Anda di halaman 1dari 71

1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

1.1 Landasan Dasar Hukum

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten berfungsi sebagai arah


kebijaksanaan pemanfaatan ruang suatu wilayah kabupaten dan
merupakan matra ruang dari kebijaksanaan pembangunan daerah.
Kedudukan RTRW Kabupaten dalam konteks penyelenggaraan penataan
ruang berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang merupakan penjabaran dari RTRW Provinsi.

Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi pedoman untuk :

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;

b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di


wilayah kabupaten;

d. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan


antarsektor;

e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan

f. Penataan ruang kawasan strategis kabupaten.

Buku Rencana Hal. I - 1


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Landasan dasar hukum penyusunan Pedoman Rencana Tata


Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat ini disusun berdasarkan :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kabupaten Nias Barat di Provinsi Sumatera Utara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 183,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4930)
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2043);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara
RepublikIndonesia Nomor 3469);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang
Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3470);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3888);
7. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara
(Lembaran Negera Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4247);

Buku Rencana Hal. I - 2


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang


Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
No. 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3477);
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 tentang
Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4411);
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2004 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4412);
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433);
13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah dua kali diubah dengan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang


Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 444);
15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4723);

Buku Rencana Hal. I - 3


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

16. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 Tentang
Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746 );
18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4851);
20. Undang-Undang republik Indonesia No. 46 Tahun 2008 Tentang
Pembentukan Kabupaten Nias Barat Di Provinsi Sumatera Utara
(Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4966);
22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5025);
23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);

Buku Rencana Hal. I - 4


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

25. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998


tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776);
26. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000
tentang Ketelitian Peta untuk RTRW (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia 3034);
27. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Kabupaten
Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia 3952);
28. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2004
tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 146; Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4452);
29. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005
tentang pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
30. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006
tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4655);
31. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007
tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 22; Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4696);
32. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4737);

Buku Rencana Hal. I - 5


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008


tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
34. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata
Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata
Ruang Daerah
35. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
36. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 21, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5103).
37. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan
Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan
Negara Republik Indonesia Nomor 5160)

1.2 Profil Wilayah Kabupaten

1.2.1 Gambaran Umum Kabupaten Nias Barat


Kabupaten Nias Barat yang terbentuk pada tahun 2008 dengan
dikeluarkannya Undang-undang Nomor 46 Tahun 2008 tentang
pembentukan Kabupaten Nias Barat di Provinsi Sumatera Utara.
Kabupaten Nias Barat memiliki 8 kecamatan dan 110 desa yang
mempunyai luas daratan sekitar ± 544.09 Km 2. Seperti terlihat pada
Tabel 1.1.
Secara administrasi Kabupaten Nias Barat mempunyai batas sebagai
berikut:
 Sebelah Utara : Kecamatan Tugala Oyo Kabupaten Nias Utara
 Sebelah Selatan : Kecamatan LÕlÕwa’u Kabupaten Nias Selatan
 Sebelah Timur: Kecamatan Botomoz Õi Kabupaten Nias
 Sebelah Barat : Samudera Indonesia
Kabupaten Nias Barat berjarak ± 60 Km dari Kota Gunungsitoli.
Kabupaten Nias Barat yang terletak diantara Kabupaten Nias Utara dan
Kabupaten Nias Selatan memiliki potensi yang sangat strategis karena

Buku Rencana Hal. I - 6


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

berada dijalur lintas barat pulau Nias. Kabupaten Nias Barat yang
berbatasan dengan Samudera Indonesia menyimpan kekayaan alam
laut yang mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Nias
Barat. Untuk lebih Jelas dapat dilihat pada Peta 1.1

Kabupaten Nias Barat


mempunyai 11 pulau terluar dan
terdepan yang terdapat di Kecamatan
Sirombu. Adapun ke 11 pulau tersebut
antara lain:
1. Pulau Si’ite;
2. Pulau Langu;
3. Pulau Hinako;
4. Pulau Bõgi;
5. Pulau Hamutala;
Gambar 1.1 Keindahan pesisir
6. Pulau Bawa;
pantai Kabupaten Nias Barat
7. Pulau Imana;
8. Pulau Heruanga
9. Pulau Asu;
10. Pulau Fari’i;
11. Pulau Lawandra.

Kondisi alam disekitar pulau – pulau


tersebut sangat eksotis karena
masih asri dan belum tersentuh
oleh perkembangan teknologi.
Angin Samudera Indonesia yang
bertiup di sekitar pulau menambah
keindahan pantai oleh deburan
ombak. Ke 11 pulau tersebut sangat
Gambar 1.2 Terumbu Karang
berpotensi untuk dijadikan sebagai di pesisir pantai Pantai
Kabupaten Nias Barat
tujuan wisata kelas dunia.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Peta 1.2.

Buku Rencana Hal. I - 7


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Tabel 1.1
Jumlah dan Luas Kecamatan di Kabupaten Nias Barat Tahun
2010
Rasio
N Luas
Kecamatan Jumlah Desa Terhadap
o (Km2)
Luas (%)
118, 25
1 Sirombu 21,83
79
88, 11
2 Lahõmi 16,25
39
28, 5
3 Ulu Moro'õ 5,25
58
77, 13
4 Lõlõtifu Moi 14,26
59
39, 12
5 Mandrehe Utara 7,27
56
77, 20
6 Mandrehe 14,26
59
61, 14
7 Mandrehe Barat 11,26
29
52, 10
8 Moro'õ 9,61
30
544, 110
Jumlah 100
09
Sumber :Profil Kabupaten Nias Barat, 2009

A. Topografi
Topografi sangat menentukan dalam arah pemanfataan ruang
suatu wilayah. Topografi yang relatif lebih datar atau landai
pemanfaatan lahannya lebih mudah dibanding dengan topografi yang
relatif bergelombang hingga curam.
Di Kabupaten Nias Barat kondisi topografinya bervariasi. Wilayah
pesisir sebelah barat relatif datar dan pada arah timur menuju
wilayah tengah Pulau Nias, didominasi oleh kondisi perbukitan yang
sempit dan terjal, tetapi hampir secara keseluruhan berada di bawah
800 mdpl. Struktur permukaan tanah berbongkah-bongkah dan
membentuk banyak sekali aliran sungai atau sumber mata air.
Kondisi ini yang menyebabkan ketidakmudahan untuk membangun
infrastruktur jalan yang lurus dan kokoh.

Buku Rencana Hal. I - 8


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Bentang alam daratan di Kabupaten Nias Barat dapat dibagi


menjadi 4 kelompok psiografik penting yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Dataran rendah dengan agak landai (<8%), termasuk kawasan
pesisir, sisi-sisi laut yang telah terangkat sebelumnya dan kawasan-
kawasan genangan banjir yang berlumpur, semua ini terdiri dari
sedimen-sedimen yang masih lebih muda (dan material terumbu
karang yang sudah tua) yang merupakan peluang penting untuk
kegiatan pertaniaan.
2) Lahan gambut, terdiri dari kawasan hutan rawa gambut, yang
umumnya berlokasi di kawasan pantai dataran rendah sepanjang
sungai-sungai besar dan kawasan delta. Kawasan-kawasan ini sangat
tidak sesuai untuk pengembangan pertanian dan memiliki nilai
keragaman hayati yang sangat tinggi, sehingga wilayah ini harus
dilindungi. Lahan gambut di Kabupaten Nias Barat terdapat di
Kecamatan Mandrehe Barat tepatnya di Desa Hilidaura dan Lasara
Faga.
3) Perbukitan, bukit-bukit kecil dan guludan, dengan ketinggian
mencapai 300 m, disertai torehan dengan lereng landai hingga
curam (kemiringan 16-55%), yang berasal dari batuan sedimen dan
batu kapur yang keras (Karst), dengan peluang untuk kegiatan
pertanian yang terbatas.
4) Pergunungan, yang tediri dari kawasan torehan dengan lereng curam
(dengan kemiringan >25%) mencapai ketinggian hingga 1200 m,
berasal dari batu kapur dan berbagai batuan felsik (granite,
metamorphic), tidak sesuai untuk pertanian.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Peta 1.3.

B. Iklim dan Curah Hujan


Sebagai pulau yang terpisah, iklim di Pulau Nias dipengaruhi oleh
angin muson yang membawa butiran air dari Samudera Hindia dan
Selat Nias. Hal ini menyebabkan curah hujan relatif cukup tinggi dan
berlangsung sepanjang tahun.

Buku Rencana Hal. I - 9


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Akibat letak Nias Barat dekat dengan garis khatulistiwa, maka


curah hujan setiap tahun cukup tinggi. Pada tahun 2008 jumlah curah
hujan mencapai 3.022 mm setahun atau rata-rata 251,8 mm per
bulan dengan banyaknya hari hujan mencapai 254 setahun atau rata-
rata 21 hari perbulan, penyinaran matahari rata-rata 49% per bulan,
kecepatan rata-rata sebesar 5 Knot/jam dengan suhu rata-rata 25,9
C0 dan mencapai kelembaban 90%. Curah hujan yang paling besar
terjadi pada bulan Nopember yaitu 442,6 mm dengan banyaknya hari
hujan mencapai 27 hari hujan dan penyinaran matahari sebesar 28%.
Musim kemarau dan hujan silih berganti dalam setahun. Curah yang
paling rendah terjadi pada bulan Februari yaitu 95,5 mm dan dengan
penyinaran matahari sebesar 50%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 1.2.

Buku Rencana Hal. I - 10


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Peta 1.1 Orientasi Wilayah

Buku Rencana Hal. I - 11


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Peta 1.1 Administrasi Kabupaten Nias Barat

Buku Rencana Hal. I - 12


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Peta 1.2 Topografi Kabupaten Nias Barat

Buku Rencana Hal. I - 13


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Tabel 1.2
Kondisi Curah Hujan, Kecepatan Angin, Suhu Rata-rata dan
Kelembaban
Kabupaten Nias Barat Tahun 2008
Curah Hujan Dan Penyinaran
Kecepata Suhu dan Kelembabab
Matahari
n Rata2
Bulan Curah Hari Penyinaran
(Knot/jam Suhu Rata- Kelembaba
Hujan Hujan Matahari
) Rata (Co) n (%)
(mm) (hari) (%)
Januari 178,7 13 51 5 25,9 88
Pebruari 95,5 10 50 5 26,4 87
Maret 253,3 28 50 5 26,0 91
April 325,9 20 48 5 26,0 92
Mei 136,0 17 66 5 26,1 89
Juni 255,4 22 59 5 25,8 92
Juli 209,5 22 49 5 25,5 86
Agustus 199,9 20 62 5 26,1 88
September 375,8 25 33 4 25,5 90
Oktober 228,4 23 52 5 26,3 89
Nopember 442,6 27 28 5 25,6 91
Desember 321,0 27 34 5 25,3 92
Jumlah 3022,0 254 582 59 310,5 1075
Rata-Rata
251,8 21 49 5 25,9 90
per Bulan
Sumber :Profil Kabupaten Nias Barat, 2009

C. Morfologi
Bentuk morfologi Kabupaten Nias Barat secara umum sangat
bergelombang/ perbukitan dan sebagian kecil berupa dataran.
Berdasarkan klasifikasi Van Zuidam (1985) yang membagi satuan
morfologi berdasarkan kemiringan lereng dan kerapatan garis kontur,
satuan morfologi Kabupaten Nias Barat dibedakan atas :
1. Satuan morfologi berbukit-bukit atau curam dengan kemiringan 16 o –
35o, menyebar terbatas di bagian barat dengan luas penyebaran
berkisar 10 % dari luas keseluruhan;
2. Satuan morfologi berbukit atau agak curam dengan kemiringan
antara 80 – 160, berada di bagian barat dengan arah penyebaran
sejajar Pulau Nias atau barat laut-tenggara dengan luas penyebaran
mencapai 40 %;
3. Satuan morfologi bergelombang atau miring dengan kemiringan 4 0 –
80, menyebaran dibagian tengah memanjang arah barat laut-
tenggara dengan luas penyebaran lebih kurang 30 %;

Buku Rencana Hal. I - 14


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

4. Satuan morfologi dataran dengan kemiringan 0o – 4o, berada di


bagian barat dengan arah penyebaran barat laut – tenggara dan
dengan luas penyebaran berkisar 20 % dari luas keseluruhan.

