Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Epilepsi
Epilepsi adalah salah satu kelainan tertua di dunia yang diketahui, dengan
catatan tertulis yang berasal dari tahun 4000 SM. Ketakutan, kesalah pahaman,
diskriminasi dan stigma sosial telah mengelilingi penderita epilepsi selama
berabad-abad. Stigma ini terus berlanjut di banyak negara dan berdampak pada
kualitas hidup penderita epilepsi dan keluarganya.Epilepsi bersifat universal,
dapat terjadi pada segala usia, jenis kelamin, letak geografis, strata sosial, dan ras
manapun. Di Indonesia, epilepsi dikenal sebagai “ayan” atau “sawan”. Aktivitas
jaringan otak yang abnormalpada epilepsi dapat merusak kemampuan kognitif dan
neuropsikologis. 5,6
b. Definisi
Status epileptikus adalah aktivitas bangkitan yang berlanjut atau intermitten yang
berlangsung selama 30 menit atau lebih saat penderita kehilangan kesadarannya.
Status epileptikus merupakan kedaruratan neurologis, karena dapat terjadi
kerusakan saraf yang bermakna akibat aktivitas listrik abnormal dan
berkelanjutan.Status epileptikus adalah bangkitan yang berkepanjangan tanpa
pemulihan kesadaran antar ictus. 15,16
c. Klasifikasi
parsial dibagi menjadi parsial sederhana (kesadaran utuh) dan parsial kompleks
(kesadaran berubah namun tidak hilang).Pada bangkitan parsial kompleks
aktivitas listrik yang abnormal sering berasal dari lobus temporalis medial atau
lobus frontalis inferior.15,16
Bangkitan generalisata melibatkan seluruh korteks serebrum dan diensefalon serta
ditandai dengan awitan aktivitas bangkitan bilateral dan simetris.Pada bangkitan
generalisata, penderita kehilangan kesadaran.Bangkitan generalisata biasanya
muncul tanpa aura atau peringatan terlebih dahulu.Bangkitan generalisata dibagi
menjadi bangkitan tonik, bangkitan klonik, bangkitan tonik-klonik (grand mal),
bangkitan absence (petit mal), bangkitan mioklonik dan bangkitan atonik. Selain
itu, bangkitan dapat diklasifikasikan menurut proses yang mendasari yaitu
bangkitan beralasan (terprovokasi) atau bangkitan yang tidak beralasan (tidak
terprovokasi). Gangguan sistem saraf pusat akut, racun, atau gangguan metabolik
akut dapat memicu bangkitanterprovokasi atau beralasan.4,16 Karakteristik
bangkitan parsial dan generalisata diuraikan pada tabel berikut:
Klasifikasi Karakteristik
d. Epidemiologi
Epilepsi adalah penyakit yang melemahkan saraf pusat, yang mengenai sekitar 1%
populasi di duniadan diderita sekitar 1 dari 26 orang. Epilepsi mengenai lebih dari
50 juta individu di seluruh dunia. 6
Epilepsi merupakan masalah neurologis tersering ketiga di dunia, yang
berkontribusi sekitar 0.75% kejadian dari seluruh penyakit didunia, dengan angka
kejadian tinggi ditemukan pada negara dengan pendapatan perkapita rendah
sampai sedang. Sekitar 40 juta orang atau 80% penderita epilepsi diasumsikan
tinggal di negara berkembang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
7
prevalensi epilepsi secara global berada pada kisaran 5-8 per 1000jiwa.
