Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia dikenal dunia memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah,
terutama minyak bumi dan gas alam. Hal ini yang menjadikan Indonesia
memanfaatkan sumber daya alam tersebut dalam jumlah yang besar untuk
kesejahteraan masyarakatnya. Indonesia termasuk negara penyumbang minyak
terbesar di dunia oleh karena itu hal ini dikhawatirkan berdampak kepada sumber
daya alam tersebut, dimana kita ketahui SDA minyak bumi dan gas alam adalah
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan lama-kelamaan akan habis di
gali. Kemungkinan Indonesia kehilangan SDA tersebut sangat besar, sehingga
menyebabkan kelangkaan bahan bakar yang sekarang ini saja sudah terasa
dampaknya, dengan kelangkaan minyak tanah, dan harga minyak dunia yang
semakin tinggi.
Bahan bakar minyak (BBM) merupakan salah satu sumber energi utama yang
dibutuhkan dalam kehidupan kita sehari-hari, pada era saat ini hamper semua
aktifitas/kegiatan sehari-hari tidak pernah lepas dari ketergantungan akan bahan
bakar minyak. Dengan semakin meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM)
yang dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan, dibutuhkan ketersediaan
cadangan bahan baku yang begitu luar biasa besar. Sebagai gambaran, pada tahun
2002 konsumsi bahan bakar minyak Indonesia sekitar 57,8 juta kilo liter setiap
harinya, sector transportasi merupakan pengguna terbesar bahan bakar minyak. Dari
konsumsi sebanyak itu 30% berasal dari minyak impor. Dengan konsumsi sebanyak
itu pada tahun 2015 ini Indonesia menjadi pengimpor minyak penuh.(Elisabeth dan
Haryati dalam Mukhibin, 2010)
Mencari energi alternative guna dijadikan sebagai bahan bakar minyak
merupakan suatu jalan keluar yang harus kita lakukan, terutama pada sumber energi
terbaru sebagai pengganti BBM yang telah ada. Para pakar telah menemukan pada
minyak nabati, minyak hewani atau dari minyak gorek bekas/daur ulang dapat
diproses menjadi biodiesel.
Permasalahan di atas menjadikan kita harus berpikir bagaimana caranya
untuk mengganti SDA tersebut dengan sumber daya energi yang murah dan tepat
guna? Sebagai jawaban dari permasalahan tersebut adalah bioenergi. Bioenergi
sendiri merupakan sumber daya alternatif yang dapat digunakan berulang-ulang,
untuk mengganti sumber daya fosil yang banyak digunakan di Indonesia saat ini.
Oleh karena itu pemerintah Indonesia mencari solusi bagaimana
mensosialisasikan usaha bioenergi yang dapat dimanfaatkan masyarakat luas kepada
para wirausahaan, dan dapat membuka lapangan pekerjaan, bagi kesejahteraan
hidup?, dan dapat menemukan bioenergi alternatif
Bioenergi ini sangat cocok diterapkan kepada masyarakat pedesaan yang
umumnya masih menggunakan BBM fosil sebagai bahan bakar “pengepul dapur”
mereka, dengan dilakukannya pengadaan bioenergi di pedasaan diharapkan dapat
mengurangi penggunaan BBM fosil yang sekarang mulai langka, dan harganya yang
terus melonjak.
Bioenergi adalah pemanfaatan mikroorganisme atau komponen biotic yang
dimanfaatkan cara hidupnya dan metabolismenya untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Bioteknologi memiliki peran yang sangat banyak diantaranya adalah dalam
bidang pangan, pengolohan limbah, obat-obatan, budidaya varietas unggul, juga
dalam bidang energy alternative bahkan sebagai alternative bahan bakar minyak
(BBM).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan maka dapat dirumuskan
permasalahan adalah bagaimana sifat dari minyak jelantah dan metode
pembuatannya