Berdasarkan peta geologi lembar Pulau Nias skala 1;250.000 dari


Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung (1994), tatanan
batuan Kepulauan Nias tersusun dari yang tertua hingga termuda
adalah : 1. Komplek Bancuh; 2. Formasi Lõlõmatua; 3. Formasi Gomo; 4.
Formasi Gunungsitoli; dan 5. Endapan Aluvium. Adapun rincian masing-
masing kelompok batuan adalah sebagai berikut:
Kabupaten Nias Barat disusun oleh seluruh jenis batuan yang ada di
Pulau Nias, yaitu batuan tektonik, sedimen dan endapan aluvial dan
dapat dibedakan atas :
1. Batuan tektonik dari Kelompok Bancuh berumur Oligosen – Miosen
Awal, terdiri dari bongkahan berbagai jenis batuan beku ultramafik -
Basa, yaitu peridotit, serpentinit, gabro, basalt serta batuan sedimen
serpih, sekis lempung bersisik, konglomerat, breksi dan graywacke
termetakan. Batuan ini bersifat kompak dan keras berada dibagian
timur yang menyebar arah barat laut-tenggara dengan luas
penyebaran berkisar 35 % dan membentang membentuk satuan
morfologi agak curam – curam.
2. Batuan sedimen dari Formasi Lõlõmatua berumur Miosen Awal –
Miosen Akhir, terutama terdiri dari batuan sedimen berlapis yaitu
perselingan batupasir, batulanau, batulempung, konglomerat serta
tufa serta bersisipan tipis dengan batubara dan serpih, batuan
banyak mengandung fosil foraminifera dan plangton yang
terendapkan di lingkungan sublitoral – neritik luar.
3. Batuan ini menyebar di bagian tengah dengan arah penyebaran
barat laut-tenggara dengan luas penyebaran mencapai 20 % dan
membentang membentuk satuan morfologi miring sampai curam.
4. Batuan sedimen dari Formasi Gomo berhubungan menjari dengan
Formasi Lõlõmatua yang juga berumur Miosen Tengah – Pliosen.
Batuan berlapis diendapkan di lingkungan sublitoral – bathial,
mengandung fosil foraminifera dan plangton. Batuannya hanya

Buku Rencana Hal. I - 15


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

menyebar setempat (5 %) di bagian utara, terutama batulempung,


napal, batupasir dan melampar membentuk morfologi miring.
5. Batuan sedimen Formasi Gunung Sitoli berumur Plio-Plistosen),
terutama berupa batugamping terumbu, hanya tersebar setempat (5
%) di bagian utara dan membentang membentuk morfologi miring.
Endapan aluvial, merupakan batuan paling muda yang berumur
Holosen, berupa endapan sungai, rawa dan pantai yang terdiri dari
pasir, lempung dan lumpur serta bongkahan batugamping. Batuan ini
terutama menyebar di bagian bantai barat dengan luas penyebaran
mencapai 35 % dan menyebar membentuk satuan morfologi dataran.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Peta 1.4.

D. Jenis Tanah
Jenis tanah di Kabupaten Nias Barat umumnya didominasi oleh jenis
tanah Aluvial, Podsolik Merah Kuning dan sebagian kecil Hidromorfik
Kelabu, Regosol, Mediteran Merah Kuning dan Litosol yang menyebar
secara random (acak). Lapisan permukaan tanah di Kabupaten Nias
Barat pada umumnya adalah tanah lunak (soft soil). Jenis tanah lunak
adalah tanah lanau yang halus dan mudah tererosi. Di samping itu juga
dijumpai jenis tanah lempung ekspansif serta pasir halus. Jenis-jenis
tanah seperti ini banyak dijumpai pada daerah bergelombang sampai
berbukit. Jenis tanah lempung ekspansif adalah salah satu jenis tanah
berbutir halus dengan ukuran koloidal yang terbentuk dari mineral
ekspansif. Tanah lempung ini mempunyai sifat yang khas yaitu
kandungan mineral ekspansif menyebabkan mempunyai kapasitas
pertukaran ion yang tinggi. Kondisi ini mengakibatkan tanah lempung
ini mempunyai potensi kembang susut apabila terjadi peningkatan dan
pengurangan kadar airnya.
Apabila terjadi peningkatan kadar air tanah ini akan mengembang
disertai dengan peningkatan tekanan air pori dan timbulnya tekanan
pengembang (swelling presure) sedangkan apabila kadar air berkurang
akan terjadi pengerutan. Suatu konstruksi yang dibangun di atas jenis
tanah lanau ini, jika tanah dasarnya terkena air maka tanah tersebut
daya dukungnya akan berkurang, tanah menjadi lembek, tidak stabil
dan tidak mampu lagi memikul konstruksi di atasnya. Kondisi ini

Buku Rencana Hal. I - 16


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

mengakibatkan kerusakan pada lapisan permukaan jalan dan apabila


tidak diatasi dapat berakibat kegagalan. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada Peta 1.5

Buku Rencana Hal. I - 17


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Peta 1.3 Peta Morfologi

Peta 1.4 Jenis Tanah

Buku Rencana Hal. I - 18


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

E. Hidrologi
Kondisi keairan (hidrologi) suatu daerah, paling tidak dipengaruhi
oleh 3 faktor utama, yakni posisi (geografi), iklim (curah hujan), dan
geologi. Posisi suatu daerah yang berada di dekat pantai di kelilingi laut
akan berbeda dengan daerah yang berada di tengah pulau. Iklim
menentukan kelembaban, curah hujan dan tekanan udara (angin).
Kondisi geologi meliputi jenis formasi batuan kedap atau akuiklud
(Aquiclude) atau penyimpanan air atau akuifer serta morfologi (dataran,
punggungan atau pegunungan).
Kajian terhadap hidrologi menyangku 2 (dua) hal, yaitu : air permukaan
atau sungai (run off water) dan air tanah (Ground Water). Secara
singkat kondisi hidrologi di Kabupaten Nias Barat diuraikan sebagai
berikut.
1) Air Permukaan
Di Kabupaten Nias Barat terdapat cukup banyak sungai yang
mengalir dari pegunungan di tengah Pulau Nias menuju ke arah
perairan laut di sekeliling pulau.di Kabupaten Nias Barat terdapat 16
sungai yang dapt dikalsifikasi dalam 3 kategori yaitu besar, sedang dan
kecil. Sungai-sungai yang berada di Kabupaten Nias Barat memiliki
panajang sungai mulai dari 4 Km hingga 40 Km aliran sungai. Dari 16
(enam belas) sungai yang terdapat di Kabupaten Nias Barat, sungai
yang terpanjang adalah sungai Oyo dengan panjang 40 Km di
Kecamatan Mandrehe Utara dan Kecamatan Mandrehe. Sedangkan
sungai kecil dengan panjang 4 Km terdapat di Kecamatan Mendrehe,
Kecamatan Lõlõfitu Moi, Kecamatan Lahõmi yang mengalir sepanjang
tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Banyak diantara sungai-sungai tersebut yang sudah mengalami
pendangkalan akibat endapan pasir, yang sebagian diakibatkan oleh
penggunaan lahan non pertanian di kawasan penyangga dan kawasan
lindung yang kurang hati-hati sehingga mengakibatkan sedimentasi.

Buku Rencana Hal. I - 19


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Selain itu akibat berubahnya fungsi kawasan resapan air maka fluktuasi
debit sungai pada musim kemarau dan musim hujan cukup besar,
sehingga pada kawasan tertentu sering mengalami banjir pada musim
hujan dan kekeringan pada musim kemarau.
Penduduk yang bermukim disepanjang jalur sungai tersebut pada
awalnya memanfaatkan sungai untuk keperluan mandi dan cuci. Namun
dengan semakin menurunnya kualitas air sungai, pemanfaatan tersebut
semakin berkurang. Saat ini sungai lebih banyak digunakan sebagai
saluran drainase dan tempat pembuangan limbah rumah tangga, yang
jika tidak dikendalikan akan semakin memperburuk kualitas air sungai.
Tabel 1.3
Nama Sungai Menurut Panjang dan Klasifikasi
di Kabupaten Nias Barat Tahun 2010
Nama Panjang
No Kecamatan Klasifikasi
Sungai (Km)
1 Sungai Dumi Mandrehe 4 Kecil
2 Sungai Fusola Mandrehe 4 Kecil
3 Sungai Zawa Mandrehe 6 Kecil
4 Sungai Oyo Mandrehe 40 Besar
5 Sungai Semboa Mandrehe 3 Kecil
6 Sungai Siwalawa Mandrehe 6 Kecil
7 Sungai Gee Mandrehe 5 Kecil
8 Sungai Moro'o Mandrehe 12 Sedang
9 Sungai Zui Moroo 5 Kecil
10 Sungai Borimawo Moroo 3 Kecil
11 Sungai Gali Moroo 10 Sedang
12 Sungai Taro’ofi Moroo 5 Kecil
13 Sungai Mbelu Moroo 3 Kecil
14 Sungai Lahomi Lahomi 10 Sedang
15 Sungai Bou Lahomi 4 Kecil
16 Sungai Sulumawa Lolofitu Moi 4 Kecil
17 Sungai Moi Lolofitu Moi 8 Kecil
18 Sungai Oyo Mandrehe Utara 40 Besar
19 Sungai Arongo Mandrehe Barat 4 Kecil
20 Sungai Moro'o Mandrehe Barat 12 Sedang
21 Sungai Lahomi Sirombu 10 Sedang
22 Sungai Baola Sirombu 4 Kecil
23 Sungai Semboa Sirombu 5 Kecil
24 Sungai Uruna Sirombu 5 Kecil
25 Sungai Lahusa Sirombu 7 Sedang
26 Sungai Siwalawa Sirombu 10 Besar
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nias Barat 2011
- Kecil < 10 m
- Sedang 10 s/d 20 m
- Besar > 20 m

2) Air Tanah

Buku Rencana Hal. I - 20


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Air tanah berdasarkan keterdapatannya atau sumber air tanah


terbagi dalam bentuk air tanah bebas dan air tanah tertekan.
Air tanah bebas adalah air permukaan yang tidak bertekanan.
Dalam kehidupan sehari-hari air tanah bebas adalah sumur. Namun di
Kabupaten Nias Barat jarang dijumpai sumur. Umumnya penduduk
setempat menggunakan air sungai, telaga, atau mata air yang terdapat
di sekitar permukiman. Hasil pengukuran tinjau (Inventarisasi Geologi
Teknik Daerah Kabupaten Nias dan Sekitarnya) terhadap beberapa
sumur yang dijumpai berkisar antara 4-6 meter dan sangat tergantung
pada kondisi morfologi dan formasi tanahnya. Dengan kondisi curah
hujan yang terjadi di sepanjang tahun, masalah air untuk kebutuhan
rumah tangga di Nias Barat jarang menggunakan sumur gali, karena
dari air permukaan telah tercukupi.

