Anda di halaman 1dari 30

NAMA : NI PUTU MANIK UTAMIWATI

NIM : 154111099
KELAS/SEMESTER : FARMASI C/VI

KASUS STEMI

 Rujukan RS Anwar Medika


 Tn.A umur 53 tahun
 Subyek :
- Nyeri dada tembus kepunggung ± 13 jam SMRS
- Nyeri dada timbul saat mendorong gerobak
- Nyeri dada dirasakan sebelah kiri dengan skala nyeri 6
- Nyeri dada dirasakan seperti tertimpa benda berat dan tidak hilang dengan istirahat
- Nyeri dada disertai dengan keringat dingin,mual,muntah,pusing,badan terasa lemas
- Nyeri dada tidak disertai berdebar, sesak dan pingsan
- Merokok 1 pak/hari
 Riwayat penyakit terdahulu : HT dan DM
 Riwayat Terapi : -
 Objek :

 Perkembangan Diagnosis

Tanggal Perkembangan Diagnosis


STEMI inferior + RV + posterior + sinus arrest + on
1/9/2013
TPM  TAVB.
PJK STEMI inferior + RV + posterior + post sinus arrest
2/9/2013
+TAVB on TPM + ischemi lateral.
PJK STEMI inferior + RBBB type (tanpa
3/9/2013 revaskularsasi) sinus arrest on accelerated jucntional
rhytm.
ACS STEMI inferior – RV + RBBB type (tanpa
4/9/2013
revaskularsasi) + TAVB irama local junctional.
ACS STEMI inferior – RV + RBBB type (tanpa
5/9/2013
revaskularsasi) + TAVB irama lolos junctional.
ACS STEMI inferior – RV + RBBB type (tanpa
6/9/2013
revaskularsasi) + TAVB irama lolos junctional.
ACS STEMI inferior – RV + RBBB type (tanpa
7/9/2013 revaskularsasi) + TAVB irama lolos junctional + S.
Acute gout arthritis
ACS STEMI inferior – RV + RBBB type (tanpa
8/9/2013 revaskularsasi) + TAVB irama lolos junctional + S.
Acute gout arthritis
ACS STEMI inferior – RV + RBBB type (tanpa
9/9/2013 revaskularsasi) + TAVB irama lolos junctional
dipercepat + S. Acute gout arthritis.
ACS STEMI inferior – RV + RBBB type (tanpa
10/9/2013 revaskularsasi) + TAVB irama lolos junctional
dipercepat + S. Acute gout arthritis + SVD di RCA
ACS STEMI inferior – RV + RBBB type (tanpa
11/9/2013 revaskularsasi) + TAVB irama lolos junctional
dipercepat + S. Acute gout arthritis + SVD di RCA
ACS STEMI inferior – RV + RBBB type (tanpa
revaskularsasi) + TAVB irama lolos junctional
12/9/2013
dipercepat + S. Acute gout arthritis + total oklusi di
RCA + post sinus arrest + post syock cardiogenik.
ACS STEMI inferior – RV + TAVB irama lolos
junctional dipercepat + S. Acute gout arthritis + total
13/9/2013
oklusi di RCA + post sinus arrest + post syock
cardiogenik.
ACS STEMI inferior – RV + TAVB irama lolos
junctional dipercepat + S. Acute gout arthritis + total
14/9/2013
oklusi di RCA + post sinus arrest + post syock
cardiogenik.
ACS STEMI inferior – RV + TAVB irama lolos
junctional dipercepat + S. Acute gout arthritis + total
15/9/2013
oklusi di RCA + post sinus arrest + post syock
cardiogenik.
ACS STEMI inferior – RV + TAVB irama lolos
junctional dipercepat + S. Acute gout arthritis + total
16/9/2013
oklusi di RCA + post sinus arrest + post syock
cardiogenik.
ACS STEMI inferior – RV + TAVB irama lolos
junctional dipercepat + S. Acute gout arthritis + total
17/9/2013
oklusi di RCA + post sinus arrest + post syock
cardiogenik.
 Permasalahan Aktif