C. Batasan Masalah
Agar permasalahannya tidak meluas, maka penulisan ini saya batasi pada
masalah ekstraksi minyak jelantah dan metode pembuatannya

D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari Makalah Ekstraksi Minyak Goreng
(Minyak Jelantah) sebagai Bahan Bakar Biodiesel adalah sebagai berikut :
1. Mengenalkan sumber energi terbarukan biodiesel yang terbuat dari limbah
minyak jelantah.
2. Mengetahui metoda pembuatan biodiesel dari minyak jelantah.
3. Kendala dari pembuatan biodiesel minyak jelantah
4. Dengan menggunakan biodiesel dari minyak jelantah diharapkan dapat membantu
mengurangi emisi karbon dan polusi ( lebih ramah lingkungan).

E. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya berkaitan dengan
manfaat minyak jelantah.
2. Sebagai latihan dan pengalaman dalam mempraktekkan teori yang berkaitan
dengan minyak jelantah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari bahan terbarukan
atau secara khusus merupakan bahan bakar mesin diesel yang terdiri atas ester alkil
dari asam-asam lemak yang dibuat dari minyak nabati, minyak hewani atau dari
minyak goring bekas/daur ulang melalui proses trans atau esterifikasi.
(Mukhibin,2010).
Menurut Jamil (2011) biodiesel merupakan salah satu jenis biofuel (bahan
bakar cair dari pengolahan tumbuhan) di samping Bio-etanol. Biodiesel adalah
senyawa alkil ester yang diproduksi melalui proses alkoholisis (transesterifikasi)
antara trigliserida dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi
alkil ester dan gliserol; atau esterifikasi asam-asam lemak (bebas) dengan metanol
atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi senyawa alkil ester dan air .Dengan
demikian biodiesel diharapkan dapat menjadi alternative bahan bakar pengganti solar
Biodiesel adalah biofuel yang terdiri dari ester monoalkyl yang berasal dari
minyak organik, tanaman atau hewan, melalui proses tranesterification (Demirbas,
2007).
Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak
dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah
melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat
pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat
menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, dia lebih sering digunakan sebagai
penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni
ultra rendah belerang yang rendah pelumas.
Biodiesel merupakan kandidat yang paling dekat untuk menggantikan bahan
bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena ia merupakan
bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol di mesin sekarang ini
dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur sekarang ini.
Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di
Eropa, Amerika Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja
dari penjualan bahan bakar. Pertumbuhan SPBU membuat semakin banyaknya
penyediaan biodiesel kepada konsumen dan juga pertumbuhan kendaraan yang
menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar.

B Sifat-sifat penting bahan bakar mesin diesel (solar)