1.2.2 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia


A. Tingkat Pertumbuhan Penduduk
Penduduk Kabupaten Nias Barat dari tahun 2005 sampai tahun 2010
adalah 1,87 persen. Pertumbuhan penduduk paling tinggi terdapat di
Kecamatan Ulu Moro’õ sebesar 7.16 persen disusul Kecamatan
Mandrehe Utara sebesar 2.76 persen. Sedangkan Kecamatan yang
menurun tingkat pertumbuhan penduduknya terdapat di Kecamatan
Lahõmi sebesar – 0,69 persen.
Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, jumlah penduduk di
Kabupaten Nias Barat adalah 81.461 jiwa. Kecamatan dengan junlah
penduduknya paling tinggi terdapat di Kecamatan Mandrehe dengan
jumlah 18.709 jiwa, disusul Kecamatan Lõlõfitu Moi sebesar 13.691 jiwa.
Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit di Kabupaten Nias Barat
terdapat di Kecamatan Mandrehe Barat dengan jumlah penduduk 7.248
jiwa.

Jumlah penduduk di Kabupaten Nias Barat selalu mengalami perubahan


yang signifikan karena mobilitas masyarakatnya tergolong tinggi.
Kebiasaan masyarakat Kabupaten Nias Barat yang selalu merantau dan
mencari kehidupan yang lebih baik di daerah lain diseberang laut dan
suatu saat dalam waktu yang tidak terlalu lama akan pulang lagi ke
kampong halamannya. Mobilitas penduduk ini dilakukan bukan hanya

Buku Rencana Hal. I - 21


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

orang perorangan tetapi dilakukan perkelapa keluarga, sehingga sangat


mempengaruhi keberadaan pen duduk di Kabupaten Nias Barat. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.4, Tabel 1.5 dan Gambar 1.3

Tabel 1.4
Jumlah Penduduk dan Persebaran Per Kecamatan dari Tahun
2005 -2010 di Kabupaten Nias Barat

Penduduk (jiwa)
No Kecamatan
2005 2,006 2,007 2,008 2009* 2010**

1 Sirombu 8,784 8,790 8,802 8,820 9,167 9,513


2 Lahõmi 7,836 7,841 7,852 7,868 7,717 7,566
3 Ulu Moro’õ 5,293 5,296 5,302 5,315 6,338 7,361
4 L õlõtifu Moi 13,226 13,235 13,252 13,281 13,486 13,691
Mandrehe
5 Utara 6,933 6,937 6,945 6,960 7,442 7,923
6 Mandrehe 17,951 17,963 17,955 17,581 18,145 18,709
Mandrehe
7 Barat 6,908 6,912 6,920 6,935 7,092 7,248
8 Moro’õ 8,727 8,733 8,742 8,762 9,106 9,450
75,65
Jumlah 8 75,707 75,770 75,522 78,492 81,461
Sumber : Kab. Nias Dalam Angka, 2009; BPS Kab.Nias 2010
* = Nilai Proyeksi Proporsi
** = Hasil Sensus Mei-Juni 2010

Tabel 1.5
Pertumbuhan Penduduk Perkecamatan Tahun 2006-2010 di
Kabupaten Nias Barat

Buku Rencana Hal. I - 22


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Pertumbuhan Penduduk (persen) Rata-


No Kecamatan 2006 2007 2008 2009 2010 Rata
1 Sirombu 0.07 0.14 0.20 3.93 3.78 1.62
2 Lahõmi 0.06 0.14 0.20 -1.92 -1.96 -0.69
3 Ulu Moro’õ 0.06 0.11 0.25 19.25 16.14 7.16
4 L õlõtifu Moi 0.07 0.13 0.22 1.54 1.52 0.70
Mandrehe
5 Utara 0.06 0.12 0.22 6.92 6.47 2.76
6 Mandrehe 0.07 -0.04 -2.08 3.21 3.11 0.85
Mandrehe
7 Barat 0.06 0.12 0.22 2.26 2.21 0.97
8 Moro’õ 0.07 0.10 0.23 3.93 3.78 1.62
Jumlah 0.06 0.10 -0.07 4.89 4.38 1.87
Sumber : Hasil Analisa
* = Nilai Proyeksi Proporsi
* = Hasil Sensus Juli 2010

Gambar 1.3 Grafik Jumlah Penduduk dan Persebaran Per


Kecamatan dari Tahun 2005 -2010 di Kabupaten Nias Barat

Sumber : Hasil Analisa

Gambar 1.4 Grafik Pertumbuhan Penduduk Perkecamatan


Tahun 2006-2010 di Kabupaten Nias Barat

Buku Rencana Hal. I - 23


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Sumber : Hasil Analisa

Dari Grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Kabupaten


Nias Barat mengalami penurunan pada tahun 2008. Dari grafik diatas
diketahui bahwa kecamatan dengan jumlah penduduk yang menurun
drastis adalah Kecamatan Mandrehe, Kecamatan Barat, Kecamatan
Moro’õ.
B. Persebaran Dan Kepadatan Penduduk
Dari data yang diperoleh dari Bada Pusat Statistik Kabupaten Nias Tahun
2010. Jumlah penduduk tahun 2010 berjumlah 81.461 jiwa. Kecamatan
dengan junlah penduduknya paling tinggi terdapat di Kecamatan
Mandrehe dengan jumlah 18.709 jiwa, disusul Kecamatan Lõlõfitu Moi
sebesar 13.691 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit di
Kabupaten Nias Barat terdapat di Kecamatan Mandrehe Barat dengan
jumlah penduduk 7.248 jiwa, disusul Kecamatan Ulu Moro’õ dengan
jumlah penduduk 7.361 jiwa.untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel
1.6 dan Gambar 1.5, dan Peta 1.6
Tabel 1.6
Persebaran Penduduk tahun 2010 di Kabupaten Nias Barat

Jumlah Penduduk
No Kecamatan
2010** Persentase
1 Sirombu 9,513 11.68
2 Lahõmi 7,566 9.29
3 Ulu Moro’õ 7,361 9.04
4 L õlõtifu Moi 13,691 16.81
5 Mandrehe Utara 7,923 9.73
6 Mandrehe 18,709 22.97
7 Mandrehe Barat 7,248 8.90
8 Moro’õ 9,450 11.60
Jumlah 81,461 100.00

Buku Rencana Hal. I - 24


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Sumber : BPS Kab.Nias, 2010


** = Hasil Sensus juli 2010

Gambar 1.5 Diagram Persebaran Penduduk tahun 2010 di


Kabupaten Nias Barat

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kecamatan yang paling besar
memberikan kontribusi jumlah penduduk di Kabupaten Nias Barat
adalah Kecamatan Mandrehe sebesar 22,97 persen, disusul Kecamatan
Lõlõfitu Moi sebesar 16,81 persen. Sedangkan kecamatan yang paling
sedikit kontribusinya adalah Kecamatan Mandrehe Barat sebesar 8.90
persen.
Kepadatan Penduduk di Kabupaten Nias Barat sekitar 168
Jiwa/Kilometer2. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.7, Gambar
1.6, dan Peta 1.7

Tabel 1.7
Kepadatan Penduduk Perkecamatan Tahun 2010 di
Kabupaten Nias Barat

Kepadatan
Luas Jumlah
No Kecamatan Penduduk
(Km2) Penduduk
(jiwa/Km2)
1 Sirombu 118.79 9,513 80

Buku Rencana Hal. I - 25


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Kepadatan
Luas Jumlah
No Kecamatan Penduduk
(Km2) Penduduk
(jiwa/Km2)
2 Lahõmi 88.39 7,566 86
3 Ulu Moro’õ 28.58 7,361 258
4 L õlõtifu Moi 77.59 13,691 176
5 Mandrehe Utara 39.56 7,923 200
6 Mandrehe 77.59 18,709 241
7 Mandrehe Barat 61.29 7,248 118
8 Moro’õ 52.3 9,450 181
Jumlah 544.09 81,461 168
Sumber : Hasil Analisa,2010

Gambar 1.6 . Diagram Kepadatan penduduk di Kabupaten


Nias Barat Tahun 2010

Sumber : Hasil Analisa,2010

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kecamatan dengan tingkat


kepadatan penduduk paling tinggi di Kabupaten Nias Barat adalah
Kecamatan Ulu Moro’õ dengan kepadatan 258 jiwa/Km 2, disusul
Kecamatan Mandrehe dengan kepadatan penduduk 421 jiwa/Km 2, dan
Kecamatan Mandrehe Utara dengan kepadatan 200 jiwa/Km2

C. Struktur Dan Karakteristik Penduduk


Secara umum, sex ratio penduduk Kabupaten Nias Barat pada tahun
2010 adalah 92, yang artinya jumlah penduduk perempuan 8 persen
lebih banyak dibanding jumlah penduduk laki-laki. Sex rasio terbesar
terdapat di Kecamatan Mandrehe Barat yakni sebesar 96, disusul
Kecamatan Sirombu dan Kecamatan Moro’õ masing-masing 94.
Sedangkan Kecamatan dengan sex rasio peling kecil terdapat di
Kecamatan Lahõmi dengan nilai yakni 89. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada Tabel 1.8, Gambar 1.7

Buku Rencana Hal. I - 26


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Tabel 1.8
Sex Rasio Perkecamatan di Kabupaten Nias Barat Tahun
2010

Jenis Kelamin
Jumlah Sex
No Kecamatan Perempua
Penduduk Rasio
Laki-laki n
1 Sirombu 9,513 4614 4899 94
2 Lahõmi 7,566 3555 4011 89
3 Ulu Moro’õ 7,361 3494 3867 90
4 L õlõtifu Moi 13,691 6479 7212 90
5 Mandrehe Utara 7,923 3791 4132 92
6 Mandrehe 18,709 8915 9794 91
7 Mandrehe Barat 7,248 3559 3689 96
8 Moro’õ 9,450 4575 4875 94
Jumlah 81,461 38982 42479 92
Sumber : Hasil Analisa,2010

Gambar 1.7 . Grafik Sex Rasio Perkecamatan di Kabupaten


Nias Barat Tahun 2010

Sumber : Hasil Analisa,2010

Buku Rencana Hal. I - 27


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Peta 1.5 Sebaran Penduduk Kabupaten Nias Barat

Buku Rencana Hal. I - 28


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Buku Rencana Hal. I - 29


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Peta 1.6 Kepadatan Penduduk Kabupaten Nias Barat