Tanggal Masalah
1/9/2013 Angina + Syock Cardiogenik + TAVB
2/9/2013 Angina + Syock Cardiogenik + TAVB
Syock Cardiogenik + TAVB +
3/9/2013
Leukositosis
4/9/2013 TAVB + Leukositosis
5/9/2013 TAVB + Leukositosis
6/9/2013 TAVB + Leukositosis
TAVB + Leukositosis + S.Acute gout
7/9/2013
arthritis
TAVB + Leukositosis + S.Acute gout
8/9/2013
arthritis
TAVB + Leukositosis + S.Acute gout
9/9/2013
arthritis
TAVB + Leukositosis + S.Acute gout
10/9/2013
arthritis
11/9/2013 TAVB + S.Acute gout arthritis
12/9/2013 TAVB + S.Acute gout arthritis
TAVB + S.Acute gout arthritis +
13/9/2013
Leukositosis
TAVB + S.Acute gout arthritis +
14/9/2013
Leukositosis
15/9/2013 TAVB + S.Acute gout arthritis +
Leukositosis
TAVB + S.Acute gout arthritis +
16/9/2013
Leukositosis
TAVB + S.Acute gout arthritis +
17/9/2013
Leukositosis

 Hasil pemeriksaan

Tanggal Hasil Pemeriksaan


10/09/2013 Klinik :
STEMI inferior + post TAVB

Elektrocardiografi :
Irama sinus 100x / menit. TAVB dengan irama lolos
jucntional 35x / menit. OMI inferior.

Echocardiografi :
1. Katup – katup : MR trivial, TR trivial, PR trivial.
2. Dimensi ruang jantung : LA, RA, RV normal, LV
normal. Tidak tampak vegetasi /
thrombusintracardiak.
3. Fungsi sistolik LV menurun (EF by Teich 54% ; by
Biplane 54%). Fungsi diastolic LV normal.
4. Analisis segmental LV hipokinetik inferoseptal (B –
M), inferior ( B – M – A).
5. Tidak terdapat LVH (LVMI 68,42 g/m2, RWT
0,368).

Hasil angiografi koroner :


LMCA : normal
LAD : normal
LCX : non – dominan. Normal.
RCA : dominan. Tampak total oklusi diproksimal RCA
setelah cabang conus.

Kesimpulan : single vessel disease.

Kesimpulan Echo :
1. Katup – katup tak tampak kelainan
- MR trivial
- TR trivial
- PR trivial
2. Dimensi ruang – ruang jantung
- LA normal
- LV normal
- RA normal
- RV normal
Tidak tampak thrombus / vegetasi intrakardiak.
3. Fungsi sistolik LV menurun (EF by TEICH 59%, by
MOD A4C 54%).
4. Analisis segmental LV hipokinetik inferoseptal (B –
M), inferior (B – M)
5. Tidak terdapat LVH.

Saran : Staging PCI di RCA.


10/09/2013 CX – Thorax :
Kurang inspirasi, kesan normal.
Assement:

