Anda di halaman 1dari 15

International Journal of Pendidikan dan Penelitian Vol. 2 No.

September 2014 9
PENGARUH GEMPA RISIKO BENCANA REDUCATION SIMULASI TERHADAP
KESIAPAN PENGETAHUAN UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR Ulee PAYA, PULO
Breuh, ACEH BESAR, INDONESIA
Sri Adelila Sari1 *, M. Dirhamsyah2 *, Pocut Zairiana Finzia * 1Faculty dari Guru
pelatihan dan Pendidikan, Universitas Syiah Kuala, Indonesia 2Faculty Teknik,
Universitas Syiah Kuala, * Bencana Program Pascasarjana Ilmu Indonesia, Universitas
Syiah Kuala, Indonesia
e-mail: 1adelila@gmail.com, 2mdirham@yahoo.com, * zairiana24 @ gmail. com
ABSTRAK
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode kesiapan untuk
siswa sekolah dasar dalam menghadapi bencana gempa bumi. Ini dilakukan di Sekolah
Dasar Ulee Paya, Pulo, Aceh Besar. Jenis penelitian adalah eksperimen dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Populasi sampel terdiri dari kelas 5 dan siswa
kelas 6 SD. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non-tes.
Instrumen tes terdiri dari pretest dan posttest, sedangkan non-test adalah dalam bentuk
kuesioner dan rekaman. Kemampuan pengetahuan dalam penelitian ini terdiri dari 10
pertanyaan pilihan ganda yang diberikan di awal dan di akhir penelitian. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sampel
berpasangan t-test. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kehadiran pengaruh yang
signifikan dari P <0,05 terhadap pengetahuan siswa Sekolah Dasar Ulee Paya, setelah
mereka diberi materi dan diberikan simulasi, dibandingkan kondisi
sebelumnya.Kata kunci: bencana metode simulasi , pengetahuan kesiapsiagaan, dan
gempa bumi
1. PENDAHULUAN
Gempa bumi yang diikuti tsunami pada tahun 2004 telah menewaskan lebih dari
250 juta orang baik di provinsi Aceh dan negara-negara pesisir yang mengelilingi
Samudera Hindia. Penyebab utama dari sejumlah besar korban yang meliputi
kurangnya kesiapan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya bencana. Hal ini
sebagian karena masih sangat lemah dalam belajar dari bencana alam termasuk
gempa bumi dan tsunami yang telah terjadi sebelumnya di Indonesia (Anwar, et al.,
2006).
Karena Aceh telah diserang oleh gempa dan tsunami, banyak lembaga telah
terlibat dalam memberikan pelatihan melalui sekolah dan masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran dan kesiapan dalam menghadapi bencana. Para siswa harus
dibimbing tidak hanya mengetahui dan memahami bencana, tetapi yang lebih penting
adalah bagaimana mereka dapat menangani dengan kesiapsiagaan bencana dan
responsif sehingga mereka dapat meminimalkan risiko bencana. Anak-anak yang masih
di Sekolah Dasar adalah bagian dari masyarakat yang dapat disiapkan, dipupuk dan
dilatih menjadi sumber daya manusia yang siap dalam mengatasi bencana. Dalam
rangka membangun budaya keselamatan dan ketahanan, terutama untuk anak-anak
dan remaja, salah satu cara adalah penerapan pelatihan kesiapsiagaan bencana yang
perlu lebih dikembangkan mulai dari tingkat dasar
419
ISSN: 2201-6333 (Print) ISSN: 2201-6740 (online) www.ijern.com
pendidikan. Belajar dari pengalaman tentang tingginya insiden bencana alam dan
bahaya lain yang terjadi di Indonesia, pelatihan ini sangat diperlukan yang mencakup
cara yang tepat tentang bagaimana untuk menyelamatkan diri saat bencana terjadi dan
juga bagaimana untuk menghindari kecelakaan yang tidak perlu yang terjadi dalam
kehidupan kita sehari-hari.
