Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

DETEKSI ALBUMIN PADA SPESIMEN URINE

Disusun Untuk Mata Kuliah Fisiologi

Dibuat Oleh :
Indah Nurvitasari 180400473

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
2018
I. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui albumin dalam urine.

II. Dasar Teori


Jika terdapat albumin di dalam urine menunjukkan adanya kerusakan pada membran
kapsul endhotollium (gangguan fungsi ginjal).

III. Alat dan Bahan


1. Spesimen urine midstream atau random dari 4 orang probandus, masing-masing 2
pria dan 2 wanita;
2. Tabung reaksi;
3. Rak tabung reaksi;
4. Tabung beaker;
5. Bunsen;
6. Pipet;
7. Asam asetat 6%.

IV. Cara kerja


1. Siapkan tabung reaksi dan masukkan ke dalam rak;
2. Ambil 2 cc urine dan masukkan ke dalam tabung reaksi;
3. Ambil tabung, panaskan di atas api/hot plate sampai mendidih selama 30 detik;
4. Masukkan 8 tetes larutan Asam Asetat 6% ke dalam tabung reaksi yang berisi urine
yang masih panas;
5. Angkat dan kocok;
6. Amati hasilnya. (bila kekeruhan disebabkan oleh kalsium fosfat maka kekeruhan
akan hilang, bila disebabkan oleh kalsium karbonat maka kekeruhan akan hilang
tetapi terdapat pembentukan gas, dan apabila kekeruhan itu disebabkan oleh
protein maka kekeruhan tetap ada atau akan menjadi keruh lagi);
7. Catat hasil pengamatan anda.

