37
37
OLEH:
Farida Nur Qomariyah
NIM 182311101092
Hari :
Tanggal :
TIM PEMBIMBING
( ) ( )
NIP. NIP.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
LAPORAN PENDAHULUAN...........................................................................1
a. Definisi......................................................................................................1
b. Epidemiologi............................................................................................3
c. Etiologi......................................................................................................4
d. Tanda dan Gejala.....................................................................................5
e. Patofisiologi..............................................................................................5
f. Penatalaksanaan Medis...........................................................................9
g. Penatalaksanaan Keperawatan..............................................................9
h. Daftar Pustaka.........................................................................................20
3
LAPORAN PENDAHULUAN
1
c. Stratum granulosum: Selapis sel yang jelas tampak berisi ini dan juga
granulosum
d. Stratum spinosum: Stratum spinosum terdiri dari sel polihedral (banyak
sisi). Pada lapisan ini terjadi proses sintesis protein secara aktif dan
pembentukan sel-sel baru dan di dorong ke permukaan untuk mengganti
sel-sel mati pada stratum korneum
e. Stratum Basale
Lapisan ini berbatasan dengan lapisan dermis, biasanya terdapat sel
kolumnar/ sel kuboid dan pada lapisan ini terjadi produksi sel-sel baru
2. Dermis
Lapisan kedua adalah lapisan dermis yang terdiri dari lapisan otot, saraf
folikel rambut dan kelenjar. Pada lapisan ini terdapat pembuluh darah, pembuluh
limfe, ujung syaraf, folikel rambut dan kelenjar-kelenjar. Lapisan dermis terdiri
atas dua lapisan yaitu lapisan papila dan lapisan retikular.
a. Lapisan Papila
Lapisan ini mengandung kapiler untuk memberi nutrisi pada epidermis.
Pada lapisan ini juga terdapat ujung-ujung syaraf khusus (meissner untuk
sentuhan). Papila dengan serabut dobel ditelapak tangan dan kaki
membentuk sidik jari
b. Lapisan Retrikular
Lapisan retricular sangat banyak mengandung pembuluh darah, syaraf,
ujung-ujung syaraf bebas, sel-sel adiposa (lemak), kelenjar minyak dan
akar rambut, reseptor untuk tekanan dalam. Bagian terbawah lapisan ini
mengandung serabut otot polos (khususnya di genital dan putting susu)
dan folikel rambut.
Kulit yang normal merupakan kulit yang kering, hangat dan merah
(Cherry, 2011). Kerusakan integritas kulit merupakan kerusakan yang terjadi pada
lapisan dermis atau epidermis (Heather, 2018). Ulkus adalah luka terbuka pada
permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas
2
dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan
ulkus berbau, ulkus diabetik juga merupakan salah satu gejala klinik dan
perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer (Andyagreni, 2010). Kerusakan
integritas kulit adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko terhadap
kerusakan jaringan epidermis dan dermis. Kerusakan integritas kulit merupakan
kerusakan yang terjadi pada bagian kulit epidermis dan/atau dermis (Heardman,
2015).
Kulit yang mengalami kerusakan terbagi dalam beberapa grade atau
tingkatan, yaitu:
a. Grade 1
Kerusakan kulit grade 1 ditandai dengan munculnya kemerahan atau
keunguan pada daerah kulit tertentu secara terus menerus. Kerusakan grade 1
hanya terjadi pada lapisan epidermis, terjadi edema minimal, dan tanpa
disertai terbentuknya bula.
b. Grade 2
Kerusakan grade 2 ditandai dengan adanya kerusakan kulit pada lapisan
epidermis , kedalaman ulkus dangkal, dan kulit tampak melepuh.Tanda khas
pada kerusakan kulit grade 2 adalah pasien merasakan nyeri, terjadi edema,
terbentuk bula, dan permukaan luka basah.
c. Grade 3
Kerusakan ini terjadi pada lapisan epidermis hingga sebagian dermis,
terbentuk bula, dan pasien merasakan nyeri.
d. Grade 4
Kerusakan tahap ini terjadi pada lapisan epidermis dan seluruh dermis. Pasien
masih bisa merasakan rabaan, dan pasien umumnya mengeluhkan nyeri.
