Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KESEHATAN DAN KESALAMATAN KERJA (K3)

“PENYAKIT AKIBAT KERJA DALAM KEPERAWATAN”

PROGRAM STUDI S1 LANJUTAN

NAMA KELOMPOK VII :

1. JOJOR SIREGAR

2. MAJADANLIPAH

3. TAJILI ARMAIN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI

(STIKES YARSI) PONTIANAK

2016/2017
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat meyelesaikan makalah yang berjudul “Kesehatan
dan Keselamatan Kerja : Penyakit Akibat Kerja Dalam Keperawatan”.

Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai bahan seminar pada mata kuliah
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Penyelesaian makalah ini banyak
mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Ns. Masmuri, M.Kep, Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberi masukan dalam penyusunan makalah ini.
2. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberi motivasi bagi kami sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.

Tulisan ini tidak luput dari kesalahan dan kelemahanya, untuk itu kritik dan saran
yang bersifat membangun dari berbagai pihak akan diterima dengan senang hati.

Pontianak, Maret
2017

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. Halaman


KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................. 3
C. Ruang Lingkup Penulisan ............................................................... 3
D. Metode Penulisan ............................................................................ 3
E. Sistematika Penulisan ............. ....................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian... ..................................................................................... 5
B. Penyakit Akibat Kerja Berdasarkan Penyebab..... .......................... 6
C. Beberapa Contoh Akibat Penyakit Akibat Kerja ............................ 9
D. Penyakit Akibat Kerja Berdasarkan Pekerjaan ............................... 12
E. Masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit ......... 13
F. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja ................................................. 16
G. Pengendalian Penyakit Akibat Kerja .............................................. 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....... .............................................................................. 23
B. Saran........ ........................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku
pada tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan
salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan
barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara
anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta
mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia, telah ditetapkan
Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa
depan, yang penduduknya hidup di dalam lingkungan dan perilaku sehat,
memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh,
merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat
luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan
petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam
dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan
kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering
terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan
pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja,
sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan
pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Tenaga
kesehatan yang perlu kita perhatikan yaitu semua tenaga kesehatan yang
merupakan suatu institusi dengan jumlah petugas kesehatan dan non
kesehatan yang cukup besar. Kegiatan tenaga atau petugas kesehatan
mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomi dan psikososial.
Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan sarana dan prasarana menentukan
kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring dengan kemajuan IPTEK,
khususnya kemajuan teknologi sarana dan prasarana, maka risiko yang
dihadapi petugas tenaga kesehatan semakin meningkat.
Petugas atau tenaga kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan
terhadap masalah kesehatan yang merupakan kendala yang dihadapi untuk
setipa tahunnya. Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan alat - alat
kesehatan, berionisasi dan radiasi serta alat-alat elektronik dengan voltase
yang mematikan, dan melakukan percobaan dengan penyakit yang dimasukan
ke jaringan hewan percobaan. Oleh karena itu penerapan budaya “aman dan
sehat dalam bekerja” hendaknya dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor /
Aspek Kesehatan.
Rumah sakit merupakan salah satu tempat bagi masyarakat untuk
mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan dengan berbagai
fasilitas dan peralatan kesehatannya. Profesi keperawatan merupakan tenaga
kesehatan yang paling dominan di rumah sakit dan perawat merupakan
tenaga kesehatan yang paling beresiko terpajan penyakit akibat kerja dalam
keperawatan di karenakan paling sering kontak dengan pasien.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Tujuan umum :
Meningkatkan pemahaman tentang kesehatan dan kesalamatan kerja
terutama tentang penyakit akibat kerja dalam keperawatan.
2. Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan tentang konsep
kesehatan dan keselamatan kerja.
b. Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan tentang penyakit
akibat kerja dalam keperawatan.

C. Ruang Lingkup Penulisan


Ruang lingkup dalam penulisan makalah ini adalah konsep kesehatan dan
keselamatan kerja khususnya pembahasan mengenai penyakit akibat kerja
dalam keperawatan dikhususkan untuk tenaga perawat yang bekerja di rumah
sakit.

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan
menggunakan metode deskriftif dimana dalam penulisan makalah ini, penulis
melakukan kegiatan penelusuran dan penelaahan literature dari hasil data-data
yang diperoleh dari buku-buku, internet sehingga metode ini sangat menuntut
ketekunan dan kecermatan pemahaman penulis.