(Satishchandra 2004)Di negara-negara berpenghasilan tinggi, kasus baru tahunan
adalah antara 30-50 kasus per 100.000 jiwa, sedangkan di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah, angkanya dua kali lebih tinggi.5
Epilepsi merupakan penyakit neurologis ke empat tersering di Amerika
Serikat.(Price 2016)Epilepsi mengenai 2.3 juta jiwa di Amerika Serikat (AS).Satu
dari 26 orang di AS menderita epilepsi seumur hidupnya. Insiden epilepsi di AS
berkisar antara 15 sampai 71/100.000 jiwa per tahun.Diperkirakan setengahnya
mempunyai gangguan fisik dan keterbatasan fungsional.Hampir 40% mempunyai
gangguan mental yang berat seperti autisme dan retardasi mental.(Kaiboriboon
2013)Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru epilepsi di Amerika Serikat setiap
tahunnya. Studi berbasis populasi di AS menunjukkan bahwa hingga 36% orang
dewasa yang menderita epilepsi tidak pernah menemui dokter ahli saraf atau ahli
epilepsi dan sebanyak 26% penderitayang onsetbangkitannya masih awal tidak
mengonsumsi obat untuk mengendalikan bangkitan. 5,11
Epilepsi adalah penyakit yang melemahkan dan mahal. Epilepsi biasanya
mengenai individu dengan status sosioekonomi rendah dan dapat mengenai semua
usia. Di Amerika Serikat, epilepsilebih sering terjadi dibandingkan gabungan
kejadian antara autisme, cerebral palsy, multipel sklerosis, dan penyakit
parkinson. Kemungkinan kematian dini meningkat pada beberapa jenis epilepsi,
terutama jika bangkitan tidak terkontrol dengan baik. Epilepsi juga mengenai
sekitar 70.000 jiwa di Ontario, Kanada.17,18
Lebih dari separuh jumlah penderita epilepsi di seluruh dunia diperkirakan
terdapat di Asia. Prevalensi penderita epilepsi seumur hidup di Asia bervariasi di
tiap negara mulai dari 1.5 sampai 14.0 per 1000 penderita. Epilepsi merupakan
masalah neurologi tersering di China setelah migrain dan stroke. Di benua Afrika
diperkirakan minimal terdapat sekitar 10 juta kasus epilepsi. Suatu studi yang
dilakukan di Eropa melaporkan bahwa setengah dari 6 juta penduduk Eropa yang
menderita epilepsi merasa dirinya cacat dan dijauhi dari kehidupan sosial.Selain
itu, suatu studi pada 6.000 orang dewasa dari 10 negara Eropa, menyatakan lebih
dari setengahnya merasa dirinya cacat karena epilepsi yang dideritanya.18,19
8
e. Etiologi
f. Patofisiologi
sel glia melepaskan molekul neuromodulator seperti glutamat, ATP, dan sitokin,
yang berperan pada saat bangkitan. 4,5
g. Gambaran Klinis
Epilepsi adalah kelainan neurologis kronis ketiga terbanyak yang ditandai dengan
kecenderungan mengalamibangkitan, disfungsi emosional dan kognitif. (Vezzani
2012) Karakteristik bangkitan bervariasi dan bergantung pada lokasi terjadinya
gangguan di otak dan seberapa jauh penyebarannya. Gejala sementara yang dapat
terjadi seperti kehilangan kesadaran, gangguan pergerakan (kejang, spasme otot),
12
sensasi (termasuk penglihatan, pendengaran dan rasa), mood, perilaku yang aneh,
gangguan fungsi kognitif, gangguan otonom seperti sekresi berlebihan air liur,
inkontinensiaurin, dan inkontinensia alvi. Konvulsi atau kejang mengacu secara
khusus pada manifestasi motorik dari aktivitas listrik abnormal di otak.
Manifestasi klinis bangkitan sangat luas dan mencakup aktivitas motorik fokal
atau umum, perubahan status mental, pengalaman sensorik atau psikis, dan
gangguan otonom.Biasanya sangat singkat, berlangsung beberapa detik sampai
beberapa menit. 4,5
Satubangkitan tidak menandakan suatu penyakit epilepsi (sekitar 10% individu di
seluruh dunia mengalami satu kalibangkitan selama hidupnya). Epilepsi dianggap
sebagai kelainan otak yang didefinisikan oleh salah satu dari kondisi berikut: 4,5
1) Setidaknya terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi (refleks) terjadilebih dari 24
jam
2) Sebuah bangkitan tanpa provokasi (refleks) muncul setelah dua bangkitan
tanpa provokasi yang terjadi lebih dari 10 tahun yang lalu, dengan
risikomengalami bangkitan selanjutnya yang serupa mencapai 60%
3) Didiagnosis adanya sindrom epilepsi.
Epilepsi dianggap sembuh pada individu yang tidak lagi menderita bangkitan
selama 10 tahun terakhir, dengan 5 tahun terakhirnya tanpa pengobatan epilepsi.
