Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL

ANALISIS PERHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK


PERTAMBAHAN NILAI PADA DEALER PT. NUSANTARA SURYA SAKTI BETUN

Nama : Natalia soares Lima

Nim : 2016110149

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perusahaan merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang, sekelompok
orang, atau badan lain yang kegiatannya melakukan produksi dan distribusi dengan
menggabungkan berbagai faktor produksi. Bahwa dalam kegiatan produksi dan distribusi
tersebut umumnya dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dan pengembangan usahanya yang
dilakukan secara terus menerus dengan terang-terangan dalam memperoleh keuntungan. Pajak
Pertambahan Nilai sendiri memiliki perbedaan dibandingkan dengan jenis pajak yang lain,
karena berhubungan langsung dengan setiap kegiatan penyerahan dan perolehan barang kena
pajak yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak. ( fransiska 5: 2011)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung yang dikenakan pada
setiap pajak pertambahan nilai, atau transaksi penyerahan barang dan jasa kena pajak dalam
pendistribusiannya dari produsen ke konsumen. Pajak tidak langsung adalah pajak yang tidak
dibebankan kepada penanggung pajak (konsumen) tetapi melalui mekanisme pemungutan pajak
dan disetor oleh pihak lain (penjual) transaksi penyerahannya bisa dalam bentuk jual beli,
pemanfaatan jasa, dan sewa-menyewa. (Yusdianto 3: 2004)
Perhitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai untuk setiap masa pajak mutlak
dilakukan oleh pengusaha kena pajak. Dengan demikian setiap perusahaan akan menyadari
betapa pentingnya sebuah kepatuhan terhadap ketentuan perpajakan yang berlaku ,maka dari itu
perlu diadakan sebuah analisa tentang perhitungan ,penyetoran serta pelaporan Pajak
Pertambahan Nilai dalam sebuah perusahaan. Evaluasi ini penulis bertujuan untuk melihat sejauh
mana konsistensi perusahaan dalam melakukan perhitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan
Nilai dengan berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku. Maka dari itu fungsi dari Pajak
Pertambahan Nilai dibagi menjadi dua diantaranya: Menjadikan pajak sebagai fungsi dimana
pajak tersebut digunakan sebagai alat untuk memasukkan dana optimal ke kas Negara
berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku serta harus mampu menghasilkan
penerimaan yang tinggi dari sektor pajak. Karena seorang wajib pajak harus memahami
ketentuan-ketentuan umum dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Salah satu ketentuan
tersebut yaitu mengenai Self Assesment Syistemadalah seluruh proses pelaksanaan kewajiban
perpajakan di mulai dari perhitungan,penyetoran dan pelaporan serta menetapkan besarnya pajak
yang terutang oleh Wajib Pajak. sesuai den gan undang-undang yang berlaku.(Mardiasmo
2:2011)
Adapun dasar hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan penjualan atau barang mewah
(PPnBM) dalam UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan pajak penjualan
atas barang mewah sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 1994, diubah lagi
dengan UU No. 18 Tahun 2000 dan diubah lagi dengan UU No. 42 Tahun 2009.
Bertujuan untuk kepastian hukum dan keadilan bagi pengenaan Pajak Pertambahan Nilai,
perkembangan transaksi bisnis, terutama jasa, telah menciptakan jenis dan pola transaksi baru
yang perlu ditegaskan lebih lanjut pengenaannya dalam UU Pajak Pertambahan Nilai.
Berdasarkan topik pelaporan pajak pertambahan nilai tersebut. Penulis berharap agar
penelitian yang akan dilakukan mampu mengidentifikasi dan memberikan solusi Pajak
Pertamabahan Nilai yang muncul pada Dealer PT. Nusantara Surya Sakti Betun serta memberi
saran yang diperlukan. Hal ini membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Pajak Pertambahan Nilai dengan judul’’Analisis Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak
Pertambahan Nilai Pada Dealer PT. Nusantara Surya Sakti Betun”

Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Pada Dealer PT. Nusantara Surya Sakti
Betun?
2. Bagaimana Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai Pada Dealer PT. Nusantara Surya Sakti
Betun?
3. Bagaimana Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Pada Dealer PT. Nusantara Surya Sakti
Betun?

