Darnis Arief
Darnis Arief
PEMBANGUNAN DESA
Padang, 6 Oktober 2016
DITERBITKAN OLEH
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Sanksi Pelanggaran Pasal 72:
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta
DITERBITKAN OLEH
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
Copyright@2016
by Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
Padang, Sumatera Barat
ISBN 978-602-60486-0-8
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga prosiding hasil Seminar Nasional Pendidikan Luar
Sekolah 2016 dapat terselesaikan.
Target pemberdayaan masyarakat desa merupakan tanggung jawab bersama
antara seluruh komponen bangsa, baik pemerintah ataupun masyarakat desa. Terkait
itu, pemerintah melalui Kementerian Desa PDT mengonsep adanya tenaga
pendamping desa. Pendampingan Desa merupakan dimaksudkan untuk memfasilitasi
dan mendampingi masyarakat desa dalam penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Fasilitasi
pendampingan masyarakat desa dilakukan melalui berbagai pelatihan dan beragam
kegiatan pengembangan kapasitas yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat
sebagai bagian dari proses belajar masyarakat (community learning proccess).
Para tenaga pendamping profesional bertugas untuk mensosialisasikan
maksud dan tujuan UU tentang Desa dan mendampingi masyarakat dalam peningkatan
daya tawar untuk mengakses sumberdaya lokal yang dibutuhkan demi kepentingan
pembangunan. Pendampingan dilakukan sebagai proses penguatan (empowering
society) sebagai masyarakat yang memiliki pemerintahannya sendiri (self governing
community), dan bukan berbasis pada mobilisasi partisipasi masyarakat yang lebih
bersifat top down.
Demi upaya mewujudkan desa sebagai self governing community, para
tenaga profesional Pendamping Desa diarahkan untuk memfasilitasi dan mendampingi
masyarakat untuk mampu mengorganisir dan mengkonsolidasikan seluruh potensi
yang selanjutnya akan direkrut, dilatih dan dibentuk menjadi kader-kader desa.
Prosiding ini disusun sebagai tindak lanjut kegiatan seminar yang telah
dilaksanakan pada Oktober 2016.Seminar diikuti oleh peserta baik peneliti, dosen,
praktisi maupun pemerhati pendidikan. Partisipasi aktif dari semua stakeholder
diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata pada sinergi kinerja di bidang
pendidikan luar sekolah. Semua makalah yang dimuat dalam prosiding ini telah
melalui peer review.
Materi prosiding dikelompokkan mendasarkan bidang kajian.
Pengelompokkan mendasarkan bidang ini mungkin tidak dapat dilakukan secara tepat
karena keterkaitan antar bidang ilmu dalam beberapa makalah, namun redaksi
mengelompokkan mendasarkan dominasi kandungannya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi pada kegiatan seminar dan penyusunan prodising ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pembangunan pendidikan luar sekolah di
Indonesia.
vi
DAFTAR ISI
KONSEP PEMBELAJARAN
ix
20. PERAN GURU PROFESIONAL DALAM PROSES
PEMBELAJARAN oleh Darnis Arief (Dosen Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Padang) ……………………………………………………………. 238
x
PROSIDING| 238
Darnis Arief
Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang
A. PENDAHULUAN
Profesi guru harus dihargai dan dikembangkan sebagai profesi
yang bermartabat sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Hal ini karena guru dan tena-
ga kependidikan merupakan tenaga profesional yang mempunyai fung-
si, peran, dan kedudukan yang sangat penting dalam mencapai visi
pendidikan 2025 yaitu “Menciptakan Insan Indonesia Cerdas dan
Kompetitif”.
Keberadaan guru dalam proses pembelajaran memegang pera-
nan penting. Peran tersebut tak bisa tergantikan oleh teknologi
secanggih apapun. Proses pembelajaran yang berhasil mustahil dicapai
dengan alat teknologi canggih tanpa kehadiran guru. Seorang guru
diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang,
selain mendidik siswa di sekolah, guru juga berperan penting bagi
masyarakat dalam berbagai kegiatan. Ia dapat mengembangkan
kemampuannya pada bidang-bidang yang dikuasainya.