pulau Aceh merupakan salah satu kabupaten yang terletak di wilayah kabupaten
Aceh besar dengan luas 240,75 km2 (24 075 ha), memiliki 17 desa dan salah satunya
adalah desa Ulee Paya. Secara geografis, wilayah pesisir Pulau Aceh berbatasan
langsung dengan Selat Malaka di sebelah timur, sementara perbatasan utara, barat dan
selatan dengan Samudera Indonesia (BPS, 2013). Desa ini terletak di pulau Ulee Paya,
Pulo Breueh, yang merupakan sebuah pulau yang terletak di barat laut Pulau Sumatera
dan di barat laut pulau Weh. Dalam pandangan berdasarkan koordinat, pulau ini
terletak pada koordinat 5 ° 42'0''LU, 95 ° 4'0''BT. Secara administratif, pulau ini
termasuk wilayah Kecamatan Pulau Aceh, Aceh Besar. Dan di pulau ini, ada kabupaten
ibukota pulau Aceh, lampuyang Village. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Breueh).
Ulee Paya SD adalah salah satu sekolah dasar di pulau Aceh. Sekolah yang
terletak di Jalan Lingkar Pulo Aceh, memiliki akreditasi C sejak tahun 2010. Berkaitan
dengan konteks bencana, Pulau Aceh merupakan daerah yang sangat rawan gempa
dan tsunami karena pulau Aceh adalah serangkaian pulau yang terletak pada
kesalahan Aceh segmen. Hal ini sangat aktif, dan itu juga diapit oleh zona subduksi
Indo-Australia plat dau Eurasia yang sewaktu-waktu dapat memicu gempa bumi dan
Tsunami. Dalam konteks kelompok rentan, daerah ini masih perlu diberikan perhatian
lebih karena terbatasnya akses konstruksi, sarana dan prasarana di wilayah tersebut.
Hasil yang diamati di Ulee Paya SD pulau Aceh pada bulan Januari 2014,
menyimpulkan bahwa pembelajaran sistem ini masih konvensional, di mana guru dan
siswa mendengarkan menyampaikan materi tanpa praktek atau simulasi materi
tersebut, termasuk pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Menurut
Ruseffendi, (2005) bahwa dalam metode konvensional, guru dianggap sebagai ilmu
gudang, guru bertindak otoriter, dan guru mendominasi kelas. Itu tidak menjamin bahwa
siswa dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru. Namun, metode Simulasi
adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa dalam mempraktekkan
pengetahuan yang diperoleh dalam konvensional. Dengan menggunakan metode ini,
siswa akan lebih mudah memahami cara yang benar atau tindakan yang tepat
dilakukan saat terjadi bencana sehingga dapat mengurangi resiko bencana.
2. SASTRA VIEW
2.1. Metode simulasi
Menurut Anitah (2007), metode simulasi adalah metode pembelajaran yang
dapat digunakan dalam kelompok belajar. Proses belajar menggunakan metode
simulasi cenderung objeknya bukan benda yang sebenarnya atau peristiwa, melainkan
mengajarkan kegiatan yang berpura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa
di kelas yang lebih tinggi di sekolah dasar. Sementara itu, menurut Mufarrokah (2009),
menyatakan bahwa metode simulasi adalah metode pembelajaran dalam bentuk
permainan diatur, yang dilakukan oleh siswa sehingga proses pembelajaran untuk
memperoleh pemahaman tentang makna konsep atau keterampilan prinsip melalui
simulasi. Dalam sebuah penelitian yang menggunakan metode simulasi, siswa dengan
keterampilan dibina kemampuannya untuk berinteraksi dan berkomunikasi dalam
kelompok. Selain itu, metode simulasi siswa diundang untuk memainkan peran
beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.
420
Jurnal Internasional Pendidikan dan Penelitian Vol. 2 No. September 2014 9
Metode simulasi bertujuan untuk: (1) melatih keterampilan tertentu baik profesional
dan untuk kehidupan sehari-hari, (2) memperoleh pemahaman tentang suatu konsep
atau prinsip, (3) kereta untuk memecahkan masalah, (4) peningkatan aktivitas
pembelajaran, (5) memberikan motivasi belajar, (6) kereta siswa untuk melakukan
kerjasama dalam situasi kelompok, (7) siswa asuh 'siswa daya kreatif, dan (8) kereta
siswa untuk mengembangkan toleransi (Nunuk, 2013) .