Buku Rencana Hal. I - 30


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

D. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

Untuk menghitung proyeksi penduduk di Kabupaten Nias Barat


menggunakan rumus “Bunga Berganda”. Model ini dianggap paling
sesuai dengan karakteristik perkembangan penduduk Kabupaten Nias
Barat yang dianggap relatif setabil dan dengan menggunakan metode
ini menganggap perkembangan jumlah penduduk akan berganda
dengan sendirinya.
Rumus Bunga Berganda, yaitu :
Pn = Po (1 + r)n
dimana :
Pn = Jumlah penduduk tahun n
Po = Jumlah penduduk tahun dasar
r = Rata-rata presentase tambahan jumlah penduduk
daerah yang diselidiki berdasarkan data masa lampau.
n = Selisih tahun dari tahun dasar ke tahun n
dengan menggunakan data dari tahun 2005 hingga 2010 diperoleh
proyeksi jumlah penduduk hingga akhir tahun perencanaan (tahun
2031). Adapun hasil proyeksi penduduk tersebut disajikan dalam Tabel
1.9

Tabel 1.9
Proyeksi Jumlah Penduduk Perkecamatan Di Kabupaten Nias
Barat Dari Tahun 2011 – 2031

Proyeksi Jumlah Penduduk (jiwa)


No Kecamatan
2010 2016 2021 2026 2031
1 Sirombu 9.513 10.438 11.453 12.566 13.788
2 Lahõmi 7.566 8.302 9.109 9.994 10.966
3 Ulu Moro’õ 7.361 8.077 8.862 9.724 10.669
4 L õlõtifu Moi 13.691 15.022 16.483 18.085 19.844
Mandrehe
5 Utara 7.923 8.693 9.539 10.466 11.484
6 Mandrehe 18.709 20.528 22.524 24.714 27.117
Mandrehe
7 Barat 7.248 7.953 8.726 9.574 10.505
8 Moro’õ 9.450 10.369 11.377 12.483 13.697
Jumlah 81.461 89.381 98.072 107.607 118.070
Sumber : Hasil Analisa,2010

Buku Rencana Hal. I - 31


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Berdasarkan hasil proyeksi diperoleh jumlah penduduk pada akhir tahun


perencanaan tahun 2031 yakni 118.070 jiwa, dengan kepadatan
penduduk 217 jiwa/Km2

1.2.3 Bencana Alam Geologi


Bencana menurut UU 24/2007, didefinisikan sebagai peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan /atau faktor non alam maupun faaktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis. Berdasarkan sumber dan
penyebabnya, bencana dibagi atas bencana alam dan bencana non
alam dan bencana alam dibagi lagi bencana alam geologi
(gempabumi,tsunami, letusan gunungapi dan longsor), bencana alam
hidroklimatologi (banjir, kekeringan, angin topan, gelombang pasang).

A. Bencana Gempabumi

Gempabumi adalah peristiwa goncangan/getaran tiba-tiba pada


kulit bumi disebabkan proses pelepasan energi dengan waktu
yang singkat/interval waktu yang kecil. Penyebab goncangan
atau penyebab terjadinya gempabumi secara umum ada tiga
penyebab utama, yaitu gempabumi akibat adanya runtuhan
(gempabumi runtuhan), gempabumi akibat adanya aktivitas
vulkanik/letusan gunungapi (gempabumi vulkanik) dan
gempabumi akibat adanya aktivitas tektonik (gempabumi
tektonik). Di seluruh Pulau Nias (termasuk Kabupaten Nias Barat),
gempabumi yang berpotensi terjadi adalah gempabumi tektonik.

Pulau Nias sebagaimana pulau-pulau lain di sepanjang pantai


Barat Pulau Sumatera merupakan bagian terdepan atau terdekat
dengan zona subduksi antar lempeng samudra Hindia dengan
lempeng benua Eurasia. Pergerakan lempeng samudra Hindia
dengan kecepatan rata-rata 60 – 75 mm pertahun telah

Buku Rencana Hal. I - 32


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

menggerakan Nias secara mendatar dengan kecepatan 2-3 cm


per tahun serta pergerakan secara vertikal/ naik 8 – 10 cm
pertahun sampai saat ini. Tumbukan tersebut juga menyebabkan
Pulau Nias bergerak ke arah Pulau Sumatera dengan kecepatan
rata-rata 4 cm per tahun.
Jarak jalur subduksi terhadap pantai barat Pulau Nias berkisar 80
Km dan jalur subduksi tersebut merupakan pusat-pusat
terjadinya gempabumi.

Buku Rencana Hal. I - 33


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Gambar 1.8

Wilayah Indonesia Yang Rawan Bencana Gempabumi Dan


Letusan Gunungapi Karena Berada Di Antara Empat Lempeng :
Lempeng Hindia Australia, Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia
Dan Lempeng Pilipina.

Dampak dari tumbukan antara dua lempeng tersebut juga membentuk


patahan besar (megathrust) sepanjang pantai Barat yang menjalur dari
Enggano-Mentawai-Nias-Simeuleu-Andaman/Nikobar (India) - Arakan
Yoma (Myanmar) dan berlanjut ke jalur megathrust Himalayah. Pada
Gambar 1.9 memperlihatkan kecepatan pergerakan dari jalur-jalur
patahan aktif yang ada di wilayah Pulau Sumatera dan pulau-pulau kecil
di pantai barat menurut Bellier (1997). Di sekitar Pulau Nias terdapat
dua jalur patahan utama yang ada di laut, baik yang di pantai barat

Buku Rencana Hal. I - 34


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

(jalur subduksi) dan di pantai timurnya. Jalur-jalur patahan tersebut


menjadi tempat pelepasan-pelepasan energi dan selanjutnya juga
menjadi tempat jalur gempa.

Buku Rencana Hal. I - 35


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Su
m
be
r
jal
Su ur
m ge
be m
r pa
jal di
ur Pu
ge la
m u
pa Ni
Di as
pu
la
u Gambar 1.9.
Jalur
ni Sumber Patahan Aktif Yang Ada Di Wilayah Pulau
Sumatera Dan Pulau-Pulau Kecil Di Pantai Barat
as

Kecepatan pergerakan patahan-patahan aktif sepanjang kawasan Pulau


Sumatera (Termasuk Pulau Nias) menurut Bellier, 1997). Jalur patahan
utama di Pulau Nias sekaligus sebagai sumber gempa berada pada
patahan aktif di pantai barat dan pantai timur. Beberapa peristiwa
gempabumi yang pernah terjadi di Pulau Nias sejak tahun 1843 sampai
tahun 2008 menurut Supartoyo & Surono, 2008 seperti Tabel 1.10
Nias
Islands

(Sumber Gempabumi)

Gambar 1.10

Buku Rencana Hal. I - 36


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Sumber Gempabumi Pada Jalur Subduksi Antara Lempeng


Samudra Hindia
Dengan Lempeng Benua Eurasia (Di Pantai Barat Pulau Nias)
Tabel 1.10.
Keterjadian Bencana Gempabumi dan Tsunami di Pulau Nias
(Supartoyo & Surono, 2008)

Buku Rencana Hal. I - 37


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Data kegempaan di empat wilayah Kabupaten/Kota Pulau Nias


(Kabupaten Nias barat, Nias Utara, Nias Induk dan kota Gunungsitoli)
untuk kurun waktu sepuluh tahun terakhir (2000 – 2009)
memperlihatkan adanya aktivitas gempa yang cukup tinggi (Peta 7.8,
Peta seismisitas). Pusat-pusat gempa terutama terjadi di sepanjang
pantai (barat-utara-timur) dan juga terjadi di daratan dengan
kedalaman umumnya dangkal (< 60 km) dengan kekuatan magnitudo
rata-rata berkisar 0 – 3,9 SR, sebagian berkekuatan 4 – 4,9 dan hanya
beberapa berkekuatan 5 – 9,9 SR. Skala Intensitas gempa umumnya
berkisar VI – IX MMI (Modified Mercalli Intenity) untuk kekuatan gempa 6
– 9 SR, untuk gempabumi dengan kekuatan < 6 SR intensitas gempa
lebih kecil dari skala V aau IV MMI.
Pulau Nias yang berhadapan langsung dengan jalur subduksi dan
aktivitasnya terus berlangsung menyebabkan Nias berada pada posisi
tektonik yang labil, dimana daratannya berpotensi besar untuk selalu
bergoyang sekalipun sumber gempa tidak berada di wilayah Pulau Nias,
seperti peristiwa gempabumi pada 26 Desember 2004 yang juga
dirasaan goncangannya di Nias sekalipun pusat gempa di wilayah Aceh.
Hasil survey geofisika juga menunjukan Nias berada pada jalur anomali
negatif, yaitu suatu kondisi yang disebabkan oleh perbedaan masa
rapat batuan (berat jenis) antara Pulau Nias dengan Pulau Sumatera.
Dimana berat jenis batuan di Pulau Nias jauh lebih kecil dibandingkan
dengan berat jenis batuan di Pulau Sumatera. Untuk menyeimbangkan
gaya berat bumi antara Pulau Nias dengan Pulau Sumatera, maka
secara alamiah Pulau Nias akan mengangkatkan dirinya. Dalam proses
pengangkatan tersebut akan menyebabkan goncangan-goncangan
gempa dengan kekuatan getaran yang dapat atau tidak dirasakan oleh
manusia.
Wilayah bagian barat dari Kabupaten Nias Barat berhadapan langsung
dengan jalur gempa utama atau jalur subduksi antar lempeng. Pada
peta seismisitas (Peta 1.8) terlihat bahwa sumber/keterjadian
gempabumi di wilayah daratan, terutama terjadi pada jalur-jalur lemah

Buku Rencana Hal. I - 38


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

(Kabupaten Nias Barat, Nias Induk, Nias Utara, dan Kota Gunungsitoli )
yaitu di jalur struktur sesar naik, maupun di jalur pelurusan struktur

Peta Seismisitas/Peta Kegempaan Pulau Nias dan Sekitarnya


geologi yang memang merupakan bidang lemah dan memang menjadi
jalur gempa darat.

