 maka menggunakan tinggi maks = 1,5
= 1,5 m
Lebar ambang (ba)
Q = Cd.ba.H1.V1
dengan
V1 = 0,8x0,771x 0,03
= 0,215 m/det
Cd = 0,8
Tinggi muka air pada ambang (H1)
H1 = elv. Mercu bendung – h1 – elv. Ambang
= 189,25– 0,03 – 188,544
= 0,675 m
Q
ba = (V1 x Cd x H1 )
= 6,640 m
49
c. Pintu Air Pengambilan
Tebal lap. Air pada pintu pengambilan (H2) = elv. Muka air pada pintu
pengambilan – elv. Ambang
= 189,1 – 188,544
= 0,555 m
V2 = 2 x 9,81 x h 2
= 2 x 9,81 x 0,15
= 1,71552 m/det
Cd = 0,9
Q = Cd.bp.H2.V2
= 0,771
0,963
bp =
0,9 x 0,607 x 1,716
= 1,029 m
bp
1
n = lpt
= 0,8 pilar
Btotal pengambilan = ((n+1)xLpt)+(n x L pilar)
= ((1+1)x 1)+(1 x 0,8)
= 2,8 m
d. Saluran Pembilas
Q2 = Qpengambilan
= 0,771 m3/det
V = 1,715 m/det
H = tebal air pada saluran pembilas
= elv. Mercu bendung – elv. Dasar sungai (lokasi bendung)
=189,25 – 185
= 4,25 m
Heff = H – 0,2
= 4,25– 0,2
= 4,05 m
50
V
Bpembilas =
Heff
0,771
=
4,05
= 0,190
Menentukan jumlah dan lebar pintu pembilas
n = jumlah pilar, misal 0,029 pilar = 1 m
Bpembilas ≤ (m.lpt) + (n.pilar) dengan m=n+1, misal lpt=2
0,190≤ (n+1).2 + (n+1)
0,190 ≤ 2n + 2 + n
n=1
e. Tanggul Banjir
Q = 95,745 m³/det
b₁ = 25 m³/det
Cd = 1,33
95,745
d = 2
tabel 2.1
3
(1,33x 25 x 9,81)
d = 0,281 m
H = 0,422 m
51
= 190 – 5
= 185 m
Elv. Sawah Tertinggi = 186 m
Q banjir = 95,745 m3/det
Elv. Muka Tanah di Sekitar Bendung
= elv. Lokasi bendung + 2
= 190 + 2
= 192 m
h1 = 0,03 m
h2 = 0,15 m
d = 0,2 m
g = 9,81 m/dt
52
Q = 1,2 Qpengambilan
Qprofil = 0,209
Qpengambilan = 0,174 m3/det
Qprofil = 1,2 x 0,174
= 0,209 m3/det
b/h =1
f = 0,3
m =1
V = 0,312
0,350
A =
0,5
= 0,959 m2
h = 0,692 m
b = 0,692 m
Elv. Muka air saluran pengambilan = elv. Mercu bendung - 0,15
= 186,25 - 0,15
= 186,1 m
Elv. Dasar saluran pengambilan = elv. Muka air saluran pengambilan – h
=186,1 – 0,692
= 185,407 m
Elv. Ambang = elv. Dasar saluran pengambilan + d
= 185,407 + 0,2
= 185,607 m
Tinggi ambang (p) = elv. Ambang – elv. Dasar sungai (lokasi bendung)
= 185,607– 185
= 0,607 m
Karena lebih tinggi dari 0,5 – 1,5 maka menggunakan tinggi maks = 1,5
= 1,5 m
Lebar ambang (ba)
Q = Cd.ba.H1.V1
dengan
V1 = √0,209x2x0,03
53
= 0,112 m/det
Cd = 0,9
Tinggi muka air pada ambang (H2)
H2 = elv. Mercu bendung – h2 – elv. Ambang
= 186,25 – 0,15 – 185,60
= 0,492 m
Q
ba =
(V1.Cd.H1)
= 3,814 m
= √2.9,81.0,15
= 1,71551 m/det
Cd = 0,9
Q = Cd.bp.H2.V2
= 0,209658
0,384
bp = 0,9x0,49253x1,71552
= 0,19967 m
bp
n = (lpt) − 1
= 1 pilar
Btotal pengambilan = ((n+1)xLpt)+(n x L pilar)
= (1+1)x 1)+(1 x 0,8)
= 2,8 m
d. Saluran Pembilas
Q2 = Q pengambilan
= 0,209 m3/det2
54
V = 1,7155 m/det
H = tebal air pada saluran pembilas
= elv. Mercu bendung – elv. Dasar sungai (lokasi bendung)
= 186,25 – 185
= 1,25 m
Heff = H – 0,2
= 1,25– 0,2
= 1,05 m
Q
Bpembilas =
V.Heff
0,209
=
1,05
= 0,199
Menentukan jumlah dan lebar pintu pembilas
n = jumlah pilar, misal 1 pilar = 1 m
Bpembilas ≤ (m.lpt) + (n.pilar) dengan m=n+1, misal lpt=2
0,199≤ (n+1).2 + (n+1)
0,199≤ 2n + 2 + n
n=1
e. Tanggul Banjir
