Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DALIL DALIL KEHUJJAN HADITS DAN FUNGSI HADITS


TERHADAP AL QURAN

Disusun oleh kelompok II :

Nur Fadilah

Firah Almunawwirah

Nur Yenni Putri

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAKASSAR


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
BAB. I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadist Nabi Muhammad SAW adalah merupakan panduan dalam beribadah bagi umat
Islam dimuka bumi, sebagai perbuatan Nabi besar Muhammad, SAW pada masa hidupnya yang
saat ini harus kita contoh dalam melakukan ibadah sehari hari dengan Al qur’an sebagai wahyu
Allah SWT.
Ketika umat bertanya dan dalam perbedaan pendapat, maka Rasulullah meninggalkan
dua wasiat, yaitu Al qurán dan al hadist, maka begitu pentingnya dasar hukum itu menjadi
pedoman, dan sejauhmana kita memahaminya, menjadi tolak ukur pula sejauh mana kita
mencapai ketinggiannya. Alqur’an s. ali imron ayat 32, yang artinyaKatakanlah: "Ta'atilah Allah
dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir."
Dan Allah berfirman pada Q.s.4 ayat 14 berbunyi; Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan
Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka
sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.
Maka dengan dibuatnya makalah ini yang berjudul “ KRITERIA KEHUJAHAN HADIST “ maka
akan menambah khasanah untuk beribadah dan mencintai rasulnya, amin.
B.Rumusan Masalah
Terkait dengan luasnya pembahasan mengenai ilmun hadist maka dalam makalah ini kami akan
membahas tentang :
1.Pengertian kehujjan al quran
2.Dalil dalil kehujjan al quran
3.Fungsi hadits terhadap al quran
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian kehujjan al quran

Kehujjahan berarti landasan, di mana Abdul Wahab Khallaf (Mardias Gufron, 2009)
mengatakan bahwa “kehujjahan Al-Qur’an itu terletak pada kebenaran dan kepastian isinya yang
sedikitpun tidak ada keraguan atasnya”. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi:
َ‫ْب فِ ْي ِه ُهدًى ِلِّ ْل ُمت َّ ِقيْن‬
َ ‫ذَالِكَ ْال ِكتَابُ الَ َري‬
Artinya: “Kitab (Al-Qur’an ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa” (Q. S. Al-Baqarah, 2 :2).
Berdasarkan ayat di atas yang menyatakan bahwa kebenaran Al-Qur’an itu tidak ada
keraguan padanya, maka seluruh hukum-hukum yang terkandung di dalam Al-Qur’an
merupakan aturan-aturan Allah yang wajib diikuti oleh seluruh ummat manusia sepanjang masa
hidupnya.
M. Quraish Shihab (Mardias Gufron, 2009) menjelaskan bahwa “seluruh Al-Qur’an
sebagai wahyu, merupakan bukti kebenaran Nabi SAW sebagai utusan Allah, tetapi fungsi
utamanya adalah sebagai petunjuk bagi seluruh ummat manusia”.
Kemukjizatan Al-Qur’an
Mukjizat memiliki arti “sesuatu yang luar biasa yang tiada kuasa manusia membuatnya
karena hal itu adalah di luar kesanggupannya” (Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsiran
Al-Qur’an, 1990).
Mukjizat merupakan suatu kelebihan yang Allah SWT berikan kepada para nabi dan rasul
untuk menguatkan kenabian dan kerasulan mereka, dan untuk menunjukan bahwa agama yang
mereka bawa bukanlah buatan mereka sendiri melainkan benar-benar datang dari Allah SWT.
Seluruh nabi dan rasul memiliki mukjizat, termasuk di antara mereka adalah Rasulullah
Muhammad SAW yang salah satu mukjizatnya adalah Kitab Suci Al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diberikan kepada nabi Muhammad SAW,
karena Al-Qur’an adalah suatu mukjizat yang dapat disaksikan oleh seluruh ummat manusia
sepanjang masa, karena Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT untuk keselamatan manusia
kapan dan dimana pun mereka berada. Allah telah menjamin keselamatan Al-Qur’an sepanjang
masa, hal tersebut sesuai dengan firman-Nya yang berbunyi,
َ‫إَنَّانَحْ نُ ن ََّز ْلنَا الذِّ ْك َر َوإِنَّا لَهُ لَ َحافِ ِظ ْون‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami tetap
memeliharanya” (Q. S. Al-Hijr, 15:9).
B.Dalil dalil kehujjan al quran