Tanggal Problem S,O Terapi Analisis DRP


Medik

01/09/201 GDA : 141 O2 masker: 6 Diagnosis adanya


Drp terkait ada
3 mg/dl lpm suatu sindrom
mual muntah
AST : 170 U/L PZ: 1500 koronari akut
tidak diberikan
ALT : 36 U/L cc/24 jam (SKA) harus
ondansentron.
Creatinin : 1,76 Minum air: ditegakkan secara
BUN : 24,9 500 cc /24 cepat dan tepat
mg/dl jam dan didasarkan
Albumin : 4,05 ASA pada tiga kriteria,
CKMB : 237,1 loading: 300 yaitu gejala klinis
Troponin T: >2,0 mg nyeri dada
APTT/control : CPG spesifik, gambaran
25,1/25,6 loading: 300 EKG
Angina +
PPT/control : mg (elektrokardiogra
Syock
12,5/13,1 Simvastatin: m) dan evaluasi
Cardiogen
Cl : 99 mEq/L 0 – 0 – 20 biokimia dari
ik +
K : 4,9 mEq/L mg enzim
TAVB
Na : 145 mEq/L On TPM: HR jantung.
WBC : 14,8 : 70 Nyeri dada yang
RBC : 4,12 I:5;O:2 dialami pasien
HCT : 40,3 Alprazolam: merupakan salah
MCV : 97,7 0 – 0 – 0,5 satu presentasi
MCH : 33,0 mg klinis yang
MCHC : 33,7 Laxadin: 3 x khas dari Acute
Platelet : 483 CI Coronary
pH : 7,47 Ranitidine : 2 Syndrome (ACS)
pCO2 : 30 x 1 amp dimana pasien
pO2 : 79 Dopamin tiba-tiba
HCO3 : 22-26 pump : 3 merasakan nyeri
BE ecf : -1,9 mcg/kgBB/m dada prekordia.
SO2 : 96% in Nyeri biasanya
*5 cukup hebat
mcg/kgBB/m sehingga terjadi
in aktivasi simpatis
berupa mual,
muntah, dan
keringat dingin.
Selain itu,
didapatkan
faktor risiko yang
dapat mendukung
terjadinya ACS
pada pasien ini
yakni, pasien
laki-laki berusia
lebih dari 53
tahun, dan
memiliki riwayat
kebiasaan
merokok.
Tujuan dari
pemeriksaan fisik
adalah untuk
mengidentifikasi
faktor pencetus
dan kondisi lain
sebagai
konsekuensi dari
SKA. Keadaan
disfungsi ventrikel
kiri
(hipotensi, ronki
dan gallop S3)
menunjukkan
prognosis yang
buruk. Pada pasien
ini
saat masuk IGD
didapatkan pasien
dengan kesadaran
kompos mentis,
tampak
kesakitan akibat
nyeri dada yang
dirasakan.
Tekanan darah
pasien 90/60
mmHg, laju
napas 24 x/menit,
denyut nadi 68
x/menit, saturasi
O2 pulse dengan
oksigen kanul
nasal 6 lpm
sebesar 79 % dan
gula darah
sewaktu 141
mg/dL. EKG
memberi bantuan
untuk diagnosis
dan prognosis.
Untuk menentukan
diagnosis pasti,
maka dilakukan
pemeriksaan EKG
pada pasien. Pada
pemeriksaan
EKG mengarah ke
TVAB. tropinin I
>2,0 ug/L dan
CKMB 237,1
ng/mL. Terdapat
peningkatan pada
level
Troponin I dan
CKMB. AST : 170
U/L, Creatinin :
1,76, BUN : 24,9
mg/dl, Albumin :
4,05.Dilihat dari
data Penanda
Biokimia Jantung
Troponin T juga
didapatkan
selama jejas otot,
pada penyakit otot
(misal
polimiositis),
regenerasi otot,
gagal ginjal
kronik. Troponin
C, TnI dan TnT
berkaitan dengan
kontraksi dari
sel miokard.
Pasien diberikan
simvastatin untuk
mengurangi resiko
mortalitas total
dan mengurangi
resiko infark
miokardial non
fatal, pasien tidak
ada keluhan susah
BAB maka laxadin
tidak usah
diberikan.
Ranitidin tetap
diberikan karena
hari pertama ada
muntah maka
harus diberikan
ondansentron.
Status volume
cairan
Pengukuran intake
dan output cairan
penting dilakukan.
Cairan yang
seimbang
dan cenderung
negatif akan lebih
baik untuk
menghindari
kelebihan cairan
dan
kemungkinan
gagal jantung.
Berkurangnya
haluran urine
(oliguria) yang
disertai
hipotensi
merupakan tanda
awal shock
kardiogenik.Apraz
olam perlu
diberikan untuk
menurunkan
denyut nadi pasien
dan
menghilangkan
rasa gelisah
pasien,dopamin
perlu diberikan
dgn td < 70 mmHg
(+ Syok)
2/09/2013 - O2 masker: 6 Kondisi pasian
lpm pada hari ke2
PZ: 1500 masih tetap. terapi
cc/24 jam seperti hari
Minum air: pertama tetap
500 cc /24 dilakukan.analisis
Angina + jam sama dan terus
Syock ASA dipantau, saturasi
Cardiogen loading: 300 O2 pulse dengan
ik + mg oksigen kanul
TAVB CPG nasal 3 lpm
loading: 300 sebesar 94 %
mg sudah tepat
Simvastatin: ,ranitidine dan
0 – 0 – 20 ondansentron tidak
mg usah diberikan lg
On TPM: HR karena mual
: 70 muntah sudah
I:5;O:2 berhenti,suhu
Alprazolam: berangsur normal
0 – 0 – 0,5 karena diterapi
mg cairan dan RR
Laxadin: 3 x menurun.Laxadin
CI bisa diberikan
Ranitidine : 2 apabila pasien
x 1 amp mengalami
Dopamin kesulitan BAB
pump : 3
mcg/kgBB/m
in
*5
mcg/kgBB/m
in
Lovenox: 2 x
0,6 cc
Creatinin:1,56 O2 masker
3/9/13 Syock pada tanggal ini
BUN: 29,8 Neb : 6 lpm
Cardiogen kecepatan nadi
Cl: 106 PZ
ik + 80 dengan RR
K : 4,4 IVFD:1500c
TAVB + mulai
Na : 142 c/24 jam
Leukosito menurun,kreatini
Minum Air
sis n masih
Po:500cc/24
tinggi,BUN juga
jam
masih tinggi
ASA
namun
Po:1x100 mg
troponin,CKMB
CPG
tidak
Po:1x75 mg
diperiksa,kadar
Lovenox SC:
na sedikit naik
2x0,6 cc
tapi tidak
Simvastatin
berpengaruh hal
po : 0-0- ini disebabkan
20mg karena terapi
On TPM : cairan,terapi
HR : 70 sudah tepat tetapi
I:5;O:2 ranitidin dan
Alprazolam ondansentron
Po:0-0- sebaiknya tidak
0,5mg usah karena mual
Laxadin Po : dan muntah
3xCI sudah tidak ada
Ranitidine Iv
: 2x1 amp
Ondancetron
iv : 3x8 mg
Dopamine
pump Iv :
*5
mcg/kgBB/m
in