2.2.Pengetahuan
Pengetahuanadalah hasil keluar, dan pergi setelah orang berkinerja
penginderaan pada objek tertentu. Penginderaan terjadi di indera manusia, indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan sentuhan. Kebanyakan pengetahuan
manusia diperoleh melalui indera pendengaran, dan indra penglihatan (Notoatmodjo,
2010). Pengetahuan adalah faktor kunci utama dalam mengatasi kesiapan risiko
bencana. Pengetahuan yang dimiliki secara umum dapat mempengaruhi sikap
seseorang dan perhatian untuk siap dan waspada dalam mengantisipasi bencana,
terutama bagi mereka yang tinggal di daerah rawan bencana.
Dalam kaitannya dengan upaya pencegahan bencana di Indonesia, sekolah
sebagai ruang publik yang memiliki peran nyata dalam membangun budaya nasional,
termasuk membangun budaya siaga bencana yang warga khususnya kepada siswa
melalui pengetahuan mentransfer. Transmisi pengetahuan kesiapsiagaan bencana
dapat dilakukan dengan model dan metode pembelajaran yang sangat sederhana.
Indikator pengetahuan dan sikap individu adalah pengetahuan dasar yang harus dimiliki
oleh individu meliputi pengetahuan tentang bencana, penyebab dan gejala, dan apa
yang harus dilakukan dalam insiden bencana alam (ISDR, 2009). Individu atau
masyarakat yang memiliki pengetahuan yang lebih baik terkait dengan kesiapsiagaan
bencana cenderung memiliki lebih baik dari individu atau komunitas yang memiliki
sedikit pengetahuan.
2.2. Bencana Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran di permukaan bumi / tanah karena pelepasan energi
yang terjadi tiba-tiba oleh batuan bawah permukaan. Gempa bumi dapat merusak dua
cara, yaitu langsung dari getaran yang memberikan efek gaya horizontal, dan secara
tidak langsung melalui pencairan. Carlson, et al., (2006) berpendapat bahwa "gempa
bumi adalah gemetar atau bergetar tanah yang disebabkan oleh pelepasan tiba-tiba
energi dalam batuan di bawah permukaan trored bumi". Gempa bumi adalah getaran
atau tanah bergetar disebabkan oleh pelepasan energi yang tersimpan di bawah
permukaan bumi secara tiba-tiba. Gerakan tiba-tiba bumi adalah cara relaksasi untuk
keadaan normal setelah impuls, dorongan, geser benturan atau gesekan antara pelat,
fenomena yang dikenal sebagai Rebound elastis. Selama proses relaksasi, energi akan
menyebar dalam bentuk gelombang yang merambat ke sudut dan merasa sebagai
gempa bumi.
METODE 3.RESEARCH 3.1. Ketik dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen karena penelitian ini meneliti efek
dari metode simulasi bencana terhadap pengetahuan siswa dalam menghadapi
bencana gempa bumi di Ulee Paya SD, Pulo Breuh, Aceh Besar. Desain penelitian
yang digunakan sebagai dasar untuk pelaksanaan penelitian ini adalah Satu Group
Pre-test dan Post-tes Desain.
3.2. Populasi dan Penelitian
SampelPopulasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V dan VI
Sekolah Dasar Ulee Paya, Pulo Breuh, Aceh Besar. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah purposive samplingISSN:.
421
2201-6333 (Print) ISSN: 2201-6740 (Online) www.ijern.com
teknik pengambilan sampel dipilih oleh peneliti karena peneliti memiliki pertimbangan
tertentu termasuk siswa di kelas V dan kelas VI Sekolah Dasar Ulee Paya yang mudah
untuk bekerja sama, memiliki pemahaman yang baik terhadap pengetahuan, memiliki
sikap dan ingin berlatih kesiapsiagaan bencana. Selain itu, siswa dapat terlibat dalam
simulasi gempa, dan peneliti lebih mudah berkomunikasi dan mengarahkan siswa kelas
lima dan enam daripada kelas I, II, III dan IV. Hal ini ditegaskan oleh Sundayana, (2012)
yang menyatakan bahwa teknik purposive sampling digunakan ketika anggota sampel
dipilih secara spesifik berdasarkan tujuan penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah
dua kelas yang dipilih dari enam kelas di Ulee Paya SD, Pulo Breuh.