E. Sistimatika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab yang disusun dengan sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
ruang lingkup penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis, terdiri dari pengertian, faktor penyakit
akibat kerja berdasarkan penyebab, beberapa contoh
penyakit akibat kerja, penyakit akibat kerja berdasarkan
pekerjaan, masalah kesehatan dan keselamatan kerja di
rumah sakit, pencegahan penyakit akibat kerja, pengendalian
penyakit akibat kerja
BAB III : Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian,
penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisual atau man made
disease. Sejalan dengan hal tersebut terdapat pendapat lain yang menyatakan
bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani
maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas kerja
atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan.(Hebbie Ilma Adzim, 2013)
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab
yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri
dari satu agen penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses
penyakit dan hazard di tempat kerja. Faktor Lingkungan kerja sangat
berpengaruh dan berperan sebagai penyebab timbulnya Penyakit Akibat
Kerja. Sebagai contoh antara lain debu silika dan Silikosis, uap timah dan
keracunan timah. Akan tetapi penyebab terjadinya akibat kesalahan faktor
manusia juga (WHO).
Rumah sakit merupakan salah satu tempat bagi masyarakat untuk
mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan dengan berbagai
fasilitas dan peralatan kesehatannya. Rumah sakit sebagai tempat kerja yang
unik dan kompleks tidak saja menyediakan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat, tetapi juga merupakan tempat pendidikan dan penelitian
kedokteran. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi suatu rumah sakit
maka semakin kompleks pula peralatan dan fasilitasnya (Aditama, 2003).
SK Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan
bahwa rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayananan
kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik. Rumah sakit
mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat (Aditama, 2003).
Seorang pekerja di rumah sakit harus merawat pasien yang menderita
suatu penyakit yang mungkin dapat menular dan membahayakan keselamatan
dirinya. Misalnya pekerja rumah sakit yang memberikan layanan pasien
penderita penyakit menular, HIV AIDS, flu burung dan lainnya dapat terkena
penyakit. Oleh karena itu, setiap rumah sakit perlu melaksanakan dan
melakukan upaya perlindungan terhadap tenaga kerjanya atau semua pihak
yang terkait dengan aktivitas rumah sakit dengan menegakkan upaya
kesehatan dan keselamatan kerja.

B. Faktor Penyakit Akibat Kerja Berdasarkan Penyebab


1. Faktor Biologi
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang
biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic,
colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda
yang terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak
dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi
pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena
tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus.
2. Faktor Kimia
Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan
kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent
yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal
sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini
dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan
kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang
pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya
sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik (trichloroethane,
tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat
menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif
(asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible
pada daerah yang terpapar.
3. Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat,
cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan
batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang
sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan
pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga
operator peralatan. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat
menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan
dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis
(stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja
(low back pain).
4. Faktor Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah
kesehatan kerja meliputi:
a. Kebisingan, getaran akibat alat/media elektronik dapat menyebabkan
stress dan ketulian.
b. Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium, ruang
perawatan dan kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan
penglihatan dan kecelakaan kerja.
c. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja.
d. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.
e. Terkena radiasi. khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya
teknologi pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan
jika tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang menangani.
5. Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat
menyebabkan stress:
a. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut
hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di tempat kerja kesehatan di
tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai
dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan.
b. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
c. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau
sesama teman kerja.Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra
kerja di sektor formal ataupun informal.

C. Beberapa Contoh Penyakit Akibat Kerja


Beberapa contoh penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada pekerja
yang disebabkan oleh faktor penyebab fisik, biologi, kimia, ergonomi dan
psikologi sebagai berikut:
1. Penyakit allergi/hipersensitif
Dapat berup rinitis, rinosinusitis, asma, pneumonitis, aspergilosis akut
bronchopulmoner, hipersensitivitas lateks, penyakit jamur, dermatitis
kontak, anafilaksis. Lokasi biasanya di saluran pernafsan dan kulit dan
penyebabnya dapat disebabkan oleh bahan kimia, mikrobiologi, fisis dapat
merangsang interaksi non spesifik atau spesifik.
2. Dermatitis kontak yang terdiri dari iritan dan alergi kokasi di kulit.
3. Penyakit Paru
Dapat berupa bronchitis kronis, emfisema, karsinoma bronkus, fibrosis,
TBC, mesetelioma, pneumonia, sarkoidosis dan disebabkan oleh bahan
kimia, fisis, mikrobiologi.
4. Penyakit Hati dan Gastro-intestinal
Dapat berupa kanker lambung dan kanker oesofagus (tambang batubara
dan vulkanisir karet), Cirhosis hati (alkohol, karbon tetraklorida,
trichloroethylene, kloroform). Dapat disebabkan oleh bahan kimia.
5. Penyakit Saluran Urogenital
Dapat berupa gagal ginjal (upa logam cadmium dan merkuri, pelarut
organik, pestisida, carbon tetrachlorid), kanker vesica urinaria (karet,
manufaktur/bahan pewarna organik, benzidin, 2-naphthylamin).
Penyebabnya dapat disebabkan bahan kimia.
6. Penyakit Hematologi
Dapat berupa anemia (Pb), lekemia (benzena) di mana disebabkan bahan
kimia.