B. Epidemiologi
Menurut data World Health Organization (2014) bahwa pada tahun 2012
terdapat 1,5 juta penduduk terjadi kematian yang disebabkan diabetes dengan
3
prevalensi sekitar 2,7%. Dari kejadian angka kematian akibat DM di dunia, 70%
terjadi kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Pada tahun
2014, penderita DM sebesar 422 milyar di dunia (WHO, 2014). Menurut
International Diabetes Federation (IDF, 2015), prevalensi dengan penderita DM
pada tahun 2015 adalah 415 milyar orang. Perkiraan tahunan prevalensi kejadian
ulkus kaki kira-kira dari 4% sampai 10%, sedangkan risiko seumur hidup ulkus
diabetik berkisar antara 15% sampai 25% (Amin & Doupis, 2016).
Prevalensi penderita ulkus diabetik sekitar 15% dengan risiko amputasi 30
% serta sebesar 80% di Indonesia, ulkus diabetik merupakan penyebab paling
besar perawatan di rumah sakit (Sulistyowati, 2015). Angka penderita DM
menurut RISKESDAS (2013) didapatkan hasil 1,1% pada tahun 2007 menjadi
2,1% tahun 2013. Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar
1% dalam rentang enam tahun.
C. Etiologi
Murphree (2017) menjelaskan bahwa kerusakan integritas kulit pada
manusia dapat dipengaruhi berbagai hal antara lain adalah adanya proses infeksi
dan kerusakan akibat adanya penyakit. Infeksi menyebabkan kerusakan pada
fungsi kulit sebagai barrier. Hal ini dapat menyebabkan penetrasi kulit oleh
patogen.Kerusakan integritas kulit juga dapat disebabkan oleh adanya trauma,
radiasi, suhu ekstrim, kehilangan berat badan yang ekstrim, dan kekurangan
nutrisi yang parah (Wayne, 2016). Kondisi lain yang dapat menyebabkan
kerusakan integritas kulit adalah adanya agen cidera kimiawi, ekskresi,
kelembaban, hipertermia, hipotermia, tekanan pada tonjolan tulang, nutrisi tidak
adekuat, dan usia(Heather, 2018). Heardman (2015) menjelaskan dalam NANDA
bahwa kerusakan integritas kulit dapat disebabkan oleh faktor internal dan
eksternal.
Faktor internal meliputi:
1. Gangguan metabolisme
2. Gangguan pigmentasi
3. Gangguan sensasi
4
4. Gangguan sirkulasi
5. Gangguan turgor kulit
6. Gangguan volume cairan
7. Imunodefisiensi
8. Nutrisi tidak adekuat
9. Perubahan hormonal
10. Tekanan pada tonjolan tulang
Faktor Eksternal meliputi:
1. Agens farmaseutikal
2. Cidera kimiawi kulit
3. Faktor mekanik (daya gesek, tekanan, imobilisasi fisik)
4. Hipertermia
5. Hipotermia
6. Kelembapan
7. Lembab
8. Terapi radiasi
9. Usia ekstrem.
5
1. Fase inflamasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari
kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan pendarahan
dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokontriksi, pengerutan
pembuluh ujung yang putus (retraksi), dan reaksi homeostasis. Hemotasis terjadi
karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket dan bersama
jala fibrin yang terbentuk, membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah.
Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin histamin yang
meningkat permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi, penyebukan sel
radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembekakan.
Tanda dan gejala klinis reaksi radang menjadi jelas yang berupa warna
kemerahan karena kapiler melebar (rubor), rasa hangat (kalor), nyeri (dolor), dan
pembengkakan (tumor).