Di sekolah fungsi guru antara lain sebagai pengelola
pembelajaran, sementara siswa berperan aktif mengembangkan semua
potensi yang mereka miliki. Hal ini dimungkinkan karena, pada dasar-
nya setiap siswa memiliki potensi untuk mencapai suatu kompetensi.
Andaikan mereka tidak mencapai kompetensi, tentulah bukan karena
mereka tidak memiliki kemampuan untuk itu, melainkan lebih banyak
karena belum disediakan pengalaman belajar yang cocok. Menjadi
seorang pengelola pembelajaran yang handal dituntut guru pembelajar
yang senantiasa mengembangkan pengetahuan dan keterampilan setiap
saat sehingga tidak ketinggalan jaman.
Proses pembelajaran yang melibatkan pendidik dan siswa akan
memunculkan berbagai tingkah laku, baik tingkah laku yang berterima
ataupun tingkah laku yang tidak berterima. Tingkah laku yang tidak
berterima dapat muncul akibat dari suasana pembelajaran yang tidak
kondusif. Suasana tidak kondusif disebabkan oleh berbagai faktor
seperti materi pembelajaran yang tidak menarik, materi terlalu sulit.
SEMINAR NASIONAL
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG
“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”
Kamis/ 6 Oktober 2016
239 | PROSIDING
B. PEMBAHASAN
1. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan usaha sadar dari
seorang guru untuk membelajarkan siswanya, atau mengarahkan inter-
aksi siswa dengan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai
tujuan. Banyak faktor yang menyebabkan tercapai tidaknya tujuan
pembelajaran. Di antaranya adalah bagaimana pembelajaran itu diren-
canakan dan dilaksanakan. Proses pembelajaran yang tidak menarik
akan membuat siswa bosan, akibatnya siswa menjadi malas dan tidak
tertarik terhadap materi yang disampaikan. Oleh karena itu penting
bagi guru untuk mengaplikasikan kegiatan pembelajaran yang menarik
di kelas.
Kenyatan di lapangan adalah siswa sering yang dipersalahkan
ketika tidak mampu menyerap pembelajaran. Untuk itu, berbagai label
pun diberikan kepada siswa misalnya pemalas, nakal, bodoh, dan lain-
lain. Padahal boleh jadi penyebab ketidakmampuan siswa dalam
menyerap pembelajaran bermula dari proses pembelajaran yang tidak
menarik dan tidak menantang. Mengutip pendapat Andi Wira
Gunawan dalam buku “Genius Learning Strategy”, bahwa
sesungguhnya tidak ada mata pelajaran yang membosankan, yang ada
adalah guru yang membosankan, suasana belajar yang membosankan.
Hal ini terjadi antara lain karena proses pembelajaran berlangsung
secara monoton dan merupakan proses perulangan dari itu ke itu juga
tanpa variasi. Proses belajar hanya merupakan proses penyampaian
informasi satu arah, siswa pasif menerima materi pelajaran. Oleh
sebab itu sudah saatnya guru merubah paradigma mengajar yang
masih bersifat teacher-centred menjadi stundent-centred yang
menyenangkan. Apalagi hal tersebut sudah diamanatkan Undang-
undang No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas dan Peraturan Pemerintah
No. 19 tentang Standar Pendidikan Nasional. Undang-undang No. 20
SEMINAR NASIONAL
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG
“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”
Kamis/ 6 Oktober 2016
PROSIDING| 240
SEMINAR NASIONAL
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG
“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”
Kamis/ 6 Oktober 2016
241 | PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG
“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”
Kamis/ 6 Oktober 2016
PROSIDING| 242
nikasi baik lisan maupun tulisan, bergaul secara efektif dengan siswa,
sesama guru, dan orang tua secara santun.