7. Penyakit Kardiovaskuler
Penyebabnya dari bahan kimia. Penyakit yang disebabkan dapat berupa
jantung koroner (karbon disulfida, viscon rayon, gliceril trinitrat, ethylene
glicol dinitrat), febrilasi ventricel (trichlorethylene).
8. Gangguan Alat Reproduksi
Penyakit gangguan alat reproduksi dapat berupa infertilitas (ethylene
bromida, benzena, anasthetic gas, timbal, pelarut organic, karbon
disulfida, vinyl klorida, chlorophene), kerusakan janin (aneteses gas,
mercuri, pelarut organik) keguguran (kerja fisik). Hal ini disebabkan oleh
bahan kimia dan kerja fisik.
9. Penyakit Muskuloskeletal
Penyakit musculoskeletal dapat berupa sindroma Raynaud (getaran 20–
400 Hz), Carpal turnel syndroma (tekanan yang berulang pada lengan),
HNP/sakit punggung (pekerjaan fisik berat, tidak ergonomis). Hal tersebut
disebabkan karena kerja fisik dan tidak ergonomis.
10. Gangguan Telinga
Gangguan telinga dapat berupa penurunan pendengaran (bising diatas
Nilai Ambang Batas) dan disebabkan karena faktor fisik yang diperoleh
dari pekerjaan.
11. Gangguan Mata
Gangguan mata dapat berupa rasa sakit (penataan pencahayaan),
conjungtivitis (sinar UV), katarak (infra merah), gatal (bahan organik
hewan, debu padi), iritasi non alergi (chlor, formaldehid). Hal tersebut
dapat disebabkan oleh faktor fisik dan faktor biologi.
12. Gangguan Susunan Saraf
Gangguan susunan saraf dapat berupa pusing, tidak konsentrasi, sering
lupa, depresi, neuropati perifer, ataksia serebeler dan penyakit motor
neuron (cat, carpet-tile lining, laboratorium kimia, petrolium, oli). Hal ini
disebabkan bahan kimia.
13. Stress
Stress dapat berupa neuropsikiatrik; ansietas, depresi (hubungan kerja
kurang baik, monoton, upah kurang, suasana kerja tidak nyaman dan
disebabkan faktor mental psikologi.

14. Infeksi
Infeksi dapat berupa pneumonia (legionella pada AC), leptospirosis
(leptospira pada petani), brucellosis, antrakosis (brucella, antrak pada
peternak hewan). Hal ini disebabkan oleh faktor biologi.
15. Keracunan
Dapat berupa keracunan akut (CO, Hidrogen sulfida, hidrogen sianida),
kronis (timah hitam, merkuri, pestisida). Hal tersebut disebabkan oleh
bahan kimia.
D. Penyakit Akibat Kerja Berdasarkan Pekerjaan
Resiko petugas rumah sakit terhadap gangguan kesehatan dan
kecelakaan kerja pada umumnya disebabkan oleh prilaku petugas dalam
kepatuhan melaksanakan setiap prosedur terhadap kewaspadaan. Melihat hal
di atas tentunya kita perlu menyadari bahwa dalam lingkup pekerjaan di
bidang kesehatan mempunyai banyak resiko terhadap kesehatan pekerja.
Perawat adalah tenaga kesehatan yang setiap hari kontak langsung
dengan pasien dalam waktu cukup lama (6-8 jam/hari), sehingga selalu
terpajan mikroorganisme patogen. Dapat menjadi pembawa infeksi dari satu
pasien ke pasien lain, atau ke perawat lainnya. Harus sangat berhati-hati
(bersama apoteker) bila menyiapkan dan memberikan obat-obatan
antineoplastik pada pasien kanker. Selalu mencuci tangan setelah melayani
pasien, melepas masker dan kap (topi perawat) bila memasuki ruangan
istirahat atau ruangan makan bersama. Abortus spontan, lahir prematur dan
lahir mati sering dialami perawat yang bertugas di ruang rawat inap/ bangsal
perawatan. Menurut hasil penelitian di Cleveland Clinic Hospital dan 22 RS
di Ohio (1993-1996) di Amerika Serikat, terbanyak ditemukan cedera sprain
dan strain pada perawat. Nyeri pinggang (back injuries) merupakan keluhan
terbanyak dari cedera tersebut dan lebih banyak menimpa perawat wanita.
Penyebabnya ditengarai adalah seringnya kerja otot statik, seperti mengangkat
pasien dan kerja bergilir (work shift). Bagaimana kerja bergilir mempengaruhi
nyeri punggung, perlu diteliti lebih lanjut.

E. Masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit


Kinerja (performance) dari pekerja merupakan resultan dari ketiga
komponen dari kesehatan dan keselamatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja yang merupakan beban tambahan bagi pekerja.
Bila ketiga komponen tersebut serasi, maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja
yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat
ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja yang dapat
berupa penyakit atau kecelakaan akibat kerja hingga pada akhirnya dapat
menuruntkan produktivitas kerja (Kemenkes, 2010).
1. Kapasitas Kerja
Kualitas sumber daya manusia di Indonesia relatif masih rendah, hal ini
tercermin dalam pendidikan pencari kerja. Hal tersebut terjadi pula di
rumah sakit. Tenaga perawat lulusan akademi masih sedikit, demikian
pula tenaga non medis masih banyak yang memiliki latar belakang
pendidikan hingga SMA saja. Selain pendidikan yang masih kurang,
kualitas kesehatannya juga masih rendah pula. Sementara untuk penerapan
ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan tenaga kesehatan yang ahli
dan terampil. Tanpa tenaga kerja yang berkualitas maka pelayanan
kesehatan yang makin canggih justru dapat menimbulkan kesulitan.
Kemampuan mengoperasikan alat-alat modern menjadi sangat terbatas
dan dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
Kualitas sumber daya manusia di Indonesia relatif masih rendah, hal ini
tercermin dalam pendidikan pencari kerja. Hal tersebut terjadi pula di
rumah sakit. Tenaga perawat lulusan akademi masih sedikit, demikian
pula tenaga non medis masih banyak yang memiliki latar belakang
pendidikan hingga SMA saja. Selain pendidikan yang masih kurang,
kualitas kesehatannya juga masih rendah pula. Sementara untuk penerapan
ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan tenaga kesehatan yang ahli
dan terampil. Tanpa tenaga kerja yang berkualitas maka pelayanan
kesehatan yang makin canggih justru dapat menimbulkan kesulitan.
Kemampuan mengoperasikan alat-alat modern menjadi sangat terbatas
dan dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
2. Beban Kerja
Sebagai sumber pemberi jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit beroperasi
24 jam sehari. Dengan demikian, pelayanan di rumah sakit menuntut
adanya pola bergiliran/shift kerja. Tenaga kesehatan yang bertugas jaga
malam dapat mengalami kelelahan yang meningkat akibat terjadinya
perubahan biomitrik (irama tubuh). Fungsi-fungsi biologis manusia tidak
dapat sepenuhnya menyesuaikan dengan pola kerja yang berubah.
Terjadinya pengurangan lamanya waktu tidur sampai empat hingga enam
jam oleh karena lamanya waktu tidur relatif lebih pendek dari seharusnya.
Pada 15-20% gangguan tidur dapat berkembang menjadi gangguan
pencernaan. Pola kerja yang berubah dapat pula memperngaruhi
kehidupan keluarga terutama bagi tenaga kerja wanita. Penyelesaian
urusan rumah tangga merupakan masalah yang tidak mudah diatasi
terlebih-lebih bila mempunyai anak yang masih kecil. Beban psikis ini
dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stress. Di lain sisi, dengan
masih kurangnya tenaga kesehatan maka masih banyak tenaga kesehatan
yang masih mempunyai tugas rangkap di beberapa rumah sakit. Hal
tersebut tentunya dapat berakibat pada kelelahan.
3. Lingkungan Kerja
Kondisi lingkungan di rumah sakit di masa mendatang akan berkembang
serba mekanik, otomatis, kimiawi dengan teknologi canggih yang dapat
berpengaruh langsung terhadap kesehatan. Pekerja yang ada di rumah
sakit sangat bervariasi jenis maupun jumlahnya sesuai dengan tugas dan
fungsi rumah sakit. Pekerja di rumah sakit dapam melaksanakan tugasnya
selalu berhubungan dengan berbagai potensial yang harus dapat
diantisipasi dengan baik dan benar.
Lingkungan kegiatan rumah sakit dapat mempengaruhi kesehatan dalam
dua bentuk yaitu kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
a. Kecelakaan kerja di rumah sakit.
Ada beberapa bahaya potensial untuk terjadinya kecelakaan kerja di
rumah sakit antara lain ketel uap, kebakaran, bahan-bahan radioaktif,
cedera pada punggung karena mengangkat pasien, pekerjaan
menyuntik, terpeleset dan jatuh.
b. Penyakit akibat kerja di rumah sakit.
Penyakit akibat kerja di rumah sakit umumnya berkaitan dengan faktor
biologik (kuman patogen yang umumnya berasal dari pasien), faktor
kimia (antiseptik pada kulit, gas anestesi dan lain-lain), faktor
ergonomic (cara duduk yang salah, cara mengangkat pasien yang
salah, dan lain-lain), faktor fisik dalam dosis kecil dan terus menerus
(panas pada kulit, radiasi pada sistem reproduksi/pemroduksi darah)
faktor psikososial (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien
gawat darurat, bangsal kesehatan jiwa, dan lain-lain.

F. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja


Upaya K3RS dibagi dalam dua bidang, yaitu kesehatan kerja dan
keselamatan kerja, yang dilaksanakan dalam waktu bersamaan.
1. Kesehatan Kerja
a. Pelayanan berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
b. Tujuan yaitu untuk Mendapatkan tenaga kerja berstatus kesehatan
optimal dengan gizi baik, semangat kerja tinggi sehingga efisien dan
produktif.
c. Kegiatan yang dilakukan yaitu:
1) Pemeriksaan kesehatan awal dan berkala pada tenaga kerja
tertentu.
2) Imunisasi Hepatitis B, bagi tenaga kerja yang sering berhubungan
dengan cairan tubuh, seperti perawat yang memasang infus,
transfusi darah.
3) Pengobatan tenaga kerja yang sakit, untuk menghentikan
perjalanan penyakit dan komplikasinya.
2. Keselamatan Kerja
a. Tujuan yaitu untuk menghindari atau memperkecil kecelakaan kerja di
tempat kerja karena ketidaktahuan atau kurang mengerti penggunaan
alat kerja serta risiko bahaya yang menyertainya.
b. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
1) Latihan kerja yang aman, latihan penggunaan alat kerja dan alat
pelindung diri (APD).
2) Komunikasi, dengan cara pertemuan singkat sebelum bekerja
(safety talk), pemasangan poster mengenai keselamatan kerja.
3) Pengawasan dan monitoring dengan alat terhadap bahan berbahaya
secara berkala ruangan kerja dan lingkungan kerja yang
dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang berlaku.
4) Sistem perlindungan bahaya kebakaran di rumah sakit, dengan
merencanakan pintu keluar darurat, sistem peringatan bahaya
(alarm system), sumber air terdekat, perawatan alat pemadam
kebakaran.