Aktivitas selular yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus
dinding pembuluh darah (diapetesiso) menuju penyembuhan luka karena daya
kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna
bakteri dan kotoran luka. Limfosot dan monosit yang kemudian muncul ikut
menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri (fagositosis).
2. Fase proliferasi
Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karen ayang menonjol adalah
proses prolifirasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamsi kira-kira
akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum
diferensiasi, menghasilkan ukopolisakarida, asam aminoglisin, dan prolin yang
merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka. Fase
ini, serat-serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuain diri dengan
tegangan pada luka yang cenderung mebgerut. Sifat ini, bersama dengan sifat
kontraktil miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka mencapai 25%
jaringan normal. Nantinya, dalam proses penyudahan, kekuatan serat kolagen
bertambah karena ikatan intramolekul.
Fase fiblroflasi, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen.,
membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol
6
halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel tepi yang terdiri dari atas sel basal
terlepas dari dasar dan perpindah mengisi parmukaan luaka. Tempatnya kemudian
diisi oleh sel baru yang yang terbentuk dari sel proses mitosis. Proses migrasi
hanya terjadi kearah yang lebih rendah atau datar. Proses ini baru berhenti setelah
epitel saling menyentuhdan menutup semua permukaan luka. Dengan tertutupnya
permukaan luka, proses fibro flasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga
akan berhenti dan mulailah proses pamatangan dalam fase penyudahan.
3. Fase Penyudahan
Fase Penyudahan ini terjadi proses pematangan yang terdiri atas
penyerapan kembali jaringan berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi,
dan akhirnya perumpamaan kembali jaringan yang baru dibentuk. Fase ini dapat
berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir kalau semua tanda radang
sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang abnormal
karena proses penyembuhan. Udem dan sel radang diserap dan sisanya mengerut
sesuai dengan regangan yang ada. Selama ini dihasilkan jaringan parut yang pucat
tipis dan lemas, serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal
pada luka. Pada akhir fase ini permukaan luka kulit mampu menahan regangan
kira-kira 80 % kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira-kira 3-6 bulan
setelah penyembuhan. Permukaan luka tulang (patah tulang) memerlukan waktu
satu tahun atau lebih untuk membentuk jaringa yang normal secara histologi
secara bentuk.
7
Clinical pathway
Defisiensi Insulin
Hipersekresi
Ekskresi cairan Intolerans insulin
dan elektrolit i aktivitas
Intoleransi
Poliuria glukosa
Mobilitas fisik
Dehidrasi
Kekuatan otot Luka dekubitus Penyembuhan
luka mjd lama
Polidipsi
Hambatan Kerusakan
Media tumbuh
mobilitas fisik integritas kulit
mikroorganisme
Kekurangan
volumecairan
Nanah Infeksi Inflamasi Tidak dirawat
8
F. Penatalaksanaan Medis
Prinsip perawatan luka menurut Morison (2003) adalah Perawatan luka
superfisial yang bersih dengan emberikan lingkungan yang lembab dengan
terusmenerus akan dapat mendorong epitelialisasi yang cepat danmengurangi rasa
nyeri serta melindungi permukaan luka darikerusakan mekanis lebih lanjut dan
kontaminasi. Balutan yangideal adalah balutan yang dapat dibiarkan tidak
terganggu selamabeberapa hari.Ada dua metode dasar untuk pembersihan luka
secara mekanik : irigasi dan menyikat langsung dengan bola kapas atau kasa.
Kesulitan dari irigasi adalah bagaimana caranya untuk memakai larutan pembersih
dengan tekanan yang cukup sehingga dapat meluruhkan debris tanpa merusak
jaringan yang ada di bawahnya. Untuk luka yang yang tidak terlalu
terkontaminasi, air steril atau larutan 0,9% adalah agens pembersih pilihan. Pada
keadaan dimana terdapat resiko tinggi terhadap infeksi luka, maka keadaan
tersebut merupakan indikasi untuk pengunaan larutan antiseptik (Morison, 2003).