Peta 1.8

Buku Rencana Hal. I - 39


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Labilnya Pulau Nias sehingga daratannya dapat terangkat dan


atau mengalami penurunan ketika terjadi gempa terlihat pada
peristiwa gempabumi pada 28 Maret 2005. Dimana peristiwa
gempa tersebut mengakibatkan terangkatnya sebagian wilayah
bagian barat Kabupaten Nias Barat hingga 3 meter dan yang
mengakibatkan garis pantai menuju ke arah laut mencapai 70 m
sehingga terumbu karang tersingkap ke permukaan. Namun di
kawasan yang sama juga mengindikasikan pernah terjadi
penurunan daratan atau naiknya garis pantai oleh peristiwa
tektonik/gempa bumi sebelumnya.
Wilayah Kabupaten Nias Barat, berdasarkan kondisi kegempaan
yang umumnya berkekuatan < 3,9 – 4,9 SR dengan kedalaman
dangkal dan dengan memperhatikan kondisi batuan penyusun
serta struktur geologi yang berkembang, maka potensi bencana
gempabuminya dibagi atas tiga kawasan rawan bencana, yaitu :
1. Kawasan rawan bencana gempabumi sangat tinggi, berada
pada wilayah yang disusun oleh batuan yang bersifat lepas
atau kurang kompak, yaitu endapan alluvial (Qa) dan terumbu
karang dari Formasi Gunungsitoli (QTg). Kawasan ini terutama
di Kecamatan Sirombu bagian utara-barat, Kecamatann
Marao’o dan sebagian Kecamatan Mandrehe Barat. Saat
gempa Nias pada 28 Maret 2008, kehancuran di tiga

Buku Rencana Hal. I - 40


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

kecamatan tersebut cukup tinggi terutama kehancuran


infrastruktur/bangunan yang dibangun di atas endapan alluvia.
Hal tersebut dikarenakan pada bantuan yang tidak kompak
akan terjadi penggandaan gelombang yang berdampak pada
peningkatan goncangan saat terjadi gempa.
2. Kawasan rawan bencana gempabumi tinggi, berada pada
daerah yang disusun batuan sedimen dari Formasi Lõlõmatua
(Tml), yaitu di Kecamatan Mandrehe Utara, Lõlõfitu Moi, dan
sebagian (sisi timur) Kecamatan Mandrehe Barat.
3. Kawasan rawan bencana gempabumi menengah, pada daerah
yang disusun oleh batuan Kelompok Bancuh (Tomm) berupa
beku dan sedimen yang termetakan serta terstrukturkan,
terutama di Kecamatan Lahõmi, Ulumoro’õ , Mandrehe, dan
sebagian di Kecamatan Sirombu (bagian selatan), bagian barat
daya Kecamatan Mandrehe Utara.
B. Bencana Tsunami

Tsunami merupakan gelombang yang panjang (long wave) yang


dapat mencapai 100 kilometer, dimana naiknya atau terjadinya
gelombang panjang tersebut disebabkan oleh adanya implusif
dari dasar laut atau dasar permukaan air. Gangguan implusif
disebabkan oleh adanya gempabumi tektonik, letusan gunungapi,
longsoran di dasar laut atau kombinasi ketiganya. Artinya
tsunami hanya berpotensi terjadi bila gempabuminya berada di
laut/danau dan pada dasar laut/danaunya terjadi perubahan
morfologi akibat perpindahan masa batuan berupa patahan/sesar
naik atau sesar turun saat terjadi gempa. Berdasarkan hal
tersebut, maka akan ada hubungan antara kekuatan gempa
dengan tsunami, dimana potensi tsunami akan terjadi bila
kekuatan gempanya lebih besar dari 6,3 SR dan kedalam
gempanya tergolong dangkal (< 60 km atau mencapai 80 km).
Dari ketiga penyebab tsunami tersebut, tsunami akibat gempa
tektonik yang sering terjadi bahkan yang paling banyak
menimbulkan bencana, baik korban jiwa maupun harta.

Buku Rencana Hal. I - 41


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Kecepatan bergeraknya tsunami berbanding lurus dengan


kedalaman, kecepatan akan tinggi bila di kedalaman dan semakin
berkurang kecepatannya pada wilayah atau kedalaman yang
dangkal. Kondisi tersebut mengakibatkan ketinggian gelombang
meningkat karena terjadi akumulasi air dan diikuti peningkatan
energi ketika mencapai kedalaman dangkal atau ketika sampai di
pantai, terutama di pantai yang cekung atau pantai yang
berbentuk teluk atau kawasan pantai yang kemiringan lerengnya
tergolong datar.

Terjadinya Gelombang Tsunami

Daya rusak yang dapat menimbulkan bencana ketika terjadi


tsunami terutama disebabkan oleh tingginya gelombang ketika
mencapai pantai serta kecepatan tsunami yang naik ke daratan
(run up) yang masih tergolong tinggi (25-100 km/jam) sekalipun
telah mengalami pengurangan kecepatan sepanjang perjalan
mencapai pantai. Kondisi tersebut dapat menghancurkan
kehidupan di daerah pantai. Sementara kembalinya air laut
setelah mencapai puncak gelombang (run down) dapat menyeret
segala sesuatu ke laut.
Secara umum seluruh kawasan pantai pulau Nias berpotensi
terjadi tsunami , hal ini dikarenakan sepanjang pantai barat Nias
merupakan jalur subduksi antar lempeng dan sekaligus sebagai
jalur gempa utama di laut. Sedangkan pantai bagian utara

Buku Rencana Hal. I - 42


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

maupun pantai timur Nias, potensi tsunami bersumber dari jalur


gempa Andaman/Nikobar di bagian utara pulau Nias dan
merupakan kemenerusan dari jalur gempa di sepanjang pantai
barat. Pada gambar 7.5 terlihat bahwa peristiwa gempa yang
bersumber dari laut dengan kekuatan > 8 SR diikuti oleh
ancaman tsunami, sekalipun sumber gempa tidak berasal dari
kawasan pulau Nias. Menurut Lida (1963), tsunami yang terjadi
dengan kekuatan gempa tersebut memiliki kekuatan 1 -2 (bila
kekuatan gempa 8 SR) dan akan mengakibatkan tinggi
maksimum rambatan naik (run up) setinggi 4 – 3 m. Sedangkan
tsunami berkekuatan 3 (kekuatan gempa 8 – 9 SR) menghasilkan
run up 8 – 12 meter. Bentuk morfologi yang berupa datar di
sepanjang garis pantai akan memperluas areal yang terkena
landaian tsunami. Ditambah lagi dengan bentuk pantai yang
dibeberapa lokasi berbentuk teluk akan memperbesar energi
tsunami dan berpotensi bencana tinggi.
Menurut Adjat Sudrajat (1996), kawasan pantai barat Aceh dan
Sumatera (termasuk Nias) memiliki tingkat kerentanan tsunami
sangat tinggi (tergolong segmen 1 dari 6 pembagian segmen).
Berdasarkan ketinggian gelombang tsunami, pantai barat Aceh
dan Sumatera termasuk dalam zona tsunami dengan perkiraan
gelombang mencapai 6 – 10 meter (Najoan, 2005).
Di Kabupaten Nias Barat, khususnya di bagian barat dari tiga
kecamatan, yaitu Kecamatan Sirombu, Mandrehe barat dan
Kecamatan Marao’o berpotensi terhadap bencana tsunami dan
terbukti saat gempa 26 Desember 2008 wilayah tersebut terkena
tsunami. Bentuk topografi yang datar di sepanjang pantai barat,
dimana jarak dataran dari garis pantainya rata-rata antara 5 – 7
km dapat mengakibatkan perluasan landaian tsunami. Adanya
aliran sungai pada topografi datar yang bermuara ke laut, seperti
sungai Lahõmi di Kabupaten Sirombu, sungai Moro’õ di
Kabupaten Mandrehe Barat dan sungai Gali yang menerus ke
Kecamatan Maro’o juga dapat memicu peningkatan tinggi
gelombang (run up) tsunami. Dibagian selatan Kecamatan

Buku Rencana Hal. I - 43


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Sirombu, pantainya membentuk teluk dan padanya terdapat dua


sungai besar, kondisi tersebut menjadi sangat rawan terhadap
bencana tsunami bila terjadi gempa berkekuatan besar dan
bersumber dari bagian baratnya.

C. Bencana Longsor/Gerakan Tanah

Kawasan Indonesia yang beriklim tropis, berdasarkan kondisi


klimatologi dan kondisi geologi menjadikan Indosenia kawasan
yang rentan terhadap gerakan tanah atau longsor termasuk juga
wilayah Pulau Nias. Longsor didefinisikan sebagai salah satu
gerakan masa tanah atau batuan atau percampuran keduanya
menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kesetabilan
tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Jenis-jenis
pergerakannya berupa : runtuhan, robohan, longsoran, pencaran,
aliran dan kompleks.
Secara umum gerakan tanah/longsor disebabkan oleh : kondisi
geomorfologi (kemiringan lereng), geologi (jenis dan stratigrafi
batuan, struktur geologi), hidrologi (kedalaman muka air tanah)
dan kondisi tataguna lahan. Faktor-faktor tersebut menyebabkan
suatu wilayah menjadi rawan/berpotensi terhadap longsor bahkan
dapat terjadi longsor, terutama bila dipicu oleh : adanya infiltrasi
air kedalam lereng (air hujan), adanya getaran (goncangan
gempabumi), serta adanya aktivitas manusi (menebang hutan,
membangun dikawasan resapan).

Buku Rencana Hal. I - 44


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Gambar 1.12

Jenis-jenis Pergerakan Tanah

Potensi gerakan tanah di Kabupaten Nias Barat berdasarkan kondisi


geologi dipengaruhi oleh kondisi stratigrafi batuan sedimen Formasi
Lõlõmatua yang terdiri dari perselingan perlapisan batupasir dibagian
atas dan batulempungan dibagian bawah serta batuan beku Kelompok
Bancuh yang terstrukturkan dan memperlemah kestabilan batuan.
Batuan-batuan tersebut dibeberpa lokasi membentuk morfologi miring –
sampai agak curam dengan kemiringan 25 % - 40 % bahkan ada yang >
40 % (lihat peta morfologi dan peta kemiringan lereng). Kondisi
demikian dapat mengganggu keseimbangan lereng dan dapat
mengakibatkan longsoran, terutama bila dipicu oleh adanya curah
hujan yang tinggi maupun goncangan-goncangan oleh gempa.
Batupasir yang bersifat porous mampu menyerap air, sedangkan
batulempungan yang bersifat mampu menyerap air namun tidak
mampu meloloskan air (bersifat impermeabel), bila kondisi batuan
demikian berada pada kemiringan lereng yang curam (umumnya
kemiringan lereng > 40%), maka kondisi batuannya menjadi tidak
stabil. Dimana saat musim hujan dan curah hujan cukup tinggi, akan

Buku Rencana Hal. I - 45


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

terjadi peningkatan berat masa batuan dibagian atas dan


mengakibatkan gaya pendorong masa batuan di atas lereng lebih besar
dibanding gaya penahan dan akhirnya terjadi pergerakan masa
batuan/tanah atau longsoran. Potensi longsoran juga dapat terjadi
pada batuan yang telah mengalami pelapukan dan menghasilkan
batuan lapuk yang cukup tebal. Bila kondisi batuan demikian berada
pada topografi dengan kemiringan lereng yang besar, dan dipicu oleh
curah hujan yang cukup tinggi, juga dapat terjadi longsor. Curah hujan
di Kabupaten Nias Barat tergolong dapat memicu terjadinya longsor
atau sebesar 2500-3500 mm/thn dan didominasi yang berjumlah 3000 –
3500 mm/thn seperti terlihat pada Peta 1.9

Curah hujan yang juga tergolong tinggi (Lihat Peta 1.) dan goncangan
gempabumi yang memang sering terjadi di wilayah Pulau Nias serta
adanya aktivitas manusia yang mengurangi kemampuan lahan
menyerap air menjadi pemicu terjadiya gerakan tanah. Berdasarkan
hal-hal tersebut, maka wilayah Kabupaten Nias Barat yang rentan
terhadap bencana longsor terutama di Kecamatan Mandrehe Utara
terutama dibagian utaranya, di bagian timur Kecamatan Lolofitu Moi.
Kecamatan lain yang juga tergolong rawan adalah Kecamatan Ulu
Moro’õ (dibagian utara dan bagian timur/perbatasan dengan
Kecamatan Lolofitu Moi), di bagian tenggara dan timur laut Kecamatan
Lahõmi dan di bagian barat daya Kecamatan Mandrehe Utara.