V. Hasil Pengamatan
JK Nama Umur Warna Urine Kekeruhan Hasil
Wanita D 21 Kuning bening Tidak ada Normal
Pria G 21 kuning jernih Tidak ada Normal
Wanita I 23 Kuning jernih Tidak ada Normal
Wanita Y 21 Kuning jernih Tidak ada Normal
VI. Pembahasan
A. Pertanyaan dan Jawaban
1. Sebutkan fungsi ginjal !
a. Pengaturan keseimbangan air. kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan
oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah besar, kekurangan
air air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang diekskresi berkurang
dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volumen cairan tubuh
dapat dipertahankan relatif normal.
b. Pengaturan konsentrasi osmotik dan mempertahankan keseimbangan ion
yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi
pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat pemasukan garam
yang berlebihan/penyakit pendarahan (diare, muntah) ginjal akan
meningkatkan ekskresi ion-ion yang penting (misal Na, K, Cl, Ca dan pospat).
c. Keseimbangan asam-basa cairan tubuh bergantung pada apa yang dimakan,
campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat agak asam, pH kurang
yang disebabkan hasil akhir metabolisme protein. Apabila banyak makan
sayur-sayuran, urine akan bersifat basa. pH urine bervariasi antara 4,8-8,2.
Ginjal menyekresikan urine sesuai dengan perubahan pH darah.
d. Ekskresi sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik,
obat-obatan, hasil metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing
(pestisida).
e. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon renin yang
mempunyai peranan penting mengatur tekanan darah (sistem renin
angiotensin aldesteron) membentuk eritripoiesis mempunyai peranan
penting untuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).
Disamping itu ginjal juga membentuk hormon dihidroksi kolekalsiferol (vitamin D
aktif) yang diperlukan untuk absorbsi ion kalsium di usus. (Devi, 2017).
2. Sebutkan hal-hal yang perlu dilakukan agar tidak memberatkan kerja ginjal !
a. Pola makan dan hidup sehat
b. Menghindari merokok dan akohol
c. Melakukan olahraga teratur, seperti bersepeda, berenang atau berlari
d. Hindari konsumsi obat-obatan bebas
e. Lebih hati-hati jika memiliki penyakit dalam lainnya seperti diabetes, infeksi saluran
kencing
f. Makan makanan yang kaya akan mineral dan vitamin, tidak berlemak atau terlalu
asin, bayak biji-bijian, sayur dan buah.
g. Minum air putih minimal 8 gelas perhari.
3. Sebutkan penyakit yang disebabkan adanya gangguan ginjal !
a. Infeksi ginjal. Terjadi bila bakteri dari kandung kemih menyebar naik menuju
ke salah satu atau kedua ginjal. Bakteri atau kuman lebih mudah menyerang
jika terdapat sumbatan pada aliran air seni dalam saluran kemih. Umumnya
jenis bakteri tersebut adalah E.coli, Pseudomonas aerugenosa, Staphylococus
aurus, dan Streptococus faecalis. Pada sebagian orang infeksi ini dapat
menyebar dari kandung kemih ke bagian ginjal sehingga membentuk kolini
infeksi dalam waktu 24-48 jam.
b. Infeksi saluran dan kandung kemih (sistisis). Infeksi yang disebabkan oleh
bakteri yang masuk dan berkembang pada saluran dan/ atau kandung kemih.
Bakteri tersebut tidak dapat didorong keluar dengan air seni. Sebagian besar
infeksi dikarenakan bakteri E.coli, Pseudomonas, Klebsiela, Proteus dan
Seratia. Infeksi ini lebih sering dialami oleh wanita dibanding pria
dikarenakan uretra pada wanita lebih pendek dibanding pria, sehingga
bakteri lebih mudah masuk kedalam kandung kemih melalui uretra.
c. Batu dalam saluran kemih. Pengkristalan pada garam dan mineral yang tidak
dapat disaring oleh ginjal. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal)
maupun pada kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan
batu disebut dnegan urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis). Sekitar 80% batu
terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan termasuk asam
urat, sistin dan mineral struvit (campuran dari magnesium, amonium dan
fosfat).
d. Penyakit ginjal polistik. Penyakit keturunan berupa munculnya kista (kantong
berisis cairan) yang berkelompok di dalam ginjal. Penyakit ginjal polistik
dapat menyebabkan kerusakan pada nefron.
e. Nefritis. Penyakit yang ditandai dengan adanya kerusakan pada glomelurus
ginjal akibat reaksi alergi terhadap racun yang dikeluarkan bakteri
Streptococus. Glomerulus yang rusak menyebabkan molekul besar seperti
protein dapat masuk ke dalam urin atau glomerulus tidak dapat menyaring
molekul sama sekali sehingga terjadi penimbunan zat buang.
f. Albuminuria. Penyakit yang diakibatkan kerusakan glomerulus sehingga
ditemukan protein pada urin penderitanya. Selain karena kerusakan pada
ginjal albuminuria dapat disebabkan oleh tekanan darah tinggi, gagal jantung
kongesti, sindrom metabolik dan kerusakan ginjal dari sindrom nefrotik.
g. Gagal ginjal. Gagal ginjal adalah ketidakmampuan ginjal untuk menjalankan
fungsinya, akibatnya zat-zat yang seharusnya dibuang tertimbun di dalam
darah. Gagal ginjal disebabkan karena gangguan pada nefron/nefritis. Gagal
ginjal akut adalah kondisi dimana ginjal tidak dapat berfungsi normal secara
tiba-tiba. Gagal ginjal kronis merupakan penurunan fungsi ginjal yang
menetap.
h. Hematuria. Penyakit yang ditandai dengan adanya sel darah merah pada urin.
Penyebab hematuria adalah terdapat peradangan pada organ ginjal yang
timbul akibat terjadi gesekan dengan batu ginjal. Hematuria juga dapat
terjadi karena adanya kelainan pada glomerulus atau terdapat tumor pada
saluran kemih.
i. Glukosuria. Penyakit yang ditandai dengan adanya glukosa di dalam urin yang
disebut juga dengan kencing manis. Kadar gula dalam darah meningkat
karena kurangnya hormon insulin. Nefron tidak mampu menyerap kembali
glukosa yang berlebih, sehingga kelebihan glukosa dibuang bersam urin.
j. Anuria. Penyakit yang ditandai dengan gagalnya ginjal dalam memproduksi
urin. Penyebabnya adalah kurangnya tekanan untuk melakukan filtrasi darah
atau terdapat peradangan glomerulus. Ciri-ciri anuria adalah produksi urin
kurang dari 100 ml/hari.
k. Ureumia. Penyakit tertimbunnya urea di dalam darah sehingga menyebabkan
keracunan. Uremia terjadi akibat gagal ginjal sehingga urea tidak bisa
dikeluarkan oleh tubuh dan menumpuk di dalam darah. Penyebab uremia
yang lain yaitu terlalu banyak mengkonsumsi protein, obat-obatan, tekanana
darah rendah dan gangguan pada aliran kemih.