Karakteristik antiseptik yang ideal (Morison, 2003) antara lain, mampu
membunuh mikroorganisme dalam rentang yang luas, tetap efektif terhadap
berbagai macam pengenceran, non toksik terhadap 16 jaringan tubuh manusia,
tidak mudah menimbulkan reaksi sensitivitas, baik lokal maupun sistemik.
Bekerja secara efisien, meski terdapat bahan-bahan organik (misal, pus dan darah)
dan bereaksi secara cepat, tidak mahal serta awet.
Pengobatan untuk gangguan integritas kulit meliputi :
1. Luka hitam & kuning : hydroactive gel / cutimed gel.
2. Luka merah : beri metronidazole gel/powder atau hydroactive gel
9
- Riwayat kesehatan dahulu : riwayat DM dan penyakit terkait defisiensi
insulin
- Pengkajian luka : lokasi dan letak luka, stadium luka, warna luka, bentuk dan
ukuran luka
- Status vaskuler :
1. Palpasi : pada daerah luka seperti tibia dan dorsalis pedis untuk menilai
adanya vaskularisasi denyut nadi
2. Capillary refill : < atau > 2 detik
3. Edema : memberikan penekanan menggunakan jadi tangan di sekitar
tibia. Terlihat lebih coklat kemerahan atau mengkilat, adanya edema
menunjukkan aliran darah balik vena
4. Temperatur : mengecek apakah daerah sekitar luka terasa lebih hangat
atau tidak
- Status neurologi : Pada motorik lakukan inspeksi padabentuk kaki seperti jari
telapak kaki yg menonjol, adanya kallus karena penekanansecara terus
menerus yang dapat menjadi luka. Penilaian sensorik dapat berupabaal,
kesemutan, dilakukan dengan cara melakukan palpasi / sentuhan pada jari
satu persatu , telapak kaki dan anjurkan pasien untuk memejamkan mata, hal
inidilakukan untuk menilai sensitivitas pada ekstremitas bawah, selanjutnya
penilaianotonom dilakukan dg cara inspeksi pada kaki secara seksama
terhadap adanyakekeringan, luka/lecet kulit terkelupas akibat berkurangnya
pengeluaran keringat (kekeringan)
- Infeksi : cek laboratorium untuk mengecek adanya peningkatan jumlah
leukosit dan peningkatan suhu, lokasi infeksi (adanya bau, eksudat,
penurunan vaskularisasi, jaringan nekrotik, edema)
b. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul (NANDA)
1. Kerusakan integritas kulit
Definisi : Perubahan / gangguan epidermis dan / atau dermis
Batasan Karakteristik :
· Kerusakan lapisan kulit (dermis)
10
· Gangguan permukaan kulit (epidermis)
· Invasi struktur tubuh
11
Pungsi arteri
Perubahan hormonal
Imunodefisiensi
Gangguan sirkulasi
Agen armaseutika
Terapi radiasi
Trauma vaskular
12
Kondisi terkait
Gangguan metabolisme
Gangguan sensai
Pungsi arteri
Gangguan sirkulasi
Hambatan mobilitas fisik
Neuropati perifer
Agen farmaseutika
Terapi radiasi
Prosedur bedah
Trauma vaskular
3. Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association
for the study of Pain): awitan yang tiba-tiba atau lambat dan intensitas ringan
hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
berlangsung <6 bulan
Batasan Karakteristik :
Perubahan selera makan
Perubahan tekanan darah
Perubahan frekwensi jantung
Perubahan frekwensi pernapasan
Laporan isyarat
Diaforesis
Perilaku distraksi (mis,berjaIan mondar-mandir mencari orang lain dan
atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis)
13
Masker wajah (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata
berpencar atau tetap pada satu fokus meringis)
Sikap melindungi area nyeri
Fokus menyempit (mis, gangguan persepsi nyeri, hambatan proses
berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
Indikasi nyeri yang dapat diamati
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Sikap tubuh melindungi
Dilatasi pupil
Melaporkan nyeri secara verbal
Gangguan tidur
Faktor Yang Berhubungan :
Agen cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
4. Intoleransi aktivitas
Definisi : Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk
melanjutkan atau menyelesaikanaktifitas kehidupan sehari-hari yang harus
atau yang ingin dilakukan.