Q = 95,745 m³/det
b₁ = 25 m³/det
Cd = 1,33
25 = 1,33.25.d .√9,81𝑑
d = 0,2817 m
H = 0,422 m
Elv. Muka Air Banjir Depan Bendung = Elv. Mercu bendung + H
= 186,672 m
Elv. Tanggul = Elv. Muka air banjir didepan bendung + tinggi jagaan
= 186,672 + 0.3
= 186,972 m
55
f. Perencanaan Bendung
Q = Qbanjir
Q = 95,745
Q = Cd.b1.d.√𝑔. 𝑑
= 1,418 m
Be = b – (2. Bpembilas)
= 25 – (2x 0,199)
= 24,6
H" = Elv. Mercu – Elv. Dasar sungai (bendung)
= 1,25 m
A = Be.H”
= 30,7508
Qbanjir
Vbanjir = A
95,745
= 30,7508
= 3,113 m/dt
K = V2.2.9,81
= 0,4941
H' =H+K
= 1,912 m
D = H'+1,1 Z
Z = elv.muka air banjir hulu bendung - elv.muka air
banjir di hilir bendung.
= 3,271 m
56
Elv.banjir di hilir bendung
= elv.dasar saluran hilir bendung-ketebalan air dihilir
bendung (h')
𝐴
R =𝑃
25h′
= 50+2h′
= 2,471123
Qbanjir = A.V
1
= (b.h’). .R2/3. 10,5
n
= 0,6731 m
Panjang rayapan
L=Dx4 = 22,0 m
Asumsi LV = 19,5 m
LH=(L-LV)*3 = 4,254 m
57
4.8 GAMBAR TEKNIS
Gambar teknis merupakan gambar perencanaan jaringan irigasi berupa:
a. Layout
b. Skema Jaringan Irigasi
c. Potongan Saluran Sekunder dan Primer
d. Profil Saluran
e. Ambang Pengambilan
f. Bendung
Seluruh gambar teknis terlampir.
58
BAB 5
PENUTUP
1.1.Kesimpulan
Dari perencanaan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam merencanakan
bangunan irigasi hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Data curah hujan yang tersedia.
2. Faktor klimatologi alam berdasarkan kondisi geografis.
3. Luas wilayah yang akan dialiri.
4. Dimensi saluran ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan debit yang
dibutuhkan.
5. Perencanaan saluran irigasi dimulai dengan membuat Lay Out dan
skema jaringannya.
6. Saluran irigasi sekunder harus diletakkan pada kontur daerah
punggung agar mampu mengaliri air ke sawah yang berada di
sekitarnya.
7. Peletakan bendung dan bangunan intake diusahakan dapat memberikan
pelayanan untuk mengaliri sawah lebih luas.
8. Saluran irigasi harus digolongkan berdasarkan jenis, nama saluran
yang didasarkan pada daerah/desa yang menjadi daerah pelayanan,
serta digolongkan berdasarkan dimensinya.
9. Pemberian Nomenklatur harus sesuai standar dan tidak mengandung
identitas yang ambigu.
10. Pada perencanaan saluran irigasi ini total luas sawah yang dialiri ±
977,56 Ha, yang terbagi atas dua daerah pelayanan, yakni daerah
irigasi Sekunder Yoga, Sekunder Eka, Sekunder Rifan, Sekunder Ario.
11. Penggolongan tipe saluran berdasarkan dimensinya ada enam tipe.
1.2. Saran
1. Proses pengerjaan laporan ini mengharuskan kita untuk lebih teliti dalam
menghitung dan menganalisisnya.
59
2. Penggambaran layout jaringan irigasi harus memperhatikan ketentuan-
ketentuan seperti elevasi kontur, daerah pengaliran ada dipunggung atau
lembah.
3. Penggambaran detail bangunan air harus sesuai dengan potongan.
60
DAFTAR PUSTAKA
Pergamala, Aldino. 2017. Laporan Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air, Dosen
Pengampu: Ratna Septi Hendrasari, S.T., M.Eng. Universitas Teknologi
Yogyakarta. Yogyakarta.