1. Dalil dari nash al-Qur’an. Dalam banyak ayat al-Qur’an ditemukan adanya perintah untuk
mentaati Rasul-Nya. Ayat al-Qur’an bahkan menyebutkan bahwa kepatuhan kepada Rasul
adalah bukti kepatuhan kepada Allah. Di antara Firman Allah terkait ini yaitu
)32( َ‫َّللاَ َال ي ُِحبُّ ْالكَافِ ِرين‬
َّ ‫سو َل فَإ ِ ْن ت ََولَّ ْوا فَإِ َّن‬
ُ ‫الر‬ َّ ‫قُ ْل أ َ ِطيعُوا‬
َّ ‫َّللاَ َو‬
Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang kafir." (Q.S.Ali Imran/3: 32)
)80( ‫ظا‬ ً ‫س ْلنَاكَ َعلَ ْي ِه ْم َح ِفي‬
َ ‫َّللاَ َو َم ْن ت ََولَّى فَ َما أ َ ْر‬
َّ ‫ع‬ َ َ ‫سو َل فَقَدْ أ‬
َ ‫طا‬ َّ ِ‫َم ْن ي ُِطع‬
ُ ‫الر‬
Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa
yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi
mereka. (Q.S. Al-Nisa’/4: 80)
َ‫سو ِل إِ ْن ُك ْنت ُ ْم تُؤْ ِمنُون‬
ُ ‫الر‬
َّ ‫َّللاِ َو‬ َ ‫سو َل َوأُو ِلي ْاْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم َفإ ِ ْن تَنَازَ ْعت ُ ْم فِي‬
َّ ‫ش ْيء فَ ُردُّوهُ إِلَى‬ َّ ‫َّللاَ َوأ َ ِطيعُوا‬
ُ ‫الر‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َ َمنُوا أ َ ِطيعُوا‬
)59( ‫يًل‬ ً ‫سنُ تَأ ْ ِو‬َ ْ‫اَّللِ َو ْاليَ ْو ِم ْاْلَ ِخ ِر ذَلِكَ َخي ٌْر َوأَح‬
َّ ِ‫ب‬
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S. al-Nisa’/4:
59)
‫ض ًَل ًال‬ َ ْ‫سولَهُ فَقَد‬
َ ‫ض َّل‬ َّ ‫ص‬
ُ ‫َّللاَ َو َر‬ ِ ‫سولُهُ أ َ ْم ًرا أ َ ْن يَ ُكونَ لَ ُه ُم ْال ِخيَ َرة ُ ِم ْن أ َ ْم ِر ِه ْم َو َم ْن يَ ْع‬ َّ ‫ضى‬
ُ ‫َّللاُ َو َر‬ َ َ‫َو َما َكانَ ِل ُمؤْ ِمن َو َال ُمؤْ ِمنَة ِإذَا ق‬
)36( ‫ُمبِينًا‬

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin,
apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan
(yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka
sungguh Dia telah sesat, sesat yang nyata. (Q.S. al-Ahzab/33: 36)
)65( ‫س ِ ِّل ُموا تَ ْس ِلي ًما‬ َ ‫ش َج َر َب ْينَ ُه ْم ث ُ َّم َال َي ِجد ُوا ِفي أ َ ْنفُ ِس ِه ْم َح َر ًجا ِم َّما َق‬
َ ُ‫ضيْتَ َوي‬ َ ‫َف ًَل َو َر ِبِّكَ َال يُؤْ ِم ُنونَ َحتَّى يُ َح ِ ِّك ُموكَ ِفي َما‬
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu
hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati
mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya. (Q.S. al-Nisa’/ 4: 65)