Batasan Karakteristik :
Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
Respon frekwensi jantung abnormal terhadap aktivitas
Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
Dipsnea setelah beraktivitas
Menyatakan merasa letih
Menyatakan merasa lemah
Faktor Yang Berhubungan :
Tirah Baring atau imobilisasi
Kelemahan umum
14
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Imobilitas
Gaya hidup monoton
Populasi beresiko
Riwayat intoleransi aktivitas sebelumnya
Kondisi terkait
Masalah sirkulasi
Gangguan pernapasan
15
kulit pasien membaik 4. Mobilisasi pasien (ubah
dengan kriteria hasil: posisi pasien) setiap dua
1. Integritas kulit yang jam sekali
baik bisa 5. Monitor kulit akan adanya
dioertahankan kemerahan
(sensasi elastisitas, 6. Oleskan lotion atau
temperatur, hidrasi, minyak/baby oil pada
dan pigmentasi) daerah yang tertekan
2. Tidak ada luka/lesi 7. Monitor aktivitas dan
pada kulit mobilisasi pasien
3. Perfusi jaringan baik 8. Monitor status nutrisi
4. Menunjukkan pasien
pemahaman dalam 9. Memandikan pasien
proses perbaikan dengan sabun dan air
kulit untuk hangat
mencegah cidera
berulang
5. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembapan kulit
dan perawatan alami
2. Kerusakan 1. Tissue integrity : Perawatan luka (3660)
1. Anjurkan pasien untuk
integritas skin and mucous
menggunakan pakaian
jaringan (1101)
yang Ionggar
(00044) 2. Wound healing :
2. Jaga kulit agar tetap bersih
primary and
dan kering
secondary intention
3. Mobilisasi pasien (ubah
(1102)
posisi pasien) setiap dua
jam sekali
Setelah dilakukan
4. Monitor kulit akan adanya
16
perawatan selama 3x24 kemerahan
jam kerusakan intergritas 5. Oleskan lotion atau
jaringan pasien membaik minyak/baby oil pada
dengan kriteria hasil: daerah yang tertekan
6. Monitor aktivitas dan
1. Perfusi jaringan mobilisasi pasien
normal 7. Monitor status nutrisi
2. Tidak ada tanda- pasien
tanda infeksi 8. Memandikan pasien
3. Ketebalan dan dengan sabun dan air
tekstur jaringan hangat
normal 9. Observasi luka : lokasi,
4. Menunjukkan dimensi, kedalaman luka,
pemahaman dalam jaringan nekrotik, tanda-
proses perbaikan tanda infeksi lokal, formasi
kulit dan mencegah traktus
terjadinya cidera 10. Ajarkan keluarga tentang
berulang luka dan perawatan luka
5. Menujukkan 11. Kolaborasi ahli gizi
terjadinya proses pemberian diet
penyembuhan luka 12. TKTP( tinggi kalori tinggi
protein)
13. Cegah kontaminasi fese
dan urin
14. Lakukan tehnik perawatan
luka dengan steril
15. Berikan posisi yang
mengurangi tekanan pada
luka
16. Hindari kerutan pada
tempat tidur
17
3. Nyeri Akut 1. kontrol terhadap Pain Management (1400):
(00132) nyeri (1605)
1. Monitor rasa nyeri dengan
2. tingkat nyeri
PQRST
(2102)
2. Monitor TTV
3. Atur posisi pasien
Setelah dilakukan
senyaman mungkin
tindakan keperawatan
4. Lakukan tindakan
selama 3x24 jam, nyeri
