PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikenal dunia memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah,
terutama minyak bumi dan gas alam. Hal ini yang menjadikan Indonesia
memanfaatkan sumber daya alam tersebut dalam jumlah yang besar untuk
kesejahteraan masyarakatnya. Indonesia termasuk negara penyumbang minyak
terbesar di dunia oleh karena itu hal ini dikhawatirkan berdampak kepada sumber
daya alam tersebut, dimana kita ketahui SDA minyak bumi dan gas alam adalah
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan lama-kelamaan akan habis di
gali. Kemungkinan Indonesia kehilangan SDA tersebut sangat besar, sehingga
menyebabkan kelangkaan bahan bakar yang sekarang ini saja sudah terasa
dampaknya, dengan kelangkaan minyak tanah, dan harga minyak dunia yang
semakin tinggi.
Bahan bakar minyak (BBM) merupakan salah satu sumber energi utama yang
dibutuhkan dalam kehidupan kita sehari-hari, pada era saat ini hamper semua
aktifitas/kegiatan sehari-hari tidak pernah lepas dari ketergantungan akan bahan
bakar minyak. Dengan semakin meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM)
yang dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan, dibutuhkan ketersediaan
cadangan bahan baku yang begitu luar biasa besar. Sebagai gambaran, pada tahun
2002 konsumsi bahan bakar minyak Indonesia sekitar 57,8 juta kilo liter setiap
harinya, sector transportasi merupakan pengguna terbesar bahan bakar minyak. Dari
konsumsi sebanyak itu 30% berasal dari minyak impor. Dengan konsumsi sebanyak
itu pada tahun 2015 ini Indonesia menjadi pengimpor minyak penuh.(Elisabeth dan
Haryati dalam Mukhibin, 2010)
Mencari energi alternative guna dijadikan sebagai bahan bakar minyak
merupakan suatu jalan keluar yang harus kita lakukan, terutama pada sumber energi
terbaru sebagai pengganti BBM yang telah ada. Para pakar telah menemukan pada
minyak nabati, minyak hewani atau dari minyak gorek bekas/daur ulang dapat
diproses menjadi biodiesel.
Permasalahan di atas menjadikan kita harus berpikir bagaimana caranya
untuk mengganti SDA tersebut dengan sumber daya energi yang murah dan tepat
guna? Sebagai jawaban dari permasalahan tersebut adalah bioenergi. Bioenergi
sendiri merupakan sumber daya alternatif yang dapat digunakan berulang-ulang,
untuk mengganti sumber daya fosil yang banyak digunakan di Indonesia saat ini.
Oleh karena itu pemerintah Indonesia mencari solusi bagaimana
mensosialisasikan usaha bioenergi yang dapat dimanfaatkan masyarakat luas kepada
para wirausahaan, dan dapat membuka lapangan pekerjaan, bagi kesejahteraan
hidup?, dan dapat menemukan bioenergi alternatif
Bioenergi ini sangat cocok diterapkan kepada masyarakat pedesaan yang
umumnya masih menggunakan BBM fosil sebagai bahan bakar “pengepul dapur”
mereka, dengan dilakukannya pengadaan bioenergi di pedasaan diharapkan dapat
mengurangi penggunaan BBM fosil yang sekarang mulai langka, dan harganya yang
terus melonjak.
Bioenergi adalah pemanfaatan mikroorganisme atau komponen biotic yang
dimanfaatkan cara hidupnya dan metabolismenya untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Bioteknologi memiliki peran yang sangat banyak diantaranya adalah dalam
bidang pangan, pengolohan limbah, obat-obatan, budidaya varietas unggul, juga
dalam bidang energy alternative bahkan sebagai alternative bahan bakar minyak
(BBM).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan maka dapat dirumuskan
permasalahan adalah bagaimana sifat dari minyak jelantah dan metode
pembuatannya
C. Batasan Masalah
Agar permasalahannya tidak meluas, maka penulisan ini saya batasi pada
masalah ekstraksi minyak jelantah dan metode pembuatannya
D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari Makalah Ekstraksi Minyak Goreng
(Minyak Jelantah) sebagai Bahan Bakar Biodiesel adalah sebagai berikut :
1. Mengenalkan sumber energi terbarukan biodiesel yang terbuat dari limbah
minyak jelantah.
2. Mengetahui metoda pembuatan biodiesel dari minyak jelantah.
3. Kendala dari pembuatan biodiesel minyak jelantah
4. Dengan menggunakan biodiesel dari minyak jelantah diharapkan dapat membantu
mengurangi emisi karbon dan polusi ( lebih ramah lingkungan).
E. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya berkaitan dengan
manfaat minyak jelantah.
2. Sebagai latihan dan pengalaman dalam mempraktekkan teori yang berkaitan
dengan minyak jelantah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari bahan terbarukan
atau secara khusus merupakan bahan bakar mesin diesel yang terdiri atas ester alkil
dari asam-asam lemak yang dibuat dari minyak nabati, minyak hewani atau dari
minyak goring bekas/daur ulang melalui proses trans atau esterifikasi.
(Mukhibin,2010).
Menurut Jamil (2011) biodiesel merupakan salah satu jenis biofuel (bahan
bakar cair dari pengolahan tumbuhan) di samping Bio-etanol. Biodiesel adalah
senyawa alkil ester yang diproduksi melalui proses alkoholisis (transesterifikasi)
antara trigliserida dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi
alkil ester dan gliserol; atau esterifikasi asam-asam lemak (bebas) dengan metanol
atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi senyawa alkil ester dan air .Dengan
demikian biodiesel diharapkan dapat menjadi alternative bahan bakar pengganti solar
Biodiesel adalah biofuel yang terdiri dari ester monoalkyl yang berasal dari
minyak organik, tanaman atau hewan, melalui proses tranesterification (Demirbas,
2007).
Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak
dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah
melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat
pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat
menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, dia lebih sering digunakan sebagai
penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni
ultra rendah belerang yang rendah pelumas.
Biodiesel merupakan kandidat yang paling dekat untuk menggantikan bahan
bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena ia merupakan
bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol di mesin sekarang ini
dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur sekarang ini.
Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di
Eropa, Amerika Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja
dari penjualan bahan bakar. Pertumbuhan SPBU membuat semakin banyaknya
penyediaan biodiesel kepada konsumen dan juga pertumbuhan kendaraan yang
menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar.
Istilah minyak jelantah merujuk pada suatu jenis minyak yang diperoleh dari
sisa penggorengan berbagai kebutuhan konsumen rumah tangga. Atau dengan kata
lain minyak jelantah adalah minyak goreng bekas pakai. Minyak ini merupakan
limbah yang mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik. Senyawa
karsinogenik timbul ketika minyak dipakai atau dipanaskan pada temperatur
penggorengan.
Minyak goreng dapat dikatakan sebagai minyak jelantah, jika sudah
digunakan dua kali menggoreng. Minyak ini dikatagorikan sebagai limbah
mengingat minyak sudah mengandung zat karsinogenik yang membahayakan
kesehatan tubuh manusia.
Minyak goreng hanya dapat digunakan untuk menggoreng makanan maksimum tiga
kali. Setelah itu, minyak tidak lagi dapat digunakan untuk menggoreng, walaupun
sudah disaring dan dijernihkan kembali.
Zat karsinogenik dapat menimbulkan berbagai keluhan dan penyakit seperti
menimbulkan penyakit kanker, penyakit jantung, dan menghambat atau menurunkan
kecerdasan generasi berikutnya.
Di indonesia minyak goreng merupakan komoditi yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat. Dengan demikian sisa pakainya, disadari atau tidak, dapat
mengotori lingkungan, yang pada akhirnya dapat menggangu kesehatan dan
lingkukngan.
Minyak jelantah sebagai limbah akan menjadi bahan yang bermanfaat jika diolah
untuk penggunaan yang lain. Untuk itu dilakukan berbagai upaya agar dapat
memanfatkan kembali dengan cara mengolahnya. Materi ini hanya manyajikan
konsep pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel dengan metoda sederhana.
E. Minyak Jelantah Sebagai Bahan Baku Biodiesel
Minyak jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis
minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan
tangga umumnya, dapat di gunakan kembali untuk keperluaran kuliner akan tetapi
senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi
jelas bahwa pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan
kecerdasan generasi berikutnya. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah
minyak jelantah ini dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek
kesehatan manusia dan lingkungan, kegunaan lain dari minyak jelantah adalah bahan
Minyak jelantah juga dapat digunakan kembali sebagai minyak goreng yang
bersih tanpa kotoran, dengan cara minyak jelantah tersebut direndam bersama
dengan ampas tebu, maka nantinya warna coklat dan kotoran pada minyak jelantah
akan terserap oleh ampas tebu tersebut, sehingga minyak jelantah tersebut akan
bahkan sampai warnanya coklat tua atau hitam dan kemudian dibuang. Penggunaan
minyak goring secara berulang-ulang akan menyebabkan oksidasi asam lemak tidak
jenuh yang kemudian membentuk gugus peroksida dan monomer siklik. Hal tersebut
dapat menimbulkan dampak negatif bagi yang mengkonsumsinya, yaitu
dalam dosis yang besar dapat merangsang terjadinya kanker kolon. Karena itu, maka
Proses pembuatan biodiesel/solar dibuat dari minyak jelantah dengan melalui proses
konversi trigliserida, dalam minyak jelantah dalam minyak jelantah tersebut menjadi
metal atau etil ester dengan proses yang disebut transesterifikasi. Proses tersebut
mereaksikan alcohol dengan minyak untuk memutuskan tiga rantai gugus ester panas
dan katalis basa untuk mencapai derajat konversi tinggi dari minyak jelantah menjadi
2. Esterifikasi dari asam lemak bebas (free fatty acids) yang terdapat dalam minyak
jelantah
ini dilakukan dengan metode satu tahap (one stage method), dimana tahapan dari
reaksi ini adalah Memanaskan minyak di atas hot plate hingga temperaturnya
dilakukan pengadukan selama + 1 jam dan temperatur dijaga agar tetap konstan.
Setelah selesai larutan didiamkan selama + 8 jam hingga seluruh gliserin yang
terbentuk mengendap pada lapisan bawah terpisah dengan ester yang berada pada
Ester (Metil ester) yang diperoleh kemudian dicuci dengan menggunakan air
untuk melarutkan sisasisa garam dan sabun yang terbentuk serta masih tertinggal
sebanyak 30 –50 % dari volum metil ester yang dihasilkan sambil dilakukan
setelah itu didiamkan hingga air dan ester terpisah kemudian air bekas tersebut
dipisahkan (dibuang).
5. Pencucian
untuk menghilangkan sisa air yang masih terkandung di dalam metil ester selama
cara dipanaskan hingga temperaturnya mencapai 110ºC agar air yang masih
pengadukan.
Menurut Wenten dan Mala Hayati (2010) Selain berbagai metode diatas,
terdapat metode kontemporer yang saat ini dikembangkan untuk mengatasi kedua
pemisahan produk dalam satu tahap yang simultan sehingga terjadi pengadukan
bahan baku secara kontinu dan menjaga proses perpindahan massa yang besar
antara fasa yang saling tidak larut. Membran reaktor dapat melakukan pemisahan
reaktan yang tidak bereaksi dan produk yang dihasilkan secara kontinu sehingga
tinggi.
Transesterifikasi,
60 C
Pengendapan Gliserin
Biodiesel
a. Secara karakteristik
pengganti petrodiesel.
memiliki tingkat pelumasan lebih tinggi dan hampit tidak ada kandungan
bilangan sulfur, dan seringakali digunakan sebagai aditif untuk bahan bakar
b. Standard Teknis
b. Penggunaan biodiesel 100% pada mesin diesel dapat mengurangi emisi gas
c. Biodiesel memilki nilai cetane yang tinggi, volatile rendah dan bebas sulfur.
harga.
h. Biodegradable.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Biodiesel dapat dijadikan salah satu alternative bahan bakar pengganti bahan
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dikonversi menjadi sumber
daya alam yang berasal dari produk biotic yang dapat diperbaharui.
Biodiesel
2. Biodiesel dapat disintesis dari minyak jelantah kelapa sawit melalui dua
78,5 %.
B. Saran
pembuatan biodiesel karena biodiesel bisa dibuat dalam skala kecil dan
menengah.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2008. Biodiesel: Alga sebagai Sumber Terbarukan Bahan Bakar Cair
Guelph Jurnal Rekayasa, (1), 2 - 7.. ISSN: 1916-1107. Guelph Universiti:
Kanada
Suirta. 2008. Preparasi Biodiesel Dari Minyak Jelantah Kelapa Sawit. Jurnal
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran. ISSN 1907-
9850.
Tilani Hamid dan Andi Triyanto. 2003. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa
“Barco” Dengan Variasi Volume Metanol. JURNAL TEKNOLOGI, Edisi
No.1, Tahun XVII, Maret 2003, 51-59. ISSN 0215-1685
Wenten dan Mala Hayati Nasution. Review proses produksi biodiesel dengan
menggunakan Membran reaktor. Seminar Rekayasa Kimia dan Proses 2010
ISSN : 1411‐4216