(Fisher 2014). Pada bangkitan parsial sederhana penderita dapat menyadari saat
bangkitan mulai terjadi.Kontraksi otot yang dirasakan sangat nyeri serta penderita
tetap sadar selama bangkitan. (Nakasato 2016) Pada bangkitan parsial kompleks,
sering disertai oleh aktivitas motorik repetitif involunter yang
terkoordinasi.Kejadian ini dikenal sebagai perilaku otomatis (automatic
behavior).Contoh dari perilaku tersebut yaitu menarik-narik baju, bertepuk
tangan, mengecap-ngecap bibir atau mengunyah berulang-ulang. Penderita dapat
mengalami perasaan seperti mimpi dan tetap sadar selama serangan namun
umumnya tidak dapat mengingat apa yang terjadi. Bangkitan parsial kompleks
merupakan gejala utama pada epilepsi lobus temporal.Bangkitan ini didahului
dengan atau tanpa aura dan dapat berlangsung beberapa menit.Sering terjadi
13
kebingungan pasca iktal dan penderita tidak dapat mengingat kejadian saat terjadi
bangkitan. 16
h. Diagnosis
Anamnesis
gambaran lengakp mengenai pola serangan, agar dapat diketahui fokus serta
dan keadaan sesudah kejang (parase Todd, nyeri kepala, segera sadar,
waktu serangan (pagi, siang, malam, waktu mau tidur, sedang tidur, mau
2. Riwayat keluarga
saraf dan penyakit lainnya. Hal ini misalnya perlu untuk mencari adanya
faktor hereditas. 21
ketuban pecah dini, asfiksia. Penyakit apa saja yang pernah diderita
(trauma kapatis, radang selaput otak atau radang otak, ikterus, reaksi
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan gold standar pada penyakit epilepsy adalah EEG atau
ElektroEnsefaloGram.21,22
Elektroensefalogram (EEG) merupakan pemeriksaan penunjang yang
informatif yang dapat memasukkan diagnosis epilepsi bila ditemukan pola
EEG yang bersifat khas epileptik baik terekam saat serangan maupun di luar
serangan berupa gelombang runcing, gelombang paku, runcing lambat, paku
lambat.21,22
Pola-pola EEG yang khas untuk epilepsi dengan berbagai etiologi ialah
sebagai berikut:23
A. Disritmia bilateral sinkron dengan pola klasik yang terdir dari kompleks
gelombang runcing –lambat, yang khas untuk grand mal.
B. Disritmia derajat 3 dengan gelombang tajam fokal yang mengarah kepada
epilepsi fokal, akibat lesi atrofik.
C. Disritmia derajat 1 atau 2 dengan gelombang delta fokal, yang mungkin
menunjuk kepada lesi neoplasmatik.
D. Pola kompleks gelombang runcing-lambat 3 spd, yang khas untuk petit
mal.
E. Pola hipsaritmia dengan gelombang tajam dan runcing yang menyeluruh.
F. Disritmia dengan munculnya gelombang runcing lambat yang tidak khas
dengan letupan yang terdiri dari dari gelombang-gelombang runcing, yang
mengarah ke miklania epileptik
17
i. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Pemilihan obat anti epilepsi (OAE) sangat tergantung pada bentuk
bangkitan dan sindroma epilepsi, selain itu juga perlu dipikirkan kemudahan
pemakaiannya. Penggunaan terapi tunggal dan dosis tunggal menjadi pilihan
utama. Kepatuhan pasien juga ditentukan oleh harga dan efek samping OAE yang
timbul.22,23
Antikonvulsan Utama 22,23
1. Fenobarbital : dosis 2-4 mg/kgBB/hari
2. Phenitoin : 5-8 mg/kgBB/hari
3. Karbamasepin : 20 mg/kgBB/hari
4. Valproate : 30-80 mg/kgBB/hari
18
Karbamazepin,
phenytoin, asam Acetazolamide,
Bangkitan umum tonik valproat, phenobarbital clobazam, clonazepam,
klonik ethosuximide, felbamate,
gabapentin, lamotrigine,
levetiracetam,
oxcarbazepine, tiagabin,
topiramate, vigabatrin,
pirimidone
Asam valproat,
ethosuximide ( tidak
Bangkitan lena tersedia di Indonesia) Acetazolamide,
clobazam, clonazepam,
lamotrigine,
Asam valproat phenobarbital, pirimidone
Bangkitan mioklonik
Clobazam, clonazepam,
ethosuximide,
lamotrigine,
phenobarbital,
pirimidone, piracetam
19
Pronosis
Prognosis pengobatan pada kasus kasus baru pada umumnya baik, pada
70–80% kasus bangkitan kejang akan berhenti dalam beberapa tahun pertama.