B. Pembahasan
Pada pengamatan yang dilakukan pada 4 sampel urine yang telah diberi asam asetat
6% diketahui tidak ada kekeruhan/endapan (normal). Dengan kata lain, ke-empat
probandus memiliki urine yang normal. Apabila timbul endapan berwarna
putih/kekeruhan pada sampel dapat dikatakan bahwa terjadi albuminuria pada
probandus. Kandungan protein/albumin tidak ada pada urine normal.

Gbr. Urin dan asam asetat setelah pemanasan


Albuminuria atau proteinuria adalah suatu kondisi di mana urin berisi terlalu banyak
protein. Protein yang dibawa oleh darah akan melewati ginjal. Ginjal akan menyaring
produk limbah dan menyerap nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti albumin dan
protein lain. Namun, protein dari darah dapat tersalurkan ke dalam urin ketika filter
ginjal (glomerulus) rusak.
Proteinuria merupakan tanda penyakit ginjal kronis (CKD), yang berkaitan diabetes,
tekanan darah tinggi, dan penyakit lain yang menyebabkan peradangan pada ginjal.
Untuk alasan ini, tes albumin dalam urin merupakan bagian dari penilaian medis
rutin bagi semua orang. Jika CKD berlangsung, maka dapat mengakibatkan stadium
akhir penyakit ginjal (ESRD).
Albuminuria umumnya disebabkan karena ginjal rusak akibat diabetes. Umumnya
orang yang menderita diabetes tipe 1 berada pada peningkatan risiko mengalami
albuminuria. Kondisi lain seperti tekanan darah tinggi, sirosis, gagal jantung atau
lupus eritematosus sistemik juga dapat memiliki efek buruk pada ginjal dan
menyebabkan albuminuria. Ini akan sulit untuk mendeteksi gejala albuminuria pada
tahap awal, tetapi jika dibiarkan tidak terdeteksi, sejumlah besar albumin dapat
bocor ke dalam urin dan pasien mungkin mengalami gejala seperti air kencing
berbusa, pembengkakan tangan, kaki, perut dan wajah.
Menurut Irianto (2017), prinsip pengobatan albuminuria adalah dengan
mengendalikan atau menyembuhkan penyakit dasarnya. Jika albuminuria karena
diabetes, maka penyakit diabetes harus dikendalikan dengan sehingga kadar gula
darah berada dalam rentang normal. Hal ini akan mencegah kerusakan ginjal lebih
lanjut. Demikian pula dengan penyakit hipertensi, tekanan darah dipertahankan
pada nilai normalnya. Selain itu, penggunaan obat-obatan seperti ACE inhibitor atau
angiotensin reseptor bloker juga dapat memperbaiki albuminuria pada beberapa
keadaan.

VII. Kesimpulan
1. Sampel pengamatan tidak terdeteksi adanya protein/albumin di dalam urine
(normal), ditandai dengan tidak adanya kekeruhan setelah penambahan asam asetat
6% dan pemanasan. Apabila terjadi kekeruhan pada urine maka menunjukkan
adanya endapan albumin, sehingga probandus dikatakan albuminuria.
2. Albuminuria atau proteinuria adalah suatu kondisi di mana urin berisi terlalu banyak
protein.
3. Proteinuria merupakan tanda penyakit ginjal kronis (CKD), yang berkaitan diabetes,
tekanan darah tinggi, dan penyakit lain yang menyebabkan peradangan pada ginjal.
Referensi
Chuseri, A., et al. 2007. Petunjuk Praktikum Fisiologi Manusia. Yogyakarta : Bagian Ilmu Faal
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Devi, Anakardian Kris Buana. 2017. Anatomi Fisiologi dan Biokimia Keperawatan. Yogyakarta:
Pustakabaru press.
Ganong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Irianto, Koes. 2017. Anatomi dan Fisiologi (edisi revisi). Bandung : Alfabeta.
Kartolo, W. 1990. Prinsip-prinsip Fisiologi. Jakarta: Erlangga.
Kimball John. W. 1983. Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Kusyati, Eni. 2009. Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium. Cetakan pertama. Jakarta : EGC.
Meliala, A. 2004. Petunjuk Praktikum Fisiologi Lanjut. Yogyakarta : Bagian Ilmu Faal Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Poedjiadi Anna. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.
Sasrawan, Hedi. 2015. 12 Kelainan dan Penyakit pada Ginjal. www.
Hedisasrawan.blogspot.com. diakses pada 18 Desember 2018.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.
Effendy, Harjim, dkk. 1981. Fisiologi dan Patofisiologi Ginjal. Bandung: Alumni.

Anda mungkin juga menyukai