Peta 1.9 Peta Curah Hujan

Buku Rencana Hal. I - 46


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

1.2.4 Potensi Sumber Daya Alam


a. Sektor Pertanian
Sektor pertanian di Kabupaten Nias Barat di Dominasi oleh
Komoditi Padi Sawah. Pada tahun 2010, berdasarkan data yang
diperoleh SKPD Dinas Pertanian diperoleh, bahwa jumlah luas panen
padi sawah tahun 2010 adalah 1580 Ha, dengan produksi rata-rata
sekitar 3,03 Ton per Ha. Adapun kecamatan yang mengsilkan jumlah
panen pad\i paling banyak adalah Kecamatan Mandrehe Barat dengan
luas panen sekitar 415 Ha dan Produksi 1.203 ton. disusul Kecamatan
Mandrehe dengan luas panen padi sawah sekitar 310 Ha dan produksi
sekitar 930 ton, Kecamatan Mandrehe Utara dan Kecamatan Sirombu
masing-masing mempunyai luas panen sekitar 260 dengan produksi
panen 780 Ha dan 832 Ha. Sedangkan Kecamatan kecil areal panen
padi sawah adalah Kecamatan Lah õmi dengan luas lahan sekitar 110
Ha dan produksi panen sebesar 357,5. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada Tabel 1.11 berikut

Tabel 1.11
Luas Panen dan Produksi Padi Sawah di Kabupaten Nias Barat
Tahun 2010

Luas Panen (Ha) Rata-rata


Produksi
No Kecamatan Padi Padi Produksi
(Ton)
Sawah Ladang (Ton/Ha)
1 Sirombu 260 0 832 3,20
2 Lahõmi 110 0 357,5 3,25
3 Ulu Moro'õ 0 0 0 0
4 Lõlõtifu Moi 0 0 0 0
5 Mandrehe Utara 260 0 3,00 780
6 Mandrehe 310 0 3,00 930
7 Mandrehe Barat 415 0 2,90 1.203
8 Moro'õ 225 0 3,10 697,5
Jumlah 1.580 0 1.201,5 452,12

Sumber :Dinas Pertanian, Perkebunan Kehutanan dan Peternakan, 2010

Buku Rencana Hal. I - 47


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Gambar 1.13 Padi Sawah di Kecamatan Mandrehe

b. Sektor Perkebunan
Sektor perkebunan di Kabupaten Nias Barat didominasi oleh Karet,
Kelapa, Kakao. Dari data yang diperoleh dari dinas Perkebunan dan
peternakan tahun 2010 diketahuni bahwa jumlah luas tanaman karet di
Kabupaten Nias Barat berjumlah 6.741 Ha, luas perkebunan Kelapa
berjumlah 3.534 Ha, dan luas perkebunan Kakao berjumlah 1.258 Ha.
Untuk lebij jelas dapat dilihat pada Tabel 1.12

Tabel 1.12
Luas dan penyebaran perkebunan di Kabupaten Nias Barat tahun 2010
N Luas (Ha)
Kecamatan
o Karet Kelapa Kakao
1 Sirombu 775 2.152 96
2 Lahõmi 471 246 24
3 Ulu Moro'õ 1.842 343 327
4 Lõlõtifu Moi 410 120 72,5
5 Mandrehe Utara 1.020 312 214
6 Mandrehe 246 20 135
7 Mandrehe Barat 728 310 133
8 Moro'õ 1.249 31 256,5
Jumlah 6.741 3.534 1.258
Sumber :Dinas Pertanian, Perkebunan Kehutanan dan Peternakan, 2010

Produksi kelapa dalam bentuk Kopra tahun 2010 sebanyak 2.790


ton; produksi karet dalam bentuk karet basah sebanyak 6.585 ton; dan
produksi kakao dalam bentuk biji kering sebanyak 434 ton.

Buku Rencana Hal. I - 48


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Gambar 1.14 . Perkebunan


Kelapa dan Kakao
Milik Masyarakat

c. Sektor Peternakan
Di Kabupaten Nias Barat ternak unggulannya adalah Babi. Selain
itu terdapat juga ternak yang lain yang termasuk dalam ternak
besar,kecil dan unggas meliputi : Ayam, Itik, Kambing,Kerbau dan sapi.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Dinas Perkebunan dan
Peternakan tahun 2010, Populasi Sapi hanya terdapat di Kecamatan
Sirombu dengan jumlah sebanayk 78 ekor dan Kerbau sebanyak 21
ekor, Ternak Babi sebanyak 8.531 ekor; ternak Kambing sebanyak 78
ekor; ternak ayam sebanyak 100.587 ekor; dan ternak itik sebanyak
11.891 ekor. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.13

Tabel 1.13
Penyebaran dan Populasi Ternak di Kabupaten Nias Barat Tahun 2010

Buku Rencana Hal. I - 49


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Populasi
N
Kecamatan Kambi
o Sapi kerbau Babi Ayam Itik
ng
1 Sirombu 78 21 1.183 41 10.950 2.795
2 Lahõmi 0 0 1.152 14 12.368 2.492
3 Ulu Moro'õ 0 0 1.246 6 17.785 1.880
4 Lõlõtifu Moi 0 0 871 6 10.500 2.224
5 Mandrehe 0 0 829 0 9.650 1.090
Utara
6 Mandrehe 0 0 784 0 8.500 0
7 Mandrehe 0 0 1.142 0 8.110 1.410
Barat
8 Moro'õ 0 0 1.324 11 22.724 0
Jumlah 78 21 8.531 78 100.58 11.891
7
Sumber :Dinas Pertanian, Perkebunan Kehutanan dan Peternakan, 2010

d. Sektor Kehutanan
Kawasan Hutan di Kabupaten Nias Barat sangat luas dimana
hampir 50 % luas daratan dari Kabupaten Nias Barat merupakan
Kawasan Hutan perhitungan luas hutan ini berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan No.44 Tahun 2005. Kawasan hutan di Kabupaten
Nias Barat terbagi atas : hutan lindung; hutan Produksi terbatas; dan
hutan konversi.
Adapun luas hutan yang baling besar di Kabupaten Nias Barat
berada di Kecamatan Mandrehe dengan luas kawasan hutan sekitar
9.106,53 Ha, kemudian Kecamatan Ulu Moro’õ dengan luas kawasan
hutan sekitar 4.442.22 Ha dan Kecamatan Lõlõfitu Moi dengan luas
hutan sekitar 4.165,21 Ha. Untuk lebih jelas dapat diihat pada Tabel
1.14
Tabel 1.14
Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Nias Barat
Berdasarkan SK MenHut No.44 tahun 2005

Luas Luas Kawasan Hutan (HA) Jumlah


N
Kecamatan Wilayah
o. HL HPT HP HPK
(HA)
1 Sirombu 9.045,52 0 167,41 0 0 167,41
2 Lahõmi 5.081,25 799,92 859,92 0 0 1.659,8
4
3 Ulu Moro'õ 10.511,7 6.938,39 2.163, 0 508 9.106,5
7 06 3

Buku Rencana Hal. I - 50


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

N Luas Luas Kawasan Hutan (HA) Jumlah


Kecamatan Wilayah
o. HL HPT HP HPK
4 Lõlõtifu Moi (HA)
4.780,64 3.407,88 0 0 349,16 3.757,0
4
5 Mandrehe 6.041,29 0 754,01 0 0 754,01
Utara
6 Mandrehe 5.869,61 3.097,3 1.344, 0 0 4.442,2
92 2
7 Mandrehe 5.403,76 60,17 997.18 0 0 1.057,3
Barat 5
8 Moro'õ 5.403,76 3.445,87 0 0 719,34 4.165,2
1
Jumlah 53.623,9 17.749,53 6.286, 0 1.073, 25.199,
4 5 58 61
Sumber :Dinas Pertanian, Perkebunan Kehutanan dan Peternakan, 2010

e. Sektor Pariwisata
Kawasan pariwisata di Kabupaten Nias Barat tersebar merata di setiap

kecamatan namun pengelolaanya masih belum maksimal sehingga tidak

mampu untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan perekonomian

daerah. Kabupaten Nias Barat memiliki berbagai obyek wisata dan cagar

budaya yang menarik dan bisa dikembangkan sebagai kawasan wisata dalam

pembangunan yang berkelanjutan. Kawasan cagar budaya adalah kawasan

dimana lokasi bangunan hasil budaya manusia bernilai tinggi maupun

bentukan geologi alami khas berada dan kawasan ini sangat bermanfaat jika

dikembangkan sebagai kawasan pariwisata. Pengembangan kawasan

pariwisata berupa kawasan cagar budaya yaitu di obyek peninggalan

bersejarah yang terdapat di Kecamatan Lahõmi dimana didesa ini masih

banyak peninggalan rumah adat dan batu mengalitikum yang perlu dijaga,

selengkapnya pada Tabel 1.15.

Tabel 1.15
Data Jumlah Kawasan Wisata di Kabupaten Nias Barat
Menurut Kecamatan Tahun 2010

Buku Rencana Hal. I - 51


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Batu Megalit Rumah Adat Lokasi


Kecamatan Jumlah
(Lokasi) (Buah) Situs
1. Sirombu 2 4 2 8
2. Lahomi 10 40 5 55
3. Ulu Moro’o 2 3 2 7
4. Lolofitu Moi 2 1 1 4
5. Mandrehe Utara 3 12 2 17
6. Mandrehe 12 26 9 47
7. Mandrehe Barat 6 12 3 21
8. Moro’o 2 7 3 12
Jumlah 35 105 27 167

Sumber :Dinas Perhubungan, Pariwisata, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Nias Barat 2011

Buku Rencana Hal. I - 52


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

f. Pengunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Nias Barat berdasarkan hasil
interprestasi citra satelit pada tahun 2010 diketahui bahwa penggunaan
lahan eksisting untuk Kabupaten Nias Barat terdiri dari 10 macam/ jenis
penggunaan lahan, yaitu:
1. Hutan Sekunder dengan Luas 90.32 Km2 ;
2. Sawah dengan luas 18.82 Km2;
3. Kebun Campuran dengan luas 115.85 Km2;
4. Perkebunan dengan luas 145.59 Km2;
5. Perladangan dengan luas 131.81 Km2;
6. Pertanian Lahan Kering dengan luas 23.41 Km2;
7. Rawa/Gambut dengan luas 1.25 Km2;
8. Semak Belukar dengan luas 6.39 Km2;
9. Permukiman dengan luas 1.89 Km2
10. Areal Penggunaan Lainnya dengan luas 8.77 Km2.