Sifat-sifat penting dari bahan bakar mesin diesel (solar) antara lain:
1. Viskositas
Viskositas merupakan sifat fisis yang penting bagi bahan bakar diesel.
Viskositas yang terlalu tinggi dapat mempersulit pembentukan butir-butir
cairan/kabut saat penyemprotan/atomisasi. Viskositas bahan bakar yang terlalu
rendah akan dapat mengakibatkan kebocoran pada pompa injeksi bahan bakar.
2. Pour point
Pour point atau titik tuang adalah suhu terendah dimana bahan bakar dapat
dialirkan. Untuk daerah bersuhu rendah, bahan bakar dipersyaratkan tidak membeku.
Titik tuang yang terlalu tinggi akan menyebabkan kesulitan pada pengaliran bahan
bakar.
3. Flash point
Titik nyala atau flash point adalah suhu terndah dimana bahan bakar dalam
campurannya dengan udara akan menyala. Bila nyala tersebut terjadi secara terus
menerus maka suhu tersebut dinamakan titik bakar (fire point). Titik nyala yang
terlalu tinggi ujga dapat menyebabkan keterlambatan penyalaan sementara apabila
titik nyala terlampau rendah akan menyebabkan timbulnya detonasi yaitu ledakan-
ledakan kecil yang terjadi sebelum bahan bakar masuk ke ruang bakar. Hal ini dapat
menimbulkan resiko pada saat penyimpanan.
4. Carbon residu
Sisa karbon yang tertinggal pada proses pembakaran akan menyebabkan
terbentuknya endapan kokas yang dapat menyumbat saluran bahan bakar. Hal ini
dapat menyebabkan terhambatnya operasi mesin secara normal, serta dapat
menyebabkan bagian bagian pompa injeksi bahan bakar cepat menjadi aus. Dengan
demikian semakin rendah nilai sisa karbon, semakin baik efisiensi motor tersebut.
5. Warna
Bahan bakar tidak secara langsung berpengaruh terhadap kinerja motor/mesin
diesel. Warna yang terlalu terang, dapat dikoreksi dengan penambahan zat warna
tertentu sehingga masuk dalam standar warna bahan bakar diesel.
6. Nilai kalor
Nilai kalor bahan bakar menentukan jumlah konsumsi bahan bakar tiap
satuan waktu. Makin tinggi nilai kalor bahan bakar menunjukkan bahan bakar
tersebut semakin sedikit pemakaiannya. Tidak ada standar khusus yang menentukan
nilai kalor minimal yang harus dimiliki oleh bahan bakar mesin diesel.
7. Bilangan setana
Adalah ukuran kualitas penyalaan sebuah bahan bakar diesel dalam keadaan
terkompresi. Bilangan setana dari minyak diesel konvensional dipengaruhi oleh
struktur molekul hidrokarbon penyusun. Normal paraffin dengan rantai panjang
mempunyai bilangan sentana

C. Spesifikasi biodiesel sesuai SNI 04-7182-2006


Dalam pelaksanaan pembuatan biodiesel ini diharapkan akan memiliki
kesamaan standar nasional biodiesel yang dapat dilihat dari dibawah ini:

No Parameter Satuan Nilai


1. Massa jenis Kg/m3 850-890
2. Viskositas kinematik pada 400C Mm2/s(cst) 2.3-60
3. Angka setana Min 51
0
4. Titik nyala (mangkok tertutup) C Min 100
0
5. Titik kabut C Maks 18
6. Korosi lempeng tembaga (3 jam Maks No 3
pada 500C)
7. Residu karbon dalam contoh asli Min 0.05 Maks
dalam 10% ampas distilasi 0.30
%
8. Air dan sedimen mol Maks 0.5*
0
9. Temperature destilasi 90% C Maks 360
%
10. Abu tersulfaktan massa Maks 0.02
11. Belerang Ppm-m (mg/kg) Maks 100
12. Fosfor Ppm-m (mg/kg) Maks 10
13. Angka asam Mg-KOH/g Maks 0.8
14. Gliserol bebas % massa Maks 0.02
15. Gliserol total % massa Maks 0.24
16. Kadar ester alkil % massa Maks 96.5
17. Angka iodium % massa 9g- Maks 115
12/100
18. Uji helphen Negative
* dapat diuji terpisah dengan ketentuan kandungan sedimen maksimum 0.01%vol
(Mukhibin, 2010)