G. Pengendalian Penyakit Akibat Kerja


Pengendalian penyakit akibat kerja dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Pengendalian Melalui Perundang-undangan (Legislative Control) antara
lain:
a. UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Petugas
kesehatan dan non kesehatan.
b. UU No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
c. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
d. Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene dan sanitasi lingkungan.
e. Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahaya.
f. Peraturan/persyaratan pembuangan limbah dan lain-lain.
2. Pengendalian melalui Administrasi/Organisasi (Administrative control)
antara lain:
a. Persyaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga non
medis yang meliputi batas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan.
b. Pengaturan jam kerja, lembur dan shift.
c. Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure)
untuk masing-masing instalasi dan melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaannya.
d. Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures)
terutama untuk pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan
kecelakaan (boiler, alat-alat radiologi, dan lain-lain) dan melakukan
pengawasan agar prosedur tersebut dilaksanakan.
e. Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan
kerja dan mengupayakan pencegahannya.
3. Pengendalian Secara Teknis (Engineering Control) antara lain:
a. Substitusi dari bahan kimia, alat kerja atau proses kerja.
b. Isolasi dari bahan-bahan kimia, alat kerja, proses kerja dan petugas
kesehatan dan non kesehatan (penggunaan alat pelindung).
c. Perbaikan sistim ventilasi, dan lain-lain
4. Pengendalian Melalui Jalur Kesehatan ( Medical Control )
Pengendalian melalui jalur kesehatan (medical control) yaitu upaya untuk
menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal
(Recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh
pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan
meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri
maupun terhadap orang disekitarnya. Dengan deteksi dini, maka
penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi penderitaan dan
mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat pekerja.
Disini diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit
akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment). Pencegahan
sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang
meliputi:
a. Pemeriksaan Awal
Pemeriksaan awal merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
sebelum seseorang calon/pekerja (petugas kesehatan dan non
kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon
pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari
segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan
kepadanya. Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi:
1) Anamnese umum.
2) Anamnese pekerjaan.
3) Penyakit yang pernah diderita.
4) Alergi.
5) Imunisasi yang pernah didapat.
6) Pemeriksaan badan.
7) Pemeriksaan laboratorium rutin.
8) Pemeriksaan tertentu yang biasanya terdiri dari tuberkulin test dan
psikotest.
b. Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan berkalan adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala yang
disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin
besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala
Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan
pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila
diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan
resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.
c. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusis yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada
khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana
ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan
pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak
hanya untuk intern di Tempat Kerja Kesehatan, dalam hal memberikan
pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi panutan pada
masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan
preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak
kesehatan bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan
kepekaan dalam mengenali unsafe act dan unsafe condition agar tidak
terjadi kecelakaan dan sebagainya. Kesehatan dan keselamatan kerja di
Tempat Kerja Kesehatan bertujuan agar petugas, masyarakat dan
lingkungan tenaga kesehatan saat bekerja selalu dalam keadaan sehat,
nyaman, selamat, produktif dan sejahtera.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat penulis sampaikan yaitu :


Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian,
penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisual atau man made
disease. Sejalan dengan hal tersebut terdapat pendapat lain yang menyatakan
bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani
maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas kerja
atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan.(Hebbie Ilma Adzim, 2013)
Penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja dikalangan petugas kesehatan
dan non kesehatan di lingkungan rumah sakit belum teratasi dengan baik,
sehingga terjadi kecenderungan peningkatan prevalensi. Dalam hal ini perlu
mendapat perhatian, karena seseorang yang bekerja jika mengalami
kecelakaan atau penyakit akibat kerja bukan hanya berpengaruh pada diri
sendiri, tetapi juga produktifitas kerja menurun dalam pemberian pelayanan
kesehatan yang maksimal terhadap pasien.
Resiko petugas rumah sakit terhadap gangguan kesehatan dan kecelakaan
kerja pada umumnya disebabkan oleh prilaku petugas dalam kepatuhan
melaksanakan setiap prosedur terhadap kewaspadaan. Melihat hal di atas
tentunya kita perlu menyadari bahwa dalam lingkup pekerjaan di bidang
kesehatan mempunyai banyak resiko terhadap kesehatan pekerja.
B. Saran

Bagi Mahasiswa Keperawatan


1. Diharapkan mahasiswa bisa mengidentifikasi upaya pencegahan penyakit
akibat kerja dalam keperawatan.
2. Melalui makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan pembelajaran dan
pokok pembahasan/diskusi terkait keselamatan dan kesehatan kerja
tentang penyakit akibat kerja dalam keperawata.
Daftar Pustaka

Bandriyo. 2006. Studi Kasus Kontrol Beban Angkat dan Beban Pindah Kerja Fisik
Perawat di Ruang Jalan dan Inap untuk Terjadinya Penyakit HNP. Lumbalis di
RSPP Jakarta Periode 1990-2002. FKMUI. Depok

Effendy, dkk. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Hendra, 2000. Intro to K3. http://staff.ui.ac.id/internal/132255817/


material/IntrotoK3.pdf. diakses 24 Januari 2015.

Kemenkes RI. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1087 tahun 2010
tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. Jakarta.

http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/05/Kepmenkes-1087-
Standar-K3-RS.pdf diakses 24 Januari 2015.

Menaker. 1996. Permenaker No.5/Men/1996 tentang Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta http://betterwork.org/in-
labourguide/wp-
content/uploads/PERATURAN.MENTERI.TENAGA.KERJA_.NOMOR_..PE
R_..05MEN19TENTANG.SISTEM.MANAJEMEN.KESELAMATAN.DAN_
.KE_1.pdf diakses 24 Januari 2015

_________. 2008. Dasar Epidemiologi. Penerbit PT Rineka Cipta. Jakarta.

Suhardi Bambang, 2008. Buku Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi. Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah menengah Kejuruan.

Anda mungkin juga menyukai