Hutan Sekunder yang terdapat di Kabupaten Nias Barat tersebar


sebagian besar di Kecamatan Lõlõfitu Moi dengan luas 32,96 Km 2
kemudian disusul Kecamatan Sirombu dengan luas 27,76 Km 2 dan
Kecamatan Lahõmi dengan luas sekitar 11,64 Km 2. Sedangkan di
Mandrehe Barat tidak terdapat Hutan sekunder
Pertanian Sawah banyak terdapat di Kecamatan Sirombu dengan luas
6,80 Km2, kemudian disusul Kecamatan Lahõmi dengan luas sawah
sekitar 4,48 Km2. Sedangkan Kecamatan yang tidak terdapat lahan
persawahan nya berada di Kecamatan Lõlõfitu Moi dan Kecamatan Ulu
Moro’õ karena morfologi tanah dan tingkat kemiringan lahan di
Kecamatan tidak mendukung.
Kebuncampuran paling banyak terdapat di Kecamatan dengan luas
31.28 Km2 kemudian disusul Kecamatan Lahõmi dengan luas 25,86
Km2,sedangkan kebun campuran paling sedikit terdapat di Kecamatan
Mandrehe Barat dengan luas 7.17 Km2.
Perkebunan banyak terdapat di Kecamatan Sirombu dengan Luas 42.56
Km2 dan Kecamatan Lahõmi dengan luas 30.35 Km 2. Perladangan
banyak terdapat di Kecamatan Moro’õ dengan luas 41.06 Km2, Pertanian
Lahan Kering banyak terdapat di Kecamatan Mandrehe Utara dengan
luas 13,48 Km2. Daerah Rawa/Gambut hanya terdapat di Kecamatan
Mandrehe dengan luas 1,25 Km2.

Buku Rencana Hal. I - 53


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Semak belukar banyak terdapat di Kecamatan Lahõmi dengan luas 4.16


Km2, sedangkan permukiman banyakl terdapat di Kecamatan Lahõmi,
Kecamatan Lõlõfitu Moi , Kecamatan Mandrehe. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada Tabel 1.16 dan Peta 1.10 dan Peta 1.11

Buku Rencana Hal. I - 54


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Tabel 1.16. tutupan Lahan Kabupaten Nias Barat

Tutupan Lahan Kabupaten Nias Barat Tahun 2010 (Km2)


Pertani
an
Hutan Kebun Rawa/ Semak Lain Jumla
N Kecamat Sawa Perke Perlad Lahan Permu
Sekund Camp Gamb Beluk - h
o an h bunan angan Kering/ kiman
er uran ut ar Lain (Km2)
Perlada
ngan
1 Lahõmi 11.64 4.48 25.86 30.35 9.84 0.99 0.00 4.16 0.68 0.40 88.39
Lõlõfitu
2 Moi 32.96 0.00 12.43 10.26 15.68 5.68 0.00 0.09 0.28 0.21 77.59
3 Mandrehe 6.01 1.16 18.27 25.14 23.43 0.96 1.25 0.63 0.45 0.30 77.59
Mandrehe
4 Barat 0.00 2.20 7.17 27.99 23.58 0.00 0.00 0.00 0.03 0.33 61.29
Mandrehe
5 Utara 3.01 0.93 8.15 0.26 12.93 13.48 0.00 0.36 0.06 0.39 39.56
6 Moro'o 0.12 3.26 7.47 0.30 41.06 0.00 0.00 0.00 0.03 0.06 52.3
7 Sirombu 27.76 6.80 31.28 42.56 0.14 1.84 0.00 1.15 0.26 7.00 118.79
8 Ulu Moro'o 8.82 0.00 5.23 8.74 5.15 0.46 0.00 0.00 0.10 0.08 28.58

Buku Rencana Hal. I - 55


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Luas Kabupaten Nias Barat 544.09

Buku Rencana Hal. I - 56


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Peta 1.10 Peta Cita Satelit

Buku Rencana Hal. I - 57


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Peta 1.11 Pola Guna Lahan

Buku Rencana Hal. I - 58


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

1.2.5 Potensi Ekonomi Wilayah


Kemajuan suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pertumbuhan
ekonomi dan struktur ekonomi suatu wilayah. Untuk mengetahui tingkat
perumbuhan ekonomi wilayah, maka dapat dilihat dari jumlah Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah. Karena Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) ini adalah salah satu indikator makro
tentang perkembangan perekonomian Kabupaten Nias Barat melalui
tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pendapatan per kapita dan
tingkat kontribusi masing-masing jenis lapangan usaha yang telah di
capai setiap tahun. Dari Produk Domestik Regional Bruto diketahui
potensi ekonomi wilayah khususnya di Kabupaten Nias Barat
a. Pertumbuhan Perekonomian
Untuk melihat produktivitas ekonomi (dengan mengabaikan inflasi),
maka digunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Berdasarkan
harga konstan tahun 2000, PDRB Sumatera Utara pada tahun 2008
sebesar Rp 106.172,36 milyar. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 11,30
persen, diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 9,48 persen dan
pengangkutan dan komunikasi sebesar 8,89 persen.
Dari data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara tahun
2009, diketahui bahwa secara keseluruhan perekonomian Sumatera
Utara pada tahun 2008 melambat sebesar 6,39 persen jika
dibandingkan tahun sebelumnya yang bernilai 6.90. Berdasarkan harga
Konstan 2000, Produk Domestik Regional Bruto tahun 2008 juga
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007, yaitu sebesar Rp
9.609,2 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp 10.520 Milyar pada tahun
2008. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.17

Buku Rencana Hal. I - 59


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Tabel 1.17
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000
di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006 – 2008

Tahun Laju
N Sektor / Lapangan
2006- 2007-
o. Usaha 2006 2007 2008
2007 2008
22724 23856 25300
1 Pertanian/Agriculture .5 .2 .6 4.98 6.06
Pertambangan dan 1119. 1229. 1304.
2 Penggalian 58 05 35 9.78 6.13
22470 23615 24305
3 Industri .6 .2 .2 5.09 2.92
738.3 739.9 772.9
4 Listrik , Gas & Air Minum 1 2 4 0.22 4.46
6085. 6559. 7090.
5 Bangunan 61 3 65 7.78 8.10
Perdagangan, Hotel & 17095 18386 19515
6 Restoran .3 .3 .5 7.55 6.14
Pengangkutan & 8259. 9076. 9883.
7 Komunikasi 2 56 24 9.90 8.89
Keuangan, Asuransi, Usaha
persewaan bangunan & 5977. 6720. 7479.
8 tanah, Jasa Perusahaan 57 62 84 12.43 11.30
8876. 9609.
9 Jasa-jasa 81 2 10520 8.25 9.48
93347 99792 10617
PDRB .4 .3 2 6.90 6.39
Sumber: Sumatera Utara dalam Angka, 2009

Buku Rencana Hal. I - 60


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Sedangkan Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Nias Barat pada tahun


2008 mengalami peningkatan 5.10% dari tahun 2007. Jumlah Produk
Domestik Regional Bruto pada tahun 2007 berjumlah 214.924,95 juta
kemudian pada tahun 2008 meningkat menjadi 225.879,73 juta.
Sektor / lapangan usaha yang ngalami pertambahan pendapatan
palingbesar adalah sektor /lapangan usaha bangunan dengan nilai laju
pertumbuhan sebesar 10 % dari tahun 2007. Sedangkan yang kurang
berkembang adalah sektor industry dengan nilai laju perumbuhan
ekonomi sebesar 2,80%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel
1.18

Tabel 1.18
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Lapangan
Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kabupaten Nias
Barat Tahun 2007 – 2008 (juta)

Tahun Laju
No
Sektor / Lapangan Usaha 2007-
.
2007 2008 2008
144.461,2 154.600,5
1 Pertanian 3 8 7,02
2 Pertambangan dan Penggalian 8.337,19 8.640,01 3,63
3 Industri 3.504,24 3.602,44 2,80
4 Listrik , Gas & Air Minum 261,67 277,55 6,07
5 Bangunan 6.378,72 7.016,81 10,00
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 15.406,30 15.886,45 3,12
7 Pengangkutan & Komunikasi 6.177,41 6.588,46 6,65
Keuangan, Asuransi, Usaha
persewaan bangunan & tanah,
8 Jasa Perusahaan 8.908,76 9.180,87 3,05
9 Jasa-jasa 19.482,43 20.086,56 3,10
214.924,9 225.879,7
PDRB 5 3 5,10

Buku Rencana Hal. I - 61


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Sumber : PDRB Kabupaten Nias Barat, 2009

b. Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi merupakan kelompok-kelompok dari bebera sektor
ekonomi yang memberikan kontribusi bagi Produk Domestik Regional
Bruto. Sektor-sektor tersebut terbagi atas tiga; (1) sektor primer; (2)
sektor sekunder; (3) sektor tersier. Jika ditinjau dari PDRB Sumatera
Utara bahwa kelompok yang memberikan kontribusi paling besar adalah
sektor tersier yang terdiri dari Bangunan, Perdagangan, Hotel &
Restoran; Pengangkutan & Komunikasi; Keuangan, asuransi, usaha
persewaan bangunan & tanah, jasa perusahaan ; serta jasa-jasa
dengan nilai kontribusi sekitar 51.32 % pada tahun 2008. Sedangkan di
Kabupaten Nias Barat pada tahun 2008 sektor/ lapangan usaha yang
memberikan kontribusi besar pada Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kabupaten Nias Barat adalah sektor Primer dengan nilai
kontribusi 72,27 % dari total PDRB Kabupaten Nias Barat. Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada Tabel 1.19

Tabel 1.19.
Struktur Ekonomi Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Nias
Barat
Pada Tahun 2007 – 2008

Kabupaten Nias
Sumatera Utara
Barat
N Sektor / Lapangan
Kontribusi Terhadap Kontribusi Terhadap
o. Usaha
PDRB PDRB
2007 2008 2007 2008
Sektor Primer 25.14 25.06 71.09 72.27
1 Pertanian 23.91 23.83 67.21 68.44376
Pertambangan dan
2 Penggalian 1.23 1.23 3.88 3.825049
Sektor Sekunder 24.41 23.62 1.752198 1.717724
3 Industri 23.66 22.89 1.630448 1.594849
Listrik , Gas & Air
4 Minum 0.74 0.73 0.12 0.122875

Buku Rencana Hal. I - 62


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Kabupaten Nias
Sumatera Utara
Barat
N Sektor / Lapangan Kontribusi Terhadap Kontribusi Terhadap
o. Usaha PDRB PDRB
2007 2008 2007 2008
Sektor Tersier 50.46 51.32 26.22 26.01
5 Bangunan 6.57 6.68 2.97 3.106436
Perdagangan, Hotel &
6 Restoran 18.42 18.38 7.168223 7.033145
Pengangkutan &
7 Komunikasi 9.10 9.31 2.87 2.9168
Keuangan, Asuransi,
Usaha persewaan
bangunan & tanah, Jasa
8 Perusahaan 6.73 7.04 4.15 4.064495
9 Jasa-jasa 9.63 9.91 9.06 8.892591
PDRB 100.00 100.00 100.00 100
Sumber : Sumatera Utara dalam Angka, 2009 dan PDRB Kabupaten Nias Barat, 2009