D. Pengertian Minyak Jelantah

Istilah minyak jelantah merujuk pada suatu jenis minyak yang diperoleh dari
sisa penggorengan berbagai kebutuhan konsumen rumah tangga. Atau dengan kata
lain minyak jelantah adalah minyak goreng bekas pakai. Minyak ini merupakan
limbah yang mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik. Senyawa
karsinogenik timbul ketika minyak dipakai atau dipanaskan pada temperatur
penggorengan.
Minyak goreng dapat dikatakan sebagai minyak jelantah, jika sudah
digunakan dua kali menggoreng. Minyak ini dikatagorikan sebagai limbah
mengingat minyak sudah mengandung zat karsinogenik yang membahayakan
kesehatan tubuh manusia.
Minyak goreng hanya dapat digunakan untuk menggoreng makanan maksimum tiga
kali. Setelah itu, minyak tidak lagi dapat digunakan untuk menggoreng, walaupun
sudah disaring dan dijernihkan kembali.
Zat karsinogenik dapat menimbulkan berbagai keluhan dan penyakit seperti
menimbulkan penyakit kanker, penyakit jantung, dan menghambat atau menurunkan
kecerdasan generasi berikutnya.
Di indonesia minyak goreng merupakan komoditi yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat. Dengan demikian sisa pakainya, disadari atau tidak, dapat
mengotori lingkungan, yang pada akhirnya dapat menggangu kesehatan dan
lingkukngan.
Minyak jelantah sebagai limbah akan menjadi bahan yang bermanfaat jika diolah
untuk penggunaan yang lain. Untuk itu dilakukan berbagai upaya agar dapat
memanfatkan kembali dengan cara mengolahnya. Materi ini hanya manyajikan
konsep pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel dengan metoda sederhana.
E. Minyak Jelantah Sebagai Bahan Baku Biodiesel

Minyak jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis

minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan

sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah

tangga umumnya, dapat di gunakan kembali untuk keperluaran kuliner akan tetapi

bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-

senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi

jelas bahwa pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan

manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi

kecerdasan generasi berikutnya. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah

minyak jelantah ini dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek

kesehatan manusia dan lingkungan, kegunaan lain dari minyak jelantah adalah bahan

bakar biodiesel (Anonim, 2010).

Minyak jelantah juga dapat digunakan kembali sebagai minyak goreng yang

bersih tanpa kotoran, dengan cara minyak jelantah tersebut direndam bersama

dengan ampas tebu, maka nantinya warna coklat dan kotoran pada minyak jelantah

akan terserap oleh ampas tebu tersebut, sehingga minyak jelantah tersebut akan

kembali bersih dan dapat dipakai kembali (Ridhotulloh, 2008).

F. Proses pembuatan minyak jelantah menjadi menjadi biodiesel

Minyak goreng sering kali dipakai untuk menggoreng secara berulang-ulang,

bahkan sampai warnanya coklat tua atau hitam dan kemudian dibuang. Penggunaan

minyak goring secara berulang-ulang akan menyebabkan oksidasi asam lemak tidak

jenuh yang kemudian membentuk gugus peroksida dan monomer siklik. Hal tersebut
dapat menimbulkan dampak negatif bagi yang mengkonsumsinya, yaitu

menyebabkan berbagai gejala keracunan.

Beberapa penelitian pada binatang menunjukkan bahwa gugus peroksida

dalam dosis yang besar dapat merangsang terjadinya kanker kolon. Karena itu, maka

penggunaan minyak jelantah secara berulang-ulang sangat berbahaya bagi kesehatan

(Birowo dalam Suirta, 2008)

Proses pembuatan biodiesel/solar dibuat dari minyak jelantah dengan melalui proses

konversi trigliserida, dalam minyak jelantah dalam minyak jelantah tersebut menjadi

metal atau etil ester dengan proses yang disebut transesterifikasi. Proses tersebut

mereaksikan alcohol dengan minyak untuk memutuskan tiga rantai gugus ester panas

dan katalis basa untuk mencapai derajat konversi tinggi dari minyak jelantah menjadi

produk yang terdiri dari biodiesel dan gliserin (Mukhibin,2010).