Setelah bangkitan epilepsi berhenti, kemungkinan rekurensinya rendah, dan
pasien dapat menghentikan OAE.22,23
Prognosis epilepsi akan menjadi lebih buruk bila terdapat hal-hal sebagai
berikut:21,22,13
a. Terdapat lesi struktural otak
b. Bangkitan epilepsi parsial
c. Sindroma epilepsi berat
d. Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
e. Frekuensi bangkitan tonik-klonik yang tinggi sebelum dimulainya
pengobatan
f. Terdapat kelainan neurologis maupun psikiatris
21
Daftar Pustaka
2. Fisher RS, Acevedo C, Arzimanoglou A, Bogacz A, Cross JH, Elger CE, et al.
A practical clinical definition of epilepsy. Epilepsia [serial online] 2014 Jan
[cited 20 juni 2018]; 55(4):1. Available from:
URL:http://www.ilae.org/Visitors/Centre/documents/Definition2014-
RFisher.pdf
6. Englot DJ, Chang EF, Vecht CJ. Epilepsy and brain tumors. Handb Clin
Neurol [serial online] 2017 Jan [cited 20 juni 2018]; 134:267. Available from:
URL:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4803433/pdf/nihms-
767060.pdf
11. Cui W, Zack MM, Kobau R, Helmers SL. Health behaviors among people
with epilepsy—results from the 2010 National Health Interview survey.
Epilepsy Behav [serial online] 2016 Mar 01 [cited 20 juni 2018]; 44:122.
Available from:
URL:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4580240/pdf/nihms-
722089.pdf
13. Rosenberg EC, Tsien EW, Walley BJ, Devinsky O. Cannabinoids and
epilepsy. Neurotherapeutics [serial online] 2015 Aug 18 [cited 20 juni 2018];
12:747. Available from:
URL:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4604191/pdf/13311_20
15_Article_375.pdf
URL:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4564055/pdf/nihms694
349.pdf
15. Englot DJ, Hinkley LB, Kort NS, Imber BS, Mizuiri D, Honma SM, et al.
Global and regional functional connectivity maps of neural oscillations in
focal epilepsy. Brain [serial online] 2015 May 16 [cited 20 juni 2018];
138:2250,2260. Available from:
URL:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4840946/pdf/awv130.p
df
16. Lombardo MC. Gangguan kejang. In: Price SA, editor. Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit. 6th Ed. Vol 2. Jakarta: EGC; 2015. p. 1157-66.
17. Fountain NB, Ness PCV, Bennett A, Absher J, Patel AD, Sheth KN, et al.
Quality improvement in neurology epilepsy update quality measurement set.
AAN [serial online] 2015 Apr 07 [cited 20 juni 2018]; 84:1483-4. Available
from:
URL:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4395888/pdf/NEUROL
OGY2014619486.pdf
18. Knight EMP, Schiltz NK, Bakaki PM, Koroukian SM, Lhatoo SD,
Kaiboriboon K. Increasing utilization of pediatric epilepsy surgery in the
United States between 1997 and 2009. Epilepsia [serial online] 2016 Mar 01
[cited 20 juni 2018]; 56(3):375. Available from:
URL:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4363272/pdf/nihms647
414.pdf
20. Thibault DP, Mendizabal A, Abend NS, Davis KA, Crispo J, Willis AW.
Hospital care for mental health and substance abuse in children with epilepsy.
Epilepsy Behav [serial online] 2017 Apr [cited 20 juni 2018]; 57 (Pt
A):2,6,13. Available from:
URL:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5347535/pdf/nihms758
790.pdf