manajemen nyeri (tehnik
yang dialami pasien
distraksi dan relaksasi)
berkurang/menghilang,
5. Kolaborasi dengan tim
dengan kriteria hasil :
kesehatan lainnya
1. Mampu mengontrol mengenai pemberian terapi
nyeri yang timbul 6. Berikan obat melalui IV
(mengetahui penyebab sebagai pengurang rasa
nyeri, mampu nyeri
menggunakan tehnik 7. berikan terapiantibiotic,
non farmakologi untuk bila diperlukan
mengurangi nyeri,
mencari hubungan
untuk mengatasi nyeri)
2. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan menggunakan
manajemen nyeri
3. Pasien mampu
mengenali nyeri (skala,
intensitas, kualitas,
lokasi dan waktu saat
nyeri muncul)
4. TTV dalam batas
18
normal (TD : 120/80
mmHg;
Suhu 36,5 oC;
Nadi:60-100x/menit;
RR: 6-24x/menit)
Pasien tidak
mengalami gangguan
tidur
4 Intoleransi 1. Energy conservation Activity Therapy (4310)
aktivitas (0002) 1. Kolaborasikan dengan
(00092) 2. Activity tolerance tenaga Rehabilitasi Medik
(0005) dalam merencanakan
3. Self care: ADLs program terapi yang tepat.
(0306) 2. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
Setelah dilakukan yang mampu dilakukan
perawatan selama 3x24 3. Bantu untuk memilih
jam intoleransi aktivitas aktivitas konsisten yang
pasien dapat teratasi, sesuai dengan kemampuan
dengan kriteria hasil: fisik, psikologis dan sosial
4. Bantu untuk
1. Be
mengidentifikasi dan
rpartisipasi dalam
mendapatkan sumber yang
aktivitas fisik tanpa
diperlukan untuk aktivitas
disertai peningkatan
yang diinginkan
tekanan darah, nadi
5. Bantu untuk mendapatakan
dan RR
2. M alat bantuan aktivitas
ampu melakukan seperti kursi roda
aktivitas sehari-hari 6. Bantu untuk
(ADLs) secara mengidentifikasi aktivitas
mandiri yang disukai
19
3. Ta 7. Bantu klien untuk mebuat
nda-tanda vital jadwal latihan diwaktu
normal luang
4. M
8. Bantu pasien atau keluarga
ampu berpindah:
untuk mengidentifikasi
dengan atau tanpa
kekurangan dalam
bantuan alat
beraktivitas
5. Sir
9. Sediakan penguatan positif
kulasi status baik
6. St bagi yang aktif beraktivitas
atus respirasi: 10. Bantu pasien untuk
pertukaran gas dan mengembangkan motivasi
ventilasi adekuat diri dan penguatan
11. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan spiritual
H. Daftar Pustaka
Amin, N., & Doupis, J. 2016. Diabetic foot disease: From the evaluation of the
“foot at risk” to the novel diabetic ulcer treatment modalities. World Journal
of Diabetes , 7(7): 153-164.
20
Cluskey, P. M. 2017. Pressure Ulcers.
Coyer, B. F., Gardner, A., Doubrovsky, A., Cole, R., Intcarensg, G., Ryan, F. M.,
… Intcarensg, G. 2015. Njuries in, 24(3), 199–210.
Hahnel, E., Blume-peytavi, U., Trojahn, C., Dobos, G., Jahnke, I., Kanti, V., …
Kottner, J. 2017. Prevalence and associated factors of skin diseases in aged
nursing home residents : a multicentre prevalence study, 1–10.
https://doi.org/10.1136/bmjopen-2017-018283
21
22