Tujuan Penilitian
1. Untuk mengetahui analisis perhitungan pajak pertambahan nilai pada Dealer PT.
Nusantara Surya Sakti Betun.
2. Untuk mengetahui analisis penyetoran pajak pertambahan nilai pada Dealer PT.
Nusantara Surya Sakti Betun.
3. Untuk mengetahui analisis pelaporan pajak pertambahan nilai pada Dealer PT. Nusantara
Surya Sakti Betun.

Manfaat Penilitian
Adapun manfaat yang diharapkan atas penelitian ini antara lain adalah:
a. Bagi Perusahaan
Memberikan informasi yang dapat dipakai sebagai bahan evaluasi untuk membantu
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan Pajak Pertambahan Nilai.
b. Bagi mahasiswa
Agar menambah wawasan serta pengetahuan tentang perkembangan ilmu akuntansi
yang berkaitan dengan Perhitungan Dan Pelaporan pajak pertambahan nilai. Serta
untuk mendapatkan pengalaman dalam memperdalam kreatifitas dan keterampilan
mahasiswa yang berkaitan dengan mata kuliah perpajakan.
c. Bagi penelitis
Sebagai bahan informasi dan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak
yang berkepentingan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Dalam UU No 42 Tahun 2009, Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas
konsumsi barang dan jasa, di dalam daerah pabean yang dikenakan bertingkat disetiap jalur
produksi dan distribusi.Berdasarkan objek yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalah
konsumsi barang atau jasa, maka Pajak Pertambahan Nilai secara bebas dapat diartikan pajak
yang dikenakan atas suatu barang atau jasa.Secara sistematis, pertambahan nilai (nilai tambah
suatu barang atau jasa) dapat dihitung dari nilai/harga penjualan dikurangi nilai/harga pembelian,
sehingga salah satu unsur pertambahan nilai atau nilai tambah suatu barang atau jasa adalah laba
yang diharapkan.
Menurut UU Perpajakan No.42 Tahun 2009, Tentang Pajak Pertambahan Nilai yang
dikenakan atas Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam Daerah Pamekasan yang
dilakukan oleh Pengusaha yaitu:
1. Impor Barang Kena Pajak.
2. Penyerahan Jasa kena Pajak di dalam Daerah Pamekasan yang dilakukan oleh
Pengusaha
3. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud di luar Daerah Pamekasan di dalam
daerahPamekasan
4. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