3.3. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non-tes. Tes adalah
instrumen tes yang terdiri dari pretest dan posttest. Sementara non-tes yang lembar
kuesioner, dan alat perekam dalam melaksanakan penelitian pada metode simulasi
kesiapsiagaan bencana untuk siswa Sekolah Dasar dalam menghadapi gempa
bencana. Tes didefinisikan sebagai perangkat yang digunakan untuk mengukur
pengetahuan atau penguasaan materi tertentu. Kemampuan pengetahuan dalam
penelitian ini terdiri dari 10 soal pilihan ganda yang diberikan di awal dan di akhir
penelitian. Pemilihan tes pilihan ganda bertujuan untuk mengungkapkan pengetahuan
siswa tentang kemampuan ilmu material dari bencana. Setiap pretest pertanyaan dan
posttest hampir identik dan berat yang sama. Pretest bertujuan untuk menentukan
siswa pengetahuan sebelumnya sebelum mendapatkan perawatan, sedangkan posttest
bertujuan untuk menentukan apakah atau tidak meningkat terhadap siswa pengetahuan
dalam pembelajaran setelah mendapatkan perawatan.
3.4. Analisis Data Hasil tes data sebelum dan setelah bahan kesiapsiagaan gempa
dianalisis dengan membandingkan pretest dan skor posttest. Uji statistik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis t-test Samples T-Test.yang
3.5dipasangkan.Prosedur penelitian 3.5.1. Persiapan Tahap Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan tahapan persiapan adalah
sebagai berikut. 1) Tentukan sampel berdasarkan pertimbangan dari peneliti dan
dosen. 2) Merancang pretest instrumen penelitian dan pertanyaan posttest, sikap
kuesioner dan tindakan-tindakan kesiapan untuk menilai sejauh mana siswa
pengetahuan, sikap dan tindakan siswa sekolah dasar dalam menghadapi bencana
alam. 3) Diskusikan dengan atasan instrumen penelitian.
3.5.2. Implementasi Tahap Penelitian Setelah melakukan tahap persiapan, tahap
berikutnya dari studi yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1)
Pengumpulan data, dalam hal ini peneliti mengumpulkan data dengan cara:
i) Kumpulkan hasil pretest, posttest dan kuesioner dilakukan tiga puluh siswa sampel. ii)
Memberikan bahan pengetahuan bencana untuk kelas V dan VI sekolah dasar. iii)
persiapan dan pelaksanaan simulasi bencana. iv) Mendokumentasikan simulasi gempa.
Setelah data diperoleh, para peneliti tahap berikutnya dilakukan analisis data
menghasilkan kesimpulan yang relevan dengan tujuan penelitian ini.
422
Jurnal Internasional Pendidikan dan Penelitian Vol. 2 No. 9 September 2014
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pengetahuan Simulasi Terhadap
Bencana
Simulasi adalah perilaku seseorang untuk bertindak seperti orang yang
dimaksud, sehingga masyarakat dapat mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana
orang merasa dan melakukan sesuatu. Dengan mensimulasikan respon bencana alam,
siswa Ulee Paya Sekolah Dasar diberikan pendidikan untuk membantu diri mereka
sendiri dalam melakukan kemampuan mitigasi dalam dan di luar ruang kelas saat
gempa sehingga anak dapat menyelamatkan dirinya.
Mitigasi adalah tindakan seseorang untuk mengurangi dampak bencana yang
dapat dilakukan sebelum bencana terjadi. Umumnya, kita tahu bahwa gempa itu
mengancam seseorang, dan bahwa seseorang harus lakukan untuk menyelamatkan
diri mitigasi serta siswa sekolah dasar, sehingga perlu diajarkan kepada anak-anak di
sekolah, dan guru harus dapat menemukan yang cocok dan cara menarik membujuk
anak untuk belajar. Saat melakukan penelitian untuk mensimulasikan mitigasi di dalam
kelas saat gempa terjadi, anak tertarik untuk mengurangi dan anak-anak yang aktif
untuk melakukan simulasi di ruang kelas saat gempa terjadi. Sementara waktu
sebelumnya, anak itu hanya diajarkan dengan memberikan penjelasan.