2. Ijma’ para sahabat yang mengatakan wajib mengikuti sunnah rasul baik pada masa hidup
Rasulullah Saw. maupun setelah beliau wafat. Pada saat Rasulullah masih hidup, para sahabat
selalu melaksanakan perintah Rasulullah Saw. dan meninggalkan larangan beliau. Para sahabat
tidak membedakan kewajiban mengikuti kentuan yang diwahyukan Allah Swt
. melalui al-Qur’an, maupun ajaran yang disampaikan Rasulullah Saw. melalui hadis beliau.
Mu’az bin Jabal pernah berkata “dalam memutuskan perkara ummat, jika saya tidak menemukan
sumbernya melalui al-Qur’an, maka saya memutuskannya dengan berpedoman kepada sunnah
Rasulullah Saw.” Adapun sepeninggal Rasulullah Saw. jika mereka tidak menemukan ketentuan
ajaran agama melalui al-Qur’an, mereka masih tetap berpedoman kepada sunnah Rasulullah
Saw. Sebagai contoh, Abu Bakr Ra. ketika tidak menemukan sunnah Rasulullah Saw. terkait
suatu perkara, maka beliau bertanya kepada sahabat yang lain adakah mereka mengetahui adanya
sunnah Rasulullah Saw. yang megatur terkait persoalan yang dimaksud. Begitu juga yang
dilakukan oleh Umar bin Khatab Ra. dan sahabat yang lainnya ketika akan berfatwa atau
melahirkan ketentuan hukum selama riwayat yang disampikan itu benar dari Rasulullah Saw.

3. Melalui al-Qur’an Allah Swt. memberikan kewajiban secara global yang tidak dirinci apa
hukumnya dan bagaimana cara melaksanakannya. Sebagai contoh, ditemukan di dalam al-Qur’an
adanya perintah Allah Swt. untuk mendirikan shalat serta membayar zakat (Q.S. 2: 43), berpuasa
(Q.S. 2: 183), dan menunaikan ibadah haji ke baitullah (Q.S. 2: 275). Al-Qur’an tidak
menjelaskan dengan rinci bagaimana cara mendirikan shalat, bagaimana ketentuan pembayaran
zakat, dan ketentuan terkait pelaksanaan puasa serta ibadah haji. Sementara penjelasan itu
ditemukan melalui sunnah Rasulullah Saw., karena beliau diberi kewenangan oleh Allah Swt.
Untuk menjelaskannya. Firman Allah Swt.
ِ َّ‫َوأ َ ْنزَ ْلنَا ِإلَيْكَ ال ِذِّ ْك َر ِلتُبَ ِيِّنَ ِللن‬
)44( َ‫اس َما نُ ِ ِّز َل ِإلَ ْي ِه ْم َولَعَلَّ ُه ْم يَتَ َف َّك ُرون‬
Dan Kami turunkan kepadamu al-Zikru, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang
telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan )Q.S. al-Nahl/16: 44)

Kalaulah sekiranya sunnah tidak menjadi hujjah yang wajib diikuti, tentunya tidak mungkin
melaksanakan perintah Allah Swt. Tentunya, sunnah yang dapat dijadikan sebagai hujjah adalah
sunnah yang benar berasal dari Rasulullah Saw

4. Sesuai dengan Petunjuk Akal (Ijtihad)


Kerasulan Muhammad SAW, telah diakui dan dibenarkan oleh umat Islam. Di dalam
mengemban misinya itu kadangkala beliau menyampaikan apa yang datang dari Allah SWT,
baik isi maupun formulasinya dan kadangkala atas inisiatif sendiri dengan bimbingan wahyu dari
Tuhan. Namun juga tidak jarang beliau menawarkan hasil ijtihad semata-mata mengenai suatu
masalah yang tidak dibimbing oleh wahyu. Hasil ijtihad ini tetap berlaku hingga akhirnya ada
nash yang menasakhnya.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa hadits merupakan salah satu sumber hukum dan
sumber ajaran Islam yang menduduki urutan kedua setelah Al-Qur’an. Sedangkan bila dilihat
dari segi kehujjahannya, hadits melahirkan hukum dzonni, kecuali hadits mutawatir.