Subjek Pajak Pertambahan Nilai


Tentang subjek Pajak pertambahan nilai yang tertuang di jelaskan dalam pasal 3A UU No.42
Tahun 2009 berikut ini:
1. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
menghasilkan barang, mengimpor barang dan pengusaha yang menyerahkan BKP/JKP
(pasal 4 ayat 1 huruf a dan c) dan pengusaha yang mengekspor BKP/JKP (pasal 4 ayat 1
huruf f, g,h) dan pengusaha yang menyerahkan aktiva yang semula tidak untuk dijual
(pasal 16D) dan melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud
dari luar daerah pabean.
2. Pengusaha kena pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak
atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenai pajak berdasarkan undang-undang Pajak
Pertambahan Nilai Nomor 42 Tahun 2009 pasal 1 angka
Objek Pajak Pertambahan Nilai
Ketentuan tentang objek Pajak Pertambahan Nilai diatur dalam pasal 4 ayat (1), pasal 4A ayat
(2), dan pasal 4A ayat (3) UU No. 42 Tahun 2009 berikut ini:
1. Pasal 4 ayat (1) mengatur PPN yang dikenakan atas:
a. Penyerahan BKP didalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
b. Impor BKP.
c. Penyerahan JKP didalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean didalam daerah pabean.
e. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
f. Ekspor BKP berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
g. Ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP.
h. Ekspor JKP oleh PKP.
2. Pasal 4A ayat (2) mengatur tentang jenis barang yang tidak dikenai PPN, yakni:
a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya.
b. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak.
c. makanan dan minuman yang disajikandi hotel, restoran, rumah makan,warung,
dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yangdikonsumsi di tempat
maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa
boga atau catering.
d. uang, emas batangan dan surat berharga.
3. Pasal 4A ayat (3) mengatur tentang jenis jasa yang tidak dikenai PPN, yakni jasa
tertentu dalam kelompok jasa sebagai berikut:
a. Jasa keuangan yaitu suatu istilah yang digunakan untuk merujuk jasa yang di
sediakan oles industri keuangan. Jasa keuangan juga digunakan untuk merujuk
pada organisasi yang menangani pengelolaan dana. Bank, bank investasi,
perusahaan asuransi,perusahaan kartu kredit.
b. Jasa asuransi yaitu perjanjian antara penanggung dan tertanggung yang
mewajibkan tertanggung membayar sejumlah premi untuk memberikan
penggantian atas resiko kerugian, kerusakan, kematian,atau kehilangan
keuntungan yang di harapkan yang mungkin terjadi atas peristiwa yang tak
terduga.
c. Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri
yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri.
d. Jasa tenaga kerja PPN yaitu memberikan kepastian hukum mengenai jasa tertentu
yang termasuk dalam kelompok jasa tenaga kerja yang tidak dikenai PPN.
e. Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri
yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri.
f. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan
secara umum.
Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
Menurut (Waluyo,2003:11) Dasar Pengenaan Pajak diantaranya:
1. Harga Jual merupakan nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dipungut menurut Undang-undang PPN
dan PPnBM dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.
2. Penggantian merupakan nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan JKP tidak termasuk pajak yang
dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam
faktur pajak.
3. Nilai Ekspor merupakan nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir. Misalnya Harga yang tercantum dalam Pemberitahuan
Ekspor Barang (PEB).
4. Nilai Impor merupakan nilai berupa uang, yang menjadi dasar perhitungan bea masuk
ditambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan Pabean untuk impor BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut
menurut Undang-undang PPN dan PPnBM.

Tarif Pajak Pertambahan Nilai


Dalam Pasal 7 UU No. 42 tahun 2009 diatur tentang tarif Pajak Pertambahan Nilai sebagai
berikut:
1. Tarif PPN adalah 10% (sepuluh persen) Tarif Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku atas
penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak adalah tarif tunggal,
sehingga mudah dalam pelaksanaannya dan tidak memerlukan daftar penggolongan
barang atau penggolongan jasa dengan tarif yang berbeda sebagaimana berlaku pada
PPnBM.
2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor BKP adalah 0% (nol persen) Pajak
Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenankan atas konsumsi Barang Kena Pajak di
dalam Daerah Pabean. Oleh karena itu, BKP yang diekspor atau dikonsumsi luar Daerah
Pabean, dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 0% (no persen). Pengenaan
tarif 0% (nol persen) bukan berarti pembebasan dari pengenaan Pajak Pertambahan
Nilai. Dengan demikian, Pajak Masukan yang telah dibayar dari barang yang di sepakati
tetapi dapat dikreditkan.
3. Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berubah menjadi paling rendah
5% dan paling tinggi sebesar 15% sebagaimana diatur oleh peraturan pemerintah.

Perhitungan, Penyetoran, dan Pelaporan PPN


Pengusaha Kena Pajak adalah orang pribadi atau badan usaha yang memiliki jumlah
penjualan barang atau jasa lebih dari Rp 4,8 M sesuai dengan ketentuan PMK No 197/PMK.
03/2013 Jadi bagi pengusaha yang jumlah penjualan barang atau jasanya belum mencapai Rp.
4,8 M maka belum bisa dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak Tetapi, jika akhirnya jumlah
penjualan barang atau jasanya sudah melebihi Rp 4,8 M maka pengusaha tersebut wajib
melaporkannya sehingga dapat dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Pelaporannya paling
lambat akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya jumlah penjualan barang atau jasa.

Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai PPN/PPnBM


1. Untuk membayar atau menyetor Pajak Pertambahan Nilai dan PPnBM yaitu
menggunakan formulir Surat Setoran Pajak (SSP) yang tersedia di kantor-kantor
pelayanan pajak dan kantor-kantor penyuluhan dan pengamatan potensi perpajakan
(KP4) di seluruh Indonesia.
2. Surat Setoran Pajak (SSP) menjadi lengkap dan sah bila jumlah PPN/PPnBM yang
disetorkan telah sesuai dengan yang tercantum di dalam daftar nominatif wajib pajak
(DNWP) yang di buat oleh bank penerima pembayaran,kantor pos dan giro, atau kantor
direktorat jendral bea dan cukai penerima setoran.
3. Surat setoran PPN oleh instansi pemerintah diberikan kepada penjual, bahwa PPN atas
pembelian barang tersebut telah disetor ke kas Negara.

Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai PPN


1. Orang pribadi atau yang melakukan kegiatan membangun sendiri wajib melaporkan pada
KPP di tempat bangunan tersebut berada dengan mempergunakan SSP lembar ketiga
bukti setoran Pajak Pertambahan Nilai paling lambat tanggal 20 pada bulan dilakukannya
penyetoran.
2. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui pihak lain
dalam satu masa pajak yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
3. Bagi pemotong atau pemungut untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan pajak
yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.
4. Untuk membantu likuiditas wajib pajak saat penyetoran pajak pertambahan nilai dan
pelaporan SPT yang semula paling lambat tanggal 15 (lima belas) dan tanggal 20 (dua
puluh) setelah Masa Pajak berakhir sebagaimana diatur dalam UU
KUP, dandiperlonggar paling lambat akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir.

Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai


Menurut (Purwono, 2010:23) ada satu hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan
pencatatan perkiraan Pajak Pertambahan Nilai, yaitu sifat Pajak Pertambahan Nilai Masukan
(PM) Jika PM dapat dikreditkan, maka pencatatannya dilakukan sebagai uang muka pajak
Sebaliknya jika PM tidak dapat dikreditkan, maka pencatatannya dilakukan sebagai uang muka
pajak. Sebaliknya jika PM tidak dapat dikreditkan, maka pencatatannya langsung dibebankan
sebagai biaya dapat dikreditkan, maka pencatatannya langsung dibebankan sebagai biaya.
Di dalam akuntansi komersial tidak mengatur tersendiri perilaku akuntansi. Khusus untuk
Pajak Pertambahan Nilai maupun PPnBM, PSAK tahun 2007 hanya mengatur akuntansi pajak
penghasilan. Namun demikian, baik dalam akuntansi komersial maupun dalam akuntansi pajak
terdapat persamaan dalam melakukan pencatatan yang harus dipersiapkan antara lain:
1. Akun Pajak Masukan
Untuk mencatat besarnya pajak masukan yang dibayar atau dipungutatas terjadinya
transaksi pembelian pajak masukan tidak boleh di sebut piutang, tapi setara dengan pajak
dibayar dimuka dan biasanya dicatat sebagai PPN masukan yang posisisnya di aktiva
lancar.
Pajak Pertambahan Nilai masukan dan pajak keluaran yang disetor adalah selisih pajak
masukan dan pajak keluaran, yang dihitung melalui pengkreditan.Bila pajak masukan
lebih kecil dari pajak keluaran pajak yang masuk menjadi pajak si pembeli dikarenakan
membeli suatu barang.
2. Akun Pajak Keluaran
Pada akun ini untuk mencatat pajak keluaran yang dipungut atau disetorkan ke
kas negara atas transaksi pajak keluaran diakui sebagai utang nilai yang terutang yang
wajib di pungut oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor
BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud atau eskpor JKP akun pajak keluaran dicatat
diposisi hutang lancar.