Ceftriaxon Iv
: 2x1 g

O2 masker
4/9/13 TAVB + Pada tanggal ini
Neb : 3 lpm
Leukosito dopamin
PZ
sis. dihentikan
IVFD:1500c
karena sudah
c/24 jam
tidak terjadi shok
Minum Air
cardiogenik
Po:500cc/24
Dopamin lebih
jam
disarankan
ASA
Po:1x100 mg diberikan pada
CPG pasien dengan nadi
Po:1x75 mg yang rendah walau
Lovenox SC: efek aritmia lebih
2x0,6 cc tinggi.ondansentro
Simvastatin n
po : 0-0- dihentikkan,pembe
20mg rian ceftriaxon
On TPM : diberikan untuk
HR : 70 mengatasi
I:5;O:2 leukositosis.
Alprazolam Terapi yang lain
Po:0-0- tetap
0,5mg dilanjutkan.O2
Laxadin Po : marker diturunkan
3xCI karena kondisi
Ranitidine Iv shok sudah tidak
: 2x1 amp ada lagi
Ondancetron
iv : 3x8 mg
Dopamine
pump Iv :
3
mcg/kgBB/m
in

Ceftriaxon Iv
: 2x1

O2 masker
5/9/13 TAVB + Pada tanggal ini
Neb : 3 lpm
Leukosito terjadi indikasi
PZ
sis nyeri pada sendi
IVFD:1500c
lutut tetapi
c/24 jam
Minum Air pemeriksaan
Po:500cc/24 hasil lab keasam
jam urat belum
ASA dideteksi
Po:1x100 mg sehingga
CPG diberikan
Po:1x75 mg NSAID,ON TPM
Lovenox SC tidak diberikan
2x0,6 cc karena RR sudah
Simvastatin normal dan TD
po : 0-0- mendekati
20mg normal,salbutam
On TPM : ol tidak perlu
HR : tidak karena tidak
diberikan disertai
Alprazolam sesak,captopril
Po:0-0- juga tidak perlu
0,5mg karena TD tidak
Laxadin Po : tinggi,dopamin
3xCI tepat dihentikan
Ranitidine Iv karena td sudah
: 2x1 amp diatas 70 mmHg
Ondancetron dan tidak terjadi
iv :tidak syok cardiogenik,
diberikan ranitidin tidak
Dopamine perlu karena
pump Iv : tidak indikasi
tidak mual.terapi yang
diberikan lain sudah tepat.
Ceftriaxon Iv
: 2x1 g
Captropril Po
: 3x12,5 mg
(6,25mg)
Salbutamol
po : 3x2 mg