Selama 2 tahun (dari tahun 2007 -2008) kenaikan persentase


kontribusi lapangan usaha yang mengalami peningkatan paling besar
adalah sektor / lapangan usaha pertanian dengan kenaikan persentase
kotribusi sebesar 0.60 %, kemudian disusul oleh sektor bangunan
sebesar 0.11 %, sedangkan sektor yang paling mengalami penurunan
persentase kontribusi lapangan usaha adalah sektor jasa-jasa sebesar
-0.26 %, dan disusul oleh sektor Perdagangan, hotel dan restoran
sebesar -0,20 %. Adanya pergeseran penurunan persentase pada sektor
tersier ini mengindikasikan bahwa Kabupaten Nias Barat perekonomian
wilayahnya masih mengandalkan sektor-sektor primer yaitu pertanian
dan sumber daya alam lainnya yang masih sangat melimpah. Utuk lebih
jelas dapat dilihat pada Tabel 1.20

Tabel 1.20.
Pergeseran Kenaikan Persentase Kontribusi Sektor/Lapangan
Usaha
di Kabupaten Nias Barat

Buku Rencana Hal. I - 63


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Persentase
No. Sektor / Lapangan Usaha Kontribusi Kenaikan
2007 2008
I Primer 71.76 72.27 0.50
1 Pertanian 67.85 68.44 0.60
2 Pertambangan dan Penggalian 3.92 3.83 -0.09
II Sekunder 4.76 4.82 0.06
3 Industri 1.65 1.59 -0.05
4 Listrik , Gas & Air Minum 0.12 0.12 0.00
5 Bangunan 3.00 3.11 0.11
III Tersier 23.47 22.91 -0.56
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 7.24 7.03 -0.20
7 Pengangkutan & Komunikasi 2.90 2.92 0.02

8 Keuangan, Asuransi, Usaha persewaan


bangunan & tanah, Jasa Perusahaan 4.18 4.06 -0.12
9 Jasa-jasa 9.15 8.89 -0.26
Sumber : Analisa,2010

c. Sektor Basis
Sektor Basis merupakan sektor lapangan usaha yang memiliki
keunggulan. Penentuan komoditas unggulan nasional dan daerah
merupakan langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada
konsep efisiensi untuk meraih keunggulan kompetatif dan kompetitif
dalam menghadapi era globalisasi. Langkah menuju efisiensi dapat
ditempuh dengan fokus pada pengembangan sektor ekonomi yang
mempunyai keunggulan komparatif terhadap daerah lainnya. Salah satu
pendekatan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan sektor
ekonomi unggulan adalah metode Location Quetient (LQ).

Sektor yang bukan unggulan di Kabupaten Nias Barat pada tahun 2008
dengan Nilai Location Quetient dibawah 0 adalah sektor industry
dengan nilai LQ sebesar 0.07; sektor Listrik,Gas dan Air Minum dengan
Nilai LQ sebesar 0.17; Sektor Bangunan dengan nilai LQ sebesar 0.47;
sektor Perdagangan, Hotel & Restoran dengan nilai LQ sebesar 0.38; sektor
Pengangkutan & Komunikasi dengan nilai LQ sebesar 0.31; sektor Keuangan,
Asuransi, Usaha persewaan bangunan & tanah, Jasa Perusahaan dengan nilai
LQ sebesar 0.58; sektor Jasa-jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan

Buku Rencana Hal. I - 64


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

sebesar 0.90. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.20 dan
Gambar 1.13 berikut

Tabel 1.21.
Nilai Location Quetient Perekonomian Kabupaten Nias Barat
tahun 2007 – 2008

Location Pergeseran
No
Sektor / Lapangan Usaha Quetient
.
2007 2008 2007-2008
I Primer
1 Pertanian 2.84 2.87 0.03
2 Pertambangan dan Penggalian 3.18 3.11 -0.07
II Sekunder
3 Industri 0.07 0.07 0.00
4 Listrik , Gas & Air Minum 0.17 0.17 0.00
5 Bangunan 0.46 0.47 0.01
III Primer
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0.39 0.38 -0.01
7 Pengangkutan & Komunikasi 0.32 0.31 -0.01
Keuangan, Asuransi, Usaha
persewaan bangunan & tanah, Jasa
8 Perusahaan 0.62 0.58 -0.04
9 Jasa-jasa 0.95 0.90 -0.05
Sumber : Analisis,2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hampir semua sektor yang ada di
Kabupaten Nias Barat mengalami penurunan nilai Location Quetient.
Bahwa untuk sektor Jasa-jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
mengalami penurunan LQ sebesar -0.05. Dengan semakin menurunnya nilai
LQ diindikasikan akan memperlambat pembangunan karena pendapatan
daerah untuk membiayai pembangunan tidak akan mencukupi dan perlu dana
pendamping dana alokasi khusus dari pemerintah pusat untuk mendukungnya.

Buku Rencana Hal. I - 65


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Produk Domestik Regional Bruto menurut lapangan usaha dibagi


menjadi 9 sektor dan masing-masing sektor produksi dirinci menjadi
sub-sektor. Pemecahan menjadi sub-sektor ini sedapat mungkin sesuai
dengan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI)

Buku Rencana Hal. I - 66


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

.
d. Struktur Ekonomi yang Memiliki Potensi Tahun
Perencanaan
Sektor ekonomi yang memiliki potensi sampai tahun perencanaan
adalah sektor unggulan atau sektor basis wilayah yang memiliki
keunggulan komparatif dan berpotensi ekspor. Sektor/komoditas
potensial adalah sektor atau kegiatan ekonomi yang mempunyai
potensi, kinerja dan prospek yang lebih baik dibandingkan sektor
lainnya sehingga diharapkan mampu menggerakkan kegiatan usaha
ekonomi turunan lainnya, sehingga dapat tercipta kemandirian
pembangunan wilayah.
Untuk mengetahui sektor unggulan di Kabupaten Nias Barat, dapat
dilakukan analisis dengan menggunakan alat analisis Klassen Typology
(Tipologi Klassen). Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah
berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah
dan pendapatan per kapita daerah (dalam hal ini digunakan pendekatan
laju pertumbuhan ekonomi dan besaran kontribusi masing-masing
sektor terhadap PDRB). Melalui analisis ini diperoleh empat karateristik
pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu:
 Kuadran I : Sektor Prima atau sektor yang cepat maju dan cepat
tumbuh (high growth and high income).
 Kuadran II : Sektor Berkembang atau sektor maju tapi tertekan (high
income but low growth).
 Kuadran III : Sektor Potensial atau berkembang cepat (high growth
but income).
 Kuadran IV : Sektor Terbelakang atau relatif tertinggal (low growth
but income)
Persamaan dari analisis tipologi klassen ini dapat dilihat pada Gambar
1.14 berikut:

Buku Rencana Hal. I - 67


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Gambar 1.14
Metode Analisis Tipologi Klassen

Kontribus
i Sektor
(y) Yi ≥ Yn Yi < Yn

Laju
Pertumbuhan
( r)

Kuadran I Kuadran III


Sektor Prima Sektor potensial
ri ≥ rn

Kuadran II Kuadran IV
Sektor Sektor
ri < rn
Berkembang terbelakang

Buku Rencana Hal. I - 68


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Keterangan:
ri : Laju pertumbuhan PDRB Sektor i (Kabupaten)
rn: Laju pertumbuhan PDRB Sektor i (Provinsi)
Yi: Kontribusi Sektor i (Kabupaten)
Yn: Kontribusi Sektor i (Provinsi)

Dari tabel diatas maka diperoleh sektor-sektor unggulan yang


merupakan sektor utama, potensial, berkembang serta terbelakang.
Adapun sektor-sektor tersebut dapat dijelaskan pada Gambar 1.15
berikut.
Gambar 1.15
Kontribusi
Klasifikasi Masing-Masing Sektor di Kabupaten Nias Barat
Sektor (y) Berdasarkan
Yi ≥ Yn Yi < Yn
Analisis Tipologi Klassen

Laju
Pertumbuhan

( r)

Kuadran I Kuadran III

(Sektor Prima) (Sektor Potensial)


Listrik , Gas & Air Minum
ri ≥ rn Pertanian Bangunan

Kuadran II Kuadran IV
(Sektor Berkembang) (Sektor Terbelakang)
Pertambangan dan Industri
ri < rn Penggalian Perdagangan, Hotel &
Jasa-jasa Restoran
Pengangkutan &
Komunikasi
Keuangan, Asuransi, Usaha
persewaan bangunan &
tanah, Jasa Perusahaan

Buku Rencana Hal. I - 69


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

Sumber : Hasil Analisa

Keterangan:
ri : Laju pertumbuhan PDRB Sektor i (Kabupaten)
rn: Laju pertumbuhan PDRB Sektor i (Provinsi)
Yi: Kontribusi Sektor i (Kabupaten)
Yn: Kontribusi Sektor i (Provinsi)

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Nias Barat


hingga akhir tahun perencanaan tahun 2031:
1. Sektor Pertanian, menjadi sektor yang menjadi unggulan. Dengan
luas areal persawahan pada tahun 2008 seluas 1838 Ha; Areal
kebun/Tegalan 4.277 Ha, Ladang seluas 4.637 Ha, Perkebunan
seluas 8.963 Ha, Hutan Rakyat seluas 1200Ha, dan Kolam seluas
101 Ha, diidikasikan Kabupaten Nias Barat menjadi Kabupaten
yang berswasembada pangan;
2. Sektor yang berkembang meliputi sektor pertambangan dan
penggalian karena di Kabupaten Nias Barat pemabangunan akan
terus berjalan sehingga kebutuhan bahan galian untuk bangunan
masih sangat diperlukan. Sektor Jasa-jasa juga akan berkembang
hingga akhir tahun perencanaan.
3. Sektor yang berpotensi terdiri atas sektor Listrik,Gas dan Air
Minum serta Sektor bangunan sub sektor ini disebabkan seiring
dengan sektor konstruksi, dimana adanya penambahan jumlah
pelanggan listrik baru disesuaikan dengan jumlah penambahan
bangunan/konstruksi baru yang dikerjakan. Dan akhirnya pun
produksi energi listrik mengalami peningkatan. Juga semakin
bertambahnya bangunan fasilitas yang mendukung
perkembangan wilayah;

Buku Rencana Hal. I - 70


1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat

4. Sektor terbelakang terdiri atas sektor industry, sektor


perdagangan,hotel,restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi
serta sektor asuransi, usaha persewaan bangunan dan tanah, jasa
perusahaan.

1.3 Isu-isu Strategis


Adapun isu-isu strategis yang menjadi perhatian khususnya bidang
penataan ruang di Kabupaten Nias Barat adalah :
1. Pembangunan dan Penyediaan sarana dan prasarana wilayah
berbasis mitigasi bencana;
2. Kabupaten Nias Barat merupakan wilayah yang rawan bencana
gempa bumi dan tsunami;
3. Penetapan kawasan hutan yang sampai saat ini belum
terselesaikan dan belum terintegrasi dengan Provinsi
menyebabkan kendala dalam beberapa aspek, khusunya
pengembangan kawasan budidaya;
4. Kabupaten Nias Barat memiliki potensi pertanian dan perikanan
serta pariwisata yang belum dikelola dengan maksimal.
5. Pembangunan Pertahanan Keamanan sebagai salah satu
kepulauan paling terluar Negara Kesatuan Republik Indonesia
6. Merupakan pusat pengelolaan komoditi perkebunan karet dan
kopra di pulau Nias;

Buku Rencana Hal. I - 71

Anda mungkin juga menyukai