Simulasi Gempa dimaksudkan sebagai pengetahuan dasar antisipasi dalam
mengurangi baik kerugian material dan korban sebelumnya. Simulasi ini dilakukan pada
tanggal 22 Maret 2014, di Ulee Paya Elemenary Sekolah, Pulo Breuh, Aceh Besar.
Sampel dari gempa bor kelas V dan VI siswa Ulee Paya Elemenary Sekolah. Hasil
T-test pada efek simulasi kesiapsiagaan pengetahuan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Berdasarkan analisis dari T tes pengetahuan siswa Ulee Paya Sekolah Dasar terhadap
pengetahuan dalam menghadapi bencana alam menunjukkan bahwa ada variasi p
signifikan> 0,05 pada penyediaan bahan baik sebelum dan setelah pemberian materi,
hal ini karena siswa dari Ulee Paya Sekolah Dasar sudah tahu dan mengerti apa itu
bencana alam, hal ini sesuai dengan pemahaman siswa tentang gempa bumi yang
menyatakan bahwa materi sebelum administrasi dan setelah pemberian materi tidak
menunjukkan perbedaan, yang berarti bahwa siswa telah memahami apa yang itu
adalah gempa bumi.
Untuk memahami pengetahuan siswa siswa Ulee Paya SMA terhadap kekuatan
alat perekam gempa menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam terjadinya p <0,05
yang mengatakan bahwa mengingat materi sebelum siswa tidak tahu apa itu pengukur
gempa, tapi setelah materi diberikan, gempa gauges pengetahuan siswa meningkat.
Sedangkan untuk pengetahuan siswa tentang bumi dan lapisannya, menunjukkan
bahwa tidak adanya perbedaan antara sebelum dan setelah bahan pelapis di bumi dan
p> 0,05. Hal ini disebabkan pemahaman siswa untuk memahami materi yang disajikan
masih rendah.
Dalam tabel analisis t-test, perilaku gempa bumi di kelas menunjukkan
perbedaan signifikan p <0,05 antara sebelum dan sesudah materi itu diberikan , ini
menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman siswa tentang perilaku gempa bumi. .
Hasil penelitian Astuti, et al, (2010) menunjukkan bahwa siswa di wilayah yang sering
terjadi gempa bumi masih menunjukkan persepsi Tujuan dari peristiwa seismik yang
dapat mengenali tanda-tanda gempa seperti properti hilang; jumlah kematian dan
penyakit. Meskipun siswa memiliki rasa takut, tetapi siswa masih memiliki faktor
protektif sebagai modal untuk membangun ketahanan melalui keinginan untuk belajar
pengetahuan tentang antisipasi bencanaISSN:.
423
2201-6333 (Print) ISSN: 2201-6740 (Online) www.ijern.com
Tabel 4.1 . Pengaruh Simulasi terhadap Kesiapan Pengetahuan
Paired Perbedaan
Pertanyaan
Berarti
424 95% Confidence
Std. Deviasi
Std.