Meloxicam
Po : 2x7,5
mg

O2 masker
6/9/13 TAVB + Terapi sudah
Neb : 3 lpm
Leukosito tepat namun
PZ
sis ranitidin
IVFD:1500c
seharusnya sudah
c/24 jam
tidak diberikan
Minum Air
lagi,salbutamol
Po:500cc/24
pun tidak perlu
jam
diberikan karena
ASA
tidak ada sesak
Po:1x100 mg
CPG
Po:1x75 mg
Lovenox SC:
2x0,6 cc
Simvastatin
po : 0-0-
20mg
On TPM :
HR : tidak
diberikan
Alprazolam
Po:0-0-
0,5mg
Laxadin Po :
3xCI
Ranitidine Iv
: 2x1 amp
Ondancetron
iv :tidak
diberikan
Dopamine
pump Iv :
tidak
diberikan
Ceftriaxon Iv
: 2x1 g
Captropril Po
: 3x12,5 mg
Salbutamol
po : 3x2 mg
Meloxicam
Po : 2x7,5
mg
GDP : 108 O2 masker :
7/9/13 TAVB + Pada tanggal ini DRP terkait
GD2PP : 203 3
Leukosito kecepatan nadi ESO
APTT/control : Lpm
sis + kembali naik metilprednisolo
26,6/ PZ : 1500
S.Acute namun RR n
26,3 cc/24 jam
gout normal dengan
PPT/control : Minum air :
arthritis GD2PP agak
12,9/ 500 cc /24
meningkat
12,0 jam
dengan HDL
LED : 66 ASA : 1 x
menurun,LDL
CRP : 23,1 100 mg
meningkat
Chol total : 167 CPG : 1 x 75
sehingga terapi
TG : 119 mg
sudah
HDL : 27 Lovenox : 2
tepat,captopril
LDL : 123 x 0,6 cc
tidak usah
Ca : 8,1 Simvastatin :
dikasi,ranitidin
Asam Urat : 6,9 0 – 0 – 20
juga tidak
WBC : 11,4 mg perlu,meloxicam
RBC : 3,23 Alprazolam : tetap diberikan
HB : 10,2 0 – 0 – 0,5 untuk nyeri sendi
HCT : 31,2 mg lutut,metilpredni
MCV : 96,7 Laxadin : 3 x solon dihentikan
MCH : 31,5 CI perlahan karena
MCHC : 32,6 Ranitidine : 2 dikuatirkan
x 1 amp meningkatkan
Platelet : 243
Ceftriaxon : gula darah pasien
2x1g
Captopril : 3
x 12,5 mg
Salbutamol :
Tidak
diberikan
Meloxicam :
2 x 7,5 mg
Metil
prednisolon :
3 x 4 mg

O2 masker :
8/9/13 TAVB + Analisis sama , ADA drp
3 rpm : 1500
Leukosito namun ceftriazon Terkait
cc/24 jam
sis + harus sudah pemberian
Minum air :
S.Acute dihentikan ranitidin dan
500 cc /24
gout karena captopril dan
jam
arthritis penggunaan penggunaan
ASA : 1 x
sudah 7 hari ceftriazon
100 mg
untuk mencegah
CPG : 1 x 75
resistensi
mg
Lovenox :
Tidak
diberikan
Simvastatin :
0 – 0 – 20
mg
Alprazolam :
0 – 0 – 0,5
mg
Laxadin : 3 x
CI
Ranitidine : 2
x 1 amp
Ceftriaxon :
2x1g
Captopril : 3
x 12,5 mg
Meloxicam :
2 x 7,5 mg
Metil
prednisolon :
3 x 4 mg

TAVB + Cl : 105 O2 masker :


9/9/13 Pada tanggal ini Ada DRP
Leukosito K : 3,7 3
RR Pemberian
sis + Na : 132 Lpm
melemah,tensi KSR dan
S.Acute Asam Urat : 5,9 PZ : Tidak
normal,nadi penggunaan
gout diberikan
mulai menurun ceftriazon,ranit
arthritis Minum air :
namun suhu idin
1200 cc /24
tubuh meningkat
jam
karena
ASA : 1 x
mengalami
100 mg
CPG : 1 x 75 leukositosis
mg akibat nekrosis
Simvastatin : pada pembuluh
0 – 0 – 20 darah,terapi
mg sudah tepat tetapi
Alprazolam : KSR tidak perlu
0 – 0 – 0,5 diberikan karena
mg tidak terjadi
Laxadin : 3 x kalemia,captopril
CI tidak perlu
Ranitidine : 2 diberikan.terapi
x 1 amp yang lain bisa
Ceftriaxon : diteruskan,
2x1g ranitidin tidak
Captopril : 3 perlu
x 12,5 mg diberikan,ceftriaz
Meloxicam : on harus
2 x 7,5 mg dihentikan