SEMINAR NASIONAL
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG
“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”
Kamis/ 6 Oktober 2016
243 | PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG
“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”
Kamis/ 6 Oktober 2016
PROSIDING| 244
SEMINAR NASIONAL
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG
“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”
Kamis/ 6 Oktober 2016
245 | PROSIDING
4. Pengembangan Karakter
Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang
mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri
peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai
karakter dirinya, menerapkan nila-nilai tersebut dalam kehidupan,
sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang relegius, nasio-
nalis, produktif, dan kreatif (Kemendiknas, 2010).
Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa di
sekolah dasar (SD) tidak merupakan satu bidang kajian tersendiri,
melainkan diintegrasikan dengan setiap pembelajaran, termasuk baha-
sa Indonesia. Untuk bahasa Indonesia pengintegrasian dapat dilakukan
dalam kompetensi dasar sastra, baik melalui mendengarkan atau mem-
baca. Pembelajaran sastra di SD mulai kelas satu sampai kelas enam,
terdiri dari pembelajaran prosa, puisi, dan drama. Pelaksanaan pem-
belajaran prosa, puisi, ataupun drama dilakukan melalui kegiatan
menyimak, berbicara, membaca, atau menulis. Pembelajaran sastra
lebih menekankan pada apresiasi ketimbang belajar teori sastra. Siswa
mengapresiasi sastra melalui mendengarkan cerita dan atau membaca-
nya. Mendengarkan pembacaan puisi dan atau menggubah puisi. Selain
SEMINAR NASIONAL
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG
“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”
Kamis/ 6 Oktober 2016
PROSIDING| 246
SEMINAR NASIONAL
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG
“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”
Kamis/ 6 Oktober 2016
247 | PROSIDING
C. SIMPULAN
Banyak faktor yang menyebabkan tercapai tidaknya tujuan
pembelajaran. Di antaranya adalah bagaimana pembelajaran itu diren-
canakan dan dilaksanakan. Proses pembelajaran yang tidak menarik
akan membuat siswa bosan, akibatnya siswa menjadi malas dan tidak
tertarik terhadap materi yang disampaikan. Oleh karena itu penting
bagi guru untuk mengaplikasikan kegiatan pembelajaran yang menarik
di kelas. Para guru hendaknya menyadari bahwa pembelajaran yang
menyenangkan dapat meningkatkan keberhasilan dalam proses pem-
belajaran. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat menciptakan suasana
yang menyenangkan dalam setiap proses pembelajaran. Beberapa cara
yang dapat dipakai guru untuk menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan antara lain dengan menambahkan ice bereaking dalam
proses pembelajaran, metode yang bervariasi, menciptakan suasana
yang rileks, memotivasi siswa, dan menyapa peserta dengan santun.
Pembentukan akhlak mulia perlu menjadi perhatian semua
pihak yang terkait. Hal ini dapat dilakukan melalui proses pembelaja-
ran yang mendidik dan pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa. Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa untuk
SD, dilakukan dengan mengintegrasikan pada mata-mata pelajaran,
salah satu di antaranya pembelajaran bahasa Indonesia dalam kompe-
tensi sastra.
DAFTAR RUJUKAN
Sadiman, Arief S. dkk., 1990, Media Pendidikan: Pengertian,
Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: CV. Rajawali
Asri Budiningsih, C., 2005, Belajar dan Pembelajaranta. Jakarta: Bumi
Aksara.
Mulyasa, Enco. 2007. Kurilum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Indrawati & Setiawan, Wawan. 2009. Modul Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan. PPPPTKIPA: Rasail Media Group.
Muslich, Masnur. 2008. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar)
Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran, Jakarta : Rajawali PRES.
Suparno 2007. Keterampila Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wina Sanjaya. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Media Group.
SEMINAR NASIONAL
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG
“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”
Kamis/ 6 Oktober 2016