Mekanisme Pengenaan PPN


Setiap Pengusaha Kena pajak yang melakukan penyerahan Barang kena pajak (BKP) atau
jasa kena pajak (JKP) wajib membuat faktur pajak untuk memungut pajak yang terutang. Pajak
yang dipungut dari pembeli BKP/penerima JKP ini disebut pajak keluaran.Pada saat PKP
tersebut membeli BKP atau JKP dari PKP lain juga membayar pajak yang terutang.Pada akhir
masa pajak, pajak tersebut dikreditkan terhadap pajak keluaran sesuai dengan ketentuan yang
berlaku . Bila pajak keluaran lebih besar dari pada pajak masukan, maka kekurangannya dibayar
ke kas Negara selambat lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya melalui Bank persepsi/kantor pos
dan giro dengan sarana Surat Setoran Pajak. Sebaliknya apabila pajak masukan lebih besar
daripada pajak keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pembayaran pajak yang dapat
dikompensasikan ke masa pajak berikutnya atau diminta kembali (restitusi) untuk setiap Masa
Pajak. Setiap pengusaha kena pajak diwajibkan untuk melaporkan pemungutan dan penyetoran
pajak yang terutang ke kantor pelayanan pajak dimana dia terdaftar selambat-lambatnya tanggal
20 setelah akhir masa pajak. (penyerahan kepada pemungut PPN)Instansi pemerintah dan badan–
badan tertentu ditunjuk sebagai pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP/JKP kepada pemungut Pajak
Pertambahan Nilai pada saat melakukan penagihan membuat faktur pajak dan Surat Setoran
Pajak, pelaporan atas penyerahan kepada pemungut tersebut di SPT Masa PPN, pada masa
pembayaran bukan saat penagihan atau penyerahan, barang kena pajak,faktur pajak,jasa kena
pajak,JKP,pemungut pajak,pengusaha kena pajak,PPN,SSP/Surat setoran pajak.
Dengan demikian, Mekanisme Penagihan Pajak Pertambahan Nilai meliputi:
1. Pajak Pertambahan Nilai akan selalu ada jika wajib pajak yang statusnya telah ditetapkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP)/Jasa Kena Pajak(JKP) kepada pembeli/penerima BKP/JKP sebesar 10% dari harga
jual penggantian Dan membuat faktur pajak sebagai bukti pemungutannya.
2. Semua PPN sebesar 10% hasil penjualan PKP merupakan pajak keluaran bagi PKP
tersebut yang sifatnya sebagai pajak yang harus dibayar (hutang pajak).
3. Pada waktu PKP melakukan pembelian BKP/JKP sehubungan dengan kegiatan usahanya
yangdikenakan Pajak Pertambahan Nilai dan telah mendapat faktur pajak, PPN tersebut
merupakan pajak masukan, yang sifatnya sebagai pajak yang dibayar di muka (piutang
pajak).
4. Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai didasarkan pada jumlah pajak keluaran dan
masukan, apabila dalam satu masa pajak, jumlah pajak keluaran lebih besar dari pada
pajak masukan, maka selisihnya harus disetor ke kas Negara paling lama akhir bulan
berikutnya.
5. Dan sebaliknya,apabila jumlah pajak masukan lebih besar daripada pajak keluaran, maka
selisih tersebut dapat di kompensasi ke masa pajak berikutnya.
6. Setelah membayar, pengusaha kena pajak di atas wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan Masa PPN (SPT Masa PPN) setiap bulan paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.

Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai


Pajak Pertambahan Nilai menggantikan peranan Pajak Penjualan di Indonesia karena Pajak
Pertambahan Nilai memiliki beberapa karakter positif yang tidak dimiliki oleh Pajak
Pertambahan Nilai Legal. Karakter Pajak Pertambahan Nilai tersebut adalah sebagai berikut (IAI
Modul Pelatihan Brevet, 2012):
1. Pajak Objektif suatu jenis pajak yang saat timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh
faktor kondisi objektifnya, yakni keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum yang
dikenakan pajak juga disebut dengan nama-nama objek pajak. Sebagai pajak objektif,
timbulnya kewajiban untuk membayar Pajak Pertambahan Nilai ditentukan adanya objek
pajak. Kondisi subjek pajak tidak ikut menentukan.
2. Pajak Tidak Langsung.
Pajak tidak langsung, adalah pajak yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Secara ekonomis, beban pajak dialihkan kepada pihak lain, yakni pihak yang akan
mengkonsumsi barang atau jasa yang menjadi objek pajak.
a. Secara yuridis, tanggung jawab pembayaran pajak kepada kas Negara tidak berada di
tangan pihak yang memikul beban pajak.
b. Multi Stage Tax adalah karakteristik Pajak pertambahan nilai yang dikenakan pada setiap
mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi Setiap penyerahan barang menjadi
objek Pajak pertambahan nilai mulai dari tingkat pabrik(manufacture) kemudian ditingkat
pedagang besar dalam berbagai bentuk atau nama (wholesaler), sampai dengan tingkat
pedagang pengecer (retailer) yangdikenakan Pajak pertambahan nilai.
c. Pajak Pertambahan Nilai Menggunakan Mekanisme pengkreditan. Pajak pertambahan
nilai hanya dikenakan atas nilai tambah yang terjadi atas BKP karena adanya proses
pabrikasi maupun distribusi. Oleh karena itu, PPN yang terutang dalam suatu masa pajak
diperhitungkan terlebih dahulu dengan PPN yang telah dibayarkan oleh PKP pada saat
pembelian bahan baku Dengan demikian, meskipun Pajak pertambahan nilai dikenakan
beberapa kali tidak akan menimbulkan efek pajak berganda.
d. Mekanisme pemungutan pajak pertambahan nilai Menggunakaan faktur pajakdalam hal
terjadi penyerahan BKP dan/atau JKP sebagai konsekuensi penggunaan kreditmethod
untuk menghitung Pajak pertambahan nilai yang terutang, maka PKP yang menyerahkan
BKP dan/atau menyerahkan JKP wajib memungut Pajak pertambahan nilai yang terutang
dan memberikan faktur pajak sebagai bukti pungutan pajak.
e. Pajak pertambahan nilai merupakan pajak atas konsumsi BKP dan/atau JKP yang
dilakukan di dalam negeri. Hal inilah yang mendasari pengenaan PPN dengan tariff 0%
(nol persen) atas kegiatan eskpor, sedangkan untuk kegiatan inpor dikenakan tarif 10%
(sepuluh persen) Karakteristik ini juga menganutdestination principle , artinya untuk
menentukan suatu transaksi di kenakan Pajak pertambahan nilai terlebih dahulu harus
dilihat di Negara mana pihak konsumen berada. Apabila konsumen berada di luar negeri,
maka transaksi tersebut tidak dikenakan Pajak karena Pajak pertambahan nilai adalah
pajakatas konsumsi dalam negeri.

Pengelompokan Pajak
Menurut Mardiasmo (2011:5) Pengelompokan pajak sebagai berikut:
1. Menurut Golongannya.
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.Contoh: pajak penghasilan.
b. Pajak tidak langsung, pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain Contoh: pajak pertambahan nilai.

Kerangka Konseptual
Bedasarkan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 Pajak pertambahan nilai merupakan
pajak yang dikenakan atas konsumsi barang dan jasa, di dalam daerah pabean yang dikenakan
disetiap jalur produksi dan distribusi berdasarkan objek. Dalam pajak pertambahan nilai ada
beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh perusahaan, yang mana tahapan tersebut terdiri atas
perhitungan, penyetoran dan pelaporan pajak.
BAB III

METODE PENILITIAN
Metode penelitian
metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif
deskriptif yaitu dengan cara mencari informasi tentang gejala yang ada, didefinisikan dengan
jelas tujuan yang akan dicapai, merencanakan cara pendekatannya , mengumpulkan data sebagai
bahan untuk membuat laporan.