KSR : 2 X 1
tab

Klinik :
10/9/13 TAVB + Pada tanggal ini
STEMI inferior
Leukosito pasien
+ post TAVB
sis + mengalami
S.Acute perkembangan
Elektrocardiogr
gout indikasi yang
afi :
dilihat dari ekg
Irama sinus 100x
dimana pasien
/ menit. TAVB
mengalami stemi
dengan irama
inferior dan post
lolos jucntional
TAVB dengan
35x / menit.
kenaikan kadar
OMI inferior.
platelet,terapi
Echocardiografi antiplatelet
: sebaiknya
6. Katup – dinaikkan
katup : MR dosisnya dan cpg
trivial, TR juga dinakkan
trivial, PR dosisnya,ranitidi
trivial. n tidak usah
7. Dimensi diberikan,KSR
ruang jantung juga belum perlu
: LA, RA, diberikan,ceftriaz
RV normal, on harus
LV normal. dihentikan.
Tidak tampak
vegetasi /
thrombusintra
cardiak.
8. Fungsi
sistolik LV
menurun (EF
by Teich 54%
; by Biplane
54%). Fungsi
diastolic LV
normal.
9. Analisis
segmental
LV
hipokinetik
inferoseptal
(B – M),
inferior ( B –
M – A).
10. Tidak
terdapat LVH
(LVMI 68,42
g/m2, RWT
0,368).

Hasil angiografi
koroner :
LMCA : normal
LAD : normal
LCX : non –
dominan.
Normal.
RCA : dominan.
Tampak total
oklusi
diproksimal
RCA setelah
cabang conus.

Kesimpulan :
single vessel
disease.

Kesimpulan
Echo :
6. Katup –
katup tak
tampak
kelainan
- MR
trivial
- TR trivial
- PR trivial
7. Dimensi
ruang – ruang
jantung
- LA
normal

LV

11/9/13- TAVB + Pada tanggal ini


12/9/13 S.Acute denyut nadi
gout pasien
arthritis normal,TD
menurun RR
awalnya turun
namun kembali
beransur normal
ditgl 12,namun
kecepatan denyut
nadi kembali
meningkat,data
lab tidak
ditampilkan,asup
an minum
diturunkan
karena kadar
kratinin,BUN
kemungkinan
normal dari
tanggal 5,O2
marker juga
pada tgl 11
diturunkan
karena KU cukup
namun
pemberian
NSAID tetap
karena masih ada
nyeri pada sendi
lutut, KSR tidak
perlu
diberikan,captop
ril belum perlu
diberikan

13/9/13 TAVB + Pada tanggal ini


S.Acute pasien
gout mengalami
arthritis + kenaikan kadar
Leukosito asam
sis urat.pemberian
obat
antihipertensi
captopril berisiko
meningkatkan
kadar asam urat,
kadar leukosit
pasien juga
mengalami
peningkatan
sehingga pasien
diindikasikan
leukositosis,KSR
dan ranitidin
tidak perlu
diberikan
lagi,meloxicam
tetap diberikan
untuk
menghilangkan
nyeri sendi
lutut,allopurinol
harus diberikan,
terapi ceftriazon
harus segera
dihentikan agar
tidak resistant

O2 masker: 3
14,15,16/9 TAVB + Pada tanggal ini ADA drp
lpm.
/13 S.Acute terapi tetap terkait
Minum air :
gout dilanjutkan pemberian
1200 cc/24
arthritis + sehingga kondisi captopril
jam
Leukosito pasien membaik,
ASA : 1 x
sis namun
100 mg.
pemberian
CPG : 1 x 75
captopril belum
mg.
perlu mengingat
Simvastatin :
TD pasien masih
0 – 0 – 20
normal,cukup
mg.
diperhatikan
Alprazolam :
denyut nadinya
0 – 0 – 0,5
saja sehingga
mg.
tidak merngarah
Laxadin : 3 x
ketakikardia
CI.
dengan
Ranitidine : 2
pemberian
x 1 amp.
aprazolam dan
Captopril : 3
diterapi dengan
x 12,5 mg.
minum air,terapi
Meloxicam :
2 x 7,5 mg. ranitidin tidak
KSR : tidak perlu lagi.terapi
diberikan. yang lain sudah
Allopurinol : tetap,dipantau
2 x 1 tab kadar asam
uratnya.

17/9/13 TAVB + Pada tanggal ini


S.Acute pasien
gout mengalami gejala
arthritis + kearah
Leukosito takikardia,
sis dimana detak
jantung normal
60-100 kali
permenit, namun
pasien
mengalami 112
kali permenit
suhu tubuh
pasien juga
mengalami
penurunan suhu
menandakan
pasien mengarah
pada
hipotermia,lakuk
an ekg ulang
untuk
memastikan
kerja jantung
masih berfungsi
dengan baik,
pastikan pasien
pada temperatur
normal dengan
meningkatkan
suhu yang afebre
dengan
menaikkan suhu
ruangan.

 Planing untuk SKA

Prinsip penatalaksanaan SKA adalah mengembalikan aliran darah koroner dengan trombolitik/
PTCA primer untuk menyelamatkan jantung dari infark miokard, membatasi luasnya infark
miokard, dan mempertahankan fungsi jantung. Pasien yang telah ditetapkan sebagai penderita
STEMI harus istirahat di ICVCU dengan pemantauan EKG kontinyu untuk mendeteksi iskemia dan
aritmia Ketika sampai d pasien diberikan oksigen sebesar 6 lpm dengan menggunakan nasal kanul.
Pemberian oksigen berfungsi untuk mengoptimalkan oksigenasi ke jaringan, dalam hal ini ke otot
jantung karena nyeri dada yang dirasakan pasien dengan SKA disebabkan karena hipoksia pada otot
jantung. Perlu dilakukan pemasangan oksimetri jari (finger pulse oximetry) atau evaluasi gas darah
berkala untuk menetapkan apakah oksigenisasi kurang (SpO2 <90%). Pasien SKA harus diberikan
antiplatelet. Aspilet dengan aspirin sebagai bahan aktif termasuk salah satu antiplatelet yang
dianjurkan pada pasien SKA dan dikombinasikan dengan Clopidogrel sebagai penghambat reseptor
ADP. Aspirin dan copidogrel menghambat sintesis tromboxan A2 (TXA2) di dalam trombosit dan
protasiklin (PGI2) di pembuluh darah dengan menghambat secara ireversibel enzim
siklooksigenase (akan tetapi sikoloogsigenase dapat di bentuk kembali oleh sel endotel). Aspirin
diberikan dengan initial dose 160-320 mg (2-4 tablet dengan sediaan 80 mg per tablet). Serta
clopidogrel diberikan dengan initial dose 75-300 mg (1-4 tablet dengan sediaan 75 mg per tablet).
Pasien diberikan injeksi streptokinase 1,5 juta unit dalam 100 cc NaCl 0,9% yang diberikan selama
30-60 menit pada saat di ICVCU dikarenakan diperlukan pengawasan selama pemberian fibrinolitik
ini. Terapi ini digunakan sebagai fibrinolitik pada SKA dengan onset < 12 jam agar memberikan
efek yang optimal dan mengurangi risiko perdarahan. Streptase juga merupakan trombolitik yang
dapat menghambat perluasan infark, menurunkan mortalitas, dan memperbaiki fungsi ventrikel kiri.
Idealnya diberikan sebelum 6 jam pasca serangan. Hasil ISIS-2 trial menunjukkan bahwa
pemberian streptokinase walaupun lebih dari 6 jam setelah nyeri dada akibat infark namun belum
melampaui 12 jam masih dapat memperbaiki keadaan. Tidak dianjurkan trombolitik pada infark
yang lebih dari 12 jam karena meningkatkan mortalitas. Karena ada mual muntah pemberian
ranitidine dan ondansentron harus diberikan.Dopamin tetap diberikan untuk menurunkan syok
cardiogenik pada infark miocard. Aprazolam tidak usah diberikan karena pasien sedang dalam
kondisi CGS.
Dalam keadaan nekrosis miokard, pemeriksaan CK-MB atau troponin I/T menunjukkan
kadar yang normal dalam 4-6 jam setelah awitan SKA, pemeriksaan hendaknya diulang 8-12 jam
setelah awitan angina. Jika awitan SKA tidak dapat ditentukan dengan jelas maka pemeriksaan
hendaknya diulang 6-12 jam setelah pemeriksaan pertama. Kadar CK-MB yang meningkat dapat
dijumpai pada seseorang dengan kerusakan otot skeletal (menyebabkan spesifisitas lebih rendah)
dengan waktu paruh yang singkat (48jam). Mengingat waktu paruh yang singkat, CK-MB lebih
terpilih untuk mendiagnosis ekstensi infark (infark berulang) maupun infark periprosedura.
 Planing :

- EKG/hari
- Cek Lab melengkapi
- Echocardiografi
- Konsul invasif = motivasi DCA

 Monitoring (Tanggal 1/9/2013)


a) Efektivitas Terapi
Trombolitik : nyeri dada hilang, tidak muncul serangan, CK-MB , troponin

b) Monitoring kesadaran pasien


c) Monitoring ESO
d) Monitoring status cairan
 Planing ( 2/9/2013)
Terapi
Terapi IGD :
1. O2 3 lpm nasal kanul
2. Infus asering loading 200 cc lanjut 40cc/jam IV -> TD : 106/61
3. Aspilet 80 mg
4. Injeksi Sulfas Atropin 0,5 mg (2 ampul) HR evaluasi 66
5. Pro rawat ICVCU
Rawat ICVCU
Terapi :
1. Bedrest total
2. O2 3 lpm nasal kanul
3. Diet jantung III 1700 kkal
4. IVFD RL 40cc/jam
5. Injeksi streptokinase 1.500.000 IU dalam 60 menit IV
6. Injeksi lovenox 0,6 cc/ 12 jam SC jika CCT baik ganti Inj. Fondapurinux 2,5 mg / 24
jam SC
7. Clopidogrel 1 x 75 mg
8. Aspilet 1 x 80 mg
9. Injeksi Sulfas Atropin 0,5 mg ( 2 ampul) IV jika HR< 50x/menit
10. Atorvastatin 1 x 40 mg
11. Laxadyn syrp 3 x CI

 Planning untuk syok cardiogenik

Syok cardiogenik Adalah sindrom klinik akibat gagal perfusi yandisebabkan oleh gangguan
fungsi jantung; ditandai dengan nadi lemah, penurunan tekanan rerata arteri (MAP) <65
mmHg,peningkatan LVEDP ( >18 mmHg), dan penurunan curah jantung (CO <3,2 L/menit). Syok
kardiogenik dapat disebabkan oleh sindrom koroner akut dan komplikasi mekanik yang
ditimbulkannya (seperti ruptur chordae, rupture septum interventrikular (IVS), dan rupturdinding
ventrikel), kelainan katup.

Terapi :
Fase Akut di UGD atau ICVCU
a. Bedrest total
b. Lakukan resusitasi jantung jika terjadi cardiac arrest
c. Sedasi dengan midazolam, propofol atau morfin
d. Oksigen support (NRM atau CPAP, intubasi jika terjadi gagal napas)
e. Pemasangan IVFD
f. Jika terjadi gangguan irama seperti taki/bradiaritmia atasi segera dengan pemberian
preparat anti-arimia atau pemasangan pacu jantung, over drive atau kardioversi
g. Monitoring invasive atau non invasif untuk mengetahui status preload, SVR dan curah
jantung (CO).
h. Jika preload rendah maka diberikan fluid challenge 1-4 cc/kgBB/10 menit hingga
dipastikan preload cukup.
i. Jika CO rendah dengan SVR tinggi namun MAP masih <70 mmHg maka diberikan
preparat inotropiknon vasodilator (dobutamin) atau inodilator (milrinon). Pemasangan IABP
harus direkomendasikan pada pasien syok dengan sindrom koroner akut.
j. Jika CO tinggi dengan SVR rendah maka diberikan preparat vasopressor seperti
noradrenalin atau adrenalin atau dopamine.
k. Dopamindosis rendah dapat diberikan pada kondisi oliguria.
l. Pada syok kardiogenik yang refrakter pertimbangkan pemasangan IABP, ECMO atau
LVAD sebagai bridging terapi definitif.
m. Terapi definitif seperti PCI, operasi penggantian katup, BMV (pada MS), urgent CABG
harus segera dilakukan, atau transplantasi jantung bila memungkinkan.
n. Semua pasien syok kardiogenik harus dirawat di ruang CVCU

 Planing ( 10/9/13)

Aspirin diberikan dengan initial dose 160-320 mg (2-4 tablet dengan sediaan 80 mg per tablet).
Serta clopidogrel diberikan dengan initial dose 75-300 mg (1-4) tablet dengan sediaan 75 mg per
tablet).

 Monitoring
- Pantau EKG
- Suhu pasien dan kesadaran pasien
- ESO
- Status cairan

Anda mungkin juga menyukai