Oleh:
IKA AYU PARAMITA
1102006118
Pembimbing : dr.
dr. Retno Satuti, Sp. KK
Kepaniteraan
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Gunung Jati Cirebon
DEFINISI
Stadium dini
T. pallidum mikrolesi / selaput lendir melalui
senggama kulit kuman membiak, jaringan
bereaksi dengan membentuk infiltrat (sel limfosit dan
sel plasma, terutama di perivaskular, pembuluh-
pembuluh darah kecil berproliferasi di kelilingi oleh T.
pallidum dan sel-sel radang.
Treponema di antara endotelium kapiler dan jaringan
perivaskular di sekitarnya. Enarteritis pembuluh darah
kecil perubahan hipertrofik endotelium obliterasi
lumen (enarteritis obliterans). Kehilangan pendarahan
erosi S1.
PATOGENESIS
Kuman mencapai kelenjar getah bening regional
secara limfogen, hematogen dan membiak, menyebar
ke semua jaringan tubuh. Multiplikasi ini diikuti oleh
reaksi jaringan S II
Stadium laten: tidak disertai gejala, meskipun masih
terdapat infeksi yang aktif. Jika imunitas gagal
mengontrol infeksi sehingga T.pallidum membiak lagi
ditempat S I dan menimbulkan lesi rekuren atau
kuman tersebut menyebar melalui jaringan
menyebabkan reaksi serupa dengan lesi rekuren S
II.
Lesi menular tersebut dapat timbul berulang-ulang,
tetapi tidak melebihi 2 tahun
PATOGENESIS
Stadium Lanjut
Stadium laten dapat berlangsung bertahun-tahun,
treponema dalam keadaan dorman. Namun antibodi
tetap ada dalam serum penderita
Keseimbangan antara treponema dan jaringan dapat
berubah Guma SIII
M ANIFESTASI KLINIS
Sifilis Primer
Tukak dapat terjadi dimana saja di
2. Pada sifilis dini hasil pemeriksaan lapangan gelap ditemukan T. pallidum, pada
sifilis lanjut tidak ditemukan.
3. Pada sifilis dini infeksi ulang dapat terjadi walau telah diberi pengobatan yang
cukup, sedangkan pada sifilis lanjut sangat jarang.
4. Pada sifilis dini tidak bersifat destruktif, sedangkan pda sifilis lanjut destruktif
5. Pada sifilis dini hasil tes serologis selalu reaktif dengan titer tinggi, setelah
diberi pengobatan yang adekuat akan berubah menjadi non reaktif atau titer rendah,
sedangkan pada sifilis lanjut umumnya reaktif, selalu dengan titer rendah dan
sedikit atau hampir tidak ada perubahan setelah diberi pengobatan. Titer yang
M ANIFESTASI KLINIS
- Neurosifilis asimtomatik
- Guma.
SIFILIS K ARDIOVASKULER
Sifilitika
Pada selaput lendir mulut dan tenggorok terdapat
ikterik
Paru pneumonia putih
Bulldog jaw
Ragades
Koroidretinitis
Onikia
Lesi lanjut:
Keratitis interstitial
Sikatriks gumatosa
Buldog facies
Atrofi optikus
Trias hutchinson
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan T. Pallidum
Mengambil serum dari lesi kulit dan dilihat bentuk dan
pergerakannya dengan microskop lapangan gelap. Treponema
tampak berwarna putih pada latar belakang gelap. Pergerakannya
memutar terhadap sumbunya, bergerak perlahan-lahan melintasi
lapangan pada pandangan, jika tidak bergerak cepat seperti
Borrelia vincentii penyebab stomatitis.
Pemeriksaan lain dengan pewarna menurut Buri, tidak dapat
dilihat pergerakannya karena treponema tersebut telah mati, jadi
hanya tampak bentuknya saja.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan serologis dibagi menjadi 2, yaitu pemeriksaan non
treponema (uji Wassermann, Rapid Plasma Reagin, Venereal
Disease Research laboratory) dan pemeriksaan treponema (TPPA,
FTA-Abs, MHA-TP/TPHA, RPCF, uji Western Blot).
2 Untreated (or recently treated) early syphilis, except early primary and including re-
+ + + + infections
Untreated symptomatic late syphilis (not ussualy tabes dorsalis, where patterns 3 and 4
are commoner)
Symptomatic late syphilis treated within the preceding 5 years
Laten syphilis (some cases)
1. Herpes simplek
2. Ulkus piogenik
3. Skabies
4. Balanitis
5. Limfogranuloma venereum
7. Penyakit bechet.
DIAGNOSA B ANDING
Sifilis stadium II
2. Morbili
3. Pitiriasis rosea
4. Psoriasis
5. Dermatitis seboroik
6. Kondiloma akuminatum
PENATALAKSAAN
bersenggama
Sifilis Pengobatan Pemantauan
Serologik
Sifilis primer 1. Penisilin G benzatin dosis 4,8 juta unit IM, 2,4 juta unit dan diberikan Pada bulan I, III, VI,
1x seminggu. & XII & setiap 6
bulan pada tahun ke
2. Penisilin G prokain dalam akua dosis total 6 juta, diberi 0,6 juta
2
unit/hari selama 10 hari
2.Penisilin G prokain dalam akua, dosis total 12 juta unit (0,6 juta
unit/hari)
2.Penisilin G prokain dalam akua, dosis total 18 juta unit (0,6 juta
PENATALAKSANAAN
penisilin.
Tetrasiklin 4x 500 mg/ hari
Eritromisin 4 x 500 mg/ hari
Doksisiklin 2x100mg / hari
- 1 bulan sesudah :
Kriteria sembuh, jika lesi telah menghilang, kelenjar getah bening tidak
PROGNOSIS
1. Natahusada, EC, Djuanda A. Sifilis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta, 2010. h:393-413.3.
3. Hutapea, NO. Sifilis. Daili SF, Makes WIB, Zubier F. Infeksi Menular Seksual, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta,2009. h:84-102.
5. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3402/1/08E00859.pdf
6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26065/4/Chapter%20II.pdf
7. http://ibmi.mf.uni-lj.si/mmd/derma/eng/sz-00/sldr00291.html
8. http://id.wikipedia.org/wiki/Sifilis
9. http://dro.hs.columbia.edu/ik.htm