Proses pembuatan biodiesel dari minyak jelantah adalah sebagai berikut:

1. Proses pemurnian minyak jelantah dari pengotor dan water content

2. Esterifikasi dari asam lemak bebas (free fatty acids) yang terdapat dalam minyak

jelantah

3. Trans-esterifikasi molekul trigliserida ke dalam bentuk metal ester

Reaksi transesterifikasi mempunyai perbandingan koefisien reaksi sebagai

berikut Trigliserida: Metanol: gliserol: metil ester 1:3: 3 : 1. Reaksi transestrifikasi

ini dilakukan dengan metode satu tahap (one stage method), dimana tahapan dari

reaksi ini adalah Memanaskan minyak di atas hot plate hingga temperaturnya

mencapai + 60ºC sambil dilakukan pengadukan dengan mengunakan mixer agar

panasnya merata. Pengadukan dilakukan dengan kecepatan sedang dan jangan

sampai terbentuk pusaran (+ 120 rpm). Menambahkan sodium metoksida yang


telah disediakan ke dalam minyak yang telah dipanaskan tersebut sambil

dilakukan pengadukan selama + 1 jam dan temperatur dijaga agar tetap konstan.

Setelah selesai larutan didiamkan selama + 8 jam hingga seluruh gliserin yang

terbentuk mengendap pada lapisan bawah terpisah dengan ester yang berada pada

lapisan atas (Tilani dan Andi, 2003) .

4. Pemisahan dan pemurnian

Setelah proses pengendapan selesai dilakukan pemisahan ester dari gliserin.

Ester (Metil ester) yang diperoleh kemudian dicuci dengan menggunakan air

untuk melarutkan sisasisa garam dan sabun yang terbentuk serta masih tertinggal

di dalam metil ester. Proses pencuciannya adalah dengan menambahkan air

sebanyak 30 –50 % dari volum metil ester yang dihasilkan sambil dilakukan

pengadukan dengan perlahan agar tidak menimbulkan banyak buih (sabun),

setelah itu didiamkan hingga air dan ester terpisah kemudian air bekas tersebut

dipisahkan (dibuang).

5. Pencucian

Pencucian dilakukan hingga air buangan bekas cucian mencapai pH normal

(pH 6-7), sehingga proses pencucian sangat dimungkinkan untuk dilakukan

berulangkali. Setelah pencucian selesai kemudian dilakukan proses pengeringan

untuk menghilangkan sisa air yang masih terkandung di dalam metil ester selama

proses pencucian berlangsung. Kandungan air yang tersisa dihilangkan dengan

cara dipanaskan hingga temperaturnya mencapai 110ºC agar air yang masih

terkandung di dalam metil ester tersebut dapat menguap sambil dilakukan

pengadukan.
Menurut Wenten dan Mala Hayati (2010) Selain berbagai metode diatas,

terdapat metode kontemporer yang saat ini dikembangkan untuk mengatasi kedua

tantangan utama dalam proses produksi biodiesel yaitu dengan menggunakan

membran reaktor. Membran reaktor memadukan proses reaksi dan proses

pemisahan produk dalam satu tahap yang simultan sehingga terjadi pengadukan

bahan baku secara kontinu dan menjaga proses perpindahan massa yang besar

antara fasa yang saling tidak larut. Membran reaktor dapat melakukan pemisahan

reaktan yang tidak bereaksi dan produk yang dihasilkan secara kontinu sehingga

kesetimbangan reaksi bergeser ke arah produk dan perolehan produk biodiesel

tinggi.

Minyak Jelantah Methanol NaOH/KOH

Partikel Pemisahan, 60 C Metoksida,


+Air 60 C

Transesterifikasi,
60 C

Pengendapan Gliserin

Biodiesel

Gambar : Proses Minyak Jelantah Menjadi Biodiesel

F. Keunggulan biodiesel secara Karakteristik dan Teknis

a. Secara karakteristik

Kepadatan volumetric energi biodiesel sekitar 33 MJ/L, 9% lebih

rendah dari petrodiesel. Kepadatan energi biodiesel sangat bervariasi


cenderung terhadap bahan baku yang digunakan daripada proses produksi.

Meskipun demikian, variasi jenis biodiesel lebih sedikit dibandingkan

petrodiesel. Hal ini menunjukkan biodiesel memberikan pembakaran lebih

sempurna sehingga meningkatkan output energi mesin dan alternative

pengganti petrodiesel.

Biodiesel memiliki viskositas yang mirip dengan petrodiesel. Biodiesel

memiliki tingkat pelumasan lebih tinggi dan hampit tidak ada kandungan

bilangan sulfur, dan seringakali digunakan sebagai aditif untuk bahan bakar

diesel rendah sulfur .

b. Standard Teknis

Standard Eropa untuk biodiesel adalah nomor EN 14214, dapat diartikan ke

standar nasional masing-masing negara

G. Keunggulan Biodiesel dibanding bakar solar fosil

Dibanding bahan bakar solar biodiesel memiliki keunggulan, yaitu:

a. Biodiesel diproduksi dari bahan pertanian, sehingga dapat diperbaharui

b. Penggunaan biodiesel 100% pada mesin diesel dapat mengurangi emisi gas

CO2 sebanyak 75% diatas minyak solar,

c. Biodiesel memilki nilai cetane yang tinggi, volatile rendah dan bebas sulfur.

d. Ramah lingkungan karena tidak ada emisi SOx

e. Meningkatkan nilai produk Pertanian.

f. Dapat diproduksi sesuai kebutuhan.

g. Menurunkan ketergantungan suplai minyak dari Negara asing dan fluktuasi

harga.

h. Biodegradable.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Biodiesel dapat dijadikan salah satu alternative bahan bakar pengganti bahan

bakar fosil solar. Penggunaan biodiesel memberi keuntungan bagi kelestarian

sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dikonversi menjadi sumber

daya alam yang berasal dari produk biotic yang dapat diperbaharui.

Efektivitas pembakaran dengan emisi yang aman menambah keunggulan bagi

Biodiesel

2. Biodiesel dapat disintesis dari minyak jelantah kelapa sawit melalui dua

tahapan reaksi yaitu reaksi esterifikasi dan transesterifikasi. Dari 200 mL

minyak jelantah yang digunakan diperoleh biodiesel sebanyak 157 ml atau

78,5 %.

3. Biodiesel dapat diproduksi secara local dan sesuai kebutuhan.

B. Saran

1. Sosialisasi tentang bahan bakar alternative ini perlu dikembangkan dalam

rangka mempercepat kemajuan teknologi secara merata sekaligus

mempercepat penggunaan bahan bakar secara eficien.

2. Di bidang pendidikan hendaknya disalurkan dalam bentuk praktek sederhana

pembuatan biodiesel karena biodiesel bisa dibuat dalam skala kecil dan

menengah.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2008. Biodiesel: Alga sebagai Sumber Terbarukan Bahan Bakar Cair
Guelph Jurnal Rekayasa, (1), 2 - 7.. ISSN: 1916-1107. Guelph Universiti:
Kanada

Crookes, RJ, "Bio-Fuel Perbandingan Kinerja Mesin Pembakaran Internal,"


Biomass dan Bioenergi, Vol. 30, 2006, 30, 2006, pp. 461-468.

Jamil Musanif. 2011. Biodiesel. Subdit Pengelolaan Lingkungan Direktorat


Pengolahan Hasil Pertanian Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian.

Mukhibin.2010. Mengubah Minyak Jelantah menjadi Solar. Pustaka Solomon:


Yogyakarta.

Suirta. 2008. Preparasi Biodiesel Dari Minyak Jelantah Kelapa Sawit. Jurnal
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran. ISSN 1907-
9850.

Tilani Hamid dan Andi Triyanto. 2003. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa
“Barco” Dengan Variasi Volume Metanol. JURNAL TEKNOLOGI, Edisi
No.1, Tahun XVII, Maret 2003, 51-59. ISSN 0215-1685

Wenten dan Mala Hayati Nasution. Review proses produksi biodiesel dengan
menggunakan Membran reaktor. Seminar Rekayasa Kimia dan Proses 2010
ISSN : 1411‐4216

Anda mungkin juga menyukai