Interval dari Kesalahan Perbedaan Berarti
Bawah Atas
t df
Sig. (2- tailed)
Pair 1 1 0,03333 0,61495 0,11227 -0,19629 0,26296 0,297
Pair 2 2 0,23333 0,93526 0,17075 -0,1159 0,58257 1,366Pair 3 3 0,1 0,71197 0,12999 -0,16585 0,36585 0,769
Pair 4 4 -0,6 0,56324 0,10283 -0,81032 -0,38968 -5,835 29 0 Pair 5 5 -0.3 0,53498 0,09767 -0,49977 -0,10023
-3,071 29 0,005
Pair 6 6 0,1 0,48066 0,08776 -0,07948 0,27948 1,14 29 0,264 Pair 7 7 -0,73333 0,86834 0,15854 -1,05758 -0,40909
-4,626
Pair 8 8 -0,03333 0,18257 0,03333 -0,10151 0,03484 -1 29Pair 9 9 -0,16667 0,64772 0,11826 -0,40853 0,0752
-1,409
Pair 10 10 0,3 0,65126 0,1189 0,05682 0,54318 2,523 29 0,017 Keterangan: 1) yang termasuk bencana alam
adalah sebagai berikut, kecuali (P> 0,05) ,, 2) Apa Gempa (P> 0,05) ,, 3) Berapa banyak lapisan yang Bumi terdiri
dari (P> 0,05) ,, 4) Apa nama dari kekuatan rekaman gempa perangkat (P <0,05), 5) Bagaimana gempa bumi di
kelas (P <0,05), 6) Bagaimana menghadapi gempa bumi di luar kelas (P> 0,05) ,, 7) Apa Kesiapsiagaan Bag (P
<0,05) , 8) Apa yang harus dimasukkan ke dalam tas di standby (P> 0,05) ,, 9) Bagaimana kekuatan gempa bisa
membawa potensi tsunami (P> 0,05) ,, 10) Dimana tempat yang aman dari ancaman tsunami (P <0,05).

pemberian materi tentang kebutuhan untuk persiapan dalam menghadapi


bencana tas waspada terhadap siswa dari Ulee Paya Sekolah Dasar menunjukkan p
<0,05, yang menyatakan bahwa ada yang signifikan diberikan materi setelah dari
sebelumnya penyediaan bencana materi ilmu. Ini disebabkan oleh siswa dari Ulee Paya
Sekolah Dasar yang tidak mengerti sebelumnya apa artinya tas kesiapsiagaan. Dari
penelitian Suwarsono, et al., (2013) menunjukkan mayoritas penduduk di desa-desa
yang rawan bencana sudah menyadari bahwa pemukiman rawan gempa dan tsunami,
sehingga ketika gempa besar, semua orang di desa akan siap siaga mengungsi ke
perakitan poin lebih aman lokasi khususnya, terutama anak-anak dan ibu. Umumnya,
orang bahkan tidak mempersiapkan segala sesuatunya seperti pakaian, surat-surat
penting yang disiapkan dalam tas jinjing dan bahkan bahan makanan yang harus
diambil untuk mengungsi jika ada ancaman yang tiba-tiba tsunami.
Selain itu, pemahaman siswa peralatan apa yang harus dimasukkan ke dalam
tas kesiapsiagaan menunjukkan bahwa p> 0,05 yang menyatakan tidak adanya
pengaruh peningkatan pemahaman siswa dari peralatan yang termasuk dalam tas
kesiapan, baik sebelum atau setelah materi diberikan. Hal ini disebabkan oleh peralatan
yang dimasukkan ke dalam peralatan tas kesiapsiagaan sudah tahu sebelumnya.
Pemahaman siswa dari arah di mana tempat yang aman dari ancaman tsunami, hasil
analisis menunjukkan bahwa p <0,05, yang menunjukkan bahwa pengetahuan siswa dari arah
di mana tempat yang aman dari ancaman kenaikan tsunami dibandingkan dengan sebelum
arah tertentu. Hal ini karena bahan yang disampaikan kepada siswa dalam bentuk simulasi
langsung di lapangan sehingga siswa mengetahui daerah yang aman dari ancaman tsunami.
Menurut Villagran de Leon (2006), tujuan dari sistem peringatan dini adalah untuk
menginformasikan kepada masyarakat bahwa dalam waktu yang sangat singkat ada bahaya
alam dan memungkinkan masyarakat untuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman
sesegera mungkin. Sehingga saat-saat yang
International Journal of Pendidikan dan Penelitian Vol. 2 No. September 2014 9
sangat rentan dalam proses peringatan dini adalah ketika isi peringatan dapat dipahami
sehingga dapat dipahami atau direspon dengan baik oleh masyarakat (Anwar, 2011). Mulai
pengukuran adalah ketika orang mendengarkan peringatan dalam waktu singkat maka manusia
dapat menyelamatkan dirinya sendiri atau untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang
telah conducte, dapat disimpulkan bahwa simulasi kesiapsiagaan bencana gempa bumi
dapat membantu dan meningkatkan pengetahuan siswa Ulee Paya sekolah dasar
negeri dalam menghadapi gempa bumi. Selain itu, siswa yang memperoleh pendidikan
kesiapsiagaan gempa telah meningkatkan pengetahuan tentang fenomena gempa,
mitigasi dan tanggap darurat tindakan. Mereka memiliki persepsi yang nyata dari
kemungkinan bahaya. Siswa juga memainkan peran aktif dalam penyebaran informasi
untuk pengurangan risiko bencana di rumah mereka.