Sumber Data
Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Data Sekunder menurut (Sugiyono,2014:225) merupakan sumber data penelitian yang di peroleh
peneliti secara tidak langsung atau melalui perantara.

Populasi dan sampel


a. Populasi
Data yang digunakan dalam penilitian ini tentu merupakan keseluruhan dari populasi, hal
ini diharapkan dapat dimengerti karena mengingat keterbatasan waktu, tenaga, serta
masalah heterogenesis atau homogenesis dari elemen populasi tersebut.
Menurut Sugiyono, (2011:80) populasi adalah wilayah generalisasi atas objek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diharapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Dari Pengertian tersebut maka populasi pada penilitian ini adalah seluruh konsumen yang
membeli motor ke dealer PT. Nusantara Surya Sakti dengan tujuan untuk memperoleh
data. Dari hasil penilitian populasi pembeli pada dealer PT. Nusantara Surya Sakti adalah
sekitar 80 konsumen dalam satu bulan.
b. Sampel
Menurut Sugiyono, (2011:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.
Jenis sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah probability dengan
Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama pada setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Untuk mengambil jumlah sampel penulis mengambil anggota sampel dalam penulisan
penelitian ini dengan menggunakan rumus:
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝐸 2

Keterangan
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
E= posisi yang digunakan dengan menggunakan tingkat kesalahan 10%
Ukuran sampel penelitian dapat di hitung sebagai berikut:
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝐸 2

80
𝑛 = 1+80(10%)2 = 44,44= 45

Maka jumlah populasi yang diambil peneliti pada dealer PT. Nusantara Surya Sakti ini,
yang dijadikan sampel adalah sebanyak 45 orang responden.

Instrument penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan penulis adalah berupa alat tulis, jaringan internet, dan
printer laptop. Sugiyono (2014 hlm. 92) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah suatu
alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social yang
diamati.

Teknik pengumpulan data


teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:

a. Wawancara
b. Kusioner
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang datanya di peroleh dari buku,internet,
atau dokumen lain yang menunjang penelitian yang dilakukan. Dokumen merupakan
catatan menegenai peristiwa yang sudah berlalu Dalam meneliti mengumpulkan
dokumen yang dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang yang terkait dengan objek penelitian.

Teknik analisa data


Analisis regresi liner sederhana

Analisis regresi liner sederhana adalah analisis untuk melihat sejauh mana pengaruh variable X
terhadap variable Y, dimana untuk mengetahui besar pengaruh Variabel independen X terhadap
variable dependen Y, menurut Sugiyono (2012) analisis regresi linera sederhana adalah alat
analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh Variabel independen X terhadap
variable dependen Y adalah besar nilai variabel lain yang tidak diukur dalam penelitian ini.
Jenis penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif.

Jenis dan sumber data


a. Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
b. Sumber data
Sumber data yang digunakan adalah Data Sekunder menurut (Sugiyono,2014:225)
merupakan sumber data penelitian yang di peroleh peneliti secara tidak langsung atau
melalui perantara.

Teknik pengumpulan data


teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:

a. Wawancara
b. Kusioner
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang datanya di peroleh dari buku,internet,
atau dokumen lain yang menunjang penelitian yang dilakukan. Dokumen merupakan
catatan menegenai peristiwa yang sudah berlalu Dalam meneliti mengumpulkan
dokumen yang dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang yang terkait dengan objek penelitian.

Analisis Data
Analisis regresi liner sederhana

Analisis regresi liner sederhana adalah analisis untuk melihat sejauh mana pengaruh variable X
terhadap variable Y, dimana untuk mengetahui besar pengaruh Variabel independen X terhadap
variable dependen Y, menurut Sugiyono (2012) analisis regresi linera sederhana adalah alat
analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh Variabel independen X terhadap
variable dependen Y adalah besar nilai variabel lain yang tidak diukur dalam penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai