PENDAHULUAN
Topografi kawasan berupa perbukitan karst dengan lapisan tanah yang tipis,
memiliki kelerengan di atas 40 % serta pada ketinggian antar 100 – 300 m dpl.
Letak Suaka Margasatwa Paliyan sendiri berada pada petak 136 s/d 141 yang
Propinsi D.I Yogyakarta (tepatnya masuk wilayah Resort Polisi Hutan (RPH)
dengan luas 434,834 Ha, hampir keseluruhan kawasan telah dirambah penduduk
sekitar menjadi lahan garapan pasca reformasi tahun 1998. Kawasan yang masih
berhutan dengan tegakan yang cukup rapat hanya terdapat di sisi timur jalan besar
depan PUSLATPUR dengan jenis tanaman jati. Fungsi hutan sebelum ditetapkan
sebagai suaka margasatwa adalah hutan produksi, kelas perusahaan jati, sistem
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan ini merupakan alih fungsi dari
1
kawasan hutan produksi pada petak 136 sampai dengan petak 141 berada di
yang muncul akibat perubahan kebijakan ini yaitu konflik lahan, hal ini
adalah petani miskin yang tidak memiliki lahan atau lahannya amat rendah atau
petani yang rata-rata memiliki lahan garapan di hutan Paliyan sejak statusnya
Hutan konservasi DIY terdiri dari Cagar Alam Imogiri, Cagar Alam Gunung
Gunung Merapi, dan Taman Hutan Raya Bunder. Penetapan suatu kawasan
Paliyan Gunung Kidul, DIY. Sekitar 80% kawasan suaka margasatwa Paliyan
dirambah oleh masyarakat sebagai areal perladangan, sejak masih berstatus hutan
produksi, ± 600 petani penggarap berladang di kawasan ini, mereka berasal dari 4
desa, yaitu Karang Asem dan Karang Duwet yang termasuk willayah Kecamatan
Paliyan, serta dua desa lagi yaitu Jetis dan Kepek yang masuk wilayah Kecamatan
(lingkungan hidup) untuk semua pihak. Memang harus diakui bahwa keuntungan
tak langsung ini sukar untuk segera dirasakan manfaatnya, seperti berbagai
manfaat tumbuhan sebagai pengatur air, tutupan tanah, dan penjaga kualitas udara.
sumber daya utama atau faktor produksi utama untuk pertanian. Kegiatan sektor
pertanian adalah jenis kegiatan yang membutuhkan tempat besar atau space
consumptive, meskipun usaha pertanian kecil. Luas tanah relatif tetap, sehingga
kebutuhan penduduk akan tanah untuk perluasan tanah pertanian akan semakin
mendesak. Kondisi ini akan memaksa mereka untuk menggunakan tanah yang
sebelumnya tidak pernah dijamah, yaitu dengan cara memanfaatkan tanah yang
tanah seperti erosi, tanah longsor, rusaknya hutan dan vegetasi serta rusaknya tata
(Allium sativum sp) dan cabai merah (Capsicum annum sp). Tujuan utama
3
kegiatan yakni sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan petani dalam
Demplot tersebut diharapkan dapat dicontoh atau dapat diadopsi sendiri oleh
petani di lahan miliknya sesuai dengan penyuluhan atau pengarahan yang telah
dari pengolahan lahan, pemilihan bibit, cara pemeliharaan sampai pada pasca
panen. Namun permasalahan baru yang muncul dari kegiatan ini adalah tidak
telah dilakukan sebelumnya mulai dari awal hingga akhir kegiatan. Sehingga
keberhasilan adanya kegiatan tersebut tidak pasti. Oleh karena itu, perlu diketahui
4
1.2. Rumusan Masalah
selanjutnya.