5.2 Saran Disarankan bagi siswa untuk dapat melanjutkan untuk mendapatkan pengetahuan
tentang gempa bumi dan bencana lainnya dan mitigasi bencana. Sedangkan elemen sekolah
diharapkan dapat membuat simulasi bencana rutin sekolah yang lebih baik untuk sekolah dasar
mereka sehingga siswa akan lebih mendapatkan mengerti bagaimana mengatasi bencana,
terutama gempa bumi.
UCAPAN terima kasih ini ditujukan kepada The Indonesia Departemen Pendidikan dan
budaya dalam menyediakan dana untuk penelitian ini di bawah Hibah Pascasarjana
No.133 / UN11.2 / LT / SP3 / 2014.
PUSTAKA Anitah, S, W ,. 2007. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka Anwar, HZ Dan Norio Okada, 2006, Pembelajaran dari Tsunami Samudera
Hindia Bencana menuju Sustaineble dan Terpadu Manajemen Resiko Bencana,
Prosiding Pengurangan Konferensi Internasional Bencana (IDRC) Vol.2, Davos, Swiss,
27 Agustus -. 1 September 2006. Anwar, HZ, 2011, Fungsi Kesiapan Masyarakat
Terhadap Peringatan Dini Bahaya Tsunami: Studi KASUS di Kota Padang, Jurnal Riset
- Geologi Dan Pertambangan, Vol. 21, No.2, 2011. Astuti SI, Sudaryono, SU, 2010.
Peran Sekolah Dalam Pembelajaran Mitigasi Bencana, Jurnal
Penanggulangan Bencana, Vol.1 No.1 Tahun 2010. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Aceh Besar, 2013. Kecamatan Pulo Aceh Dalam Angka 2013,
Katalog BPS: 1.102.001,1108130. Carlson, Plumer, Megeary. 2006. Fisika
Geologi Bumi Terungkap, edisi keenam. New York:
MC.Graw Hill. Strategi Internasional untuk Pengurangan Bencana (ISDR).
2009. Hidup dengan Risiko Sebuah tinjauan global
inisiatif pengurangan bencana. Jenewa, Swiss. Mufarrokah, A, 2009, Strategi
Belajar Mengajar, Yogyakarta; Teras. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nunuk, S, 2013. Pengembangan Strategi, Metode
Dan Model Pembelajaran, UNSISSN:.
425
2201-6333 (Print) ISSN: 2201-6740 (Online) www.ijern.com
Ruseffendi, ET 2005. Dasar-dasar Matematika modern dan Komputer untuk review
Guru Edisi 5.
Bandung: Tarsito. Sundayana, R., 2012. Statistik Penelitian Pendidikan, Garut:
STKIP, Garut Press. Suwarsono, Sigit. B, Supiyati, Fauzi, Y, 2013, Optimalisasi Potensi
Lokal Desa Rawan Bahaya Tsunami hearts Rangka Mitigasi Menuju Terwujudnya Desa
Siaga Bencana Mandiri di Pesisir Provinsi Bengkulu, Lampung, Prosiding Semirata
FMIPA Universitas Lampung. Villagran de Leon, J. C, Dan Bogardi, J., 2006, Sistem
Peringatan Dini dalam KonteksBencana,
Manajemen Risiko Entwicklung & ländlicher raum 2/2006, UNU-EHS, UN ISDR.
Wikipedia, Ensiklopedia Bebas, 2014, http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Breueh
426

Anda mungkin juga menyukai