C.Fungsi hadist terhadap al quran

Dalam eksistensinya, tentu saja hadist memiliki manfaat dan juga fungsi terhadap Al-Quran
sebagai dasar dari pengetahuan islam. Hadist yang memiliki fungsi ini harus dipastikan dulu
bahwa hadist tersebut adalah hadist yang benar-benar valid dan juga sudah diuji kebenarannya.
Berikut adalah fungsi hadist terhadap Al-Quran menurut para ulama tafsir.

1.Bayan At-Taqrir

Bayan At Taqrir adalah menetapkan juga memperkuat dari apa yang sudah diterangkan dalam
Al-Quran. Hadist ini berfungsi untuk membuat kandungan Al-Quran semakin kokoh dengan
adanya penjelasan hadist tersebut.

Contoh fungsi ini seperti hadist yang menjelaskan QS Al Baqarah 185 (“… maka barang siapa
yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaklah ia berpuasa….” (Q.S. Al-Baqarah: 185),
mengenai masalah puasa. : “Apabila kalian melihat (ru’yah) bulan, maka berpuasalah, juga
apabila melihat (ru’yah) itu maka berbukalah.” (HR Muslim)

2.Bayan At-Tafsir

Bayan At Tafsir memiliki arti sebagai fugsi perincian dan penafsiran Al-Quran. Mungkin di Al-
Quran masih bersifat umum, sedangkan dalam hadist diperinci dan didetailkan serta
mentekniskan apa yang tidak dijelaskan dalam Al-Quran.

Misalnya saja Allah memerintahkan manusia beriman untuk melaksanakan shalat. Mengenai
teknis detail dan caranya, hal ini diperjelas dengan hadist sebagaimana yang telah Rasulullah
lakukan.

3.Bayan At-Tasyri’
Bayan At Tasyri memiliki maksud untuk mewudukan hukum atau aturan yang tidak didapat
dalam Al-Quran secara eksplist. Hal ini berfungsi untuk menunjukkan suatu kepastian hukum
dengan berbagai persoalan yang ada di kehidupan namun tidak dijelaskan Al-Quran.

Hal ini misalnya tentang Hukum merajam wanita yang masih perawan, tentang hak waris anak,
tentang masalah hukum ekonomi, dan sebagainya.
4.Bayan An-Nasakh

Bayan Nasakh memiliki maksud untuk menghapus ketentuan yang ada dengan ketentuan yang
lain karena datangnya suatu permasalahan yang baru. Namun tentunya bukan menghapus isi dan
substansi dari Al-Quran hanya saja masalah teknisnya yang berbeda.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

1.Kehujjan adalah landasan yang merupaka kebenaran dan kepastian yang dimana di dalamnya
sama sekali tidak ada keraguan.

2.Dalil dalil kehujjan al quran terbagi menjadi 4 yaitu :

1. Dalil dari nash al quran


2. Ijma para sahabat
3. Melalui al quran Allah SWT
4. Sesuai dengan petunjuk akal (ijtihad)

3.Fungsi hadits terhadap al quran ada 4 yaitu :

1. Bayan taqrir
2. Bayan tafsir
3. Bayan tasyri
4. Bayan nasakh

B.Saran

Dengan segala kerendahan kami menyatakan bahwa dalam pemaparan ini sangat jauh dari kata
sempurna oleh Karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
teman teman sekalian khususnya bapak dosen dan mudah mudahan makalah ini dapat menambah
wawasan dan pemahaman mengenai makalah yang kami buat.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?q=fungsi+hadist+terhadap+alquran

irhasmelayu.blogspot.co.id/2013/10/dalil-kehujjahan-hadis-sunnah_18.htm

https://www.google.com/search?q=dalil+dalil+kehujjan+hadist

Anda mungkin juga menyukai